Anda di halaman 1dari 8

DINAMIKA POLITIK

INTERNASIONAL

Oleh :
Kelompok I

1. Charista Harindha Bidari (16430029)


2. Zaki Fathurahman Alhafidz (16430031)
3. Titania Rahma Dewanti (16430036)
4. Ade Indah Widiani (16430045)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS SLAMET RIYADI
SURAKARTA
2017
BAB I
PENDAHALUAN

a. Latar belakang
Hubungan Internasional begitu dinamis hingga tidak pernah berhenti di satu
titik tertentu. Sejarah yang ada telah berkontribusi sangat besar terhadap dinamika
Hubungan Internasional. Setiap hal yang terjadi dalam dunia internasional ikut
andil dalam tumbuh kembang Hubungan Internasional.
Peradaban Eropa kuno diklaim menjadi saat yang menandai awal mula
tumbuhnya hubungan internasional. Istilah negara dan kota mulai dikenal dalam
interaksi antar negara. Bahkan dalam menjalankan interaksinya, banyak negara di
Eropa yang cenderung melakukan perang untuk mempertahankan kepentingan
nasionalnya. Di sini banyak negara bertameng bahwa perang yang mereka lakukan
atas nama melindungi wilayah sendiri dari musuh, dan ada pula yang melakukan
perang untuk memperluas wilayah teritorialnya.
Nasionalisme menurunkan energi dari banyak orang tentang pandangan
patriotisnya terhadap negaranya. Dalam pandangan nasionalisme, seseorang yang
menganggap dirinya adalah rakyat atau bagian dari negara harus ikut serta dalam
pemerintahannya. Hal ini dinamakan dengan demokrasi. Demokrasi bisa dijadikan
sebagai kekuatan atau daya untuk kedamaian, mencegah kekuasaan pemimpin
negara untuk melibatkan negaranya dalam sebuah perang. Lambat laun konsep
tentang partisipasi yang demokrasi semakin meluas. Hingga akhirnya konsep
tentang demokrasi tetap berlanjut di dunia saat ini. Antara demokrasi dan
nasionalisme tetap menjadi sebuah kekuatan sejarah yang kuat dengan memberikan
pengaruh – pengaruh signifikannya terhadap perkembangan Hubungan
Internasional.

b. Rumusan Masalah

1. Arti penting “power” bagi Negara


2. Perubahan fungsi Negara dalam Hubungan Internasional
3. Negara dalam system internasional
BAB II
PEMBAHASAN

1. Arti penting power bagi negara


Berbicara tentang kedadulatan Negara sama artinya kita mengkaji kekuasaan
yang dimiliki oleh sebuah Negara, menurut Weber (Gerth & Mills, 1962: 78):
Negara adalah satu-satunya lembaga yang memiliki keabsahan untuk melakukan
tindakan kekerasan terhadap warganya. Artinya Negara memiliki sebuah kekuatan
untuk melakukan “apapun” yang dinilai benar guna mencapai tujuan dari Negara.
Plato dan Aristoteles mengemukakan bahwa dalam Negara akan berkuasa akal atau
rasio sebagai ganti Tuhan. Segala keinginan untuk mementingkan diri sendiri harus
dihilangkan dulu bila kehidupan negara yang sungguh sempurna akan dicapai,
individu harus tunduk pada keseluruhan. Jadi jelas bahwasannya Negara
mempunyai hak penuh untuk mengatur rakyatnya demi mencapai apa yang
menjadi tujuan dari sebuah Negara.
Menurut (Hugo Grotius, 1735) Kedaulatan adalah suatu hak eksklusif untuk
menguasai suatu wilayah pemerintahan, masyarakat, atau atas diri sendiri terdapat
penganut dalam dua teori yaitu berdasarkan pemberian dari Tuhan atau
Masyarakat. Kedaulatan merupakan sesuatu yang mutlak harus dimiliki oleh
sebuah Negara karena hal tersebut akan menyangkut harga diri dari Negara
tersebut, Hugo de Groot (1583-1645) menyatakan bahwa “kedaulatan itu dipegang
oleh orang yang tidak tunduk pada kekuasaan orang lain, dan tak dapat diganggu
gugat oleh kemauan manusia”. Dari pendapat yang telah dikemukakan oleh
beberapa ahli diatas tentang kedaulatan Negara, sangatlah jelas bahwa kedaulatan
sangatlah penting bagi Negara dalam upayanya untuk menunjukkan kekuasaannya.
Ketika sebuah Negara tidak memiliki “power” maka tidak salah kemudian ketika
Negara tersebut tidak berdaya dalam menghadapi Negara lain, minimal “power”
tersebut harus benar-benar dirasakan oleh Negara itu sendiri sebelum dirasakan
oleh Negara lain.
Jika coba kita melihat kedalam, artinya kita coba melihat keadaan Negara kita
sendiri dalam upayanya mempertahankan kedaulatan negeri ini, Indonesia
merupakan Negara yang telah MERDEKA sekitar 65 tahun yang beberapa waktu
lalu kita rayakan hari kemerdekaan itu, artinya negeri ini telah berdaulat lebih dari
60 tahun lebih. Namun masih banyak problema yang masih perlu dibenahi negeri
ini untuk menjadi lebih baik, dalam kaitannya tentang kedaulatan beberapa waktu
lalu negeri ini menghadapi permasalahan dengan Negara tetangga yang mana
banyak pendapat menyatakan bahwa kedaulatan negeri ini telah “dilecehkan” oleh
Negara lain. Akan tetapi tidak sebegitu mudahnya bagi Negara untuk melecehkan
Negara lain, karena ada aturan jelas yang mengatur hubungan antar Negara.
Jika kita coba menelaah kembali permasalah yang terjadi antara Indonesia
dengan Malaysia tentang penangkapan nelayan Malaysia oleh petugas kelautan
karena dianggap telah menangkap ikan diwilayah perairan Indonesia, dan yang
kemudian dilajutkan dengan penangkapan petugas kelautan Indonesia oleh
kepolisian Malaysia.
2. Perubahan Fungsi Negara Bagi Hubungan Internasional

Perubahan yang cepat pasca perang dingin,Globalisasi, dan lalu lintas modal
antar negara membuat aktor-aktor bukan negara memainkan peran yang lebih besar
lagi dalam percaturan hubungan internasional dibandingkan dengan peran mereka
di masalalu. Peran paus di negara-negara berpenduduk katolik sangat besar dan di
hormati dibandingkan dengan negara-negara berpenduduk non-Katolik. Begitu
juga peran pemilik modal dan investor negara berkembang yang mengharapkan
investasinya. Teknologi informasi dan komunikasi membuat orang di tempat yang
jauh mengetahui apa yang terjadi di belahan bumi yang lain, bisa terinspirasi oleh
kegiatan orang yang tidak mereka kenal. Fakta-fakta seperti ini membuat para
sarjana Hubungan Internasional memandang negara bukan lagi sebagai aktor
dominan melainkan hanyalah sebagai aktor utama disamping aktor-aktor yang lain
dalam Hubungan Internasional.
Di sekitar tahun 1500, system yang dipakai adalah system kerajaan, dimana
kekuasaan suatu bangsa ada pada satu tangan / kekuasaan mutlak. Bangsa Eropa
berkembang menjadi suatu bangsa yang mendominasi dunia, sebut saja Inggris,
Prancis, Spanyol, dll. Abad ke 17 diklaim sebagai tanda lahirnya sistem antar-
negara. Sejarah abad ke 16 dan berbagai kejadian di masa itu telah menunjukkan
adanya ciptaan-ciptaan baru mengenai elemen dasar politik modern internasional,
baik itu batas-batas negara, peraturan mengenai kepemilikan suatu negara, struktur
militer, dan lain sebagainya. (Knutsen, 1997)
Abad 18 merupakan suatu era pencerahan di Eropa yang sering dikaitkan
dengan revolusi industry di Inggris dan revolusi politik di Prancis yang
menggunakan partisipasi masa, seperti penggunaan tentara dalam skala yang besar,
produksi yang besar untuk konsumen. Dalam abad ini juga menandai
perkembangan dalam ilmu pengetahuan yang terjaadi pada abad 19. Era modern
dipercaya dimulai pada abad ke 19. Dominasi agama sudah mulai ditinggalkan.
Manusia sudah mulai condong terhadap sesuatu yang rasional, mencari
pembuktian terhadap apa yang terjadi.
Era modern yang dikenal pada saat itu merupakan sebuah keadaan dunia
dimana negara membawahi langsung rakyatnya, bukan pemerintahan yang berada
di bawaah gereja lagi. Dalam modern era juga muncul negara bangsa, yaitu suatu
implementasi dari negara modern. Modern era juga meerupakan era negara
berdaulat atau sovereignity state. Kelahiran era modern berlatar belakang dari
perang yang berkecamuk di Eropa selama 30 tahun yang telah menghancurkan sisi
ekonomi dan politik Eropa, terjadi sekitar abad pertengahan (abad ke 5 – abad 16)
di mana sebagian besar sendi-sendi kehidupan diwarnai oleh doktrin-doktrin
Catholicism. Pada masa tersebut, dapat dikatakan bahwa gereja katolik memegang
kekuasaan tertinggi atas pemerintahan dan berbagai segi kehidupan lainnya.
Rakyat seolah-olah tidak dapat menentang keputusan gereja karena otoritas
tertinggi dipegang oleh gereja. Bahkan perkembangan ilmu pengetahuan pun
sangat dibatasi oleh gereja katolik. Pihak gereja menganggap bahwa
perkembangan ilmu pengetahuan bisa mengarah pada hal-hal yang bertentangan
dengan agama. Kehidupan politik juga didominasi oleh feodalisme dengan gereja
sebagai pusat aktivitas. Banyak remaja yang dipersiapkan untuk menjadi orang-
orang pemimpin gereja, mereka didoktrin dengan segala macam ilmu keagamaan
sehingga gerak-gerik rakyat pun menjadi sangat terbatas. Hal ini tentu sangat
mempengaruhi dunia hubungan internasional, mengingat sempitnya ruang gerak
dalam menjalin interaksi.

3. Perubahan Fungsi negara bagi Hubungan Internaisonal


1. State atau negara adalah unit utama dalam sistem internasional.
2. Negara merupakan entitas internasional yang relatif baru, diakui secara resmi
sejak Treaty of Westphalia tahun 1648.
3. Negara terdiri dari rakyat dengan kesamaan sejarah yang mendiami wilayah
dengan batas-batas yangg diakui secara internasional.
4. Konsep-konsep utama yang berkaitaan dengan negara adalah: legitimacy,
sovereignty, dan duty.
a. Legitimacy: negara memiliki hak untuk eksis; otoritas negara adalah yang
tertinggi dan berkekuatan hukum.
b. Sovereignty: tidak ada kekuasaan yang lebih tinggi di atas negara.
c. Duty: negara memiliki kewajiban internasional seperti mematuhi hukum dan
norma dalam berhubungan dengan negara lain.
8. Tantangan terhadap sovereignty negara semakin besar karena banyak aspek
yang dewasa ini berada di luar kontrol negara.
9. Pada level internasional negara-negara dikelompokkan ke dalam tiga group
menurut tingkat pembangunan ekonomi: First World, Second World, Third
World.
BAB III
KESIMPULAN

Dalam menjalin hubungan antar negara yang berdaulat tersebut, diperlukan


adanya suatu sistem yang mengatur hubungan antar negara. Sistem antar negara
tidak bisa datang dari 1 sumber saja, melainkan harus dari kedua belah pihak. Di
samping itu, dalam aspek politik yang bertentangan dalam politik antar negara,
akan terjadi ketegangan antara tuntutan setiap negara untuk memperoleh hak yang
sama sedangkan pada kenyataannya, ada berbagai macam perbedaan yang dimiliki
masing-masing negara. Adanya keyakinan bahwa kepentingan negara dan
pelaksanaan kenegaraan harus dilaksanakan oleh etika politik yang berbeda telah
memberikan angin kebebasan pada elit pemerintahan. Moral negara dan etika
kenegaraan dibedakan dari etika agama universal dan moral pada umumnya. City-
state dijadikan sebagai lembaga yang dalam suatu tatanan sosial yang didasarkan
pada urusan diplomatik. Dinamika Hubungan Internasional tidak berhenti sampai
di situ saja. Hingga detik ini pun, dinamika Hubungan Internasional masih terus
berlanjut dengan diwarnai berbagai perubahan iklim internasional. Berbagai
kejadian yang terjadi, misalnya peristiwa 9 September, perebutan wilayah Spratly
Islands, atau berbagai kejadian lain tentu memberikan dampak yang signifikan
terhadap bagaimana suatu negara berinteraksi dengan negara lain, bagaimana suatu
negara berperilaku dalam dunia internasional, dan bagaimana suatu negara
mengatur kebijakan nasionalnya. Semua hal itu tidak pernah berhenti dan selalu
berubah tiap waktunya.
DAFTAR PUSTAKA

 Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Ambarwati & Subarno Wijiatmaja


 http://erwin-frediansyah.blogspot.co.id/2010/08/memaknai-arti-penting-sebuah-
kedaulatan.html
 https://machent.wordpress.com/2012/09/24/peran-negara-dalam-sistem-
internasional/

Anda mungkin juga menyukai