INTERNASIONAL
Oleh :
Kelompok I
a. Latar belakang
Hubungan Internasional begitu dinamis hingga tidak pernah berhenti di satu
titik tertentu. Sejarah yang ada telah berkontribusi sangat besar terhadap dinamika
Hubungan Internasional. Setiap hal yang terjadi dalam dunia internasional ikut
andil dalam tumbuh kembang Hubungan Internasional.
Peradaban Eropa kuno diklaim menjadi saat yang menandai awal mula
tumbuhnya hubungan internasional. Istilah negara dan kota mulai dikenal dalam
interaksi antar negara. Bahkan dalam menjalankan interaksinya, banyak negara di
Eropa yang cenderung melakukan perang untuk mempertahankan kepentingan
nasionalnya. Di sini banyak negara bertameng bahwa perang yang mereka lakukan
atas nama melindungi wilayah sendiri dari musuh, dan ada pula yang melakukan
perang untuk memperluas wilayah teritorialnya.
Nasionalisme menurunkan energi dari banyak orang tentang pandangan
patriotisnya terhadap negaranya. Dalam pandangan nasionalisme, seseorang yang
menganggap dirinya adalah rakyat atau bagian dari negara harus ikut serta dalam
pemerintahannya. Hal ini dinamakan dengan demokrasi. Demokrasi bisa dijadikan
sebagai kekuatan atau daya untuk kedamaian, mencegah kekuasaan pemimpin
negara untuk melibatkan negaranya dalam sebuah perang. Lambat laun konsep
tentang partisipasi yang demokrasi semakin meluas. Hingga akhirnya konsep
tentang demokrasi tetap berlanjut di dunia saat ini. Antara demokrasi dan
nasionalisme tetap menjadi sebuah kekuatan sejarah yang kuat dengan memberikan
pengaruh – pengaruh signifikannya terhadap perkembangan Hubungan
Internasional.
b. Rumusan Masalah
Perubahan yang cepat pasca perang dingin,Globalisasi, dan lalu lintas modal
antar negara membuat aktor-aktor bukan negara memainkan peran yang lebih besar
lagi dalam percaturan hubungan internasional dibandingkan dengan peran mereka
di masalalu. Peran paus di negara-negara berpenduduk katolik sangat besar dan di
hormati dibandingkan dengan negara-negara berpenduduk non-Katolik. Begitu
juga peran pemilik modal dan investor negara berkembang yang mengharapkan
investasinya. Teknologi informasi dan komunikasi membuat orang di tempat yang
jauh mengetahui apa yang terjadi di belahan bumi yang lain, bisa terinspirasi oleh
kegiatan orang yang tidak mereka kenal. Fakta-fakta seperti ini membuat para
sarjana Hubungan Internasional memandang negara bukan lagi sebagai aktor
dominan melainkan hanyalah sebagai aktor utama disamping aktor-aktor yang lain
dalam Hubungan Internasional.
Di sekitar tahun 1500, system yang dipakai adalah system kerajaan, dimana
kekuasaan suatu bangsa ada pada satu tangan / kekuasaan mutlak. Bangsa Eropa
berkembang menjadi suatu bangsa yang mendominasi dunia, sebut saja Inggris,
Prancis, Spanyol, dll. Abad ke 17 diklaim sebagai tanda lahirnya sistem antar-
negara. Sejarah abad ke 16 dan berbagai kejadian di masa itu telah menunjukkan
adanya ciptaan-ciptaan baru mengenai elemen dasar politik modern internasional,
baik itu batas-batas negara, peraturan mengenai kepemilikan suatu negara, struktur
militer, dan lain sebagainya. (Knutsen, 1997)
Abad 18 merupakan suatu era pencerahan di Eropa yang sering dikaitkan
dengan revolusi industry di Inggris dan revolusi politik di Prancis yang
menggunakan partisipasi masa, seperti penggunaan tentara dalam skala yang besar,
produksi yang besar untuk konsumen. Dalam abad ini juga menandai
perkembangan dalam ilmu pengetahuan yang terjaadi pada abad 19. Era modern
dipercaya dimulai pada abad ke 19. Dominasi agama sudah mulai ditinggalkan.
Manusia sudah mulai condong terhadap sesuatu yang rasional, mencari
pembuktian terhadap apa yang terjadi.
Era modern yang dikenal pada saat itu merupakan sebuah keadaan dunia
dimana negara membawahi langsung rakyatnya, bukan pemerintahan yang berada
di bawaah gereja lagi. Dalam modern era juga muncul negara bangsa, yaitu suatu
implementasi dari negara modern. Modern era juga meerupakan era negara
berdaulat atau sovereignity state. Kelahiran era modern berlatar belakang dari
perang yang berkecamuk di Eropa selama 30 tahun yang telah menghancurkan sisi
ekonomi dan politik Eropa, terjadi sekitar abad pertengahan (abad ke 5 – abad 16)
di mana sebagian besar sendi-sendi kehidupan diwarnai oleh doktrin-doktrin
Catholicism. Pada masa tersebut, dapat dikatakan bahwa gereja katolik memegang
kekuasaan tertinggi atas pemerintahan dan berbagai segi kehidupan lainnya.
Rakyat seolah-olah tidak dapat menentang keputusan gereja karena otoritas
tertinggi dipegang oleh gereja. Bahkan perkembangan ilmu pengetahuan pun
sangat dibatasi oleh gereja katolik. Pihak gereja menganggap bahwa
perkembangan ilmu pengetahuan bisa mengarah pada hal-hal yang bertentangan
dengan agama. Kehidupan politik juga didominasi oleh feodalisme dengan gereja
sebagai pusat aktivitas. Banyak remaja yang dipersiapkan untuk menjadi orang-
orang pemimpin gereja, mereka didoktrin dengan segala macam ilmu keagamaan
sehingga gerak-gerik rakyat pun menjadi sangat terbatas. Hal ini tentu sangat
mempengaruhi dunia hubungan internasional, mengingat sempitnya ruang gerak
dalam menjalin interaksi.