Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENGANTAR

KOMUNIKASI PERSUASIF

Oleh :
Faldy Ari Wijaya (16410058)

Program Studi Hubungan Internasional


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Slamet Riyadi
2018
Daftar Isi

Daftar Isi ...................................................................................i


BAB I Pendahuluan .......................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................2
BAB II Tinjauan Konseptual dan Teoritis.......................................................
2.1 Pengertian Komunikasi Persuasif..........................................................

2.2 Ciri-Ciri Komunikasi Persuasif..............................................................

2.3 Fungsi Komunikasi Persuasif......................................................................

2.4 Ruang Lingkup Komunikasi Persuasif........................................................

2.5 Bentuk-Bentuk Komunikasi Persuasif..........................................................

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Persuasif.........................

BAB III Deskripsi Kasus Terkini..........................................................................


BAB IV Analisa Kasus .........................................................................................
BAB V ..................................................................................................................
Daftar Pustaka........................................................................................................
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam berbagai bidang kehidupan di dalam masyarakat, kita tentu selalu
berhubungan dengan orang lain. Dalam hubungan dengan orang lain tersebut, sadar
atau tidak bahwa kita sering melakukan tindakan yang dinamakan persuasi. Hal ini
selalu kita lakukan terhadap orang lain atau orang lain yang melakukannya terhadap
kita.

Karena kekompleksan komunikasi, maka Little John mengatakan,


komunikasi adalah sesuatu yang sulit untuk didefinisikan. Sementara itu, menurut
ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, komunikasi adalah suatu proses
penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain, agar terjadi
saling mempengaruhi di antara keduanya.

Dalam proses komunikasi, ada lima elemen dasar yang dikemukakan oleh
Harold Lasswell dengan istilah “Who Says What in Which Channel to Whom with
What Effect”. Kelima elemen dasar tersebut adalah Who(sumber atau
komunikator), Says What (pesan), in Which Channel (Saluran), to Whom
(Penerima), with What Effect (Efek atau dampak). Lima elemen dasar dari
komunikasi yang dikemukakan oleh Harold Laswell di atas akan bisa membantu
para komunikator dalam menjalankan tugas mulianya.

Berhasil tidaknya suatu komunikasi tergantung dari kelima elemen dasar


tersebut. Bagaimana komunikator bisa mempengaruhi komunikannya, sehingga
bisa bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator, bahkan bisa
merubah sikap dan perilaku dari komunikan tersebut. Namun, komunikator, pesan,
saluran yang bagaimana yang akan bisa merubah sikap dan perilaku komunikan.

Dalam tindakan persuasi, kita selalu berusaha agar apa yang kita inginkan
diterima oleh orang lain, baik itu berupa ide atau pun tindakan nyata kita. Atau
sebaliknya bahwa orang lain berusaha agar apa yang mereka inginkan dapat kita
terima. Dalam hal ini kita bisa saja menjadi sumber dari persuasi dan juga bisa
menjadi target. Berhasil tidaknya persuasi ini sangat ditentukan oleh sumber, target,
pesan yang ingin disampaikan, dan situasi yang ada.

Dalam tulisan sederhana ini, penulis akan menjelaskan persuasi dalam


tataran teori dan aplikasinya dalam sebuah contoh masalah sosial. Tulisan
sederhana ini akan menjelaskan faktor-faktor penting yang sangat
berpengaruh dalam proses persuasi, yaitu berkaitan dengan sumber atau
komunikator, isi pesan yang ingin dipersuasikan, komunikan atau target, dan situasi
dalam proses persuasi itu sendiri. Selanjutnya, teori ini akan diaplikasikan dalam
sebuah kasus yang relevan dengan teori persuasi itu sendiri.

Contoh kasus yang ada akan membantu pembaca memahami teori persuasi
yang dijelaskan dalam tulisan sederhana ini. Contoh kasus ini juga diharapkan dapat
mengantar pembaca agar mampu melihat pratek-praktek persuasi yang ada dalam
kehidupan sehari-hari yang mungkin sebelumnya tidak pernah disadari. Tulisan ini
juga bertujuan untuk membantu pembaca memahami teori persuasi dan mampu
mempraktekkannya dalam kehidupan yang nyata. Selain itu, tulisan ini juga dapat
membantu pembaca untuk mempelajari bagaimana caranya meyakinkan orang lain
dengan ide yang kita miliki.
BAB II
Tinjauan Konseptual dan Teoritis

2.1 Pengertian Komunikasi Persuasif


Komunikasi ada dalam segala aktivitas hidup kita. Bentuknya bisa berupa
tulisan, lisan, gambar, isyarat, kata-kata yang dicetak, simbol visual, audio visual,
rabaan, suara, kimiawi, komunikasi dengan diri sendiri, kelompok, organisasi,
antarpersona, dialogis, dan lain-lain. Istilah komunikasi berasal dari perkataan Latin
communicare, yang berarti berpartisipasi, memberitahukan, atau menjadi milik
bersama.

Dalam definisi komunikasi yang dikemukakan beberapa ahli, walaupun


pengungkapannya beragam, namun terdapat kesamaan telaah atas fenomena
komunikasi. Kesamaan tersebut nampak dalam isi yang tercakup di dalamnya, yaitu
adanya komunikator, komunikan, pesan, media/saluran, umpan balik, efek, dampak
serta adanya tujuan dan terbentuknya pengertian bersama.

Untuk memahami komunikasi, dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu


perspektif umum dan perspektif paradigmatik. Perspektif secara umum dapat dilihat
dari dua segi, yaitu pengertian secara etimologis, dan pengertian secara
terminologis.

Istilah “persuasi” atau dalam bahasa inggris persuasion bersal dari kata
Latin persuasio, yang secara harafiah berarti hal membujuk, hal mengajak, atau
menyakinkan. Dalam ilmu komunikasi, kita mengenal adanya komunikasi
persuasif, yaitu komunikasi yang bersifat mempengaruhi audience atau
komunikannya, sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
komunikator. Menurut K. Andeerson, komunikasi persuasive didefinisikan sebagai
perilaku komunikasi yang mempunyai tujuan mengubah keyakinan, sikap atau
perilaku individu atau kelompok lain melalui transmisi beberapa pesan. Sedangkan
menurut R. Bostrom bahwa komunikasi persuasif adalah perilaku komunikasi yang
bertujuan mengubah, memodifikasi atau membentuk respon (sikap atau perilaku)
dari penerima.

Persuasi bisa dilakukan secara rasional dan secara emosional. Dengan cara
rasional, komponen kognitif pada diri seseorang dapat dipengaruhi. Aspek yang
dipengaruhi berupa ide ataupun konsep. Persuasi yang dilakukan secara emosional,
biasanya menyentuh aspek afeksi, yaitu hal yang berkaitan dengan kehidupan
emosional seseorang. Melalui cara emosional, aspek simpati dan empati seseorang
dapat digugah.
Komunikasi persuasif ini dapat dipergunakan dalam komunikasi politik.
Yang dikehendaki dalam komunikasi persuasif adalah perubahan perilaku,
keyakinan, dan sikap yang lebih mantap seolah-olah perubahan tersebut bukan atas
kehendak komunikator akan tetapi justru atas kehendak komunikan sendiri.
Persuasi yaitu menggunakan informasi tentang situasi psikologis dan sosiologis
serta kebudayaan dari komunikan, untuk mempengaruhinya, dan mencapai
perwujudan dari apa yang diinginkan oleh message Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan agar komunikasi kita menjadi persuasif atau bisa mempengaruhi orang
lain.

2.1.1 Komunikator
Komunikator atau sumber adalah orang-orang yang akan
mengkomunikasikan suatu pesan kepada orang lain. Agar komunikasi yang
dilakukan oleh komunikator menjadi persuasif, maka komunikator harus
mempunyai kredibilitas yang tinggi. Yang dimaksud dengan kredibel disini adalah
komunikator yang mempunyai pengetahuan, terutama tentang apa yang
disampaikannya.

2.1.2 Pesan.
Pesan adalah hal-hal yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima, yang
bertujuan agar komunikan melakukan hal-hal yang disampaikan dalam pesan
tersebut.Sama halnya dengan sumber atau komunikator, pesan juga sangat
berpengaruh terhadap persuasif tidaknya komunikasi yang kita lakukan.

2.1.3. Saluran.
Saluran adalah media atau sarana yang digunakan supaya pesan dapat
disampaikan oleh sumber kepada si penerima.Supaya komunikasi bisa persuasif,
maka media atau saluran yang digunakan harus tepat.Saluran atau media harus
mempertimbangkan karakteristik kelompok sasaran, baik budaya, bahasa,
kebiasaan, maupun tingkat pendidikan, dan lain-lain.

2.1.4. Penerima.
Penerima adalah orang-orang yang menerima pesan dari komunikator, yang
biasa disebut dengan komunikan.Dalam berkomunikasi, khalayak sasaran
komunikan juga perlu menjadi perhatian. Bagaimana karakteristik kelompok
sasaran, baik budaya, bahasa, kebiasaan, maupun tingkat pendidikan, dan lain-lain,
sangat dibutuhkan dalam memformulasikan pesan yang akan disampaikan. Ketika
kita berkomunikasi dengan masyarakat kelas bawah, maka bahasa yang digunakan
harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakat, jangan sampai kita
menggunakan kata-kata yang tidak dimengerti oleh masyarakat.
2.2 Ciri-Ciri Komunikasi Persuasif

Komunikasi persuasi sebagai suatu teknik mempengaruhi manusia dengan


jalan memanfaatkan atau mengunakan data dan fakta pshycolos dan sosiologi dari
komunikasi yang hendak dipengaruhi. Persuasi memiliki ciri-ciri, yaitu :
1. Kejelasan tujuan.
Tujuan komunikasi persuasif adalah untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku
2. Memikirkan secara cermat orang yang dihadapi.
Sasaran persuasi memiliki keragaman yang cukup kompleks. Keragaman tersebut
dapat dilihat dari karakteristik demografis, jenis kelamin, level pekerjaan, suku
bangsa, hingga gaya hidup.
3. Memilih strategi komunikasi yang tepat.
Strategi komunikasi persuasif merupakan perpaduan antara perencanaan
komunikasi persuasif dengan manajemen komunikasi.

2.3 Fungsi Komunikasi Persuasif

Tiga fungsi utama komunikasi persuasif adalah control function, consumer


protection function, dan knowledge function. Ada 3 jenis pola komunikasi, yaitu:
1.Komunikasi Asertif, yaitu kemampuan komunikasi yang mampu
menyampaikan pendapat secara lugas kepada orang lain (communicate) namun
tidak melukai atau menyinggung secara verbal maupun non verbal (tidak ada
agresi verbal dan non verbal).
2.Komunikasi Pasif, yaitu pola komunikasi yang tidak mempunyai umpan balik
yang maksimal sehingga proses komunikasi seringkali tidak efektif.
3.Komunikasi Agresif, yaitu pola komunikasi yang mengutarakan pendapat/
informasi atau pesan secara lugas namun terdapat agresi verbal maupun non
verbal.
Mempengaruhi seseorang adalah melakukan suatu peran (dalam pengertian
secara kasar, yang mempengaruhi kepercayaan atau minat) mengunakan semacam
bentuk komunikasi, biasanya bahasa. Suatu kemampuan berbicara atau melakukan
suatu peran adalah suatu tindakan yang harus diinginkan dan hanya memiliki
beberapa efek tertentu yang bernama keadaan psikologis atau tindakan yang
disengaja.
Dalam dimana kita ingin agar cerita kita dipercaya dan ingin mempengaruhi
tindakan dari orang orang yang membaca cerita kita oleh karena itu penting
mengetahui bagaimana bisa melakukan komunikasi yang persuasif kepada
masyarakat agar mendapat umpan balik yang menguntungkan bagi perusahaan.
Unsur-Unsur Komunikasi Persuasif

Komunikasi persuasif akan dapat terbentuk dengan baik, jika terdapat


unsur-unsur seperti yang akan dipaparkan di sini. Aristoteles pernah berpendapat
bahwa komunikasi itu dibangun oleh tiga unsur yang fundamental
(persuader/komunikator). Tiga unsur tersebut bersifat sebagai sumber komunikasi,
materi pembicaraan yang dihasilkannya (pesan), dan orang
yang mendengarkannya (komunikan). Persuader merupakan orang atau individu
yang menyampaikan pesan di mana pesan tersebut memberikan pengaruh sikap,
pendapat, hingga perilaku orang lain secara verbal maupun non verbal.

Di dalam komunikasi persuasif, peran seorang komunikator sangatlah


penting dan berpengaruh. Sehingga, ia harus memiliki nilai performa yang
tinggi. Seorang komunikator yang memiliki nilai performa yang tinggi dapat
dicirikan dari kesiapan, kesungguhan, ketulusan, kepercayaan, ketenangan,
keramahan hingga kesederhanaannya dalam menyampaikan pesan.
Komunikan merupakan individu yang menjadi tujuan pesan itu disampaikan oleh
komunikator baik secara verbal maupun non verbal. Kepribadian pada seorang
komunikan juga mampu memberikan pengaruh terhadap penerimaan
pesan, bahkan persepsi dan pengalaman juga mampu mempengaruhi.

2.4 Ruang Lingkup Komunikasi Persuasif


Di dalam komunikasi persuasif, terdapat beberapa ruang lingkup yang di
antaranya sebagai berikut:

 Komunikator/Sumber pesan atau informasi.


 Content of the communication/pesan yang disampaikan. Pesan yang
disampikan ini bisa berupa:
 Motivating Appeals (pesan yang mendorong, membangun, dan
memotivasi).
 Organization of persuasive arguments (pesan yang mengandung argumen
atau opini).
 Audience Predispositions/komunikan atau individu yang menerima pesan.
 Group conformity motives/penerima pesan bisa berupa grup atau
organisasi.
 Individual personality factors/penerima pesan sebagai individu.
 Media sebagai perantara yang digunakan untuk menyampaikan pesan.
 Responses, yang merupakan tangapan dari seorang komunikan terhadap
pesan yang disampaikan.
 Konteks situasional. Ruang lingkup inilah yang merupakan suasana atu
situasi yang ad ketika pesan disampaikan.

2.5 Bentuk-Bentuk Komunikasi Persuasif


Terdapat beberapa bentuk komunikasi persuasif, diantaranya:
 Iklan, Di dalam iklan, komunikasi persuasfi sering kali komunikasi jenis ini
dimanfaatkan sebagai bentuk kegiatan pemasran. Karena, iklan sendiri
merupakan bagian dari jenis promosi. Sehingga, iklan merupakan bagian
kecil dari aktivitas promosi yang lebih luas. Iklan inilah yang menggunakan
komunikasi persuasif sebagai bahasa mengajak para calon pelanggan untuk
menggunakan produknya.
 Dakwah, Dakwah merupakan aktivitas yang bersifat menyerukan seperti
layaknya orasi namun sifatnya mengajak orang-orang untuk berjalan ke
jalan yang benar. Sehingga, aktivitas ini memerlukan bahasa persuasif yang
dapat membuat orang yang mendengar pesan tersebut menjadi ikut
pengaruh dalam bahasa dan kata-kata yang disampaikan. Aktivtas inilah
yang kerap kali dilupakan kalau menggunakan persuasif tapi bukan
dogmatis. Baca juga: Teori Public Relations
 Pamflet, Pamflet merupakan bentuk komunikasi persuasif secara verbal
yang berbentuk tulisan. Bentuk ini sebenarnya masuk ke dalam kategori
iklan. Namun, pada umumnya di jaman sekarang menjadi paradigma dalam
bentuk audio visual. Di dalam pamflet pastinya berunsur iklan yang bersifat
mengajak, sehingga pamflet merupakan salah satu bentuk komunikasi
persuasif. Baca juga: Sosiologi Komunikasi

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Persuasif


Segala sesuatu pasti ada sebab-musababnya. Sama halnya komunikasi persuasif
yang memiliki penyebabnya. Penyebabnya ini yang dinamakan sebagai faktor-
faktor yang mempengaruhi. Komunikasi persuasif yang berhasil diterapkan, pasti
memiliki beberapa faktor. Dan faktor-faktor itu di antaranya :

 Seorang komunikator yang mempunyai kredibilitas tinggi merupakan


seorang komunikator yang mempunyai pengetahuan tentang apa yang
disampaikannya. Sehingga pesan akan tersampaikan secara jelas dan
teratur.
 Pesan haruslah masuk akal agar dapat diterima oleh seorang komunikan
yang sebenarnya belum dipahami sama sekali olehnya. Baca juga: Teori
Komunikasi Antar Budaya
 Pengaruh lingkungan pun juga dapat mempengaruhi berhasil atau tidaknya
kegiatan komunikasi persuasfi ini. Karena, pengaruh lingkungan akan
memberikan atmosfir yang mana atmosfir tersebut dapat mempengaruhi
pola pikir seseorang, yaitu seorang komunikan. Baca juga: Komunikasi
yang Efektif
 Pengertian dan kesinambungan suatu pesan. Itu sebabnya, pesan harus
masuk di akal atau logika yang benar.
BAB III
Deskripsi Kasus Terkini
Pemerintah Kesulitan Dekati Masyarakat Lamalera
LEWOLEBA, KOMPAS- Pemerintah kesulitan mendekati masyarakat Lamalera,
Kabupaten Lembata, NTT, yang memiliki sejarah panjang sebagai pemburu paus
secara tradisional. Pemerintah bermaksud menjelaskan konservasi Laut Sawu agar
fungsi-fungsi sosial, ekonomi, dan lingkungan tetap berkelanjutan.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lembata Athanasius
Anuntoda di Lewoloba, selasa (26/11), mengatakan, masyarakat Lamalera menolak
segala bentuk kunjungan petugas kelautan dan perikanan, tim konservasi dari Ditjen
Perikanan dan Kelautan, serta LSM Kelautan.“Sebenarnya pemerintah bermaksud
melakukan konservasi bersama masyarakat sehingga kawasan perairan itu dapat
terus menyimpan plankton-plankton yang menjadi makanan paus dan ikan-ikan
lainnya,” katanya.
Jika plankton berkembang dengan baik, kata Amuntoda, paus akan terus
melintasi perairan itu. Nelayan Lamalera pun dapat memilih paus yang dapat
ditangkap. Anggota DPRD Lembata, Philipus Bediona, mengatakan, tugas
pemerintah memang memberikan penyuluhan tentang konservasi. “Jika masyarakat
berpikir negatif mengenai kehadiran petugas konservasi, sebaiknya tidak langsung
bertemu masyarakat. Sejumlah kepala desa di pesisir Lamalera dan sekitarnya
diundang dan memberikan pemahaman tentang konservasi,” katanya.
Melalui pendekatan yang tepat, secara perlahan masyarakat setempat akan
mengerti arti konservasi yang diusung pemerintah dan lembaga konservasi. Data
Dinas Kelautan dan Perikanan, jumlah paus yang ditangkap tahun ini ada 30 ekor.
Namun, data itu diragukan karena pemburu paus Lamalera tak asal tangkap dan
tidaklah mudah bertemu gerombolan paus di laut.
Penduduk Lamalera memiliki kepercayaan bahwa tangkapan nelayan
tradisional mirip hasil olahan lahan pertanian di darat. Jika tahun sebelumnya
tangkapan atau panen kurang bagus, tahun berikutnya panen akan
menggembirakan, begitu pula sebaliknya. “Ini tradisi leluhur yang sudah dipahami
kebanyakan nelayan dan petani di Lamalera,” kata Amuntoda.
Di Lamalera, penangkapan paus dilakukan berkelompok. Paus muda atau
betina yang sedang hamil tidak akan ditangkap. Tangkapan dibagi sesuai peran
dalam berburu atau pembuatan alat-alat untuk menangkap, seperti perahu dan
tombak. Para janda pun akan menerima bagiannya.

BAB IV
Analisa Kasus
Kasus dengan judul “Pemerintah Kesulitan Dekati Masyarakat
Lamalera” merupakan sebuah contoh kasus yang dapat ditelaah melalui teori
persuasi dalam ilmu psikologi sosial. Dalam kasus ini, pemerintah dan lembaga
konservasi berusaha meyakinkan penduduk Lamalera akan pentingnya melakukan
program konservasi di Laut Sawu. Tetapi usaha ini mendapat kesulitan karena
kebudayaan yang sudah tertanam kuat dalam masyarakat Lamalera. Dari sudut
pandang teori persuasi, kasus ini dapat dianalisis sebagai berikut.
Dalam kasus ini, pemerintah dan lembaga konservasi merupakan sumber
atau komunikator yang berusaha untuk meyakinkan penduduk Lamalera akan
pentingnya konservasi di Laut Sawu. Terlihat bahwa sumber atau komunikator
adalah orang yang dapat dipercaya dan ahli dalam bidang konservasi alam,
khususnya untuk wilayah laut. Dengan modal ini, sebenarnya proses persuasi ini
dapat berjalan dengan baik. Sumber yang ahli dan dapat dipercaya ini tentunya
bersifat obyektif dan program konservasi ini berdasarkan pada fakta bahwa situsi
di Laut Sawu membutuhkan konservasi agar paus nantinya tidak punah. Fakta ini
bukanlah rekayasa dari komunikator, tetapi hasil pengamatan lapangan.
Meskipun sudah diusahakan untuk meyakinkan penduduk Lamalera akan
pentingnya program konservasi ini, penduduk tetap tidak mendengar apa yang
disosialisasikan oleh komunikator atau sumber. Kegagalan ini bukanlah karena
sikap komunikator dan program konservasi (isi pesan) yang tidak sesuai dengan
fakta (Knoledge bias), tetapi salah satu alasannya karena pemerintah dan lembaga
konservasi (komunikator) tidak dapat mengkomunikasikan dengan baik fakta dan
program konservasi yang menjadi isi pesannya (Reporting bias). Dalam kasus, hal
ini diungkapkan oleh Philipus Bediona, “tugas pemerintah memang memberikan
penyuluhan tentang konsevasi. Jika masyarakat berpikir negatif mengenai
kehadiran petugas konservasi, sebaiknya tidak langsung bertemu masyarakat.
Sejumlah kepala desa di pesisir Lamalera dan sekitarnya diundang dan memberikan
pemahaman tentang konservasi”
Dari proses komunikasi, dalam kasus ini dapat dilihat beberapa hal yang
turut berpengaruh terhadap proses persuasi tentang program konservasi di Laut
Sawu. Dalam kasus tampak bahwa komunikator adalah orang yang terpercaya dan
memiliki isi pesan yang kuat, yaitu program konservasi di Laut Sawu. Isi pesan ini
tidak berhasil mempengaruhi target (masyarakat Lamalera), karena target juga tidak
menaruh perhatian pada isi pesan yang disosialisasikan oleh komunikator, hal ini
tampak dari sikap masyarakat Lamalera yang tidak mau bersosialisasi dengan
pemerintah dan lembaga konservasi.
Dalam kasus ini juga ada gejala bahwa program ini akan ditolak mentah-
mentah oleh masyarakat Lamalera (Blanket rejection). Penolakan dari masyarakat
Lamalera akan program konservasi di Laut Sawu lebih karena dianggap akan
mengganggu kegiatan penangkapan paus yang mereka anggap sebagai budaya dan
adat istiadat mereka. Penolakan ini bersifat rasional, karena mereka hidup dalam
budaya dan adat istiadat yang sudah terbentuk dalam sejarah yang panjang.
Penolakan ini juga tidak melecehkan komunikator, dan semata-mata hanya
menolak program konservasi yang menjadi isi pesan.
Dilihat dari posisi masyarakat Lamalera (target atau komunikan), persuasi
dalam kasus ini tampaknya sulit terwujud karena masyarakat Lamalera memiliki
komitmen yang tinggi untuk menjaga kebudayaan mereka. Corak budaya dan adat
yang masih sangat kental dalam kehidupan harian mereka membuat kemungkinan
berhasilnya program konservasi sangat kecil. Hal lain yang tampak pada
masyarakat Lamalera adalah memiliki harga diri yang tinggi sehingga sulit
dipengaruhi oleh proses sosialisasi yang ada. Kedekatan mereka dengan budaya
pengkapan paus membuat mereka juga merasa terganggu dengan program
konservasi. Hal ini membuat mereka bertahan dengan komitmen mereka untuk
menolak program konservasi dari pemerintah.
Kegagalan pemerintah dan lembaga konservasi untuk melakukan sosialisasi
dengan masyarakat Lamalera tentang program konservasi juga karena komitmen
dan pendirian masyarakat Lamalera yang sangat kuat. Program konservasi yang
disosialisasikan ini dianggap sebagai gangguan akan budaya mereka. Budaya atau
adat istiadat merupakan sesuatu yang sangat penting dan sakral bagi anggotanya.
Berhadapan dengan budaya yang sangat kuat ini, tentunya program persuasi ini
sangat lemah dalam mempengaruhi masyarakat Lamalera. Karena mereka akan
tetap pada pendirian mereka akan budaya mereka yang asli.

BAB V
KESIMPULAN
Teori persuasi sungguh merupakan teori yang terjadi dan sering ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari. Banyak kasus dalam kehidupan sehari-hari yang
dapat dianalisis dengan teori persuasi, hanya mungkin kita tidak menyadarinya. Hal
ini kita bisa lihat pada contoh kasus yang telah dibahas dalam tulisan ini.
Contoh kasus dalam tulisan ini memperlihat bahwa proses persuasi sangat
dipengaruhi oleh empat faktor penting, yaitu komunikator atau sumber, isi pesan,
komunikan atau target, dan situasi. Dalam kasus diperlihatkan bagaimana target
(masyarakat Lamalera) sangat berpengaruh terhadap kegagalan proses persuasi
yang dilakukan komunikator. Hal lain juga yang menggagalkan proses persuasi ini
adalah faktor situasi, dalam konteks ini adalah budaya masyarakat Lamalera yang
masih sangat kental.
Dalam hubungannya dengan proses persuasi ini, bahwa proses persuasi ini
memang cukup sulit untuk berhasil. target dari persuasi ini, yaitu masyarakat
Lamalera sangat konsisten dengan apa yang mereka pertahankan. Kemudian situasi
dari proses persuasi ini, yaitu budaya masyarakat Lamalera yang masih sangat
kental sangat tidak mendukung keberhasilan proses persuasi ini. Di sisi lain,
komunikator juga kurang kreatif dalam menyampaikan pesan yang ingin
disampaikan.

Anda mungkin juga menyukai