NPM : 110110160262
Ilmu Negara (Kelas F)
Negara adalah persetambatan yang bertindak lewat hukum yang direalisasikan oleh
suatu pemerintah, yang untuk keperluan ini dilengkapi dengan kekuasaan untuk memaksa dan
dalam satuan kehidupan yang dibatasi secara teritorial, mempertegak syarat-syarat lahir yang
umum mutlak daripada suatu ketertiban sosial1. Melalui definisi ini, telah disebutkan beberapa
kata kunci seperti hukum, negara, pemerintah, kekuasaan, teritorial, satuan kehidupan, dan
ketertiban, yang selanjutnya dapat menjelaskan tidak hanya definisi negara, namun juga unsur,
syarat, fungsi, dan tujuannya.
Negara dan masyarakat adalah dua hal yang terpisah, negara merupakan sistem
persetambatan association, di mana persetambatan itu sendiri merupakan sekelompok manusia
(masyarakat) yang diorganisasikan dalam suatu kehendak untuk tujuan bersama 2. Pernyataan
ini mempunyai pengertian bahwa negara adalah sebagai lembaga yang mengatur dan
menyokong kehidupan masyarakat yang berada dalam teritorinya.
Oleh karena itu, dengan mengacu pada definisi negara di atas dan syarat terjadinya
suatu negara dapat ditarik suatu kesimpulan sederhana bahwa negara adalah suatu kelembagaan
1
Mac Iver, Negara Moderen, (Jakarta: Ikhtiar, 1962), hlm. 28
2
Ibid., (), hlm. 13
yang memiliki kuasa atas masyarakat yang bertempat tinggal di teritorinya, yang menjalankan
pemerintahan dan hukum untuk mencapai ketertiban.
Masyarakat adalah bagian signifikan dan tidak dapat dilepaskan dari suatu negara.
Manusiasebagai bagian dari masyarakatpada hakikatnya mempunyai naluri untuk selalu
bersama dan bersahabat dengan manusia lain, namun di sisi lain juga kompetitif dalam hal
memenuhi keinginan-keinginannya. Agar tidak terjadi pelanggaran hak manusia lain dalam
rangka pemenuhan keinginannya tersebut, dibutuhkan suatu wadah, yaitu negara, yang
mempunyai legitimasi untuk mengatur masyarakatnya sehingga kesejahteraan dapat tercapai.
Hal ini bersesuaian dengan fungsi dari negara itu sendiri. Terlepas dari ideologi yang dianut,
setiap negara mempunyai fungsi minimum mutlak, yaitu penciptaan ketertiban (law and order),
mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya, fungsi pertahanan, dan menciptakan
keadilan3.
Negara adalah alat (agency) dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk
mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala
kekuasaan dalam masyarakat4. Negara menguasai seluruh segi-segi kehidupan, mampu
menciptakan batas bagi seluruh unsur yang ada di dalam negara tersebut, baik itu penduduk,
wilayah, pemerintah, mau pun kedaulatannya. Artinya, negara mempunyai wewenang untuk
mengintervensi kehidupan rakyatnya dari gangguan yang memungkinkan fungsi dan cita-cita
negara tidak terlaksana, seperti adanya gangguan dari luar yang mengancam kedaulatan,
munculnya politik aliran tertentu yang mengarah pada disintegrasi, dan segala gangguan
terhadap penyelenggaraan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Keharusan dari eksistensi negara bagi rakyatnya ini dapat dilihat dari bagaimana
globalisasi menghilangkan batas-batas antarnegara, misalnya di sektor ekonomi. Masuknya
investor asing mengakibatkan sumber daya alam, manusia, dan ekonomi tidak lagi
menguntungkan warga negara setempat saja, namun juga menguntungkan negara asing. Hal ini
pada akhirnya tidak jarang menjadi kerugian bagi negara yang didatangi investor. Negara harus
3
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm.55-56
4
Ibid., hlm.47
mengiintervensi hal ini dalam rangka melaksanakan fungsinya, yaitu menyelenggarakan
kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyatnya.
Sekumpulan masyarakat tanpa dilembagai oleh organisasi kekuasaan yaitu negara akan
kehilangan wadahnya untuk terus bergerak sesuai dengan cita-cita dan tujuannya. Masih terkait
dengan isu globalisasi yang tidak hanya memengaruhi sektor ekonomi, namun juga pertahanan
dan ketertiban, seperti adanya jaringan terorisme, dan masuknya teknologi dan inovasi yang
mempunyai dampak langsung dalam kehidupan masyarakat.
Oleh karena itu, keberadaan negara bagi rakyatnya adalah sesuatu yang primer, karena
nasib warga negara bergantung pada nasib negaranya5, jika negara dapat terpelihara dengan
baik, maka kepentingan rakyatnya akan sama terpeliharanya, dan tanpa negara masyarakat
akan kehilangan kendali dalam mengakomodasi hakikatnya sebagai makhluk sosial sekaligus
pesaing bagi sesama manusia.
5
Soehino, Ilmu Negara, (Yogyakarta: Liberty, 2005), hlm. 146
dunia yang lebih terintegrasi6, dan deteritorialisasi adalah munculnya regulasi atau institusi
yang melampaui teritorial negara-bangsa.7
Melalui penjabaran di atas, terlihat bahwa nasionalisme memang tidak bisa dipisahkan
dari suatu negara. Menjadikan satu bangsa, satu bahasa, satu tanah air sebagai entitas suatu
negara layaknya Indonesia diharapkan mampu mencegah disintegrasi. Maka negara-bangsa
masih dibutuhkan di era globalisasi ini dengan catatan konsep ini tidak menjadi justifikasi bagi
suatu negara untuk terlibat dalam pergaulan internasional dan pengaruh globalisasi yang dirasa
mampu memajukan negaranya.
6
Yulius P. Hermawan, Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional : Aktor, Isu dan Metodologi, Yogyakarta
: Graha Ilmu, 2007, hlm. 132
7
Alesius Jemadu, Politik Global dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2008, hal. 230
DAFTAR PUSTAKA
Budiardjo, Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik. 2008. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Hermawan, Yulius P. Transformasi dalam Studi Hubunan Internasional: Aktor, Isu, dan
Metodologi. 2007. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Jemadu, Alesius. Politik Global dalam Teori dan Praktek. 2008. Yogyakarta: Graha Ilmu.