Anda di halaman 1dari 26

BAB II

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

A. Pengertian Bangsa dan Negara


1. Bangsa
Sejarah timbulnya bangsa-bangsa di dunia berawal dari benua Eropa. Pada akhir
abad XIX, di Benua Eropa timbul berbagai gerakan kebangsaan. Gerakan-gerakan
perjuangan ini merupakan ancaman terhadap pemerintahan kerajaan yang saat itu
menguasai bangsa-bangsa yang bersangkutan dan akhirnya gerakan-gerakan perjuangan
tersebut mengakibatkan kerajaan-kerajaan besar di Eropa (seperti Kerajaan Austria,
Hongaria, Kerajaan Turki, dan Perancis), terpecah-pecah menjadi negara-negara merdeka
yang lebih kecil.
Kerajaan-kerajaan tersebut pecah menjadi negara-negara yang kecil atas dasar asas
kebangsaan. Dengan banyaknya gerakan-gerakan kebangsaan di Eropa saat itu dan atas
keberhasilan mereka menjadi negara kecil yang merdeka mempunyai pengaruh besar pada
kehidupan politik di Eropa, termasuk juga daerah lain di dunia. Timbul suatu pertanyaan
apakah bangsa itu?
Menurut Ernest Renan, seorang guru besar Universitas Sorbone, Nasion adalah suatu
kesatuan solidaritas, kesatuan yang terdiri dari orang-orang yang saling merasa setia kawan
dengan satu sama lain. Nation adalah suatu jiwa, suatu asas spiritual. Ia adalah suatu
kesatuan solidaritas yang besar, tercipta oleh perasaan pengorbanan yang telah dibuat di
masa lampau dan oleh orang-orang yang bersangkutan bersedia dibuat di masa depan.
Nasion mempunyai masa lampau, tetapi ia melanjutkan dirinya pada masa kini melalui suatu
kenyataan yang jelas: yaitu kesepakatan, keinginan yang dikemukakan dengan nyata untuk
terus hidup bersama. Oleh sebab itu suatu nasion tidak tergantung pada kesamaan asal ras,
suku bangsa, agama, bahasa, geografi, atau hal-hal lain yang sejenis. Akan tetapi kehadiran
suatu nasion adalah seolah-olah suatu kesepakatan bersama yang terjadi setiap hari
(Bachtiar, 1987: 23).
Ben Anderson merumuskan bangsa secara unik. Menurut pengamatannya, bangsa
merupakan komunitas politik yang dibayangkan (Imagined Political Community) dalam
wilayah yang jelas batasnya dan berdaulat. Dikatakan sebagai komunitas politik yang
dibayangkan karena bangsa yang paling kecil sekalipun para anggotanya tidak kenal satu
sama lain. Dibayangkan secara terbatas karena bangsa yang paling besar sekalipun yang
penduduknya ratusan juta mempunyai batas wilayah yang jelas. Dibayangkan berdaulat
karena bangsa ini berada di bawah suatu negara mempunyai kekuasaan atas seluruh wilayah
dan bangsa tersebut. Akhirnya bangsa disebut sebagai komunitas yang dibayangkan karena
terlepas adanya kesenjangan, para anggota bangsa itu selalu memandang satu sama lain

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA 12


sebagai saudara sebangsa dan setanah air. Perasaan sebangsa inilah yang menyebabkan
berjuta-juta orang bersedia mati bagi komunitas yang dibayangkan itu (Surbakti, 1992: 42).
Merujuk pendapat Anderson di atas, penciptaan solidaritas nasional digambarkan
sebagai proses pengembangan imaginasi di kalangan anggota masyarakat tentang
komunitas mereka, sehingga orang Aceh yang tidak pernah berkunjung ke Jawa Tengah dan
tidak pernah bertemu dengan orang Jawa Tengah bisa mengembangkan kesetiakawanan
terhadap sesama anggota komunitas Indonesia itu.
Ahli lain yang mengemukakan bangsa adalah Otto Bauer, yang menyatakan bahwa
bangsa adalah satu persatuan perangai yang timbul karena persatuan nasib. Perumusan
kedua ahli tersebut (Ernest Renan dan Otto Bauer) biasanya dilukiskan sebagai perumusan
yang klasik. Bung Karno mempunyai pemahaman yang relatif baru dari pada keduanya.
Berkat analisis geopolitiknya, ia menekankan persatuan antara orang dengan tanah air
sebagai syarat bangsa. Bangsa, menurut Moh. Hatta ditentukan oleh keinsyafan, sebagai
suatu persekutuan yang tersusun menjadi satu, yaitu terbit karena percaya atas persamaan
nasib dan tujuan. Keinsyafan yang bertambah besar oleh karena sama seperuntungan,
malang sama diderita, mujur sama didapat, oleh karena jasa bersama, kesengsaraan
bersama, pendeknya oleh karena peringatan kepada riwayat bersama yang tertanam dalam
hati dan otak (Sutrisno, 1983: 38).
Dengan demikian pengertian bangsa kiranya mengandung intisari adanya elemen
pokok berupa jiwa, kehendak, perasaan, pikiran, semangat, yang bersama-sama membentuk
kesatuan, kebulatan dan ketunggalan serta semuanya itu yang dimaksud adalah aspek
kerohaniannya. Bangsa, bukanlah kenyataan yang bersifat lahiriah, melainkan bercorak
rohaniah, yang adanya hanya dapat disimpulkan berdasarkan pernyataan senasib
sepenangungan dan kemauan membentuk kolektivitas.

2. Negara
Negara adalah alat dari sesuatu masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk
mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat, disamping itu juga menertibkan
gejala-gejala kekuasaan yang timbul oleh karena adanya hubungan-hubungan tersebut dalam
masyarakat. Pengertian di atas lebih menekankan pada keberadaan negara sebagai
organisasi kekuasaan untuk mengatur kehidupan masyarakat. Pengertian yang lain bahwa
negara adalah organisasi masyarakat yang menempati wilayah (teritorial) tertentu dan
mengakui adanya pemerintahan yang berdaulat. Pemerintahan yang berdaulat adalah
pemerintahan yang memiliki kekuasaan tertinggi, yang berarti tidak berada di bawah
kekuasaan yang lain.
Manusia dalam melaksanakan kehidupan bersama mereka dalam masyarakat itu di
samping mempunyai sifat kerjasama yang baik, saling membantu dalam berbagai kesukaran

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA 13


yang mereka hadapi, juga mempunyai sifat persaingan yang penuh pertentangan diantara
mereka. Negara merupakan suatu organisasi yang dalam wilayah tertentu dapat
memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan
yang dapat menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan bersama itu. Negara berwenang
menetapkan cara-cara dan batas-batas sampai dimanakah kekuasaan itu dapat digunakan
oleh seseorang/individu dan golongan; di pihak lain digunakan oleh negara sendiri. Jadi
negara dapat membimbing kegiatan-kegiatan sosial dari penduduk negara ke arah tujuan
bersama mereka.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa negara mempunyai tugas
penting yaitu mengendalikan dan mengatur gejala-gejala kekuasaan yang timbul dalam
masyarakat yang bertentangan satu sama lain. Disamping itu negara juga mempunyai tugas
untuk mengorganisasi dan mengintegrasikan aktivitas-aktivitas individu/orang-perseorangan
dan golongan agar dapat dicapai tujuan-tujuan masyarakat seluruhnya seperti apa yang
mereka cita-citakan.
Negara sebagai organisasi dalam mayarakat memiliki sifat-sifat tertentu yang tidak
dimiliki oleh organisasi lainnya. Sifat-sifat itu adalah memaksa, monopoli, dan mencakup
semua. Berikut penjelasannya:
a. Memaksa, dalam arti bahwa negara dapat memaksakan segala aturan yang ditetapkan
untuk ditaati oleh semua orang yang ada di negara itu. Begitu aturan dibuat, setiap orang
harus tunduk pada aturan tersebut. Tanpa memiliki sifat semacam itu negara tidak dapat
mempertahankan keberadaannya, karena setiap orang di dalamnya akan bertindak
menurut keinginan masing-masing, tanpa adanya kaidah yang mengaturnya.
b. Monopoli, dalam arti bahwa negara sebagai penyelenggara kepentingan umum memiliki
hak monopoli dalam pengelolaan urusan-urusan tertentu. Monopoli itu antara lain adalah
monopoli penentuan tujuan negara yang bersangkutan, dengan konsekuensi bahwa
negara berhak melarang berkembangnya aliran/faham yang dianggap mengganggu
pencapaian tujuan negara. Begitu juga monopoli pengelolaan kekayaan alam yang
menguasai hajat hidup orang banyak, serta monopoli pengelolaan sarana kekerasan bagi
kepentingan negara, seperti misalnya sistem persenjataan.
c. Mencakup semua, dalam arti bahwa kekuasaan negara berlaku bagi setiap orang yang
ada di wilayah negara itu tanpa kecuali. Tidak ada seseorang di wilayah suatu negara
yang dapat menecualikan dirinya dari jangkauan kekuasaan negara yang bersangkutan.
Terbentuknya suatu negara harus memenuhi beberapa unsur pokok sebagai syarat.
Unsur-unsur esensial negara yaitu rakyat, wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat.
1) Rakyat
Rakyat atau penduduk yaitu suatu kelompok manusia yang merupakan suatu
kehidupan bersama yang menetap di suatu tempat yang tertentu. Rakyat merupakan unsur

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA 14


utama bagi sebuah negara. Rakyat dalam hal ini diartikan sebagai sekumpulan manusia yang
dipersatukan oleh suatu rasa persamaan dan yang bersama-sama mendiami wilayah tertentu.
Bagi terbentuknya suatu negara, rakyat ini merupakan unsur yang esensial. Rakyat
lebih dahulu adanya daripada negara, dan negara didirikan dengan tujuan untuk
menyelenggarakan kepentingan rakyat. Berapa jumlah manusia yang diperlukan untuk syarat
berdirinya suatu negara, tidak ada standar yang menjadi ukurannya. Setiap negara
mempunyai sejumlah individu yang berkedudukan sebagai warga negara. Penduduk suatu
negara yang memenuhi syarat tertentu merupakan warga negara dan ia disebut subyek
negara.
Sebagai anggota negara, warga negara memiliki hak-hak tertentu yang dinamakan
privilege. Privilege muncul sebagai akibat dari keanggotaannya tadi. Warga negara dipandang
sebagai subyek karena ia adalah individu terhadap siapa perintah-perintah negara itu
ditujukan.
Mengenai jumlah orang yang merupakan rakyat suatu negara tidak ada ketentuan
yang pasti. Harus ingat bahwa jumlah rakyat yang cukup besar dengan kualitas yang
memadai akan lebih menguntungkan bagi kehidupan negara itu. Ini terutama ditinjau dari
sudut kepentingan persediaan tenaga manusia bagi kepentingan produksi dan pertahanan.
Jumlah rakyat yang terlalu kecil biasanya dianggap sebagai kerugian bagi negara yang
bersangkutan, terutama dalam soal pembelaan negara.
2) Wilayah
Apabila penduduk merupakan isi atau subyek dari suatu negara, maka wilayah adalah
landasan material atau landasan fisik negara. Negara pada kenyataannya tidak dapat
dibayangkan tanpa landasan fisiknya. Sekelompok manusia dengan pemerintahan yang
stabil, baru dapat disebut negara apabila kelompok tersebut menetap pada suatu wilayah
tertentu. Bangsa nomaden yang masih selalu berpindah-pindah tempat dalam usaha mencari
penghidupan, tidak mungkin mendirikan negara, sekalipun sudah mengakui beberapa orang
tertentu sebagai penguasa yang memegang pemerintahan dalam kelompok tersebut.
Mengenai luas wilayah negara ditentukan oleh batas wilayah atas dasar perjanjian
antar negara dan di dalam batas-batas itu negara menjalankan teritorial atas orang dan
benda-benda yang berada di dalam wilayah itu, kecuali beberapa golongan orang dan benda
yang dibebaskan dari yurisdiksi itu, yaitu perwakilan diplomatik negara asing dengan harta
benda mereka.
Dalam hubungan ini yang dimaksudkan wilayah bukan hanya geografis dalam arti
sempit, tetapi wilayah dalam arti luas yaitu wilayah yang melaksanakan yurisdiksi negara
meliputi baik wilayah geografis maupun udara sampai ketinggian tak terbatas, dan juga laut
di sekitar pantai negara itu, yaitu apa yang disebut laut teritorial. Dalam batas wilayah dalam

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA 15


arti luas inilah negara dapat menjalankan kedaulatannya. Jadi kekuasaan negara mencakup
seluruh wilauyah, tidak hanya tanah tetapi juga laut di sekitarnya dan udara di atasnya.
3) Pemerintah yang berdaulat
Pemerintah yang berdaulat adalah pemerintah yang memiliki kekuasaan tertinggi,
yang berarti tidak berada di bawah kekuasaan lainnya. Pemerintah merupakan organisasi
negara. Suatu pemerintahan yang tersusun rapi dan stabil sangat diperlukan untuk berdirinya
negara.
Syarat kestabilan ini sangat penting bagi negara karena suatu pemerintahan yang
stabil dan kuat merupakan syarat utama bagi terlaksananya berbagai tugas yang harus
ditanggung oleh negara dalam rangka mencapai tujuan negara.

B. Proses Berbangsa dan Bernegara


Dalam upaya untuk memahami proses berbangsa dan bernegara, merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan kehidupan suatu masyarakat. Kesadaran
terhadap sejarah menjadi penting ketika suatu masyarakat itu mulai menyadari bagaimana
posisinya sekarang dan seperti apa jati diri atau identitasnya serta apa yang akan dilakukan
ke depan. Pada waktunya muncul pemikiran untuk menciptakan suatu identitas kolektif dalam
rangka menggalang kehidupan bersama sebagai bangsa. Penciptaan suatu identitas
bersama berkisar pada perkembangan keyakinan dan nilai-nilai yang dianut bersama yang
dapat memberi masyarakat di suatu wilayah tertentu suatu perasaan solidaritas sosial. Suatu
identitas bersama menunjukkan bahwa individu-individu tersebut setuju atas pendefinisian diri
mereka yang saling diakui, yakni suatu kesadaran mengenai perbedaan mereka dengan
orang lain, dan suatu perasaan akan harga diri bersama mereka. Seringkali nilai-nilai, norma,
dan simbol-simbol ekspresif yang dianut bersama memberikan definisi, kesadaran, dan
penghargaan diri ini. Nilai-nilai tersebut merupakan konsep-konsep yang sangat umum
mengenai suatu hal yang diinginkan, suatu kriteria untuk menentukan tindakan-tindakan mana
yang harus diambil. Lebih spesifik daripada nilai, norma-norma merupakan peraturan-
peraturan (hak dan kewajiban) yang menunjukkan bagaimana nilai-nilai tersebut akan
diwujudkan. Simbol-simbol ekspresif, seperti yang ditemukan dalam seni, ritual, dan mitos,
memberikan ekspresi kongkret pada nilai-nilai dan norma-norma yang lebih abstrak. Melalui
simbol-simbol ekspresif seperti bendera, lagu kebangsaan, slogan, cara-cara komunikasi, dan
pahlawan-pahlawan rakyat, nilai-nilai yang abstrak dan tidak tampak menjadi terasa hangat
bagi individu-individu. Nilai, norma, dan simbol-simbol ekspresif memberikan justifikasi bagi
tindakan-tindakan di masa lalu, menjelaskan perilaku sekarang, dan merupakan pedoman
dalam menyeleksi pilihan-pilihan di masa depan (Andrain, 1992: 77). Upaya untuk penciptaan
identitas bersama telah dilakukan sepanjang sejarah perjalanan masyarakat Indonesia
sebelum mendirikan negara Republik Indonesia.

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA 16


Bangsa Indonesia yang mendiami Nusantara dewasa ini menyadari bahwa secara
kodrati mereka memiliki kemajemukan dan kebhinnekaan dalam hal suku, budaya, agama
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dari tinjauan sejarah, semenjak zaman
Kedatuan Sriwijaya abad VII dan Kerajaan Majapahit abad XIII, telah ada upaya untuk
menyatukan wilayah Nusantara Namun kekurangmampuan penguasa menghadapi tantangan
zaman dan mempertahankan kejayaan yang telah dicapai menyebabkan kehancurannya. Di
samping itu ketidakmampuan juga disebabkan karena kerajaan tradisional tersebut belum
memahami konsep kebangsaan dalam arti luas dan modern, seperti yang dihayati oleh
bangsa Indonesia sekarang. Keadaan demikianlah yang menyebabkan penduduk Nusantara
terpecah belah, sehingga penjajah dengan leluasa memanfaatkan kondisi tersebut dan
melaksanakan penindasan selama lebih dari tiga setengah abad. Pada babakan kolonialisme-
imperialisme, di kalangan masyarakat yang hidup dalam komunitas kerajaan tradisional,
tumbuh kesadaran baru tentang demokrasi, ilmu pengetahuan, ekonomi dalam persepsi
modern karena persentuhan dengan kebudayaan Barat. Pada sisi lain masyarakat Indonesia
yang telah disentuh oleh pengaruh sosial budaya, sistem nilai bangsa Barat dan ilmu
pengetahuan tersebut, memahami dan menyadari akan konsep bangsa yang modern dan
timbul kehendak membentuk nation state atau negara kebangsaan.
Pengalaman tersebut menimbulkan semangat kebangsaan yang berkembang melalui
Kebangkitan Nasional pada tahun 1908 yang dipelopori oleh golongan terpelajar. Sumpah
Pemuda tahun 1928 merupakan sikap dan tekad persatuan dan kesatuan bangsa. Sumpah
Pemuda membangun tiga sendi persatuan Indonesia yaitu persatuan dan kesatuan bangsa,
tanah air, dan bahasa. Tiga sendi persatuan Indonesia ini kemudian menjadi dasar
perjuangan merebut kembali kemerdekaan.
Proses kehidupan berbangsa dan bernegara makin mantap sejak Sumpah Pemuda
dikumandangkan keseluruh Nusantara. Dalam periode selanjutnya secara nyata mulai
dipersiapkan kemerdekaan Indonesia pada masa pendudukan Jepang, yaitu dengan
dibentuknya Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. BPUPKI
inilah dalam sidang-sidangnya mengkaji dan merumuskan Dasar Negara (Pancasila) dan
hukum dasar (UUD 1945).
Puncak dari wujud perjuangan rakyat Indonesia merebut kemerdekaan adalah
Proklamasi Kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Dengan
Proklamasi tersebut secara yuridis formal bangsa Indonesia membentuk/mendirikan negara
(negara Proklamasi, Negara Kesatuan Republik Indonesia). Dengan terbentuknya negara
Republik Indonesia itulah bangsa Indonesia bertekad mengupayakan tercapainya cita-cita
dan tujuan nasional yang telah disepakati bersama seperti tercantum dalam pembukaan UUD
1945.

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA 17


Dalam proses berbangsa dan bernegara itu juga diperlukan penciptaan identitas
bersama. Identitas sebagai bangsa dan negara Indonesia dapat dilihat pada Bendera Negara,
yaitu Sang Merah Putih; Lambang negara ialah Garuda Pancasila; Slogan/semboyan:
Bhinneka Tunggal Ika; Sarana komunikasi/bahasa negara yaitu bahasa Indonesia; Lagu
Kebangsaan yaitu Indonesia Raya; Pahlawan-pahlawan rakyat, telah muncul sejak
masyarakat Indonesia melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda di berbagai daerah
dan tokoh-tokoh pergerakan nasional antara lain: Pattimura; Hasanudin; Pangeran Antasari;
Patih Jelantik; Pangeran Diponegoro; Nyi Ageng Serang; Martha Christina Tiahahu; Cut Nya
Din; Imam Bonjol; Teuku Umar; Sisingamangaraja; Maria Walanda; Dewi Sartika; R.A. Kartini;
Sutomo; Ki Hajar Dewantoro; Cipto Mangunkusumo (Frederick, 1982: 183).
Dengan terwujudnya identitas bersama sebagai bangsa dan negara Indonesia dapat
mengikat eksistensinya serta memberikan daya hidup. Sebagai bangsa dan negara yang
merdeka, berdaulat dalam hubungan internasional akan dihargai dan sejajar dengan bangsa
dan negara lain. Identitas bersama itu juga dapat menunjukkan jati diri serta kepribadiannya.
Rasa solidaritas sosial, kebersamaan sebagai kelompok dapat mendukung upaya mengisi
kemerdekaan. Dengan identitas bersama itu juga dapat memberikan motivasi untuk mencapai
kejayaan bangsa dan negara di masa depan.

C. Identitas Nasional
Istilah “identitas nasional” secara terminologis terdiri dari kata identitas yang berarti
memiliki pengertian harfiah: ciri, tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang, kelompok
atau sesuatu yang membedakan dengan yang lain. Kata nasional merujuk pada konsep
kebangsaan. Oleh karena itu identitas nasional lebih merujuk pada identitas bangsa dalam
pengertian politik. Identitas nasional adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang
secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Berdasarkan pengertian
yang demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki identitas sendiri-sendiri
sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. Demikian pula hal
ini juga sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa tersebut terbentuk secara historis.
a. Faktor Pembentukan Identitas Bersama (Winarno, 2006: 32-35).
Proses pembentukan bangsa-negara membutuhkan identitas-identitas untuk menyatukan
masyarakat bangsa yang bersangkutan. Faktor-faktor yang diperkirakan menjadi identitas
bersama suatu bangsa, meliputi primordial, sakral, tokoh, bhinneka tunggal ika, sejarah,
perkembangan ekonomi, dan kelembagaan (Surbakti, 1992: 44- 47).
1) Primordial
Primordial adalah ikatan kelompok yang sempit. Faktor-faktor primordial ini meliputi:
ikatan kekerabatan (darah dan keluarga), kesamaan suku bangsa, daerah asal

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA 18


(homeland), bahasa dan adat istiadat. Faktor primordial ini merupakan identitas yang
menyatukan masyarakat sehingga mereka dapat membentuk bangsa-negara.
2) Sakral
Faktor sakral dapat berupa kesamaan agama yang dianut masyarakat atau ideologi
doktriner yang diakui oleh masyarakat yang bersangkutan. Agama dan ideologi
merupakan faktor sakral yang dapat membentuk bangsa-negara. Di samping itu, juga
dapat menyumbang terbentuknya satu nasionalis baru.
3) Tokoh
Kepemimpinan dari para tokoh yang disegani dan dihormati oleh masyarakat dapat pula
menjadi faktor yang menyatukan bangsa-negara. Pemimpin di beberapa negara
dianggap sebagai penyambung lidah rakyat, pemersatu rakyat, dan simbol persatuan
bangsa yang bersangkutan
4) Bhinneka Tunggal Ika
Prinsip bhinneka tunggal ika pada masyarakat adalah kesediaan warga bangsa untuk
bersatu dalam perbedaan (unity in diversity). Yang disebut bersatu dalam perbedaan
adalah kesediaan warga bangsa untuk setia pada lembaga yang disebut negara dan
pemerintahnya, tanpa menghilangkan keterikatannya pada suku bangsa, adat, ras, dan
agamanya.
Sesungguhnya warga bangsa memiliki kesetiaan ganda (multiloyalities). Warga setia
pada identitas primordialnya dan warga juga memiliki kesetiaan pada pemerintahan dan
negara, tetapi mereka menunjukkan kesetiaan yang lebih besar pada kebersamaan
yang terwujud dalam bangsa-negara di bawah satu pemerintah yang sah. Mereka
sepakat untuk hidup bersama di bawah satu bangsa meskipun berbeda latar belakang.
5) Sejarah
Persepsi yang sama di antara warga masyarakat tentang sejarah mereka dapat
meyatukan diri dalam satu bangsa. Persepsi yang sama tentang pengalaman masa lalu
seperti sama-sama menderita karena penjajahan tidak hanya melahirkan solidaritas
tetapi juga melahirkan tekat dan tujuan yang sama antar anggota masyarakat itu.
6) Perkembangan Ekonomi
Perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan spesialisasi pekerjaan dan
profesi sesuai dengan aneka kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi mutu dan variasi
kebutuhan masyarakat, semakin saling bergantung di antara jenis pekerjaan. Setiap
orang akan saling bergantung dalam memenuhi kebutuhan hidup. Semakin kuat saling
ketergantungan anggota masyarakat karena perkembangan ekonomi, akan semakin
besar solidaritas dan persatuan dalam masyarakat. Solidaritas yang terjadi karena
perkembangan ekonomi oleh Emile Durkheim disebut solidaritas organis.

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA 19


7) Kelembagaan
Faktor lain yang berperan dalam mempersatukan bangsa berupa lembaga-lembaga
pemerintahan dan politik. Lembaga-lembaga itu seperti birokrasi, angkatan bersenjata,
pengadilan, dan partai politik. Lembaga-lembaga itu melayani dan mempertemukan
warga tanpa membeda-bedakan asal-usul dan golongannya dalam masyarakat. Kerja
dan perilaku lembaga politik dapat mempersatukan orang sebagai satu bangsa.
b. Identitas Cultural atau Identitas Kesukubangsaan
Cultural unity merujuk pada bangsa dalam pengertian kebudayaan atau bangsa dalam arti
sosiologis-antropologis. Cultural unity disatukan oleh adanya kesamaan dalam hal ras,
suku, agama, adat dan budaya, keturunan (darah) dan daerah asal (homeland). Unsur-
unsur ini menjadi identitas kelompok bangsa yang bersangkutan sehingga dapat
dibedakan dengan bangsa lain. Identitas cultural unity dapat disebut identitas
kesukubangsaan.
Identitas yang dimiliki oleh sebuah cultural unity kurang lebih bersifat askriptif (sudah ada
sejak lahir), bersifat alamiah (bawaan), primer, dan etnik. Setiap angoota cultural unity
memiliki kesetiaan atau loyalitas pada identitasnya. Identitas demikian dapat pula disebut
sebagai identitas primordial.
c. Identitas Political Unity atau Identitas Kebangsaan
Political unity merujuk pada bangsa dalam pengertian politik yaitu bangsa-negara.
Kesamaan primordial dapat saja menciptakan bangsa tersebut untuk bernegara. Negara
yang terbentuk berasal dari satu bangsa dengan identitas primordial yang sama.
Namun dalam dewasa ini, negara yang relatif homogen, yang hanya terdiri dari satu
bangsa tidak banyak terjadi. Umumnya negara yang terbentuk adalah heterogen, terdiri
dari banyak bangsa di dalamnya. Negara baru perlu menciptakan identitas yang baru pula
untuk bangsanya. Identitas itu disebut identitas kebangsaan atau identitas nasional.
Identitas-identitas kebangsaan itu merupakan kesepakatan dari banyak bangsa di
dalamnya. Identitas nasional itu dapat saja berasal dari identitas sebuah bangsa di
dalamnya yang selanjutnya disepakati sebagai identitas nasionalnya. Identitas
kebangsaan bersifat buatan, sekunder, etis, dan nasional. Beberapa bentuk identitas
nasional adalah bahasa nasional, lambang nasional, semboyan nasional, bendera
nasional, dan ideologi nasional.
Kesediaan dan kesetiaan warga bangsa untuk mendukung identitas nasional itu perlu
ditanamkan, dipupuk, dan dikembangkan secara terus-menerus. Hal ini disebabkan warga
juga memiliki kesetiaan pada identitas kelompoknya yang justru lebih dahulu daripada
kesetiaan pada identitas nasional. Kesetiaan pada identitas nasional amat penting karena
dapat mempersatukan warga bangsa itu sebagai satu bangsa dalam satu negara.

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA 20


Proses pembentukan identitas nasional umumnya membutuhkan waktu dan
perjuangan panjang di antara warga bangsa-negara yang bersangkutan. Hal ini disebabkan
identitas nasional adalah hasil kesepakatan masyarakat bangsa itu. Dapat terjadi sekelompok
warga bangsa tidak setuju dengan identitas nasional yang hendak diajukan oleh kelompok
bangsa lainnya. Setiap kelompok bangsa di dalam suatu negara, umumnya menginginkan
identitasnya dijadikan atau diangkat sebagai identitas nasional yang tentu saja belum tentu
diterima oleh kelompok bangsa lain. Inilah yang menyebabkan sebuah negara-bangsa yang
baru merdeka mengalami pertikaian intern yang berlarut-larut demi untuk saling mengangkat
identitas kesukubangsaan menjadi identitas nasional (Winarno, 2006: 45).
Setelah bangsa Indonesia bernegara, mulai dibentuk dan disepakati apa-apa yang
dapat menjadi identitas nasional Indonesia. Dapat dikatakan bangsa Indonesia relatif berhasil
dalam membentuk identitas nasionalnya kecuali pada saat proses pembentukan ideologi
Pancasila sebagai identitas nasional yang membutuhkan perjuangan dan pengorbanan di
antara warga bangsa.
Lebih lanjut Winarno (2006: 44-46), menyatakan beberapa bentuk identitas nasional
Indonesia, adalah sebagai berikut.
a. Bahasa nasional atau bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia berawal dari rumpun bahasa Melayu yang dipergunakan sebagai
bahasa pergaulan yang kemudian diangkat sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28
Oktober 1928. Bangsa Indonesia sepakat bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa
nasional sekaligus identitas nasional Indonesia.
b. Dasar falsafah negara yaitu Pancasila
Berisi lima dasar yang dijadikan sebagai dasar filsafat dan ideologi dari negara Indonesia.
Pancasila merupakan identitas nasional yang berkedudukan sebagai dasar negara dan
ideologi nasional Indonesia.
c. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya
Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan yang pada tanggal 28 Oktober 1928 dinyanyikan
untuk pertama kali sebagai lagu kebangsaan negara.
d. Lambang negara yaitu Garuda Pancasila
Garuda adalah burung khas Indonesia yang dijadikan lambang negara.
e. Semboyan negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika artinya berbeda-beda tetapi tetap satu juga. Menunjukkan kenyataan
bahwa bangsa kita heterogen, namun tetap berkeinginan untuk menjadi satu bangsa yaitu
bangsa Indonesia.
f. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih
Warna merah berarti berani dan putih berarti suci. Lambang merah putih sudah dikenal
pada masa kerajaan di Indonesia yang kemudian diangkat sebagai bendera negara.

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA 21


Bendera warna merah putih dikibarkan pertama kali pada tanggal 17 Agustus 1945, namun
telah ditunjukkan pada peristiwa Sumpah Pemuda.
g. Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945
Merupakan hukum dasar tertulis yang menduduki tingkatan tertinggi dalam tata urutan
perundangan dan dijadikan sebagai pedoman penyelenggaraan bernegara.
h. Bentuk Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
Bentuk negara adalah kesatuan, sedang bentuk pemerintahan adalah republik. Sistem
politik yang digunakan adalah sistem demokrasi (kedaulatan rakyat). Saat ini identitas
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat disepakati untuk tidak
ada perubahan.
i. Konsepsi Wawasan Nusantara
Sebagai cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba
beragam dan memiliki nilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa, kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
j. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional
Berbagai kebudayaan dari kelompok-kelompok bangsa di Indonesia yang memiliki cita
rasa tinggi, dapat dinikmati dan diterima oleh masyarakat luas merupakan kebudayaan
nasional. Kebudayaan nasional pada dasarnya adalah puncak-puncak dari kebudayaan
daerah.
Tumbuh dan disepakainya beberapa identitas nasional Indonesia itu sesungguhnya
telah diawali dengan adanya kesadaran politik bangsa Indonesia sebelum bernegara. Hal
demikian sesuai dengan ciri dari pembentukan negara-negara model mutakhir. Kesadaran
politik itu adalah tumbuhnya semangat nasionalisme (semangat kebangsaan) sebagai
gerakan menentang penjajahan dan mewujudkan negara-negara Indonesia. Dengan
demikian, nasionalisme yang tumbuh kuat dalam diri bangsa Indonesia turut mempermudah
terbentuknya identitas nasional Indonesia.

D. Kerangka Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara


Sejarah menunjukkan dinamika kehidupan bangsa Indonesia mengalami pasang surut
sesuai dengan tantangan zaman yang dihadapi. Segala perubahan yang terjadi disadari
sebagai konsekuensi kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan lingkungan masyarakat
internasional. Dalam rangka pelaksanaan kehidupan nasional Indonesia telah memiliki
seperangkat sarana yang dapat digunakan sebagai acuan yaitu Pancasila sebagai falsafah,
ideologi dan dasar negara, UUD 1945 sebagai hukum dasar, Wawasan Nusantara sebagai
wawasan nasional, Ketahanan Nasional sebagai konsepsi yang merupakan prasyarat untuk
mencapai cita-cita dan tujuan nasional.

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA 22


1. Pancasila sebagai Falsafah, Ideologi dan Dasar Negara Republik Indonesia
Bangsa Indonesia dalam hidup bernegara telah memiliki suatu pandangan hidup
bersama yang bersumber pada akar budaya dan nilai-nilai religiusnya yang terkristalisasi
dalam Pancasila. Oleh karena Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa merupakan suatu
kristalisasi dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat Indonesia, maka pandangan hidup
tersebut dijunjung tinggi oleh warganya. Pancasila sebagai pandangan hidup bagi bangsa
Indonesia merupakan asas pemersatu masyarakat Indonesia yang bhinneka. Sebagai intisari
dari nilai budaya masyarakat Indonesia, maka Pancasila merupakan cita-cita moral bangsa
yang memberikan pedoman dan kekuatan rohani oleh bangsa untuk berperilaku luhur dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia terkandung didalamnya
konsepsi dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan, terkandung dasar pikiran terdalam
dan gagasan mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Dengan pandangan hidup,
bangsa Indonesia akan mengetahui ke arah mana tujuan yang ingin dicapainya. Dengan
pandangan hidup yang diyakininya, maka bangsa Indonesia memiliki pegangan dan pedoman
bagaimana menghadapi dan memecahkan berbagai masalah politik, ekonomi, sosial budaya,
hankam, dan persoalan lain dalam gerak masyarakat yang makin maju.
Pancasila tidak hanya sebagai pandangan hidup bangsa, tetapi juga sebagai dasar
negara Republik Indonesia. Pancasila dalam kedudukan ini sering disebut sebagai Dasar
Filsafat atau Dasar falsafah Negara (Philosofiche Gronslag). Dalam pengertian ini Pancasila
merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur pemerintahan negara atau dengan
kata lain Pancasila merupakan suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara.
Konsekuensinya, seluruh pelaksanaan dan penyelenggaraan negara terutama segala
peraturan perundang-undangan dijabarkan dari nilai-nilai Pancasila. Pancasila juga
merupakan sumber dari segala sumber hukum, yaitu sumber kaidah hukum negara yang
secara konstitusional mengatur negara Republik Indonesia beserta seluruh unsur-unsurnya
yaitu rakyat, wilayah, serta pemerintahan negara.
Pancasila sebagai dasar negara merupakan suatu asas kerohanian yang meliputi
suasana kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma dan
kaidah moral maupun hukum negara, dan menguasai hukum dasar baik yang tertulis (undang-
undang dasar) maupun yang tidak tertulis (konvensi). Dalam kedudukannya sebagai dasar
negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara hukum.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia secara resmi disahkan
oleh PPKI pada sidang tanggal 18 Agustus 1945, tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
dan diundangkan dalam “Berita Republik Indonesia” tahun II No. 7 tanggal 15 Februari 1946.
Penegasan sebagai dasar negara termuat dalam ketetapan MPR No. XVIII/MPR/1998.

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA 23


Selain sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar negara RI, Pancasila juga
merupakan ideologi bangsa dan negara Indonesia. Dalam kedudukan dan fungsi ini,
Pancasila pada hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil pemikiran seseorang atau
sekelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi lain di dunia. Pancasila diangkat dari nilai-
nilai adat istiadat, kebudayaan dan nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup
masyarakat Indonesia. Unsur-unsur Pancasila tersebut dirumuskan oleh para pendiri negara,
sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara serta ideologi bangsa dan negara
Indonesia.
Sebagai ideologi bangsa dan negara, Pancasila merupakan suatu cita-cita yang ingin
dicapai dan mencakup nilai-nilai yang menjadi dasar serta pedoman negara dan
kehidupannya. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa Pancasila sebagai ideologi pada
hakikatnya memiliki makna dasar filsafat negara yang sekaligus sebagai asas kerohanian
negara.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai dasar negara dan ideologi
nasional secara konsepsional mengandung nilai-nilai demokrasi, HAM, persatuan dan
kesatuan dalam semangat kekeluargaan dan kebersamaan yang harmonis, serta ingin
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Nilai-nilai tersebut sesuai dengan
tuntutan zaman pada saat ini dan masa mendatang dalam membina kehidupan nasional.
Perpaduan nilai-nilai tersebut mampu mewadahi kebhinnekaan seluruh aspirasi
bangsa Indonesia. Pancasila merupakan sumber motivasi bagi perjuangan seluruh bangsa
Indonesia dalam tekadnya untuk secara berdaulat dan mandiri menata kehidupan di dalam
negara kesatuan Republik Indonesia. Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa dan dasar
negara mempunyai kekuatan hukum yang mengikat bagi setiap warga negara Indonesia, para
penyelenggara negara, lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan.

2. UUD 1945 sebagai Landasan Konstitusional


Undang Undang Dasar 1945 adalah hukum dasar yang tertulis. Sebagai hukum, maka
UUD 1945 bersifat mengikat bagi pemerintah, lembaga negara, lembaga masyarakat, setiap
warga negara Indonesia di mana saja dan setiap penduduk yang ada di wilayah negara
Indonesia. Sebagai hukum, UUD 1945 berisi norma-norma, aturan-aturan atau ketentuan-
ketentuan yang harus dilaksanakan dan ditaati.
Undang Undang Dasar bukanlah hukum biasa. Sebagai hukum dasar, undang-undang
dasar itu sendiri merupakan sumber hukum. Setiap produk hukum seperti undang-undang,
peraturan atau keputusan pemerintah, dan juga setiap tindakan kebijakan pemerintah
haruslah berdasarkan dan bersumberkan pada peraturan yang lebih tinggi yang pada
akhirnya dipertanggungjawabkan pada ketentuan-ketentuan UUD 1945.

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA 24


Dalam kedudukan yang demikian, UUD 1945 dalam kerangka tata urutan atau tata
tingkatan norma hukum yang berlaku, merupakan hukum yang menempati kedudukan
tertinggi. Dalam hubungan ini, undang-undang dasar juga mempunyai fungsi sebagai kontrol
apakah norma hukum yang lebih rendah yang berlaku itu sesuai atau tidak dengan ketentuan
undang-undang dasar.
UUD 1945 dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: (1) Pembukaan UUD 1945 dan (2)
Pasal-pasal UUD 1945. Bagian pertama, Pembukaan UUD 1945 yang terdiri dari empat
alinea, pada alinea terakhir memuat dasar negara Pancasila.
Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang diciptakan dan
dijelmakan dalam UUD yaitu dalam pasal-pasalnya. Ada empat pokok pikiran yang sifat dan
maknanya sangat dalam yaitu: (1) Negara Persatuan; (2) Negara hendak mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat; (3) Negara yang berkedaulatan rakyat, berdasar atas
kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan; (4) Negara berdasarkan atas Ketuhanan YME
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pembukaan UUD 1945 mempunyai kedudukan sebagai pokok kaidah fundamental
negara RI. Dengan demikian pembukaan memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari pasal-
pasal UUD 1945. Atau dengan kata lain pembukaan merupakan tertib hukum tertinggi dan
terpisah dari pasal-pasal UUD 1945. Pembukaan merupakan pokok kaidah fundamental yang
menentukan adanya UUD itu. Terbawa oleh kedudukannya sebagai pokok kaidah
fundamental, pembukaan mengandung pokok-pokok pikiran yang oleh UUD harus
diciptakan/dituangkan dalam pasal-pasalnya.
Dalam kedudukannya sebagai pokok kaidah fundamental negara Republik Indonesia,
maka Pembukaan UUD 1945 bersifat tetap, artinya tidak dapat diubah, apalagi diganti oleh
siapapun termasuk Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Dalam hukum, Pembukaan
UUD 1945 mempunyai kedudukan yang kuat, tetap dan tidak berubah, terlekat pada
kelangsungan hidup negara Republik Indonesia. Hal ini berarti, jika Pembukaan UUD 1945
diubah, apalagi diganti berarti membubarkan negara Proklamasi 17 Agustus 1945.
Dalam kaitannya dengan pembukaan UUD 1945 ini, bagaimanakah hubungannya
dengan Pancasila. Dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 dengan jelas menunjukkan
bahwa Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia. Hal ini berarti bahwa negara
Indonesia harus didirikan dan dibangun atas dasar Pancasila. Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa Pancasila adalah inti dari Pembukaan UUD 1945. Oleh karena merupakan
inti pembukaan, maka Pancasila tidak dapat diubah, apalagi diganti oleh siapapun termasuk
MPR, karena mengubah/menggantinya berarti membubarkan negara Proklamasi 17 Agustus
1945. Jadi jelas sekali bahwa terdapat hubungan yang erat antara Pancasila dengan
pembukaan dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA 25


Oleh karena kedudukan Pembukaan sebagai pokok kaidah fundamental negara
Republik Indonesia, mempunyai kedudukan yang sagat kuat, tetap dan tidak dapat diubah
oleh siapapun, maka perumusan Pancasila yang terkandung di dalam pembukaan bersifat
kuat, tetap dan tidak dapat diubah oleh siapapun. Dengan kata lain, perumusan Pancasila
yang sah adalah seperti yang tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945.
Pancasila sebagai substansi esensial Pembukaan UUD 1945 adalah sumber dari
segala sumber hukum Republik Indonesia. Oleh karena itu, yang penting bagi bangsa
Indonesia bahwa dalam mewujudkan cita-cita/tujuan harus sesuai dengan Pancasila, artinya
cara dan hasilnya tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam
Pancasila, sedangkan cita-cita/tujuan bangsa Indonesia tertuang di dalam Pembukaan UUD
1945. Karena Pancasila dan Pembukaan mempunyai hubungan yang erat, maka harus
dilaksanakan secara selaras, serasi dan seimbang.
Bagian kedua, UUD 1945 terdiri dari 20 bab, 73 pasal, 3 pasal aturan peralihan dan 2
pasal aturan tambahan. Pasal-pasal UUD 1945 mengandung semangat dan merupakan
perwujudan dari pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan, juga merupakan
rangkaian kesatuan pasal-pasal yang bulat dan terpadu. Pasal-pasal UUD 1945 berisi materi
dasar yang terbagi dalam dua bagian, yaitu:
a) Pasal-pasal yang berisi materi pengaturan sistem pemerintahan negara, didalamnya
termasuk pengaturan tentang kedudukan tugas, wewenang dan saling hubungan antara
kelembagaan negara.
b) Pasal-pasal yang berisi materi hubungan negara dengan warga negara dan
penduduknya, mengatur berbagai bidang kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya,
hankam dan lain-lain, ke arah mana negara bangsa/rakyat Indonesia akan bergerak
mencapai cita-cita/tujuan nasionalnya.

3. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Nasional


Wawasan Nusantara sebagai wawasan nasional Indonesia merupakan cara pandang
bangsa Indonesia untuk menyamakan persepsi, visi dan motivasi dalam rangka menjamin
persatuan dan kesatuan serta kepentingan nasional dalam rangka pencapaian cita-cita
nasional Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Dalam kehidupannya
secara umum manusia dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor keturunan dan lingkungannya,
baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Dalam kaitannya dengan wawasan nasional,
manusia Indonesia yang telah bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sangat diwarnai
oleh faktor lingkungan baik internal maupun eksternal, dekat ataupun jauh.
Dalam perjalanan sejarah, bangsa Indonesia telah mengalami penjajahan yang
berlangsung selama ±350 tahun. Suasana zaman penjajahan atau lingkungan hidup
penjajahan ikut mewarnai sifat-sifat rakyat Indonesia. Dengan merasakan akibat penjajahan

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA 26


terhadap masyarakat, serta proses yang dipakai untuk dapat menjajah, yaitu dengan
memecah belah, menindas yang kadang-kadang dengan kekejaman yang melampaui batas-
batas kemanusiaan, serta senantiasa menanamkan perasaan, bahwa bangsa Indonesia itu
bangsa yang bodoh dan malas, maka akhirnya mendorong bangsa Indonesia untuk
merumuskan suatu masyarakat yang diinginkan, yaitu masyarakat yang bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab, masyarakat
Indonesia yang bersatu, dengan sifat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, dimana diwujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Sifat masyarakat yang disebut di atas yang singkatnya dikenal dengan masyarakat
Pancasila, kini merupakan sikap hidup masyarakat Indonesia sehari-hari. Sikap itulah yang
dituangkan ke dalam Undang-Undang Dasar pada tahun 1945, yang selanjutnya menjadi
landasan hukum perjuangan bangsa Indonesia dalam usahanya untuk memperoleh tempat
yang wajar dimuka bumi ini, serta sekaligus menjadi seperangkat nilai-nilai yang dijadikan
dasar, serta memberikan arah dan tujuan di dalam melangsungkan hidup dan kehidupan serta
negara Indonesia.
Wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang mempunyai iklim tropis dengan ciri-
ciri panas dan basah. Disamping itu juga terletak pada pertemuan tiga sistem pegunungan
lipatan di bumi vulkanis yang aktif, menyebabkan adanya peremajaan tanah, serta tanahnya
mengandung berbagai mineral. Kesemua ciri tersebut berpengaruh terhadap kekayaan fauna
dan flora dengan ciri-ciri tertentu pula, yang selanjutnya berpengaruh terhadap budidaya
rakyat bangsa Indonesia yang tercermin dalam wawasan nasionalnya.
Perwujudan cita-cita dan tujuan nasional dipengaruhi oleh berbagai faktor. Ada tiga
faktor penting yang harus diperhatikan ialah kondisi geografi negara, manusia dan
lingkungannya. Wilayah Republik Indonesia cukup luas dan terdiri dari ribuan pulau, dikelilingi
atau diapit oleh dua benua dan dua samudra. Perairan luas di sekeliling dan diantara pulau-
pulau merupakan titik rawan ditinjau dari segi politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan.
Penduduknya padat, terdiri dari bermacam-macam suku, adat istiadat, bahasa dan agama
yang sangat beragam. Keadaan itu pada satu pihak menguntungkan, tetapi di sisi lain
merupakan sumber ancaman bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Persebaran penduduk
yang tidak merata serta kemajemukan dan kebhinnekaan merupakan sumber keresahan dan
pertentangan terlebih-lebih jika ada kekuatan yang menggunakannya. Oleh karena itu bangsa
Indonesia harus memiliki suatu wawasan nasional yang dapat dijadikan landasan dan
pedoman dalam mencapai tujuan nasional.
Wawasan nasional merupakan cara pandang suatu bangsa tentang diri dan
lingkungannya. Wawasan Nusantara sebagai wawasan nasional Indonesia merupakan
penjabaran dari falsafah bangsa Indonesia Pancasila sesuai dengan kondisi atau keadaan

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA 27


geografis negara serta sejarah yang dialaminya. Melalui wawasan tersebut bangsa Indonesia
menentukan cara-cara pemanfaatan kondisi geografis, kondisi sosial budaya dan
lingkungannya dalam rangka menjamin kepentingan nasional dan mencapai cita-cita
nasional. Dengan demikian wawasan nasional Indonesia yaitu wawasan nusantara menjadi
sumber utama dan landasan yang kuat dalam menyelenggarakan kehidupan nasional menuju
perwujudan Indonesia sebagai suatu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya dan
pertahanan keamanan.
Perwujudan Pancasila dalam kehidupan bernegara diaktualisasikan dengan
mensyukuri segala anugerah-Nya. Konstelasi dan posisi geografi dengan segala isi dan
potensi yang dimiliki wilayah Nusantara hendaknya dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi
peningkatan harkat, martabat bangsa dan negara Indonesia dalam pergaulan antar bangsa.
Hal tersebut akan memberikan rangsangan dan dorongan kepada bangsa Indonesia untuk
membina, mengembangkan segala aspek dan dimensi kehidupan nasionalnya secara
dinamis, utuh serta menyeluruh, sehingga mampu mempertahankan identitas, integritas dan
kelangsungan hidup serta pertumbuhannya dalam perjuangan mencapai cita-cita nasional.
Wawasan Nusantara merupakan doktrin dasar untuk melandasi kebijakan dan strategi
pembangunan nasional.

4. Ketahanan Nasional sebagai Pendekatan Konsepsional


Setiap bangsa mempunyai cita-cita luhur yang ingin dicapai. Perjuangan untuk
mencapai cita-cita tersebut mempunyai fungsi sebagai penentu tujuan nasionalnya. Dalam
perjuangan mencapai tujuan nasional, setiap bangsa akan menghadapi berbagai macam
tantangan. Untuk ini setiap bangsa harus memiliki ketahanan nasional.
Ketahanan nasional adalah kondisi dinamik bangsa, meliputi segenap aspek
kehidupan nasional yang terintegrasi berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, dalam menghadapi dan mengatasi segala
tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan baik yang datang dari luar maupun dalam
negeri, yang langsung maupun tidak langsung untuk menjamin identitas, integritas,
kelangsungan hidup bangsa dan negara, serta perjuangan mencapai tujuan nasional. Pada
hakikatnya ketahanan nasional adalah keuletan dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat
menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara. Ketahanan nasional
yang tangguh akan lebih mendorong pembangunan nasional, dan berhasilnya pembangunan
nasional akan meningkatkan ketahanan nasional.
Ketahanan nasional sebagai suatu kondisi kehidupan nasional harus diwujudkan.
Suatu kondisi kehidupan yang perlu dibina secara dini, terus menerus dan sinergik, mulai dari
pribadi, keluarga, lingkungan, daerah dan nasional, bermodalkan keuletan dan ketangguhan
yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional. Proses berkelanjutan

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA 28


untuk mewujudkan kondisi tersebut dilakukan berdasarkan pemikiran geostrategi berupa
suatu konsepsi yang dirancang dan dirumuskan dengan memperhatikan kondisi bangsa dan
konstelasi geografis Indonesia.
Ketahanan nasional sebagai konsepsi pada hakikatnya adalah pengaturan dan
penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan yang serasi, selaras dan seimbang dalam
seluruh aspek kehidupan secara utuh dan menyeluruh serta terpadu berdasarkan Pancasila,
UUD 1945, dan Wawasan Nusantara. Dengan kata lain, konsepsi ketahanan nasional
(Indonesia) merupakan pedoman/sarana untuk meningkatkan keuletan dan ketangguhan
bangsa yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, dengan
pendekatan kesejahteraan dan keamanan. Kesejahteraan dapat digambarkan sebagai
kemampuan bangsa dalam menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai nasional, demi
sebesar-besar kemakmuran yang adil dan merata, rohaniah dan jasmaniah, sedangkan
keamanan adalah kemampuan bangsa melindungi nilai-nilai nasional terhadap ancaman dari
luar maupun dari dalam.
Konsep dasar ketahanan nasional Republik Indonesia mengemukakan seluruh aspek
kehidupan nasional yang dirinci kedalam astagatra atau 8 (delapan) aspek, terdiri dari trigatra
atau 3 (tiga) aspek alamiah bersifat statis yaitu geografi, sumber kekayaan alam, dan
kependudukan. Pancagatra atau 5 (lima) aspek sosial bersifat dinamis meliputi ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan.
Terdapat hubungan timbal balik yang erat antara trigatra dan pancagatra serta antara
gatra itu sendiri. Tiap-tiap gatra (aspek) di dalam tata kehidupan nasional relatif berubah
menurut waktu, ruang dan lingkungan terutama aspek-aspek dinamis. Dengan demikian
perubahan pada salah satu gatra akan berpengaruh terhadap gatra lainnya. Kelemahan pada
salah satu aspek akan menimbulkan kelemahan pada aspek lain dan mempengaruhi kondisi
keseluruhan. Dalam rangka mencapai tujuan nasional dengan peningkatan ketahanan
nasional, maka setiap gatra memberikan sumbangan (kontribusi) terhadap gatra yang lain,
dan tergantung kepada kemampuan menggunakan (mengelola) semua aspek kehidupan
nasional. Di dalam pengelolaan aspek-aspek kehidupan nasional itu harus diperhatikan nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai landasan idiil, UUD 1945 sebagai landasan
konstitusional, dan Wawasan Nusantara sebagai landasan geopolitiknya.
Dari uraian di atas tampak jelas keterkaitan (hubungan) antara kedudukan Pancasila
sebagai falsafah, ideologi dan dasar negara kesatuan Republik Indonesia yang secara resmi
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. UUD 1945 sebagai hukum dasar dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam pasal-
pasalnya tercermin nilai-nilai Pancasila. Wawasan Nusantara sebagai wawasan nasional
memberikan arah pedoman perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai tujuan nasional.
Dalam perjuangan tersebut, bangsa Indonesia harus mendasarkan diri kepada Pancasila dan

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA 29


UUD 1945. Ketahanan nasional merupakan prasyarat berlangsungnya kehidupan nasional
dan pembangunan nasional dalam mencapai cita-cita nasional. Di dalam mengelola
kehidupan nasional itu harus berdasarkan Pancasila, UUD 1945 dan Wawasan Nusantara.

E. Warga negara, Hak, dan Kewajiban Warga Negara


1. Warga negara
Apabila kita membicarakan warga negara, maka asosiasi kita langsung tertuju kepada
negara. Karena warga negara sama artinya dengan anggota. Dengan demikian warga negara
berarti juga anggota dari negara, yaitu anggota dari suatu organisasi kekuasaan yang dinamai
negara.
Warga negara adalah salah satu tiang negara, disamping kedua tiang yang lain, yaitu
wilayah dan pemerintah. Karena warga negara merupakan tiang atau sokoguru negara, maka
kedudukan warga negara sangatlah penting dalam suatu negara.
Siapakah warga negara Indonesia? Dalam pasal 26 UUD 1945 ayat 1 dinyatakan
sebagai berikut: “yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang-Undang sebagai warga negara”. Jadi
di sini dibedakan antara orang bangsa Indonesia “asli” dan orang bangsa lain. Pengertian
“asli” tersebut tidak dijelaskan lebih lanjut sebagaimana pengertian orang-orang bangsa lain.
Mengenai pengertian “orang-orang bangsa lain” dijelaskan sebagai berikut :”orang-
orang bangsa lain, misalnya: orang peranakan Belanda, peranakan Tionghoa, dan peranakan
Arab yang bertempat kedudukan di Indonesia, mengakui Indonesia sebagai tanah airnya dan
bersikap setia kepada Negara Republik Indonesia, dapat menjadi warga negara”. Jadi yang
dapat dianggap “asli” adalah orang-orang yang bukan termasuk “orang-orang bangsa lain”.
Ketentuan mengenai siapa warga negara Indonesia diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang
nomor 12 tahun 2006.
Seperti berikut ini, yang termasuk sebagai WNI adalah:
1) Setiap orang yang sudah menjadi WNI sebelum undang-undang ini berlaku.
2) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang dan ibu WNI.
3) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu WNA.
4) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNA dan ibu WNI.
5) Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI, tetapi ayahnya tidak
mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara asal ayahnya tidak memberikan
kewarganegaraan kepada anak tersebut.
6) Anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah ayahnya meninggal
dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya WNI.
7) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI.

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA 30


8) Anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu WNA yang diakui oleh
seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak itu
berusia 18 (delapan belas) tahun dan atau belum kawin.
9) Anak yang lahir di Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas status kewarganegaraan
ayah dan ibunya.
10) Anak yang lahir ditemukan di Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui.
11) Anak yang lahir di Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak kewarganegaraan atau tidak
diketahui keberadaannya.
12) Anak yang lahir di luar wilayah Indonesia dari seorang ayah dan ibu WNI yang karena
ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan
kepada anak yang bersangkutan.
13) Anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah setia atau menyatakan janji setia.
Warga keturunan baik Tionghoa, India, maupun dari Timur Tengah selama ini mereka
tidak termasuk warga negara Indonesia “asli” dengan segala dampak negatifnya. Kesempatan
mereka sangat terbatas untuk duduk dalam jabatan-jabatan publik apalagi untuk menjadi
Presiden dan/atau Wakil Presiden. Padahal, mereka sudah turun-temurun lahir dan tinggal di
Indonesia. Siapakah yang dimaksud dengan warga negara Indonesia asli menurut UU
Kewarganegaraan No. 12 Tahun 2006?
Kriteria seseorang disebut sebagai warga negara Indonesia asli dalam UU
Kewarganegaraan yang lama sangat tidak adil bagi warga keturunan. Semua warga
keturunan dianggap sebagai bukan warga negara Indonesia asli. Yang disebut Indonesia asli
hanya untuk suku-suku yang ada di wilayah Republik Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Ini yang kemuadian menyebabkan warga keturunan menjadi warga negara “kelas dua”. Para
pejabat publik dalam berbagai urusan dokumen untuk warga keturunan, sering
memberlakukan syarat dan biaya “khusus” kepada mereka.
Ketentuan-ketentuan diskriminatif ini dihapus oleh UU Kewarganegaraan No.12 Tahun
2006. Seperti sudah disampaikan, siapa yang disebut sebagai Indonesia asli dan siapa yang
tidak termasuk sebagai Indonesia asli. Setiap warga negara Indonesia baik itu keturunan
Tionghoa, Arab, India dan etnik lainnya yang sudah lahir dan tinggal turun-temurun di
Indonesia adalah bangsa Indonesia asli.
Secara ringkas, UU Kewarganegaraan yang baru ini mengelompokkan warga negara
dalam dua kelompok yaitu (i) WNI asli yaitu orang Indonesia yang menjadi warga Negara
Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima Kewarganegaraan lain kehendak
sendiri, dan (ii) orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai WNI
melalui proses pewarganegaraan.

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA 31


Lebih tegas lagi dalam penjelasan pasal 2 UU No. 12 Tahun 2006 ini disebutkan yang
dimaksudkan dengan “Bangsa Indonesia asli” adalah orang Indonesia yang menjadi Warga
Negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain atas
kehendak sendiri.
Dalam UU Kewarganegaraan yang terbaru ini, memberikan kesempatan kepada pria
atau wanita WNA yang menikah dengan WNI untuk menjadi WNI asal memenuhi syarat-
syarat yang ditetapkan seperti berikut ini.
1) Pada saat yang bersangkutan mengajukan permohonan, dia telah menikah secara sah
dengan perempuan WNI
2) Pada waktu mengajukan permohonan dia sudah bertempat tinggal di Indonesia paling
singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau paling singkat 10 (tidak berturut-turut)
3) Sehat jasmani dan rohani
4) Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan UUD 1945
5) Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih
6) Jika dengan memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia dia tidak menjadi warga
kerwarganegaraan ganda; (dia harus melepaskan kewarganegaraan dari negara
asalnya)
7) Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap
8) Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.

2. Hak dan Kewajiban Warga Negara


Penduduk Indonesia dibedakan menjadi dua, yaitu warga negara Indonesia (WNI) dan
bukan warga negara (WNA). Perbedaan antara keduanya adalah dalam hak dan kewajiban.
Hak dan kewajiban warga negara, telah diatur menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dalam UUD 1945 dan
Perubahannya, mulai pasal 27 sampai dengan pasal 34.

Pasal 27:
(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA 32


Pasal 28:
(1). Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan
dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.

Pasal 28 A:
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Pasal 28 B:
(1). Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah.
(2). Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Pasal 28 C:
(1). Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,
berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni, dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia.
(2). Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.

Pasal 28 D:
(1). Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
(2). Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan
layak dalam hubungan kerja.
(3). Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
(4). Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.

Pasal 28 E:
(1). Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
(2). Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan
sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
(3). Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA 33


Pasal 28 F :
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

Pasal 28 G :
(1). Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan
harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan
perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang
merupakan hak asasi.
(2). Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan
derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain.

Pasal 28 H :
(1). Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan
(2). Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
(3). Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya
secara utuh sebagaimana manusia yang bermartabat.
(4). Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh
diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.

Pasal 28 I :
(1). Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan
hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak
asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.
(2). Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun
dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
(3). Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.
(4). Perlindungan, kemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab negara, terutama pemerintah.

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA 34


(5). Untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara
hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.

Pasal 28 J :
(1). Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2). Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan
untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.

Pasal 29 :
(1). Negara bedasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2). Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya.

Pasal 30 :
(1). Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.
(2). Usaha pertahanan dan kemanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahana dan
keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.
(3). Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan
Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara
keutuhan dan kedaulatan negara.
(4). Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta
menegakkan hukum.
(5). Susunan dan kedudukan Tentara Nasiona Indonesia, Kepolisisan Negara Republik
Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia didalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat keikutsertaan warga
negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara serta hal-hal yang terkait dengan
pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang.

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA 35


Pasal 31 :
(1). Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
(2). Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
(3). Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.
(4). Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran
pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan dan belanja daerah
untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
(5). Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-
nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat
manusia.

Pasal 32 :
(1). Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan
menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai
budayanya.
(2). Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya
nasional.

Pasal 33 :
(1). Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
(2). Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara.
(3). Bumi dan air dan kekayaan yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
(4). Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.
(5). Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.

Pasal 34 :
(1). Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
(2). Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA 36


(3). Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak.
(4). Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.

Khususnya menyangkut pembelaan negara sebagaimana diatur dalam pasal 27, perlu
ditekankan di sini bahwa masalah pembelaan negara bukan hanya sebagai hak akan tetapi
sekaligus kewajiban warga negara. Hal itu berarti bahwa dalam keadaan negara
memerlukannya, negara dapat mewajibkan kepada setiap warga negara untuk melakukan
bela negara, misalnya dengan mengikuti milisi. Sebaliknya warga negara yang telah
memenuhi persyaratan tertentu tidak dapat mengelak dari kewajiban tersebut.

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA 37

Anda mungkin juga menyukai