Anda di halaman 1dari 18

Bab 1 Negara

1. Pengertian Bangsa dan Negara

Bangsa dan negara memiliki kaitan yang sangat erat satu sama lain. Menurut Ernest
Renan, seorang guru besar Universitas Sorbon, bangsa adalah suatu kesatuan solidaritas,
kesatuan yang terdiri dari orang-orang yang saling merasa setia kawan dengan satu sama lain.
Nation adalah suatu jiwa, suatu asas spiritual .... Ia adalah suatu kesatuan solidaritas yang
besar, tercipta oleh perasaan pengorbanan yang telah dibuat di masa lampau dan oleh orang-
orang yang bersangkutan bersedia dibuat di masa depan. Nation mempunyai masa lampau,
tetapi ia melanjutkan dirinya pada masa kini melalui suatu kenyataan yang jelas: yaitu
kesepakatan, keinginan yang dikemukakan dengan nyata untuk terus hidup bersama. Oleh sebab
itu suatu nasion tidak tergantung pada kesamaan asal ras, suku bangsa, agama, bahasa, geografi,
atau hal-hal lain yang sejenis. Akan tetapi kehadiran suatu nasion adalah seolah-olah suatu
kesepakatan bersama yang terjadi setiap hari (Bachtiar, 1987: 23). Benedict Anderson merumuskan
bangsa secara unik. Menurut pengamatannya, bangsa merupakan komunitas politik yang
dibayangkan (Imagined Political Community) dalam wilayah yang jelas batasnya dan
berdaulat. Dikatakan sebagai komunitas politik yang dibayangkan karena bangsa yang paling
kecil sekalipun para anggotanya tidak kenal satu sama lain. Dibayangkan secara terbatas karena
bangsa yang paling besar sekalipun yang penduduknya ratusan juta mempunyai batas wilayah
yang jelas. Dibayangkan berdaulat karena bangsa ini berada di bawah suatu negara
mempunyai kekuasaan atas seluruh wilayah dan bangsa tersebut.
Akhirnya bangsa disebut sebagai komunitas yang dibayangkan karena terlepas adanya
kesenjangan, para anggota bangsa itu selalu memandangsatu sama lain sebagai saudara
sebangsa dan setanah air. Perasaan sebangsa inilah yang menyebabkan berjuta-juta orang
bersedia mati bagi komunitas yang dibayangkan itu (Surbakti, 1992: 42).
Merujuk pendapat Anderson di atas, penciptaan solidaritas nasional digambarkan sebagai
proses pengembangan imaginasi di kalangan anggota masyarakat tentang komunitas mereka,
sehingga orang Aceh yang tidak pernah berkunjung ke Jawa Tengah dan tidak pernah
bertemu dengan orang Jawa Tengah bisa mengembangkan kesetiakawanan terhadap sesama
anggota komunitas Indonesia itu.
Pengertian bangsa mengandung elemen pokok berupa jiwa, kehendak, perasaan, pikiran,
semangat, yang bersama-sama membentuk kesatuan, kebulatan dan ketunggalan serta
semuanya itu yang dimaksud adalah aspek kerohaniannya. Bangsa, bukanlah kenyataan yang
bersifat lahiriah, melainkan bercorak rohaniah, yang adanya hanya dapat disimpulkan
berdasarkan pernyataan senasib sepenangungan dan kemauan membentuk kolektivitas. Munculnya
negara tidak dapat dilepaskan dari keberadaan manusia sebagai makhluk sosial, di mana
sebagai makhluk sosial manusia memiliki dorongan untuk hidup bersama dengan manusia lain,
berkelompok dan bekerjasama. Karena itulah dalam masyarakat dijumpai berbagai-bagai macam
organisasi, dari organisasi politilik, organisasi sosial, organisasi profesi, organisasi
keagamaan, dan sebagainya. Salah satu bentuk organisasi dalam kehidupan masyarakat adalah
organisasi yang dinamakan negara. Namun perlu dinyatakan bahwa organisasi yang dinamakan
negara ini memiliki karakteristik atau sifat-sifat yang khusus yang membedakan dengan
organisasi-organisasi lainnya.
Menurut O. Hood Phillips, dkk. Negara atau state adalah “An independent political society
occupying a defined territory, the member of which are united together for the purpose of resisting
external force and the preservation of internal order” (Asshiddiqie, 2010: 9). Dengan

1
ungkapan lain dapat dinyatakan bahwa negara adalah masyarakat politik independen yang
menempati wilayah tertentu, dan yang anggotanya bersatu dengan tujuan untuk menghadapi
tantangan atau kekuatan dari luar dan mempertahankan tatanan internal. (terjemahan penulis).
Dalam tataran yang lebih filosofis Hans Kelsen (Asshiddiqie, 2010: 10) dalam bukunya General
Theory of Law and State memandang negara sebagai entitas yuridis (state as a juristik
entity) dan negara sebagai masyarakat yang terorganisasikan secara politis (politically
organized society).
Menurut Wirjono Prodjodikoro (1983:2), negara adalah suatu organisasi di antara
kelompok atau beberapa kelompok manusia yang bersama-sama mendiami suatu wilayah
(territoir) tertentu dengan mengakui adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib
dan keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia tadi.
Pendapat lain dikemukakan oleh O. Notohamidjojo, yang menyatakan bahwa negara adalah
organisasi masyarakat yang bertujuan mengatur dan memelihara masyarakat tertentu dengan
kekuasaannya. Sedangkan menurut Soenarko negara adalah organisasi masyarakat yang
mempunyai daerah tertentu di mana kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai souverein.
(Lubis, 1982: 26).
Dengan memperhatikan beberapa pendapat di atas, dapat ditarik pemahaman bahwa
“negara adalah organisasi masyarakat yang memiliki wilayah tertentu dan berada di
bawah pemerintahan yang berdaulat yang mengatur kehidupan masyarakat tersebut”.
Negara merupakan konstruksi yang diciptakan oleh manusia untuk mengatur pola hubungan antar
manusia dalam kehidupan masyarakat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, kata negara dapat diartikan kedalam dua hal.
Yang pertama, negara adalah sebuah organisasi yang berapa pada suatu wilayah dan memiliki
kekuasaan tertinggi secara sah serta ditaati oleh masyarakat di dalamnya.
Yang kedua, sebuah negara dapat disimpulkan sebagai kelompok sosial yang mendiami sebuah
wilayah maupun daerah tertentu yang berada di bawah lembaga politik maupun pemerintah yang
efektif, memiliki kesatuan politik, berdaulat yang memiliki tujuan nasional yang ingin dicapai oleh
suatu wilayah tersebut.
Selain itu, menurut Muh Nur El Ibrahimi mengenai pengertian negara terbagi menjadi tiga, yang
dikutip dari buku “Bentuk Negara dan Pemerintahan RI”, terdiri dari:
1) Sebuah bentuk organisasi yang ada pada baik satu kelompok maupun beberapa kelompok
individu yang tinggal bersama atau mendiami suatu wilayah tertentu. Selain itu, mereka juga
mengakui adanya suatu pemerintahan di dalam sebuah negara yang bertugas untuk mengurus
tata tertib serta keselamatan sekelompok maupun beberapa kelompok individu yang ada.
2) Sebuah perserikatan yang menjalankan sebuah pemerintahan melalui hukum yang
sifatnya mengikat masyarakat yang ada di dalamnya melalui kekuasaan untuk memaksa
para masyarakat yang ada di dalam suatu wilayah tertentu serta membedakannya dengan
kondisi masyarakat yang berada di luar wilayah tersebut untuk menciptakan ketertiban
sosial.
3) Sebuah asosiasi yang melaksanakan penertiban di dalam sebuah kelompok masyarakat
maupun wilayah tertentu yang berdasarkan dengan sistem hukum yang sudah disahkan dan
diselenggarakan oleh sistem pemerintah yang ada.

Empat Sudut Pengertian Negara


Pengertian dari sebuah negara dapat ditinjau berdasarkan empat sudut berbeda, yang terdiri dari
sebagai berikut.

1. Negara sebagai organisasi kekuasaan


Sudut pandang sebuah negara yang pertama adalah negara sebagai organisasi kekuasaan. Hal ini
dikarenakan negara merupakan alat yang digunakan oleh sekelompok individu yang memiliki
kekuasaan untuk mengatur hubungan antar individu lainnya yang berada di dalam kehidupan
masyarakat di suatu wilayah tersebut.

2
Hal ini dikemukakan juga pada pengertian negara menurut Logemann dan Harold J. Laski.
Logemann sendiri menyatakan bahwa sebuah negara merupakan organisasi kekuasaan yang
memiliki tujuan untuk mengatur masyarakat yang ada di dalamnya menggunakan kekuasaan
tersebut.
Negara yang dijadikan sebagai organisasi kekuasaan juga pada hakekatnya merupakan sebuah tata
kerja sama dalam membuat individu yang ada di dalam sebuah wilayah tertentu untuk berbuat
maupun bersikap sesuai dengan kehendak yang telah dibuat oleh negara tersebut.

2. Negara sebagai organisasi politik


Sudut pandang sebuah negara yang kedua adalah negara sebagai organisasi politik. Negara dianggap
sebagai sebuah asosiasi yang memiliki fungsi untuk menjaga ketertiban pada masyarakat yang ada
di dalamnya menggunakan sistem hukum yang telah dijalankan oleh sistem pemerintahan yang ada
dan sifat dari kekuasaannya memaksa.
Berdasarkan sudut pandang organisasi politik, sebuah negara merupakan bentuk integrasi dari
kekuasaan politik maupun sebuah organisasi pokok dari kekuasaan politik yang berlaku.
Sebagai organisasi politik sendiri, sebuah negara memiliki fungsi sebagai alat yang digunakan
masyarakat yang memiliki kekuasaan agar dapat mengatur terbentuknya hubungan antar individu
serta menertibkan dan mengendalikan berbagai gejala kekuasaan yang mungkin akan muncul pada
kehidupan masyarakat.
Hal ini juga dapat kita lihat melalui pendapat Roger H. Soltau dan Robert M Mac Iver yang berasal
dari bukunya The Modern State. Di dalam buku tersebut, Robert M Mac Iver mengemukakan bahwa
sebuah negara merupakan persekutuan manusia atau asosiasi yang menyelenggarakan penertiban
terhadap suatu masyarakat yang ada di dalam sebuah wilayah dengan dasar sistem hukum yang
dijalankan oleh pemerintah dan memiliki sifat kekuasaan yang memaksa.
Robert M Mac Iver juga menyatakan bahwa, walaupun sebuah negara merupakan bentuk dari
persekutuan manusia, akan tetapi sebuah negara memiliki ciri khas nya masing-masing yang
membedakannya dengan negara lain ataupun persekutuan manusia lainnya.
Ciri khas dari negara tersebut dapat dilihat melalui kedaulatan serta keanggotaan sebuah negara
yang pada umumnya memiliki sifat mengikat serta memaksa.

3. Negara sebagai organisasi kesusilaan


Sudut pandang sebuah negara yang ketiga adalah negara sebagai organisasi kesusilaan. Negara
dianggap sebagai sebuah bentuk jelmaan dari keseluruhan individu yang ada di dalamnya. Hal ini
juga dapat kita lihat melalui pandangan Friedrich Hegel yang menyatakan bahwa negara merupakan
sebuah organisasi kesusilaan yang terbentuk sebagai sintesa antara kemerdekaan universal
bersama serta kemerdekaan bagi individu.
Negara juga merupakan sebuah organisme dimana setiap individu di dalamnya dapat menjelma
menjadi dirinya, karena negara merupakan bentuk jelmaan dari seluruh individu, dengan begitu
sebuah negara memiliki kekuasaan yang paling tinggi dan tidak ada kekuasaan lain yang lebih tinggi
dari negara.
Selain itu, adanya pemilihan umum diadakan di negara Indonesia bukanlah karena sebuah bentuk
jelmaan dari keinginan mayoritas dari masyarakat yang ada secara perseorangan namun secara
universal dan kehendak kesusilaan.
Berdasarkan pendapat Hegel tersebut, maka dapat diartikan sebuah negara yang merupakan
organisasi kesusilaan, dipandang dapat mengatur tata tertib setiap kehidupan masyarakat yang ada di
dalamnya. Selain itu berarti menandakan bahwa negara mengatur kehidupan bermasyarakat serta
bernegara setiap individunya dan individu yang ada di dalamnya tidak dapat berbuat semaunya
sendiri.

4. Negara sebagai integrasi antara pemerintah serta rakyat


Sudut pandang sebuah negara yang keempat adalah negara sebagai integrasi antara pemerintah dan
rakyat. Negara dianggap sebagai sebuah kesatuan bangsa, sedangkan seorang individu yang ada di
dalamnya dianggap sebagai bagian integral dari negara. Setiap individu tersebut memiliki
kedudukan serta fungsi dalam menjalankan sebuah negara.

3
Prof. Soepomo mengemukakan mengenai tiga teori mengenai pengertian dari sebuah negara,
sebagai berikut.
1) Teori perseorangan atau individualistik, yang menyatakan bahwa negara merupakan sebuah
masyarakat hukum yang tersusun berdasarkan perjanjian yang terjadi antar individu yang
berkumpul menjadi anggota dalam masyarakat. Selain itu, kegiatan sebuah negara juga
diarahkan dalam perwujudan kepentingan serta kebebasan pribadi. Penganjur teori
perseorangan ini diajarkan oleh beberapa ahli yang terdiri dari Thomas Hobbes, John Locke,
Jean Jacques Rousseau, Herbert Spencer, serta Harold J. Laski.
2) Teori Golongan atau kelas, yang menyatakan bahwa negara merupakan sebuah alat yang
digunakan dari sebuah golongan atau kelas yang memiliki kedudukan ekonomi yang paling
kuat dalam rangka untuk menindas golongan lain yang memiliki kedudukan atau tingkatan
ekonomi yang lebih rendah. Penganjur teori golongan ini diajarkan oleh beberapa ahli yang
terdiri dari Karl Marx, Friedrich Engels, dan Lenin.
3) Teori Integralistik atau persatuan, yang menyatakan bahwa negara merupakan sebuah
susunan masyarakat yang integral, negara juga dianggap sebagai susunan erat yang ada pada
segala golongan di dalamnya. Semua bagian yang ada pada negara yang terdiri dari seluruh
anggota masyarakat di dalamnya merupakan bentuk dari persatuan masyarakat yang organis.
Negara Integralistik juga bisa diartikan sebagai negara yang mengedepankan kepentingan
umum sebagai satu kesatuan dan memberikan pemahaman terhadap perseorangan serta
golongan. Penganjur teori integralistik ini diajarkan oleh beberapa ahli yang terdiri dari
Benedictus de Spinoza, F. Hegel, dan Adam Muller.

2. Unsur-unsur Negara
Syarat-syarat ini digolongkan menjadi dua, yakni unsur deklaratif dan unsur konstitutif.
a. Unsur deklaratif
Unsur deklaratif adalah unsur yang tidak mutlak ada ketika suatu negara berdiri. Tetapi, unsur ini
boleh dipenuhi setelah suatu negara berdiri, Unsur deklaratif merupakan pengakuan dari negara lain.
Hal ini memperkuat terbentuknya sebuah negara. Pengakuan dari negara lain juga terbagi menjadi
dua.
a). Pengakuan de facto
Pengakuan de facto adalah pengakuan berdasarkan kenyataan yang ada atau dakta yang sungguh-
sungguh nyata tentang berdirinya suatu negara. Pengakuan de facto juga tergolong menjadi dua,
yakni:
(a) Pengakuan de facto yang bersifat tetap, artinya pengakuan dari negara lain terhadap suatu
negara yang hanya bisa menimbulkan hubungan di bidang perdagangan dan ekonomi,
(b) Pengakuan de facto bersifat sementara, artinya pengakuan dari negara lain tanpa melihat
perkembangan negara tersebut. Jika negara itu hancur, maka negara lain akan menarik
pengakuannya.

b). Pengakuan de jure


Pengakuan de jure adalah pengakuan berdasarkan pernyataan resmi menurut hukum internasional.
Pengakuan de jure terbagi menjadi:
(a) Pengakuan de jure bersifat tetap, yang berarti pengakuan dari negara lain yang berlaku untuk
selamanya karena kenyataan memperlihatkan adanya pemerintahan yang stabil.
(b) Pengakuan de jure bersifat sementara, yang artinya adalah terjadinya hubungan antarnegara
yang mengakui dan diakui dalam hubungan ekonomi, dagang, serta diplomatik. Negara yang
mengakui berhak mempunyai konsulat atau kedutaan di negara yang diakui tersebut.

b. Unsur konstitutif

4
Unsur konstitutif adalah unsur yang mutlak harus ada saat suatu negara didirikan. Unsur ini meliputi
: rakyat, wilayah, dan pemerintah yang berdaulat.

Baca artikel detikedua, "Syarat Terbentuknya Negara: Pengertian Unsur Deklaratif &
Konstitutif" selengkapnya https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5722119/syarat-
terbentuknya-negara-pengertian-unsur-deklaratif--konstitutif, di Undu selasa, 31/8/2022,
pukul 10.45 Wib.

Dengan memperhatikan pengertian negara sebagaimana dikemukakan oleh beberapa


pemikir kenegaraan di atas, dapat dikatakan bahwa negara memiliki 3 (tiga) unsur konstitutif
yaitu:

a. Rakyat
Rakyat suatu negara dapat dibedakan antara penduduk dan bukan penduduk. Penduduk adalah
orang-orang yang bertempat tinggal menetap atau berdomisili di suatu negara. Kalau seseorang
dikatakan bertempat tinggal menetap di suatu negara berarti sulit untuk dikatakan sampai kapan
tempat tinggal itu. Sedangkan yang bukan penduduk adalah orang-orang yang bertempat tinggal di
suatu negara hanya untuk sementara waktu, dan bukan dalam maksud untuk menetap. Penduduk
yang merupakan anggota yang sah dan resmi dari suatu negara dan dapat diatur sepenuhnya
oleh pemerintah negara yang bersangkutan dinamakan warga negara. Sedangkan di luar itu
semua dinamakan orang asing atau warga negara asing. Warga negara yang lebih erat
hubungannya dengan bangsa di
negara itu disebut warga negara asli, yang dibedakan pengertiannya dengan warga negara
keturunan.
Perbedaan antara penduduk dan bukan penduduk, warga negara dan bukan warga negara
terkait dengan perbedaan hak dan kewajiban di antara orang-orang yang berada di wilayah
negara. Di antara status orang-orang dalam negara tentunya status yang kuat dan memiliki
hubungan yang erat dengan pemerintah negara yang bersangkutan adalah status warga negara.
Status kewarganegaraan suatu negara akan berimplikasi sebagai berikut (Samekto dan
Kridalaksana, 2008:59):
a) Hak atas perlindungan diplomatik di luar negeri merupakan hak kewarganegaraan. Suatu
negara berhak melindungi warganya di luar negeri;
b) Kewarganegaraan menuntut kesetiaan, dan salah satu bentuk kesetiaan tersebut adalah
kewajiban melaksanakan wajib militer;
c) Suatu negara berhak untuk menolak mengekstradisi warga negaranya kepada negara lain;
d) Berdasarkan praktek, secara garis besar kewarganegaraan seseorang dapat diperoleh:
1) Berdasarkan kewarganegaraan orang tua (Ius Sanguinis);
2) Berdasarkan tempat kelahiran (Ius Soli);
3) Berdasarkan asas Ius Sanguinis dan Ius Soli.
4) Melalui naturalisasi (melalui perkawinan, misalnya seorang istri yang mengambil
kewarganegaraan suami, atau dengan permohonan yang diajukan kepada negara).

b. Wilayah dengan Batas-batas Tertentu


Wilayah suatu negara pada umumnya meliputi wilayah darat, wilayah laut, dan wilayah
udara. Walaupun ada negara tertentu yang karena letaknya di tengah benua sehingga tidak
memiliki wilayah laut, seperti Afganistan, Mongolia, Austria, Hungaria, Zambia, Bolivia, dan
sebagainya. Di samping wilayah darat, laut, dan udara dengan batas-batas tertentu, ada juga
wilayah yang disebut ekstra teritorial. Yang termasuk wilayah ekstra teritorial adalah kapal

5
di bawah bendera suatu negara dan kantor perwakilan diplomatik suatu negara di negara
lain.
Batas wilayah negara Indonesia ditetapkan dalam perjanjian dengan negara lain yang berbatasan.
Batas wilayah negara Indonesia ditentukan dalam beberapa perjanjian internasional yang dulu
diadakan oleh pemerintah Belanda dengan beberapa negara lain. Berdasarkan pasal 5
Persetujuan perpindahan yang ditetapkan dalam Konferensi Meja Bundar (KMB), perjanjian-
perjanjian internasional itu sekarang berlaku juga bagi negara
Indonesia. Perjanjian-perjanjian tersebut adalah Konvensi London 1814 dimana Inggris
menyerahkan kembali wilayah Hindia Belanda kepada Kerajaan Belanda, dan beberapa traktat
lainnya berkenaan dengan wilayah negara (Utrecht, 1966: 308).
Berkenaan dengan wilayah perairan ada 3 (tiga) batas wilayah laut Indonesia. Batas- batas
tersebut adalah:
a. Batas Laut Teritorial
Laut teritorial adalah laut yang merupakan bagian wilayah suatu negara dan berada di bawah
kedaulatan negara yang bersangkutan. Batas laut teritorial tersebut semula diumumkan melalui
Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Sesuai pengumuman tersebut, batas laut teritorial
Indonesia adalah 12 mil yang dihitung dari garis dasar, yaitu garis yang menghubungkan
titik-titik terluar dari pulau-pulau terluar Indonesia, di mana jarak dari satu titik ke titik lain yang
dihubungkan tidak boleh lebih dari 200 mil. Pokok-pokok azas negara kepulauan sebagaimana
termuat dalam deklarasi diakui dan dicantumkan dalam United Nation Convention on The Law of
The Sea (UNCLOS) tahun 1982. Indonesia meratifikasi UNCLOS 1982 melalui UU. No. 17
tahun 1985 pada tanggal 31 Desember 1985.
b) Batas Landas Kontinen
Landas kontinen (continental shelf) adalah dasar lautan, baik dari segi geologi maupun segi
morfologi merupakan kelanjutan dari kontinen atau benuanya. Pada tahun 1969 pemerintah
Indonesia mengeluarkan pengumuman tentang Landas Kontinen Indonesia sampai kedalaman
laut 200 meter, yang memuat pokok-pokok sebagai berikut:
1) Segala sumber kekayaan alam yang terdapat dalam kontinen Indonesia adalah milik
eksklusif negara Republik Indonesia;
2) Pemerintah Indonesia bersedia menyelesaikan garis batas landas kontinen dengan negara-
negara tetangga melalui perundingan;
3) Jika tidak ada perjanjian garis batas, maka batas landas kontinen Indonesia adalah
suatu garis yang ditarik di tengah-tengah antara pulau terluar Indonesia dan titik terluar
wilayah negara tetangga;
4) Tuntutan (claim) di atas tidak mempengaruhi sifat dan status perairan di atas landas kontinen
serta udara di atas perairan itu.
Batas landas kontinen dari garis dasar tidak tentu jaraknya, tetapi paling jauh 200 mil. Kalau
ada dua negara atau lebih menguasai lautan di atas landas kontinen, maka batas landas
kontinen negara-negara itu ditarik sama jauhnya dari garis dasar masing-masing. Sebagai contoh
adalah batas landas kontinen Indonesia dan Malaysia di Selat Malaka sebelah selatan.
Kewenangan atau hak suatu negara dalam landas kontinen adalah kewenangan atau hak untuk
memanfaatkan sumber daya alam yang terdapat di dalam dan di bawah wilayah landas kontinen
tersebut.
c) Batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
Pada tanggal 21 Maret 1980 pemerintah Indonesia mengumumkan Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE). Pengumuman pemerintah ini kemudian disahkan dengan Undang-undang No. 5 tahun
1983. Batas ZEE adalah 200 mil dari garis dasar ke arah laut bebas. Kewenangan negara di
wilayah ZEE adalah kewenangan memenfaatkan sumber daya, baik di laut

6
maupun di bawah dasar laut. Dalam Konperensi Hukum laut tercapai kesepakatan bahwa di
ZEE ini negara tidak memiliki kedaulatan penuh tetapi memiliki hak dan yurisdiksi terbatas
pada bidang-bidang tertentu.
Dalam pasal 56 Konvensi Hukum Laut tahun 1982 ditentukan bahwa negara pantai memiliki
hak berdaulat untuk melakukan eksplorasi, eksploitasi sumber-sumber kekayaan alam hayati
dan non hayati, dan kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi
tersebut seperti pembuatan energi arus dan angin. Sedangkan kewajiban negara di kawasan ZEE
merupakan kewajiban yang berkaitan dengan status ZEE sebagai perairan laut lepas, di mana
negara pantai tidak boleh menghalangi kebebasan berlayar,
penerbangan di atas ZEE, dan pemasangan kabel-kabel di bawah laut.

Negara pantai juga berkewajiban melakukan konservasi kekayaan laut, yaitu menjaga
keseimbangan hidup sumber daya yang ada di laut. Sedangkan wilayah udara suatu negara
meliputi wilayah udara yang berada di atas wilayah laut dan wilayah perairan negara yang
bersangkutan. Berkaitan dengan pemanfaatan ruang udara khususnya
penerbangan, oleh masyarakat internasional telah disusun perjanjian internasional utama yaitu
Convention on International Civil Aviation 1944 atau secara singkat dikenal sebagai Konvensi
Chicago 1944. Perjanjian internasional yang diprakarsai Amerika Serikat ini bersifat publik
dan mengatur kepentingan umum yang merupakan tanggungjawab pemerintah alam kegiatan
penerbangan sipil internasional.

c. Pemerintah yang Berdaulat


Kata “kedaulatan” artinya adalah kekuasaan tertinggi. Dengan demikian pemerintah yang
berdaulat artinya pemerintah yang mempunyai kekuasaan tertinggi, kekuasaan yang tidak berada
di bawah kekuasaan lainnya. Kedaulatan negara dapat diartikan sebagai kedaulatan ke dalam
dan kedaulatan ke luar. Kedaulatan ke dalam adalah kekuasaan tertinggi untuk mengatur
rakyatnya sendiri. Sedangkan kedaulatan ke luar adalah
kekuasaan tertinggi yang harus dihormati oleh negara-negara lain. Dengan kedaulatannya
pemerintah berhak mengatur negaranya sendiri tanpa campur tangan dari negara lain.
Menurut Jean Bodin (Samekto dan Kridalaksana, 2008: 33) kedaulatan sebagai atribut
negara merupakan ciri khusus dari sebuah negara. Kedaulatan merupakan kekuasaan yang
mutlak dan abadi, tidak terbatas dan tidak dapat dibagi-bagi. Menurutnya tidak ada kekuasaan
lain yang lebih tinggi yang dapat membatasi kekuasaan negara.

Kedaulatan membawakan sifat-sifat:


1) Asli, dalam arti tidak diturunkan dari kekuasaan yang lain;
2) Tertinggi, dalam arti tidak ada kekuasaan lain yang lebih tinggi yang dapat membatasi
kedaulatan;
3) Abadi atau kekal, dalam arti keberadaannya tetap;
4) Tidak dapat dibagi, dalam arti hanya ada satu kekuasaan teringgi saja dalam negara.
Dengan ungkapan lain ada yang menyatakan bahwa kedaulatan itu membawakan sifat permanen,
asli, tidak dapat dibagi-bagi, dan tidak terbatas.

3. Sifat-sifat Negara
Umumnya sepakat untuk mengatakan bahwa negara memiliki sifat memaksa, monopoli, dan
mencakup semua. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan diuraikan sifat-sifat tersebut.

7
a.Sifat Memaksa
Negara memiliki sifat memaksa artinya bahwa negara memiliki hak atau kewenangan untuk
memaksakan berbagai peraturan yang dibuatnya untuk ditaati oleh seluruh warganya. Untuk
memaksakan berbagai peraturan yang dibuatnya pemerintah negara memiliki sarana seperti
tentara, polisi, hakim, jaksa, dan sebagainya. Negara berhak menentukan
sanksi bagi pelanggaran atas aturan yang dibuatnya, dari sanksi yang ringan sampai sanksi
yang sangat berat yaitu berupa pidana, bahkan hukuman mati.
Berkenaan dengan sifat memaksa ini, dalam masyarakat yang telah tertanam konsensus nasional
yang kuat mengenai tujuan bersama yang hendak dicapai, biasanya sifat memaksa ini tidak
tampak begitu menonjol. Sebaliknya di negara-negara yang baru di mana konsensus nasional
tentang tujuan bersama itu belum begitu kuat, maka sifat paksaan ini lebih tampak. Di negara-
negara yang lebih demokratis, diupayakan pemakaian
kekerasan seminimal mungkin dan sedapat-dapatnya dikedepankan cara-cara yang persuasif
untuk menyelesaikan berbagai persoalan bangsa. (Budiardjo, 2010:50).

b. Sifat Monopoli
Negara juga membawakan sifat monopoli, yaitu sifat yang menunjukkan adanya hak atau
kewenangan negara untuk mengelola atau menentukan sesuatu tindakan tanpa adanya hak atau
kewenangan yang sama di pihak lain. Sifat monopoli yang dimiliki oleh negara menyangkut
beberapa hal. Negara memiliki hak monopoli untuk menentukan tujuan dari sebuah
masyarakat, yaitu masyarakat dalam negara yang bersangkutan. Di Indonesia misalnya tujuan
masyarakat itu adalah sebagaimana dirumuskan dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945.
Sebagai konsekuensinya negara berhak untuk melarang berkembangnya faham atau aliran
yang dianggap mengganggu pencapaian tujuan yang dimaksudkan. Negara juga memiliki
hak monopoli pengelolaan sumber daya alam yang menguasai hajat hidup masyarakat. Hak
monopoli yang lain adalah monopoli pengelolaan sarana kekerasan untuk kepentingan
negara. Negara memiliki satuan tentara dan polisi yang dilengkapi dengan sistem persenjataan
seperti senjata api, tank, pesawat tempur, kapal perang dan sebagainya, adalah merupakan
perwujudan dari hak monopoli tersebut
.
a. Sifat Mencakup Semua
Dengan sifat ini maksudnya bahwa kekuasaan negara berlaku bagi semua orang di wilayah
negara yang bersangkutan. Tidak ada warga masyarakat yang dapat mengecualikan dirinya
dari pengaruh kekuasaan negara. Berkenaan dengan itu bahwa peraturan yang dibuat oleh
negara pada prinsipnya berlaku bagi setiap orang di wilayah negara itu tanpa kecuali. Ketika
peraturan sudah dibuat atau ditetapkan, semua orang dianggap tahu dan harus mentaatinya.
Siapapun yang melakukan pelanggaran akan dikenai sanksi sesuai dengan peraturan yang
berlaku.Menjadi warga negara bukanlah sesuatu yang berdasarkan pada kemauan sendiri
voluntaryembership), dan di sinilah letak perbedaan antara keanggotaan suatu negara dengan
keanggotaan pada asosiasi atau organisasi lain yang sifatnya sukarela. (Budiardjo, 2010:50).

4. Fungsi Negara
Sebuah negara yang merupakan bentuk dari organisasi di suatu wilayah tertentu juga memiliki
berbagai fungsi, yang terdiri dari:

1. Melaksanakan penertiban

8
Fungsi dari sebuah negara yang pertama adalah melaksanakan penertiban. Hal ini dikarenakan dalam
sebuah negara agar tujuan bersama yang ingin diraih tercapai, harus adanya penertiban yang
merupakan sebuah bentuk pencegahan agar bentrokan antara masyarakat tidak terjadi.

Negara dalam hal ini bertindak sebagai stabilisator yang menjaga keseimbangan segala lingkungan
yang ada di dalamnya.

2. Mengusahakan kesejahteraan serta kemakmuran rakyat

Fungsi dari sebuah negara yang kedua adalah mengusahakan kesejahteraan serta kemakmuran rakyat.
Negara dalam hal ini memiliki arti bahwa akan selalu berusaha untuk memperjuangkan kehidupan
masyarakat di dalamnya dan mengeluarkan usaha agar masyarakat yang ada dapat hidup dengan
makmur secara adil dan juga merata.

3. Pertahanan

Fungsi dari sebuah negara yang ketiga adalah pertahanan. Dalam konteks ini, pertahanan negara
merupakan suatu hal yang sangat penting bagi berjalannya serta kelangsungan hidup dari sebuah
negara.

4. Menegakkan keadilan

Fungsi dari sebuah negara yang keempat adalah menegakkan keadilan. Hal ini dikarenakan, keadilan
merupakan suatu hal yang penting dan bukanlah suatu status yang dapat langsung terjadi, melainkan
untuk meraih keadilan ini sendiri membutuhkan sebuah proses. Pada sebuah negara, terdapat berbagai
badan pengadilan yang dapat digunakan untuk menegakkan keadilan bagi seluruh masyarakat di
dalamnya.

5. Bentuk-bentuk Negara
Bentuk negara merupakan suatu organisasi atau susunan secara keseluruhan mengenai struktur dari
sebuah negara dengan batas peninjauan secara sosiologis dan yuridis. Bentuk dari suatu negara akan
membahas tentang dasar negara, susunannya, dan tata tertib dari suatu negara itu sesuai dengan
kedudukan dan kekuasaan yang dianut oleh negara tersebut. Batas peninjauan secara sosiologis
merupakan suatu bentuk negara yang tanpa melihat bagaimana keseluruhan isinya. Sedangkan,
peninjauan secara yuridis adalah suatu bentuk negara yang melihat dari struktur dan isinya.

Berikut ini merupakan beberapa bentuk negara berdasarkan zamannya, antara lain:

1) Bentuk Negara Pada Zaman Yunani Kuno

Adapun tiga bentuk negara pada zaman yunani kuno, yaitu Monarki, Demokrasi, dan Oligarchi.

 Monarki merupakan bentuk negara yang berasal dari bahasa Yunani “monos” yang berarti
“satu”. Sedangkan, archien berarti “memerintah”.

 Demokrasi adalah bentuk negara yang berasal dari bahasa Yunani “Demos” yang berarti
“rakyat”. Oleh karena itu, pemerintahannya dipegang oleh rakyat.

 Oligarchi yaitu bentuk negara yang berasal dari bahasa Yunani “oligai” yang berarti
“beberapa”. Oleh sebab itu, pemerintahannya dipegang oleh beberapa orang dalam suatu
negara tersebut.

9
Selain itu, terdapat beberapa pendapat menurut ahli lain pada zaman ini yaitu sebagai berikut.

Menurut Plato terdapat lima macam bentuk negara, antara lain:

 Tirani merupakan bentuk negara yang pemerintahannya dipegang oleh seorang penguasa
yang bertindak secara sewenang-wenang.
 Demokrasi adalah suatu bentuk negara yang pemerintahannya dipegang oleh rakyat miskin.
 Oligharki yaitu bentuk negara yang pemerintahannya dijalankan oleh para golongan hartawan
yang melahirkan partikuli.
 Timokrasi merupakan bentuk negara yang pemerintahannya diurusi oleh orang-orang yang
ingin mencapai suatu kehormatan dan kemasyhuran.
 Aristokrasi yaitu bentuk negara yang pemerintahannya dipegang oleh Aristokrat
(cendikiawan) dengan kesesuaian dengan pikiran orang lain.

Menurut Aristoteles terdapat tujuh macam bentuk negara, diantaranya:

 Monarki merupakan pemerintahan yang dijalankan oleh satu orang dengan kepentingan
seluruh rakyatnya.
 Tirani adalah bentuk negara yang dipegang oleh satu orang demi kepentingannya sendiri.
 Aristokrasi yaitu pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok orang atau para
cendekiawan demi kepentingan seluruh rakyat.
 Oligarhki adalah pemerintah yang dijalankan oleh sekelompok orang guna kepentingan
golongannya sendiri atau kelompoknya.
 Plutokrasi merupakan pemerintahan yang dipegang oleh sekelompok orang kaya demi
kepentingan orang kaya tersebut.
 Politea yaitu pemerintahan yang dijalankan oleh seluruh orang untuk kepentingan
rakyatnya.
 Demokrasi adalah bentuk negara yang dipegang oleh orang yang tidak mengetahui apapun
soal pemerintahan.

2) Bentuk Negara Pada Zaman Pertengahan

Pada zaman pertengahan bentuk negaranya adalah Republik dan Kerajaan. Seorang ahli bernama
Leon Duguit mengemukakan pendapatnya bahwa negara Republik dengan Kerajaan memiliki
perbedaan. Jika cara pengangkatan kepala negaranya ditunjuk oleh keturunannya maka disebut
Monarkhi. Namun, apabila kepala negaranya terpilih maka disebut Republik.

Berbeda dengan pendapat ahli lain yaitu Machiavelli yang mengemukakan bahwa negara Kerajaan
dalam pembentukannya dipilih berdasarkan kemauan seseorang atau orang tertentu, sedangkan
negara berbentuk Republik dipilih berdasarkan atas kemauan negara yang diatur oleh hukum dan
keinginan dari banyak orang.

3) Bentuk Negara Pada Zaman Modern-Sekarang

Pada zaman modern seperti sekarang bentuk negaranya adalah Kesatuan dan Serikat.

1) Negara Kesatuan

Negara kesatuan adalah suatu bentuk negara yang berdaulat dan merdeka dengan satu pemerintahan
yang berpusat pada kekuasan dengan mengatur seluruh daerah. Namun, dalam pelaksanaannya negara
kesatuan ini terbagi lagi ke dalam dua macam sistem pemerintahan yaitu Sentral dan Otonomi.

10
a. Negara Kesatuan dengan Sistem Sentralisasi

Pemerintahan pada sistem ini merupakan pemerintahan yang dipimpin langsung oleh pemerintah
pusat dengan pemerintah daerah di bawah naungannya yang melaksanakan kebijakan pemerintahan
pusat tersebut. Salah satu contoh sistem pemerintahan pada zaman ini yaitu pada masa pemerintahan
presiden Soeharto pada Orde Baru.

b. Negara Kesatuan dengan Sistem Desentralisasi

Sistem desentralisasi adalah penyerahan wewenang dari pemerintahan pusat ke daerah. Sistem ini
dikenal dengan istilah otonomi daerah atau swatantra.

2) Negara Serikat (Federasi)

Negara serikat atau Federasi adalah suatu bentuk negara gabungan yang terdiri dari beberapa negara
bagian dari sebuah negara serikat. Pada awalnya, negara-negara bagian ini merupakan suatu negara
yang berdaulat, merdeka, dan berdiri sendiri. Sistem pada negara ini dapat melepaskan sebagian dari
kekuasaannya dengan menyerahkannya kepada negara serikat. Penyerahan kekuasaan dari negara-
negara bagian tersebut kepada negara serikat biasa disebut dengan istilah limitatif.

Rangkuman Pengertian Negara Menurut Para Ahli

 Menurut Prof. Miriam Budihardjo, negara merupakan organisasi yang ada di dalam suatu
wilayah yang dapat memaksakan kekuasaannya yang sah terhadap semua golongan
kekuasaan yang berada di dalamnya dan dapat menetapkan berbagai tujuan dari kehidupan
tersebut.

 Menurut Prof. Nasroen, definisi sebuah negara adalah sebuah bentuk pergaulan hidup. Oleh
karena itu, sebuah negara harus ditinjau secara sosiologis agar dapat dijelaskan serta
dipahami.

 Menurut Prof. Dr. Djokosoetono, SH. yang mendefinisikan sebuah negara sebagai organisasi
manusia maupun kumpulan individu yang berada di bawah sebuah pemerintahan yang sama.

 Menurut Prof. Farid S., negara merupakan sebuah wilayah merdeka yang sudah mendapatkan
pengakuan dari negara lain serta memiliki sebuah kedaulatan.

 Menurut G. Pringgodigdo, SH. yang mendefinisikan negara sebagai sebuah organisasi


kekuasaan maupun organisasi kewibawaan yang harus persyaratan berupa berbagai unsur
tertentu.

 Menurut Dr. Wirjono Prodjodikoro, SH., negara merupakan sebuah organisasi yang berada di
atas kelompok maupun beberapa kelompok individu yang mendiami suatu wilayah atau
teritori tertentu bersama dan mengakui adanya sebuah pemerintahan yang bertugas untuk
mengurus tata tertib serta keselamatan sebuah kelompok maupun beberapa kelompok
individu yang ada.

 Pengertian negara menurut Gettel, negara merupakan sebuah komunitas berbagai oknum yang
secara permanen mendiami suatu wilayah tertentu, menuntut secara sah akan kemerdekaan

11
diri dari pihak luar serta memiliki sebuah organisasi pemerintah serta hukum yang berjalan
secara menyeluruh di dalam sebuah lingkungan.

 Dalam An Introduction to Politics (1951), Roger H. Soltau mengemukakan definisi negara


adalah sebuah agen maupun kewenangan yang mengatur maupun mengendalikan segala
persoalan bersama atas nama masyarakat di dalamnya.

 Menurut Harold J. Laski dalam The State in Theory and Practice (1947), definisi negara
merupakan sebuah masyarakat yang diintegrasikan karena memiliki wewenang yang sifatnya
memaksa.

 Dalam Dasar-dasar Ilmu Politik (2007), ahli ilmu politik yaitu Miriam Budiardjo
mengemukakan rangkuman definisi dari sebuah negara menjadi, negara merupakan sebuah
daerah teritorial yang rakyat di dalamnya diperintah oleh sejumlah pejabat yang berhasil
menuntut dari warga negara di dalam suatu wilayah ketaatan pada peraturan mengenai
undang-undang melalui kontrol monopolistis terhadap kekuasaan yang sah.

Di sarankan agar baca lebih lanjut artikel tentang “Pengertian Negara” :

 Sejarah PPKI
 Sejarah BPUPKI
 Hasil Sidang PPKI
 Organisasi Pergerakan Nasional
 Sejarah Lambang Garuda Pancasila
 Sejarah Pancasila
 Memaknai Pancasila Sebagai Sumber Nilai
 Arti dan Makna Pancasila Sebagai Ideologi Negara
 Pengertian Demokrasi Pancasila
 Pengertian Wawasan Nusantara
 Makna Pancasila Sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum
 Makna Sumpah Pemuda
 Pengamalan Nilai Pancasila
Di undu selasa, 30/08/2022, pukul 12.30 dari Gramedia Blog, Gramedia .Com.

6. Kekuasaan Negara

Kekuasaan negara terdiri dari dua kata yaitu kekuasaan dan negara. Jika diartikan satu
persatu, kekuasaan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok untuk
dapat mempengaruhi tingkah laku pihak lain sesuai dengan keinginan pelaku.
Sedangkan negara adalah alat atau wewenang yang dapat mengatur atau
mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat.Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kekuasaan negara adalah kemampuan kelompok tertentu untuk
mengatur serta mempengaruhi tingkah laku masyarakat agar sesuai dengan kehendak
atau tujuan bersama. Terdapat aturan khusus yang digunakan sebagai dasar pedoman
kekuasaan di suatu negara. Kekuasaan yang dimiliki negara cukup luas dan mencakup dalam
berbagai aspek yang didalamnya dapat berkaitan dengan nilai agama, budaya, sosial,
kesejahteraan rakyat dan lain sebagainya.

1. Sistem Pembagian Kekuasaan di Indonesia


Sistem pembagian kekuasaan NKRI diterapkan untuk dapat menciptakan batasan wewenang
dengan lebih jelas dan terperinci. Dengan adanya pembagian ini, setiap pihak harus saling
menghormati dan mematuhi keputusan yang diambil oleh kelompok

12
tertentu.Pemerintah NKRI sebagai pemegang kekuasaan negara Indonesia terdiri atas dua
tingkatan sebagai berikut.

a. Pemerintah Pusat
Pemerintahan pusat dilaksanakan oleh beberapa lembaga negara yang sudah ditunjuk untuk
bertugas dan memiliki wewenang yang sudah diatur sesuai dengan undang-
undang.Pemerintahan pusat diselenggarakan oleh lembaga eksekutif yang terdiri
dari Presiden, Wakil Presiden, Kementerian Negara Serta Lembaga pemerintahan Non
Kementerian.

b. Pemerintah Daerah
Pemerintahan daerah dilaksanakan oleh pejabat yang telah dipilih atau ditunjuk untuk
menjadi perwakilan dari setiap daerah. Setiap pejabat daerah memiliki kekuasaan dan
wewenang yang mencangkup suatu daerah tertentu.

2. Pengertian Kekuasaan Negara Menurut Para Ahli


Secara umum, kekuasaan adalah kewenangan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok
untuk dapat menjalankan serta memutuskan suatu hal. Kekuasaan bisa meliputi berbagai
bidang seperti ekonomi, politik dan lain sebagainya.
Selain itu kekuasaan juga bisa juga diartikan sebagai kemampuan individu atau kelompok
untuk dapat menguasai pihak lain yang didasarkan pada wewenang, kharisma, wibawa
maupun kekuatan fisik.
Para ahli juga mengemukakan berbagai pendapat tentang definisi kekuasaan sesuai
dengan penafsirannya masing-masing sebagai berikut.
1) Walter Nord
Kekuasaan merupakan kemampuan kelompok atau individu untuk mencapai sebuah
tujuan tertentu yang berbeda dengan tujuan yang lainnya.
2) Harold D. Lasswell dan Abraham Kaplan
Kekuasaan didefinisikan sebagai hubungan yang terjalin antara individu maupun
kelompok dengan pihak lain. Dalam kondisi ini dapat menentukan sebuah tindakan agar
lebih terarah sesuai dengan keinginan pihak yang berkuasa.
3) Max Weber mengatakan bahwa power atau kekuatan adalah peluang atau sarana yang
digunakan oleh seorang individu atau kelompok untuk dapat mencapai keinginannya
sendiri, sekalipun harus menghadapi perlawanan dari orang lain.
Kekuasaan dapat berhubungan dalam bidang sosial maupun politik. Jika dipersempit
lagi, Max Weber mendefinisikan kekuasaan sebagai dominasi yang lakukan pihak
tertentu agar perintah yang diberikannya dapat ditaati oleh sebuah kelompok atau
individu tertentu.
4) Ramlan Surbakti
Ramlan mengemukakan kekuasaan sebagai kemampuan kelompok atau individu dalam
mempengaruhi cara berperilaku atau berpikir pihak lain sesuai dengan yang dikehendaki.
5) Miriam Budiardjo
Budiardjo mendefinisikan kekuasaan sebagai kemampuan individu/kelompok yang dapat
mempengaruhi pola pikir pihak lain agar sesuai dengan keinginannya.

3. Tujuan Pembagian Kekuasaan Negara


Tujuan utama pemisahan atau pembagian kekuasaan di suatu negara adalah guna
mencegah adanya penumpukan kekuasaan di salah satu tangan yang dapat menimbulkan
penyelenggaraan pemerintahan yang sewenang-wenang.
Secara umum, kekuasaan adalah kemampuan yang dapat digunakan untuk
mempengaruhi serta mengatur perilaku suatu individu maupun kelompok. Jika hanya ada
satu individu atau kelompok saja yang berkuasa atas segala, maka bisa menyebabkan
tindakan otoriter.

13
Untuk itulah kekuasaan di Indonesia dibagi secara horizontal dan vertikal. Hal tersebut
dilakukan untuk mencapai tujuan sebagai berikut.
1) Agar tidak adanya kekuasaan yang absolut.
2) Mencegah terjadinya tindakan yang sewenang-wenang atau otoriter.
3) Untuk mencegah adanya penumpukan kekuasaan di satu tangan yang bisa
menimbulkan penyelenggaraan pemerintahan yang sewenang-wenang.
4) Mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak tertentu.
5) Mengoptimalkan dan mempermudah kinerja sebuah badan pemerintahan yang ada di
sebuah negara.
6) Mensinergikan dan mengoptimalkan fungsi kekuasaan yang dimiliki oleh setiap
lembaga.
7) Menciptakan suasana yang lebih adil dan nyaman serta mengutamakan kepentingan
umum yang mengacu para peningkatan kesejahteraan bagi seluruh rakyat.

4. Macam-macam Kekuasaan Negara


Kekuasaan negara merupakan sarana untuk menjalankan wewenang guna mengatur
seluruh rakyat agar bisa mencapai keadilan, kemakmuran dan keteraturan yang setara.
Kekuasaan tidak boleh hanya bertumpu pada satu jabatan atau satu pihak saja, karena
rawan memicu tindakan sewenang-wenang.
Untuk itulah terdapat beberapa macam kekuasaan yang memiliki hak serta kewajiban
yang berbeda. Dengan begitu setiap pihak terkait dapat menyelenggarakan
pemerintahan sesuai dengan aturan yang berlaku.

1. Pembagian Kekuasaan Menurut John Locke

a. Kekuasaan eksekutif
Kekuasaan yang digunakan untuk melaksanakan undang-undang. Pihak yang
memiliki kekuasaan ini mampu mengadili setiap pelanggaran yang berkaitan dengan
pelanggaran undang-undang. Selain itu pemilik kekuasaan juga dapat menunjuk
pejabat, melembagakan dan merumuskan kebijakan luar negeri.
b. Kekuasaan legislatif
Wewenang yang digunakan untuk membentuk dan membuat undang-undang yang
berlaku. Sebelum munculnya badan legislatif, hukum yang berlaku didikter oleh
raja.
Kekuasaan yang diberikan mencakup, penyelidik cabang ekskutif, penetapan
anggaran, memperbaiki keluhan konstituen, pengesahan undang-undang,
pengukuhan janji eksekutif, memakzulkan serta memindahkan anggota eksekutif
dan kehakiman.
Anggota yang diberikan kekuasaan legislatif bisa ditunjuk atau dipilih secara
langsung maupun tidak langsung. Mereka bisa dikatakan sebagai wakil dari sebuah
populasi, kelompok tertenru maupun wilayah teritorial.
c. Kekuasaan federatif
Ini merupakan jenis wewenang yang digunakan untuk melaksanakan segala
persoalan atau yang berkaitan dengan hubungan luar negeri.

2. Pembagian Kekuasaan Negara Menurut Montesquieu


a. Kekuasaan yudikatif
Wewenang yang diberikan untuk dapat mempertahankan undang-undang sebagai
dasar negara. Kekuasaan ini juga mampu mengadili setiap pelanggaran yang terjadi
terhadap undang-undang.
Kekuasaan ini juga sering digunakan untuk menyelesaikan kasus-kasus perselisihan
antara individu, kelompok, lembaga pemerintahan, badan hukum dalam
mengimplementasikan program pemerintah serta menyelesaikan berbagai kasus
administrasi lainnya.

14
Sebagai besar sistem hukum memiliki prinsip kedaulatan negara. Dimana
pemerintah tidak boleh digugat oleh peradilan non negara tanpa adanya persetujuan
dari mereka.
b. Kekuasaan eksekutif
Wewenang yang diberikan untuk melaksanakan semua kegiatan atas dasar yang
tertulis dalam undang-undang.
c. Kekuasaan legislative
Wewenang untuk membentuk atau membuat aturan yang ada di undang-undang.
Dari penjabaran diatas bisa disimpulkan bahwa pendapat dari Montesquieu bisa
dikatakan merupakan bentuk penyempurnaan dari pendapat John Locke. Kekuasaan
federatif dimasukkan ke dalam kekuasaan eksekutif dan fungsi mengadili dijadikan
sebagai kekuasaan yang berdiri sendiri. 3 jenis kekuasaan tersebut akan
dilaksanakan oleh lembaga berbeda secara terpisah, teori Montesquieu dikenal
dengan nama Trias Politica.

5. Penerapan Sistem Pembagian Kekuasaan Negara di Indonesia


Dalam ketatanegaraan sering terjadi pemusatan kekuasaan pada satu pihak saja
sehingga sapat memicu terjadinya pengelolaan sistem pemerintahan yang bersifat
absolut atau otoriter. Untuk menghindari hal tersebut, perlu adanya pemisahan atau
pembagian kekuasaan sesuai dengan fungsi serta tingkatannya.

Mekanisme pembagian kekuasaan banyak sekali digunakan oleh negara di dunia,


termasuk Indonesia untuk menciptakan sistem pemerintahan yang adil dan
bersinergi. Konsep sistem pembagian kekuasaan yang dianut oleh Indonesia sendiri
mengacu sepenuhnya pada aturan yang telah ditetapkan dalam UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

Konsep sistem pembagian kekuasaan Indonesia dilakukan secara vertikal dan


horizontal.

1. Pembagian kekuasaan secara horizontal


Pembagian kekuasaan secara horizontal adalah pembagian kekuasaan menurut
fungsi dari lembaga-lembaga tertentu seperti eksekutif, yudikatif dan legislatif.
Sesuai dengan aturan undang-undang 1945, pembagian kekuasaan secara horizontal
dilakukan untuk pemerintahan pusat dan daerah. Pembagian kekuasaan pada
pemerintah pusat berlangsung antar lembaga negara yang sederajat. Konsep
pembagian kekuasaan tingkat pemerintah pusat mengalami perubahan setelah
terjadinya pembentukan UUD 1945. Pergeseran yang dimaksud adalah perubahan
klasifikasi kekuasaan negara yang umumnya terdiri dari 3 jenis menjadi 6 jenis
sebagai berikut.

a. Kekuasaan legislative
Kekuasaan ini memberikan wewenang untuk dapat membentuk serta membuat
undang-undang. Kekuasaan ini dipegang oleh DPR sebagaimana yang tertulis
pada undang-undang Pasal 20 ayat (1).Pasal tersebut menyatakan bahwa DPR
memiliki kekuasaan untuk membentuk, membuat maupun merevisi undang-
undang.

b. Kekuasaan eksekutif
Wewenang ini diberikan untuk menjalankan undang-undang yang berlaku agar
proses penyelanggaraan pemerintah dapat berjalan dengan baik. Kekuasaan ini
dipegang oleh Presiden sesuai yang telah ditegaskan dalam pasal 4 ayat (1)
undang-undang dasar negara.

15
c. Kekuasaan yudikatif
Kekuasaan yudikatif atau disebut juga dengan kekuasaan kehakiman. Merupakan
wewenang tersebut diberikan pada lembaga tertentu untuk dapat mewujudkan
keadilan dalam bidang hukum secara merata dan adil.
Kekuasaan ini umumnya dipegang oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah
Konstitusi sebagaimana tertulis dalam Pasal 24 ayat (2) UUD 1945.
Kekuasaan hukum berada di bawah lingkungan peradilan umum, peradilan
militer, peradilan agama dan peradilan tata usaha negara oleh Mahkamah
Konstitusi.

d. Kekuasaan moneter
Wewenang ini diberikan untuk melaksanakan serta menetapkan kebijakan
moneter yang dapat mengatur serta menjaga kelancaran sistem pembayaran serta
memelihara kestabilan nilai rupiah. Kekuasaan moneter dinalankan oleh Bank
Indonesia selaku bank sentral yang ada di Indonesia sesuai dengan aturan
undang-undang Pasal 23 D. Dalam undang-undang ditegaskan bahwa negara
wajib memiliki suatu bank sentral yang susunan, kewenangan, kedudukan,
indepedensi, dan tanggung jawabnya diatur oleh undang-undang. Pada dasarnya,
pemegang kekuasaan tertinggi di Indonesia adalah rakyat. Rakyat diberikan
wewenang untuk memilih seseorang yang nantinya akan dijadikan sebagai pihak
berkuasa yang menjalankan aturan sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

e. Kekuasaan konstitutif
Wewenang ini dapat mengubah dan menetapkan aturan yang ada di undang-
undang dasar. Kekuasaan ini dijalankan oleh MPR sebagaimana diatur dalam
undang-undang dasar negara Republik Indonesia pasal 3 ayat (1).

f. Kekuasaan eksaminatif/inspektif
Wewenang atau kekuasaan diberikan terkait dengan penyelenggaraan
pemeriksaan dari tanggung jawab serta pengelolaan keuangan negara.
Kekuasaan eksaminatif diberikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan seperti
yang tertulis dalam Pasal 23 E ayat (1) UUD 1945.
Aturan tersebut menyatakan bahwa untuk melakukan pemeriksaan tanggung
jawab serta pengelolaan keuangan harus dilakukan oleh Badan Pemeriksaan
Keuangan yang bersifat mandiri dan bebas.
Pembagian kekuasaan horizontal pada tingkat pemerintah daerah berlangsung
antar lembaga daerah yang sederajat yaitu antara Pemerintah daerah dan DPRD
setempat. Pada tingkat provinsi pembagian kekuasaan dilakukan antara
Pemerintah Provinsi dengN DPRD Provinsi. Sedangkan pada tingkat Kota atau
Kabupaten pembagian kekuasaan dilakukan antara Pemerintah Kota / Kabupaten
dan DPRD Kabupaten / Kota.

2. Pembagian kekuasaan secara vertikal


Pembagian kekuasaan secara vertikal merupakan pembagian wewenang menurut
tingkatannya yaitu pembagian kekuasaan antara beberapa tingkatan pemerintahan yang
ada. Dalam UUD 1945 Pasal 18 ayat (1) menyebutkan bahwa NKRI dibagi atas beberapa
daerah provinsi dan provinsi tersebut dibagi atas beberapa kabupaten dan kota. Setiap
provinsi, kota dan kabupaten memiliki pemerintah daerah yang telah diatur dalam
undang-undang. Berdasarkan ketentuan yang berlaku, pembagian kekuasaan secara
vertikal di Indonesia berlangsung antara pemerintah daerah dan pusat. Pembagian
kekuasaan di daerah juga dilakukan secara vertikal dan ditentukan oleh pihak
pemerintahan pusat. Hubungan antara pemerintah provinsi dan kota / kabupaten terjalin
dalam koordinasi, pengawasan serta pembinaan oleh pemerintah pusat dalam bidang
kewilayahan dan administrasi.

16
Pembagian kekuasaan vertikal hadir sebagai bentuk konsekuensi dari penerapan asas
desentralisasi yang diterapkan NKRI. Berdasarkan asas tersebut, Pemerintah Pusat
menyerahkan wewenang pemerintahan kepada pemerintah daerah terkait untuk
mengurus dan mengatur sendiri urusan daerahnya.
Kecuali urusan pemerintahan yang menjadi wewenang Pemerintah Pusat seperti hal yang
berkaitan dengan politik luar negeri, keamanan, agama, pertahanan dan moneter. Hal
tersebut telah ditegaskan dalam UUD 1945 Pasal 18 ayat (5).

Baca juga : Pengertian Otonomi Daerah

6. Cara Mendukung Kekuasaan Negara


Sebagai rakyat yang menduduki sebuah negara, Anda harus mendukung sistem
pembagian kekuasaan NKRI yang telah ditetapkan dengan mengikuti setiap program
pemerintah dengan baik sesuai dengan aturan yang berlaku. Berikut beberapa wujud
dukungan yang bisa diberikan.
a) Berpartisipasi secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan yang
diadakan oleh negara.
b) Berpartisipasi dalam pengambilan kebijakan dengan cara menyampaikan aspirasi
yang dimiliki kepada pemerintah sesuai dengan aturan yang berlaku.
c) Berupaya untuk menjalankan kewajiban sebagai warna negara dengan baik dan tepat
waktu seperti membayar pajak.
d) Mendahulukan kepentingan Negara daripada kepentingan diri sendiri maupun
kelompok.
e) Melakukan pengawasan serta mampu mengkritisi kebijakan yang dikeluarkan
pemerintah jika terdapat hal yang dianggap kurang tepat.
Sistem pembagian kekuasaan negara bersifat mutlak dan setiap kedudukan akan
memiliki hak dan kewajibannya masing-masing. Pembagian ini dilakukan untuk
mencegah adanya penyalahgunaan kekuasaan dan menciptakan pemerintah yang adil
sesuai dengan undang-undang.

Diundu dari : https://wawasankebangsaan.id/pembagian-kekuasaan-negara, Bp. Rahmad


Hidayat, selasa 30/8/2022, pukul 13.45 Wib.

Jawablah Pertanyaan ini menjadi tugas mandiri 01, sebagai bahan presentasi anda dalam
memperdalam materi Bab 1 ini.

1. Uraikan pengertian latar lahinya bangsa, nation dan bangsa kemudian apada saja
yang menjadi pengertiannya secara umum, 3 tokoh dan KBBI, dan buktikan bahwa
Indonesia termasuk contohnya.

2. Uraikan ada 4 pengertian negara dari sudut pandang tertentu, dan sifat-sifar suatu
negara, buktikan dengan jelas apakah termasuk negara Indonesia, buktikan dengan
contoh masinhg-masing

3. Uraikan unsuir-unsur negara dalam arti Delaratif dan Konstitutif, dan tujuan negara
dan buktikan bahwa Indonesia termasuk di dalamnya, serta apakah contohnya
masing-masing di Indonesia

4. Uraikan 3 Bentuk negara termasuk para tokohnya, diantara 3 yangmanakah yang


relevan untuk negara Indonesia, berilah bukti autentiknya.

17
5. Uraikan pengertian dari Kekuasaan Negara, dalam arti vertical-Horizontal, apa
tujuan pembagian kekuasaan itu dan apa sajakah pembagian kekuasaan itu dan
bagaimanakah penerapan di Negara Indonesia.

18

Anda mungkin juga menyukai