Anda di halaman 1dari 10

Unsur-Unsur Terbentuknya Negara: Sejarah dan Kekuasaan

Achmad Baihaqi Machsan, Yasinta Putri Abdillah, Bintang Bima Sakti Yunus
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
baihaqimachsan1927@gmail.com yasintaputri229@gmail.com
bintang.yunus130102@gmail.com

Pendahuluan
Negara dan kekuasaan negara adalah dua elemen kunci yang memainkan peran utama
dalam membentuk dan mengatur tatanan sosial, politik, dan ekonomi di seluruh dunia. Dalam
sejarah panjang peradaban manusia, unsur-unsur ini telah menjadi subjek kajian yang mendalam
dan kompleks. Makalah ini bertujuan untuk menyelidiki dan menguraikan unsur-unsur tersebut,
dengan penekanan pada bagaimana negara terbentuk dan bagaimana kekuasaan negara
didefinisikan, diterapkan, dan dipertahankan.
Negara adalah entitas politik yang memiliki kendali atas wilayah tertentu, penduduknya,
dan sumber daya dalam wilayah tersebut. Konsep negara melibatkan pemerintahan yang sah,
struktur hukum, serta sistem administrasi yang mengatur kehidupan warganya. Pembentukan
negara adalah proses yang kompleks yang melibatkan faktor-faktor sejarah, budaya, politik, dan
sosial. Di dalamnya terdapat beragam bentuk pemerintahan, mulai dari monarki hingga republik,
serta berbagai tingkat otonomi yang bervariasi di seluruh dunia.
Kekuasaan negara, di sisi lain, merujuk pada kemampuan negara untuk mengambil
keputusan, membuat hukum, mempertahankan kedaulatannya, dan memengaruhi kehidupan
warga negaranya. Kekuasaan ini dapat diterapkan dalam berbagai bentuk, termasuk kebijakan
publik, pengaturan ekonomi, kebijakan luar negeri, dan penggunaan kekuatan militer. Konsep
kekuasaan negara juga mencakup isu-isu seperti legitimasi, kontrol, serta interaksi dengan aktor-
aktor internasional.
Dalam perjalanan makalah ini, kami akan menjelajahi sejarah perkembangan negara,
teori-teori yang mendasari konsep ini, serta bagaimana negara modern mengelola dan
mempertahankan kekuasaannya. Kami juga akan membahas tantangan dan dinamika saat ini
yang memengaruhi negara dan kekuasaannya, seperti globalisasi, perubahan teknologi, dan
tuntutan hak asasi manusia.
Dengan memahami unsur-unsur yang mendasari pembentukan negara dan pelaksanaan
kekuasaan negara, kita akan dapat meraih wawasan yang lebih baik tentang dinamika kompleks
dalam politik global, serta bagaimana konsep ini terus berkembang di era kontemporer.
Pembahasan
A. Unsur Negara

1. Pemerintah
Pemerintah adalah sebuah entitas yang memiliki kekuasaan untuk mengatur dan
memerintah suatu wilayah. Pemerintah bertugas untuk menyelenggarakan berbagai kepentingan
warganya dan berperan sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Pentingnya pemerintah diakui karena pemerintah yang berkuasa harus memiliki pengakuan dari
rakyatnya, karena pada dasarnya, pemerintah adalah representasi suara rakyat, yang pada
gilirannya memastikan stabilitas pemerintahan. Pengakuan dari negara-negara lain juga
merupakan hal yang penting.1
Pemerintah terdiri dari sekelompok individu atau organisasi yang diberikan kekuasaan
untuk memerintah dan memiliki kewenangan untuk membuat serta mengimplementasikan
hukum di suatu wilayah. Pemerintah adalah lembaga publik yang bertugas untuk mencapai
tujuan-tujuan negara. Pemerintah juga memiliki wewenang untuk mengoordinasikan
pemerintahan dan pembangunan masyarakat melalui berbagai lembaga yang ada.
Fungsi pemerintah terdiri dari empat fungsi utama:
1. Pelayanan: Ini melibatkan penyediaan layanan publik dan layanan sipil yang berfokus
pada prinsip kesetaraan. Pemerintah pusat bertanggung jawab atas masalah luar negeri,
peradilan, keuangan, agama, pertahanan, dan keamanan.
2. Pengaturan: Ini mencakup pembuatan peraturan perundang-undangan yang mengatur
hubungan antar manusia dalam masyarakat, dengan tujuan memastikan bahwa kehidupan
berjalan secara harmonis dan dinamis.
3. Pembangunan: Pemerintah berperan sebagai pendorong pembangunan, baik dalam hal
infrastruktur maupun pembangunan sumber daya manusia di wilayahnya.
4. Pemberdayaan: Pemerintah mendukung otonomi daerah sehingga setiap daerah dapat
mengelola sumber daya mereka secara optimal.
Tujuan utama pemerintahan adalah meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Beberapa
tujuan pemerintahan meliputi:
1. Perlindungan Hak Asasi Manusia, Kebebasan, Kesetaraan, Perdamaian, dan Keadilan:
Pemerintah bertujuan untuk memastikan bahwa semua warganya memiliki hak asasi yang
dilindungi, hidup dalam perdamaian, dan diperlakukan dengan adil.
2. Konstitusi: Pemerintah bertujuan untuk memperlakukan setiap warga negara dengan adil
sesuai dengan konstitusi.

1
Leni Putri, “Unsur-Unsur Negara,” Fakultas Hukum Universitas Ekasakti, 2021,
3. Pemeliharaan Perdamaian dan Keamanan: Pemerintah bertujuan untuk menjaga
perdamaian dan keamanan dalam masyarakat dengan menerapkan hukum secara adil.
4. Perlindungan Kedaulatan Bangsa: Pemerintah bertujuan untuk melindungi kedaulatan
bangsa dari ancaman baik dari dalam maupun luar negeri.
5. Pemeliharaan Sistem Moneter: Pemerintah bertujuan untuk memastikan sistem moneter
yang memungkinkan perdagangan domestik dan internasional berjalan dengan baik.
6. Pengelolaan Keuangan Publik: Pemerintah bertujuan untuk mengumpulkan pajak dan
mengalokasikan anggaran secara bijaksana sehingga pengeluaran negara tepat sasaran.
7. Penciptaan Lapangan Pekerjaan: Pemerintah bertujuan untuk menciptakan lapangan
pekerjaan sebanyak mungkin, meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
8. Hubungan Diplomatik: Pemerintah bertujuan untuk menjaga hubungan diplomatik
dengan negara lain melalui kerjasama di berbagai bidang

2. Rakyat
Rakyat adalah keseluruhan individu yang mendiami suatu negara. Kehadiran rakyat
adalah prasyarat esensial bagi eksistensi negara. Leacock dengan tepat menyatakan bahwa,
"Negara tidak dapat berdiri tanpa keberadaan sekelompok orang yang menghuni bumi ini." Hal
ini sering kali memunculkan pertanyaan seputar berapa jumlah penduduk yang diperlukan untuk
membentuk suatu negara. Plato bahkan menjelaskan bahwa suatu wilayah membutuhkan
setidaknya 5040 penduduk.
Rakyat dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu penduduk dan bukan penduduk.
Penduduk merujuk kepada semua individu yang ingin menetap di suatu wilayah atau negara
tertentu. Mereka yang berada di wilayah tersebut tanpa niat untuk menetap tidak dapat dianggap
sebagai penduduk, seperti contoh individu yang berkunjung wisata.
Terlebih lagi, ada beberapa istilah lain yang erat kaitannya dengan konsep rakyat:
a) Rumpun (Ras): Rumpun merujuk pada sekelompok individu yang membentuk kesatuan
karena memiliki ciri-ciri fisik yang serupa, seperti warna kulit dan warna rambut. Kesamaan
dalam ciri-ciri fisik ini membagi penduduk dunia menjadi berbagai rumpun, seperti rumpun
Melayu, rumpun Kuning, rumpun Putih, dan lain sebagainya.
b) Bangsa (Volks): Bangsa mengacu pada kelompok individu yang menjadi satu kesatuan karena
memiliki persamaan dalam budaya, seperti bahasa, adat istiadat, agama, dan lainnya.
c) Natie (Nasional): Natie seringkali disamakan dengan bangsa, tetapi memiliki ciri-ciri yang
berbeda. Natie merujuk kepada sekelompok individu yang membentuk kesatuan karena memiliki
kesatuan politik yang sama. Persamaan dalam ciri fisik atau budaya bukanlah syarat mutlak
untuk membentuk natie. Natie sering disebut sebagai nasional karena negara berdiri berdasarkan
kondisi nasional.
Konsep rakyat memiliki makna yang netral, dan sebagai salah satu elemen dalam negara,
rakyat memiliki keterkaitan erat dengan negara yang mereka huni, dan oleh karena itu, rakyat
harus diidentifikasi sebagai warga negara. Keterkaitan ini membawa hak dan kewajiban bagi
warga negara, yang dapat dikelompokkan menjadi empat kategori:
1. Status Positif: Status positif memberikan hak kepada warga negara untuk menuntut
tindakan positif dari negara dalam hal perlindungan terhadap jiwa, tubuh, harta,
kemerdekaan, dan lain-lain.
2. Status Negatif: Status negatif memberikan jaminan kepada warga negara bahwa negara
tidak boleh campur tangan dalam hak-hak asasi mereka. Namun, dalam situasi tertentu,
negara dapat melanggar hak-hak ini jika tindakan tersebut dilakukan untuk kepentingan
umum.
3. Status Aktif: Status aktif memberikan hak kepada setiap warga negara untuk
berpartisipasi dalam pemerintahan. Ini termasuk hak untuk memilih dan dipilih sebagai
anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
4. Status Passif: Status passif adalah kewajiban bagi setiap warga negara untuk mematuhi
dan tunduk pada semua perintah dari sesama warga negara.
Dengan demikian, konsep rakyat dalam konteks negara melibatkan hak dan kewajiban,
serta hubungan yang erat antara individu dan negara tempat mereka tinggal
3. Wilayah
Wilayah tertentu adalah batasan fisik di mana kekuasaan suatu negara berlaku, dan di luar
batas wilayah ini, kekuasaan negara tersebut tidak berlaku. Hal ini dapat menjadi sumber potensi
sengketa internasional. Namun, ada pengecualian yang dikenal sebagai daerah eksteritorial, di
mana kekuasaan negara bisa berlaku di luar wilayahnya. Contohnya adalah kedutaan asing, di
mana kekuasaan negara asing berlaku di dalam kedutaan tersebut.2
Tentang batas wilayah negara, tidak ada ketentuan yang tertulis dalam Undang-Undang
Dasar Negara. Biasanya, batas wilayah negara diatur melalui perjanjian atau traktat antara dua
negara atau lebih yang memiliki kepentingan dalam hal ini. Biasanya, negara-negara tetangga
yang berbagi batas wilayah akan memiliki perjanjian terkait. Jika perjanjian hanya melibatkan
dua negara, itu disebut sebagai perjanjian bilateral, sedangkan jika melibatkan lebih dari dua
negara, itu disebut sebagai perjanjian multilateral.
Wilayah atau teritori mencakup tiga dimensi: udara, darat, dan laut, dan penentuannya
diatur oleh perjanjian internasional. Secara umum, suatu wilayah dapat dibagi menjadi dua jenis:
1. Wilayah Formal: Wilayah ini merujuk pada definisi wilayah secara umum, yaitu suatu
daerah atau kawasan di permukaan bumi yang memiliki karakteristik khas yang
membedakannya dari wilayah lain di sekitarnya.

2
Wellya Mustika, “Unsur-Unsur Negara,” n.d.
2. Wilayah Fungsional: Wilayah ini terdiri dari beberapa pusat wilayah yang memiliki
fungsi yang berbeda. Contoh yang jelas dari wilayah fungsional adalah wilayah
perkotaan. Wilayah perkotaan terdiri dari tiga komponen utama:
a) Nodus atau Inti: Ini adalah pusat kota atau inti dari wilayah perkotaan.
b) Internal Area (Hinterland): Wilayah di sekitar kota yang berfungsi sebagai pemasok
kebutuhan harian kota tersebut.
c) Area: Ini adalah jalur penghubung antara kota dan wilayah pemasok kebutuhan kota tersebut.
4. Aturan
Aturan atau hukum merupakan salah satu unsur penting dalam konsep negara. Aturan-
aturan ini berperan sebagai fondasi yang mengatur tata cara dan perilaku dalam masyarakat,
memastikan hak-hak dan kewajiban warga negara, serta menjaga stabilitas dan ketertiban dalam
suatu negara. Berikut adalah bagaimana aturan berperan sebagai unsur negara:
1. Menjaga Kedaulatan dan Kedirgantaraan Negara: Aturan-aturan negara menegaskan
kedaulatan dan kedirgantaraan negara di dunia internasional. Ini termasuk aturan-aturan
yang mengatur hubungan antar negara dan perlindungan terhadap wilayah dan sumber
daya negara.
2. Mengatur Hubungan Antarwarga Negara: Aturan-aturan hukum menentukan cara
individu dan entitas dalam negara berinteraksi satu sama lain. Ini mencakup hukum
perdata, hukum pidana, dan hukum keluarga yang mengatur hak dan kewajiban individu
di dalam masyarakat.
3. Memberikan Kerangka Kerja Pemerintahan: Hukum dasar atau konstitusi adalah aturan
yang mendasari sistem pemerintahan suatu negara. Itu menetapkan struktur
pemerintahan, wewenang, dan hak-hak dasar warga negara.
4. Mengatur Ekonomi: Aturan-aturan ekonomi, seperti peraturan perdagangan, perpajakan,
dan regulasi pasar, mengatur aktivitas ekonomi dalam negara dan memastikan
keseimbangan dan perlindungan dalam perdagangan dan investasi.
5. Mengatur Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam: Hukum lingkungan mengatur
perlindungan lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam. Ini bertujuan untuk
menjaga keberlanjutan lingkungan dan meminimalkan dampak negatif terhadap alam.
6. Melindungi Hak Asasi Manusia: Aturan-aturan hak asasi manusia mengakui dan
melindungi hak-hak dasar individu, seperti kebebasan berbicara, hak atas kehidupan, dan
hak atas keadilan. Ini adalah aspek penting dalam negara berdasarkan hukum.
7. Menjaga Ketertiban Sosial: Hukum pidana dan peraturan lainnya membantu menjaga
ketertiban sosial dengan menetapkan larangan dan sanksi terhadap perilaku yang
merugikan masyarakat.
8. Mendukung Pembangunan dan Kesejahteraan: Aturan-aturan pembangunan dan
kesejahteraan, seperti aturan pendidikan dan kesehatan, bertujuan untuk mempromosikan
pembangunan sosial dan ekonomi dalam masyarakat.
9. Memberikan Akses Keadilan: Sistem peradilan dan hukum acara mengatur bagaimana
sengketa dapat diselesaikan dan memastikan akses yang adil ke sistem peradilan bagi
semua warga negara.
10. Mengatur Hubungan Internasional: Hukum internasional mengatur hubungan
antarnegara, termasuk perjanjian-perjanjian internasional, perdagangan internasional, dan
konflik internasional.
Aturan-aturan ini membentuk kerangka kerja yang mendukung fungsi-fungsi negara, melindungi
hak-hak warga negara, dan memastikan perdamaian, ketertiban, dan keadilan dalam masyarakat.
Dalam esensi, aturan adalah landasan yang memungkinkan negara untuk berfungsi dan mencapai
tujuan-tujuannya.

B. Proses Terjadinya Sebuah Negara


Pembentukan negara adalah proses yang kompleks dan sering kali melibatkan banyak
faktor politik, sejarah, budaya, dan hukum. Ini melibatkan pendirian pemerintahan yang
berfungsi, pembuatan konstitusi atau undang-undang dasar, serta usaha untuk mendapatkan
pengakuan internasional dari negara-negara lain. Pembentukan negara juga dapat mempengaruhi
banyak aspek kehidupan penduduk di wilayah tersebut, termasuk hak, kewarganegaraan, dan hak
politik mereka.3
Terbentuknya suatu negara adalah hasil dari sejumlah peristiwa dan proses historis yang
kompleks. Ini melibatkan berbagai faktor politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Berikut ini adalah
gambaran umum tentang bagaimana suatu negara terbentuk:
1. Identitas Budaya dan Etnis: Negara sering kali muncul dari kelompok etnis atau budaya
yang memiliki kesamaan bahasa, agama, sejarah, atau nilai-nilai bersama. Identitas
budaya ini dapat membentuk dasar untuk solidaritas dan aspirasi bersama dalam
membentuk negara.
2. Perjuangan Kemerdekaan: Banyak negara terbentuk melalui perjuangan kemerdekaan
dari kekuasaan asing atau penjajah. Ini mungkin melibatkan perang, demonstrasi,
perundingan diplomatik, atau kombinasi dari semuanya. Contoh klasik adalah Amerika
Serikat yang memperoleh kemerdekaannya dari Inggris melalui Perang Revolusi.
3. Politik dan Pemerintahan: Pembentukan suatu negara juga melibatkan pendirian struktur
pemerintahan yang akan mengelola urusan dalam negeri dan hubungan luar negeri. Ini
bisa mencakup pengadopsian konstitusi, pemilihan umum, dan pembentukan lembaga-
lembaga seperti parlemen dan eksekutif.
3
Elsa Libella, Fatimah Zulfa Salsabila, and Regika Pramesti Echa Marsanto Putri, “Pengakuan Dalam Pembentukan
Negara Ditinjau Dari Segi Hukum Internasional,” Journal of Judicial Review 22, no. 2 (December 18, 2020):
4. Pengakuan Internasional: Suatu negara biasanya memerlukan pengakuan internasional
dari negara-negara lain untuk dianggap sebagai subjek hukum internasional dan menjadi
anggota PBB. Proses pengakuan ini dapat melibatkan hubungan diplomatik dan
perjanjian bilateral.
5. Batas Wilayah: Batas geografis suatu negara harus ditetapkan agar dapat dikenali secara
resmi oleh masyarakat internasional. Ini sering kali melibatkan negosiasi dengan negara-
negara tetangga untuk menentukan perbatasan yang sah.
6. Perekonomian dan Sumber Daya: Keberlanjutan suatu negara juga bergantung pada
kemampuannya untuk mengelola sumber daya ekonomi dan memenuhi kebutuhan
penduduknya. Perekonomian yang kuat dapat memperkuat stabilitas dan kedaulatan suatu
negara.
7. Identitas Nasional: Pembentukan negara sering kali melibatkan upaya untuk membangun
identitas nasional yang bersatu. Ini melibatkan promosi simbol nasional seperti bendera,
lambang, lagu kebangsaan, dan sejarah bersama.
8. Legitimasi: Suatu negara memerlukan dukungan dari warganya agar tetap eksis.
Legitimasi pemerintahan dapat diperoleh melalui pemilihan umum yang adil, pemberian
layanan publik yang baik, dan kebijakan yang menguntungkan rakyat.
9. Faktor Eksternal: Peran negara-negara lain, organisasi internasional, dan faktor eksternal
lainnya dapat memengaruhi proses pembentukan dan stabilitas suatu negara. Intervensi
asing, bantuan luar negeri, atau sanksi internasional dapat memengaruhi arah
perkembangan suatu negara.
10. Evolusi Sejarah: Negara tidak tetap dalam bentuk yang sama sepanjang waktu. Mereka
dapat mengalami perubahan dalam bentuk pemerintahan, batas wilayah, dan struktur
sosial sesuai dengan perkembangan sejarah dan perubahan dalam tuntutan masyarakat.
Setiap negara memiliki cerita uniknya sendiri tentang bagaimana dan mengapa negara itu
terbentuk. Ini adalah proses yang sangat kompleks yang melibatkan faktor-faktor sosial, politik,
ekonomi, dan budaya. Selain itu, pembentukan dan perkembangan suatu negara juga dapat
menjadi subjek kontroversi dan konflik yang berlarut-larut.
C. Teori Sejarah Kekuasaan Negara
Teori kekuasaan negara adalah sebuah konsep dalam ilmu politik yang mencoba untuk
menjelaskan dan memahami bagaimana negara-negara menghasilkan, menjalankan, dan
memanfaatkan kekuasaan dalam hubungan internasional. Teori-teori ini membantu menganalisis
bagaimana negara-negara berinteraksi satu sama lain dalam sistem internasional dan bagaimana
mereka mencapai tujuan dan kepentingan mereka.4

1. Kekuasaan Absolut

4
Ega Gabriel, “Pengertian Dan Bentuk-Bentuk Negara,” 2020, 1–16.
Teori ini sering dikaitkan dengan pemikiran Thomas Hobbes, seorang filsuf politik abad
ke-17. Salah satu karya terkenalnya yang menguraikan teori ini adalah "Leviathan" yang
diterbitkan pada tahun 1651. Hobbes mengembangkan teori ini sebagai tanggapan terhadap masa
konflik dan ketidakstabilan selama Perang Saudara Inggris. Teori kekuasaan absolut berpendapat
bahwa dalam keadaan alamiah (tanpa pemerintahan atau hukum), manusia hidup dalam keadaan
anarki yang penuh dengan konflik dan ketidakpastian. Untuk menghindari kekacauan ini,
manusia secara sukarela sepakat untuk membentuk pemerintahan yang kuat dan memberikan
otoritas tak terbatas kepada penguasa (kadang-kadang disebut sebagai "kontrak sosial").
Otoritas yang dimiliki oleh penguasa dalam teori ini dianggap tidak terbatas dan tidak
boleh dipertanyakan oleh rakyat. Pemerintahan absolut dianggap sebagai satu-satunya cara untuk
menjaga ketertiban dan keamanan. Penguasa memiliki hak untuk mengambil keputusan tanpa
perlu konsultasi dengan rakyat. Teori kekuasaan absolut menuai kontroversi dan kritik karena
dianggap mendukung pemerintahan tirani yang tidak memperhatikan hak-hak individu.
Pemikiran ini juga bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi modern yang menekankan
partisipasi rakyat dalam proses politik. Penting untuk memahami bahwa teori kekuasaan absolut
dikembangkan dalam konteks sejarah yang berbeda, di mana ketidakstabilan politik dan perang
saudara mendominasi. Meskipun teori ini tidak lagi menjadi dasar utama bagi banyak
pemerintahan modern, pemahamannya tetap memberikan wawasan tentang perkembangan
konsep kekuasaan negara.
Sejarah mencatat beberapa negara yang menerapkan teori kekuasaan absolut dalam
berbagai bentuk selama berabad-abad. Beberapa contoh negara dengan pemerintahan absolut
adalah: Kerajaan Prancis pada Era Ancien Régime: Pada abad ke-17 dan ke-18, Prancis di bawah
pemerintahan Raja Louis XIV dikenal dengan sebutan "Raja Matahari" karena sentralisasi
kekuasaan yang kuat di tangannya. Ia memerintah dengan otoritas tak terbatas dan dikenal
dengan ungkapan "L'État, c'est moi" (Negara, itu adalah saya), mencerminkan pandangan absolut
terhadap kekuasaan.
2. Kekuasaan Konstitusional
Teori kekuasaan konstitusional berpendapat bahwa pemerintahan yang kuat harus
dibatasi oleh konstitusi dan hukum yang melindungi hak-hak individu. Pemisahan kekuasaan
antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif adalah karakteristik penting dari teori ini.
3. Kekuasaan Sosial
Teori kekuasaan sosial menekankan peran masyarakat dalam membentuk dan
mempengaruhi kekuasaan negara. Ini memandang kekuasaan sebagai sesuatu yang diberikan
oleh masyarakat dan bertumpu pada legitimasi serta partisipasi politik. Berikut beberapa contoh
negara yang dapat mencerminkan penerapan teori kekuasaan sosial. Swiss adalah contoh yang
baik dari negara yang mendasarkan kekuasaannya pada partisipasi aktif masyarakat. Sistem
politik Swiss dikenal dengan demokrasi langsung, di mana warga memiliki hak untuk
mempengaruhi keputusan politik melalui berbagai referendum dan inisiatif rakyat. Kekuasaan
politik di Swiss sangat tergantung pada partisipasi langsung rakyat dalam proses pengambilan
keputusan
4. Kekuasaan Hegemoni
Teori hegemoni adalah pandangan yang sangat relevan dalam studi hubungan
internasional. Teori ini mencerminkan bagaimana negara-negara besar atau kelompok negara
yang dominan dapat memengaruhi dinamika global. Kekuasaan Inggris pada Abad ke-19: Pada
abad ke-19, Britania Raya adalah contoh negara hegemon. Imperium Britania Raya memiliki
pengaruh yang sangat besar di seluruh dunia, baik dalam hal ekonomi, politik, maupun militer.
Kekuasaan Inggris memengaruhi banyak aspek dalam politik global dan perdagangan dunia.5
5. Kekuasaan Neorealisme
Ini adalah teori dalam hubungan internasional yang menekankan anarki sistem
internasional dan perlombaan kekuasaan antara negara-negara. Teori ini berfokus pada upaya
negara-negara untuk meningkatkan keamanan nasional mereka dan mengamankan posisi mereka
dalam tatanan global.
6. Kekuasaan Imperialisme
Teori ini mengkaji bagaimana negara-negara besar dapat memperluas kekuasaan mereka
melalui penjajahan atau dominasi atas negara-negara yang lebih kecil. Ini sering kali
berhubungan dengan eksploitasi sumber daya dan pengaruh ekonomi dan politik.
Penutup
Seiring berakhirnya eksplorasi tentang unsur-unsur pembentukan negara dan pelaksanaan
kekuasaan negara, kita dapat menyimpulkan bahwa konsep ini merupakan fondasi yang kuat
dalam dinamika politik dan sosial dunia. Pembentukan negara adalah refleksi dari sejarah
panjang manusia, dari peradaban awal hingga perkembangan modern yang kompleks. Pada saat
yang sama, kekuasaan negara adalah jantung dari pemerintahan yang efektif dan pengaturan
kehidupan masyarakat.Makalah ini telah membahas sejumlah konsep penting, termasuk peran
budaya, sejarah, dan faktor politik dalam membentuk identitas negara. Kami juga telah
menjelajahi teori-teori yang mendasari pembentukan dan fungsi negara, termasuk peran
masyarakat, hukum, dan struktur politik.
Dalam era kontemporer yang gejolak, negara dan kekuasaannya menghadapi berbagai
tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Globalisasi, revolusi teknologi, dan perubahan
iklim adalah beberapa faktor yang mempengaruhi cara negara beroperasi. Selain itu, tuntutan
akan hak asasi manusia, partisipasi politik, dan transparansi semakin memengaruhi dinamika
kekuasaan negara.
Dengan pemahaman yang mendalam tentang unsur-unsur ini, kita dapat terus
merenungkan masa depan negara dan kekuasaannya. Bagaimana negara-negara dapat
mempertahankan kedaulatan mereka sambil tetap beradaptasi dengan perubahan global?
Bagaimana masyarakat dapat berperan dalam mengatur kekuasaan negara dengan cara yang

5
Hutagalung Daniel, “Hegemoni, Kekuasan Dan Ideologi Related Papers,” Jurnal Pemikiran Sosial, Politik Dan Hak
Asasi Manusia 12, no. 12 (2004): 1–17.
lebih inklusif dan berkeadilan? Ini adalah beberapa pertanyaan yang akan terus menjadi fokus
perdebatan dan penelitian di masa mendatang.
Dengan demikian, pembahasan tentang unsur-unsur pembentukan negara dan
pelaksanaan kekuasaan negara tidak pernah usai. Makalah ini hanya menyentuh permukaan topik
yang sangat luas ini, dan masih banyak hal yang dapat dipelajari dan dijelajahi. Dengan
demikian, kita dihadapkan pada tugas berkelanjutan untuk memahami, mengkaji, dan
mempengaruhi bagaimana negara dan kekuasaannya akan terus berkembang dan berdampak
pada dunia di masa yang akan datang.
Daftar Pustaka
Gabriel, Ega. “Pengertian Dan Bentuk-Bentuk Negara,” 2020, 1–16.
Hutagalung Daniel. “Hegemoni, Kekuasan Dan Ideologi Related Papers.” Jurnal Pemikiran
Sosial, Politik Dan Hak Asasi Manusia 12, no. 12 (2004): 1–17.
Libella, Elsa, Fatimah Zulfa Salsabila, and Regika Pramesti Echa Marsanto Putri. “Pengakuan
Dalam Pembentukan Negara Ditinjau Dari Segi Hukum Internasional.” Journal of Judicial
Review 22, no. 2 (December 18, 2020): 165–74. https://doi.org/10.37253/JJR.V22I2.1498.
Mustika, Wellya. “Unsur-Unsur Negara,” n.d.
Putri, Leni. “Unsur-Unsur Negara.” Fakultas Hukum Universitas Ekasakti, 2021, 13.
https://osf.io/d69q7/download.

Anda mungkin juga menyukai