Negara adalah organisasi yang dalam sesuatu wilayah dapat memaksakan kekuasaannya
secara sah terhadap semua golongan kekuasaan lainnya dan yang dapat menetapkan tujuan-
tujuan dari kehidupan itu.
Menurut Gettel
Negara adalah komunitas oknum – oknum secara permanen mendiami wilayah tertentu,
menuntut dengan sah kemerdekaan diri dari luar dan mempunyai sebuah organisasi
pemerintah dan menjalankan hukum secara menyeluruh di dalam lingkungan.
Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan ketertiban di dalam suatu masyarakat dalam
suatu wilayah dengan berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu
pemerintah.
Kesimpulan dari pernyataan para ahli ini menyatakan bahwa negara adalah kesatuan di suatu
wilayah tertentu yang memiliki kemerdekaan yang sah serta mempunyai kekuasaan,
organisasi pemerintah, dan hukum untuk menetapkan dan mencapai tujuan bersama. Yang
mana kekuasaan negara ini diselenggarakan untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat di
negara tersebut. Salah satu perwujudan dari kekuasaan negara tersebut adalah adanya
peraturan atau perundang-undangan yang dibuat oleh organisasi pemerintah negara itu
sendiri. Semua peraturan inilah yang secara langsung mampu menciptakan ketertiban dan
keteraturan pada rakyat suatu negara.
Unsur konstitutif adalah unsur yang mutlak harus ada saat suatu negara didirikan. Unsur ini
meliputi rakyat, wilayah, dan pemerintah yang berdaulat.
1. Rakyat
Rakyat adalah semua orang yang secara nyata ada di suatu wilayah, serta tunduk dan patuh
pada peraturan negara tersebut.
2. Wilayah
Wilayah adalah unsur mutlak sebuah negara. Wilayah adalah landasan material atau fisik
suatu negara.
Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi di suatu negara yang berlaku untuk seluruh wilayah
dan segenap rakyat di negara tersebut.
Unsur deklaratif adalah unsur yang tidak mutlak ada ketika suatu negara berdiri. Tetapi,
unsur ini boleh dipenuhi setelah suatu negara berdiri. Unsur deklaratif merupakan pengakuan
dari negara lain. Hal ini memperkuat terbentuknya sebuah negara. Pengakuan dari negara lain
juga terbagi menjadi dua.
1. Pengakuan de facto
Pengakuan de facto adalah pengakuan berdasarkan kenyataan yang ada atau dakta yang
sungguh-sungguh nyata tentang berdirinya suatu negara. Pengakuan de facto juga tergolong
menjadi dua, yakni:
Pengakuan de facto yang bersifat tetap, artinya pengakuan dari negara lain terhadap
suatu negara yang hanya bisa menimbulkan hubungan di bidang perdagangan dan
ekonomi.
Pengakuan de facto bersifat sementara, artinya pengakuan dari negara lain tanpa
melihat perkembangan negara tersebut. Jika negara itu hancur, maka negara lain akan
menarik pengakuannya.
2. Pengakuan de jure
Berbicara tentang negara dari perspektif tata negara paling tidak dapat dilihat dari 2 (dua)
pendekatan, yaitu :
a. Negara dalam keadaan diam, yang fokus pengkajiannya terutama kepada bentuk dan
struktur organisasi negara
b. Negara dalam keadaan bergerak, yang fokus pengkajiannya terutama kepada mekanisme
penyelenggaraan lembaga-lembaga negara, baik di pusat maupun di daerah. Pendekatan ini
juga meliputi bentuk pemerintahan seperti apa yang dianggap paling tepat untuk sebuah
negara.
Pada saat pembentukan negara ini, para pencetus kemerdekaan dan para pemimpin bangsa
pasti memiliki tujuan didirikannya negara Indonesia. Tujuan negara dalam pembukaan UUD
1945 tertera dengan jelas pada alinea ke empat. Tujuan negara dalam pembukaan UUD 1945
tersebut berbunyi; "Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial."
Dapat disimpulkan bahwa tujuan negara dalam pembukaan UUD 1945 ini adalah tujuan
perlindungan, kesejahteraan, pencerdasan, dan juga perdamaian. Berikut selengkapnya
mengenai tujuan negara dalam pembukaan UUD 1945 yang perlu diketahui.
1. Kesejahteraan
Tujuan kesejahteraan bangsa terdapat dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang
berbunyi “Untuk memajukan kesejahteraan umum”. Parameter kesejahteraan di negara
Indonesia memiliki 3 unsur dan merupakan syarat yang paling minimal dan subjektif.
Unsur-unsur tersebut adalah sandang (pakaian), pangan (makan), dan papan (tempat tinggal).
Apabila ketiganya terpenuhi, maka masyarakat dapat dikatakan telah hidup dengan sejahtera.
Kesejahteraan umum juga tidak hanya mencakup tentang kesejahteraan ekonomi dan materi,
namun juga kesejahteraan lahir dan batin. kesejahteraan lahir dan batin antara lain adalah
terciptanya rasa aman, gotong royong, saling menghormati dan menghargai hak dan
kewajiban masing-masing individu, masyarakat yang makmur, adil dan setara.
Selain itu, hal lain yang dapat dilakukan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan
adalah dengan terus bersaing secara sehat dalam bidang perekonomian, baik di tingkat
nasional maupun internasional.
2. Pencerdasan
Tujuan negara selanjutnya ialah pencerdasan bangsa terdapat dalam pembukaan UUD 1945
alinea keempat yang berbunyi: “…mencerdaskan kehidupan bangsa…”. Tujuan pencerdasan
bangsa adalah untuk memastikan seluruh masyarakat Indonesia memperoleh kesempatan
mengenyam pendidikan yang layak dan berkualitas.
Dengan adanya masyarakat yang cerdas, pembangunan dan kemajuan negara akan semakin
mudah dicapai. Yang dapat dilakukan oleh warga Negara Indonesia untuk mencapai tujuan
pencerdasan ini adalah dengan mengejar pendidikan hingga jenjang yang setinggi-tingginya.
Masyarakat yang pandai dan cerdas tentu mampu membantu memajukan serta
menyejahterakan taraf hidup bangsa baik di mata nasional maupun mancanegara. Masyarakat
yang pandai dan cerdas juga merupakan aset negara dalam bersaing dengan kemajuan negara
lain.
3. Ketertiban dan Perdamaian
Tujuan negara yang terakhir ialah ketertiban dan perdamaian terdapat dalam pembukaan
UUD 1945 alinea keempat yang berbunyi: “… dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial …”.
Perdamaian merupakan cita-cita umum semua negara. Istilah “damai” dalam ilmu politik
terdapat 2 macam, yaitu perdamaian di dalam negeri dan perdamaian di luar negeri.
Tujuan negara Indonesia akan perdamaian di dua situasinya tercantum secara jelas dalam
UUD 1945. Hal ini diharapkan dapat diterapkan dalam pelaksanaan pemerintahan Indonesia
yang sedang dan terus berjalan.
Dasar politik luar negeri Indonesia sendiri adalah politik bebas-aktif. Perdamaian yang
tercipta di masing-masing negara di dunia akan melahirkan politik luar negeri yang bebas dan
aktif. Tujuan negara tersebut merupakan landasan bagi bangsa Indonesia untuk melaksanakan
kerja sama dengan negara lain yang dilandasi oleh nilai-nilai perdamaian dan keadilan sosial.
Perdamaian juga dapat diwujudkan oleh setiap warga dengan cara menjaga perdamaian antar
suku, antar umat beragama, saling menghargai, dan menghormati perbedaan-perbedaan yang
ada mengingat Indonesia adalah negara yang multikultur
Tujuan Negara I (Kekuatan Hukum, Kekuasaan Negara & Jaminan atas Hak dan
Kebebasan) (Farrel Naufalion)
Teori yang dikemukakan oleh Krabbe ini, bahwa negara bertujuan untuk menyelenggarakan
ketertiban hukum, dengan berdasarkan dan berpedoman pada hukum. Hanya hukumlah yang
berkuasa di dalam negara. Di dalam negara hukum, hak-hak warga negara dijamin
sepenuhnya oleh negara. Sebaliknya, warga negara berkewajiban mematuhi seluruh peraturan
yang ada dalam negara yang bersangkutan.
Menurut teori ini, tujuan negara adalah berusaha mengumpulkan kekuasaan yang sebesar-
besarnya. Teori ini dikemukakan oleh Lord Shang Yang, seorang ahli filsafat politik Cina.
Menurut teori ini, negara bertujuan membentuk dan mempertahankan hukum supaya hak dan
kemerdekaan warga negara terpelihara. Peranan negara hanya sebagai penjaga ketertiban
hukum dan pelindung hak serta kebebasan warganya. Penganut teori ini adalah Immanuel
Kant, seorang filsuf dari Jerman.
Tujuan yang ingin dicapai oleh setiap orang mungkin sama, yaitu kesejahteraan dan
kebahagiaan, tetapi cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut berbeda-beda bahkan
terkadang saling bertentangan. Jalan yang ditempuh untuk mewujudkan tujuan tersebut kalau
disederhanakan dapat digolongkan ke dalam 2 aliran, yaitu:
Sebagai dasar negara dan falsafah hidup bangsa yang melandasi semua sendi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, Pancasila terbukti mampu mengayomi
dan melindungi seluruh warga negara yang berbeda suku, agama dan ras. Kelima sila dan 45
prinsip yang terkandung dalam Pancasila merupakan pedoman yang sangat ideal dalam
mengatur perilaku seluruh warga negara Indonesia dan dalam mereka berhubungan satu
dengan yang lain sebagai bagian dari negara Indonesia, serta untuk menjaga keutuhan NKRI.
Sila pertama Pancasila, “Ketuhanan yang Maha Esa,” memiliki tujuh butir yang
mengatur tentang bagaimana manusia Indonesia perlu bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa sesuai dengan kepercayaannya masing-masing serta mengejawantahkan iman takwanya
dalam sikap ibadah yang saling menghormati dan saling bekerjasama antar umat beragama.
Sila kedua, “Kemanusiaan yang adil dan beradab,” berisikan 10 butir yang mengatur
perilaku di dalam kehidupan bermasyarakat yang saling menghormati, saling mencintai,
bertenggang rasa, tidak semena-mena, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian, serta berani
membela kebenaran dan keadilan tanpa membeda-bedakan.
Sila ketiga yang berbunyi “Persatuan Indonesia,” berisi 7 prinsip yang menegaskan
tentang pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan atas dasar Bhineka Tunggal Ika, serta
menempatkan kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi
atau golongan.
Sila kelima yang berbunyi, “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,”
menekankan pada pentingnya pola hidup bersama dalam suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan. Bahkan kebersamaan itu juga perlu ditunjukan dalam kemajuan dan
kesejahteraan bersama yang merata dan berkeadilan sosial.
Seluruh butir yang terkandung dalam lima sila Pancasila sesungguhnya telah menjadi
landasan ideal bagi seluruh rakyat Indonesia dalam menjaga keutuhan bangsa. Sayangnya,
keadaan tersebut terganggu setelah muncul aksi terorisme dan radikalisme yang mendorong
terjadinya intoleransi di negara ini.