Terjemah Fath-ul-Mu‘in
Pengarang : Syaikh Zainuddin bin ‘Abdul-‘Aziz al-Malibari
(Judul Asli: Fath-ul-Mu’īni Bi Syarḥi Qurrat-il-‘Aini Bi Muhimmāt-id-Dīn)
Penerjemah : M. Fikril Hakim, S.H.I. dan Abu Sholahuddin.
Penerbit: Lirboyo Press.
Tahun terbit : 15 April 21
عز ِم ال َعو ِد َ علَى َ َو ه َُو،ام ِب َم َح ِل جُم َعة أَر َب َعةَ أَيَّام فَأَكثَ َر
َ َ َك َمن أَق،علَى ُمقِيم ) ِب َم َح ِل ِإقَا َم ِت َها غَي ِر ُمت ََوطِن َ ( ُ( َو )ت َِجب
فَتَلزَ ُم ُه َما،َعلَى ُمقِيم ُمت ََوطِن ِب َم َح ِل يَس َم ُع مِ نهُ النِدَا َء َو َّل يَبلُ ُغ أَهلَهُ أَربَعِين َ َو. ط ِويلَة َ َو لَو بَعدَ ُمدَّة،ِِإلَى َوطنِه
َ
َو إِن َو َجبَت،ج بَل ِد إِقَا َمتِ َها ِ َو َّل بِ ُمت ََوطِن خ،الجُمعَةُ ( َو )لكِن ( َّل تَنعَ ِقدُ )الجُمعَة (بِ ِه )أي بِ ُمقِيم غَي ِر ُمت ََوطِن
َ َار َ ُ
عن إِح َر ِام َ ل ِكنَّ يَنبَغِي تَأَخ ُر إِح َرامِ ِهم،َصح مِ ن ُهم ِ بَل ت،)صبَا َ َو َّل بِ َمن بِ ِه ِرق َو. (علَي ِه بِ َس َما ِع ِه النِدَا َء مِ ن َها َ
َف فِي ِه َكثِي ُرونَ َ ل َا
خ ن إ
ِ َ و ،َن و ُ ق ق
ِ ح م
َ ُ ع م ج
َ ه
ُ َ
ط َر
َ ت اش ا م ى َ
َ َ َ ل ع ُ ة ع ُم
ج ال ه
ِ ب ُ
ِ َ دقِ ع َن ت نمَّ ِم َنِي
ع َ َ أ.
بر
Shalat Jum‘at wajib bagi seseorang yang ber-muqīm di daerah diselenggarakannya
shalat Jum‘at tanpa ada niat menetap selamanya, seperti seseorang yang ber-muqīm di
daerah diselenggarakannya shalat Jum‘at selama 4 hari atau lebih, sedangkan ia
bermaksud untuk kembali ke tanah kelahirannya, sekalipun maksud tersebut setelah
masa yang lama. Juga wajib dikerjakan oleh orang muqīm mutawaththin 3 di tempat
yang panggilan shalat Jum‘at masih terdengar, di mana penduduk tempat
1
Syarat bertempat tinggal yang menetap atau mutawaththin bukanlah syarat wajib, namun syarat sah
Jum‘at. Oleh karena itu, sebaiknya lafazh ini dibuang. I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 63.
2
Yang mungkin ada dalam Jum‘at sebab ‘udzur, berupa angin di malam hari, tidak mungkin ada paa
shalat Jum‘at. I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 64. Dār-ul-Fikr.
3
Sebaiknya, lafazh ini dibuang mutawaththin tidaklah menjadi syarat, maka siapapun yang bermuqīm di
sebuah tempat yang mendengar panggilan Jum‘at, maka wajib baginya untuk melaksanakan shalat
Jum‘at, baik ia mutawaththin (menetap selamanya) ataupun tidak. I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 65. Dār-
ul-Fikr.
terselenggarakan Jumatan kurang dari 40 orang,4 maka wajib mengerjakan shalat
Jum‘at.
Namun shalat Jum‘at tidak sah dengan golongan orang muqīm yang tidak menetap
selamanya dan tidak sah pula dengan muqīm mutawaththin yang berada di luar daerah
diselenggarakan shalat Jum‘at, sekalipun shalat Jum‘at wajib baginya bila mendengar
panggilan shalat dari tempat diselenggarakannya itu. Shalat Jum‘at juga tidak sah
dengan dipenuhi oleh budak atau anak-anak, tetapi shalat mereka sah.
Hanya saja mereka sebaiknya menunda takbīrat-ul-iḥrām sampai sesudah takbīr 40
orang yang sah Jum‘atnya atas pendapat yang mensyaratkan hal tersebut yakni dari
segolongan ‘ulamā’ muḥaqqiqīn, sekalipun banyak ‘ulamā’ yang menentangnya. 5
Dari sumber di atas dapat kita simpulkan bahwa orang yang memiliki kewajiban
melaksanakan Sholat Jumat dijabarkan dalam poin-poin penting berikut ini :
1. Islam
Beragama Islam tentu menjadi syarat wajib sebuah perkara.
2. Mukallaf
adalah seseorang yang sudah mendapatkan beban (taklif) berupa syariat. Ia
sudah berkewajiban menunaikan seluruh perintah dan menjauhi larangan syariat
Islam. Baginya, syariat sudah berlaku, baik hukum yang bersifat taklifi (wajib,
sunah, mubah, makruh, dan haram) ataupun wadh’iy (mencakup sah dan
4
Jika telah mencapai 40 orang, maka tidak wajib baginya untuk mendatangi tempat panggilan Jum‘at
bahkan haram baginya untuk menuju tempat tersebut, bahkan mereka wajib untuk mendirikan Jum‘mat
di tempatnya sendiri. I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 63. Dār-ul-Fikr.
5
Pendapat yang unggul adalah pendapat yang tidak mensyaratkan hal tersebut seperti pendapat dari
Ibnu Ḥajar, Khathīb dan Imām Ramlī. I‘ānat-uth-Thālibīn juz 2 hal. 63. Dār-ul-Fikr.
batal; rukhsah dan azimah; syarat dan rukun), dan seluruh dimensi syariat.
Ringkas kata, ia sudah menjadi subjek hukum yang sempurna.
3. Berakal sehat
Keadaan dimana kondisi psikis seseorang sedang waras dan baik-baik saja. tidak
gila, ayan atau epilepsi dlsb.
4. Laki laki
5. Balligh
adalah kondisi di mana seseorang sudah mencapai usia dewasa secara biologis
ditandai dengan berfungsinya organ reproduksi secara sempurna. Kesempurnaan
ini bisa dilihat dari beberapa tanda fisik dan psikis. Merdeka atau bukan hamba
sahaya
6. Tidak wajib dilaksanakan oleh orang kafir asli, anak kecil, perempuan, khuntsa,
budak atau bahkan budak Mukatab karena mereka dianggap memiliki
kekurangan.
Menurut para ahli Fiqh, khuntsa dapat didefinisikan sebagai manusia yang
mempunyai dua alat kelamin pria dan wanita yang menyatu dalam individu yang
satu. Fuqaha juga membagi atau menggolongkan khuntsa kepada dua bagian,
masing-masing khuntsa musykil dan ghairu musykil. Adapun budak Mukatab
adalah budak yang akan dimerdekakan oleh majikannya apabila membayar
sejumlah uang kepada majikannya dalam waktu yang telah ditentukan dengan
jalan mengangsur.
7. Tidak wajib bagi orang yang sakit
Tersedianya Rukhshoh atau keringanan bagi orang yang sedang sakit dengan
melaksanakan Sholat diramah
8. Wajib bagi orang yang bermuqim
siapa pun yang bermuqim di sebuah tempat yang mendengar panggilan Jumat,
maka wajib baginya untuk melaksanakan shalat Jumat, baik ia mutawaththin
(menetap selamanya) ataupun tidak.
9. Tidak sedang Udzur
Seperti Udzur yang terdapat dalam ketentuan Sholat berjamaah.
10. Tidak wajib bagi orang yang sedang safar atau musafir
Seperti yang terdapat dalam ketentuan Sholat berjamaah, seorang musafir tidak
diwajibkan menunaikan Sholat Jumat.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.abusyuja.com/2021/07/download-kitab-fathul-muin-pdf-
terjemah.html?m=1 23-9-2022
https://drive.google.com/file/d/1KrMxRNEvdz6IguiSe0TDOA982SIP0SSJ/view
?usp=drivesdk 23-9-2022