Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah Ancaman Integrasi Nasional di Bidang Politik ini.
Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad
SAW, keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan Semoga kita termasuk dari
golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.

Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya makalah tantang
Ancaman Integrasi Nasional di Bidang Politik ini. Harapan kami semoga makalah yang telah
tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para
pembaca, menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya dapat memperbaiki
bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan, baik dari
aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang dipaparkan. Semua ini murni
didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu, kami membutuhkan kritik dan
saran kepada segenap pembaca yang bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas
di kemudian hari.
DAFTAR ISI

 KATA PENGANTAR
 DAFTAR ISI
 BAB I PENDAHULUAN
o A. Latar Belakang
o B. Rumusan Masalah
 BAB II PEMBAHASAN
o A. Ancaman Integrasi Nasional di Bidang Politik
o B. Bentuk-bentuk Ancaman Integrasi Nasional di Bidang Politik
 1. Politik Uang (Money Politics)
 2. Politik SARA
 3. Politik Oligarki
 4. Penyerangan Batas Wilayah Negara
o C. Strategi Mengatasi Ancaman Integrasi Nasional di Bidang Politik
 1. Pendekatan ke Dalam
 a. Penguatan Penyelenggaraan Pemerintahan
 b. Penguatan Lembaga Legislatif
 c. Penguatan Kekuatan Politik Nasional
 2. Pendekatan ke Luar
 a. Pada Lingkup Internal
 b. Pada Lingkup Regional
 c. Pada Lingkup Supraregional
 d. Pada Lingkup Global
 BAB III PENUTUP
o A. Kesimpulan
o B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ancaman yang berdimensi politik yang bersumber dari dalam negeri dapat berupa
penggunaan kekuatan berupa pengerahan massa untuk menumbangkan suatu
pemerintahan yang berkuasa, atau menggalang kekuatan politik untuk melemahkan
kekuasaan pemerintah. Selain itu, ancaman separatisme merupakan bentuk lain dari
ancaman politik yang timbul di dalam negeri. Sebagai bentuk ancaman politik,
separatisme dapat menempuh pola perjuangan politik tanpa senjata dan perjuangan
bersenjata. Pola perjuangan tidak bersenjata sering ditempuh untuk menarik simpati
masyarakat internasional. Oleh karena itu, separatisme sulit dihadapi dengan
menggunakan kekuatan militer. Hal ini membuktikan bahwa ancaman di bidang politik
memiliki tingkat resiko yang besar yang mengancam kedaulatan, keutuhan, dan
keselamatan bangsa.

Ancaman yang berdimensi politik yang bersumber dari dalam negeri dapat berupa
penggunaan kekuatan berupa pengerahan massa untuk menumbangkan suatu
pemerintahan yang berkuasa, atau menggalang kekuatan politik untuk melemahkan
kekuasaan pemerintah. Selain itu, ancaman separatisme merupakan bentuk lain dari
ancaman politik yang timbul di dalam negeri. Sebagai bentuk ancaman politik,
separatisme dapat menempuh pola perjuangan politik tanpa senjata dan perjuangan
bersenjata. Pola perjuangan tidak bersenjata sering ditempuh untuk menarik simpati
masyarakat internasional. Oleh karena itu, separatisme sulit dihadapi dengan
menggunakan kekuatan militer. Hal ini membuktikan bahwa ancaman di bidang politik
memiliki tingkat resiko yang besar yang mengancam kedaulatan, keutuhan, dan
keselamatan bangsa.
Beberapa cara untuk mengatasi ancaman di bidang dan politik, yaitu:

1. Mengembangkan demokrasi politik


2. Mengadakan reformasi lembaga-lembaga politik agar menjalankan fungsi dan
perannya secara benar
3. Memperkuat kepercayaan rakyat dengan cara mengegakkan pemerintahan yang
bersih dan berwibawa
4. Menegakkan supremasi hukum
5. Memperkuat posisi Indonesia di kancah politik internasional.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan ancaman integrasi nasional di bidang politik?


2. Bagaimana bentuk-bentuk ancaman integrasi nasional di bidang politik?
3. Bagaimana strategi mengatasi ancaman integrasi nasional di bidang politik?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ancaman Integrasi Nasional di Bidang Politik

1. Pengertian Politik

Politik berasal dari bahasa Yunani (politicos) yang berarti dari, untuk, atau yang
berkaitan dengan warga negara.

2. Pengertian Ancaman Integrasi Nasional Dalam Bidang Politik

Pengertian Ancaman Integrasi Nasional Dalam Bidang Politik adalah setiap


usaha dan kegiatan baik dalam negeri maupun luar negeri yang dikategorikan sebagai
hal yang membahayakan dan memecah belah persatuan dengan mengatas namakan
politik. Ancaman di bidang politik dapat bersumber dari luar negeri maupun dalam
negeri. Dari luar negeri, ancaman di bidang politik dilakukan oleh suatu negara
dengan melakukan tekanan politik terhadap Indonesia. Intimidasi, provokasi, atau
blokade politik merupakan bentuk ancaman non-militer berdimensi politik yang
sering kali digunakan oleh pihak-pihak lain untuk menekan negara lain.

Ancaman integrasi nasional di bidang politik adalah setiap usaha dan kegiatan
baik dalam negeri maupun luar negeri yang dikategorikan sebagai hal yang
membahayakan dan memecah belah persatuan dengan mengatas namakan politik.
Ancaman di bidang politik dapat bersumber dari luar negeri maupun dalam negeri.
Dari luar negeri, ancaman di bidang politik dilakukan oleh suatu negara dengan
melakukan tekanan politik terhadap Indonesia. Intimidasi, provokasi, atau blokade
politik merupakan bentuk ancaman non-militer berdimensi politik yang sering kali
digunakan oleh pihak-pihak lain untuk menekan negara lain.

Ancaman yang berdimensi politik yang bersumber dari dalam negeri dapat
berupa penggunaan kekuatan berupa pengerahan massa untuk menumbangkan suatu
pemerintahan yang berkuasa, atau menggalang kekuatan politik untuk melemahkan
kekuasaan pemerintah.
B. Bentuk-bentuk Ancaman Integrasi Nasional di Bidang Politik

1. Politik Uang (Money Politics)

Kasus korupsi yang marak terjadi pada Pemilu 2014, banyak partai politik
yang melakukan politik uang ini dengan cara konvensional yaitu dengan memberikan
sejumlah uang maupun barang. Kasus korupsi yang marak terjadi pada Pemil 2014
kemaren, banyak partai politik yang melakukan politik uang ini dengan cara
konvensional yaitu dengan memberikan sejumlah uang maupun barang.

2. Politik SARA

Politik sara adalah politik yang mengeksplorasikan perbedaan agama dan etnis
bahkan ideologi. Contoh kasusnya adalah puluhan orang yang mengaku warga
Lenteng Agung, Jakarta Selatan berdemo menolak Lurah Susan. Dengan alasan
agama Lurah Susan yang dilantik sebagai Lurah Lenteng Agung baru-baru ini
merupakan produk kebijakan lelang lurah dari Gubernur DKI Jakarta Jokowi.
Penolakan atas Lurah Susan atas alasan agama sangatlah tidak tepat. Politik sara
adalah politik yang mengeksplorasikan perbedaan agama dan etnis bahkan ideologi.
Contoh kasusnya adalah puluhan orang yang mengaku warga Lenteng Agung, Jakarta
Selatan berdemo menolak Lurah Susan dengan alasan agama Lurah Susan yang
dilantik sebagai Lurah Lenteng Agung baru-baru ini merupakan produk kebijakan
lelang lurah dari Gubernur DKI Jakarta, Jokowi penolakan atas Lurah Susan atas
alasan agama sangatlah tidak tepat.

3. Politik Oligarki

Oligarki adalah bentuk pemerintahan berikut sistem politik yang kekuasaan


politiknya secara efektif dipegang oleh satu kelompok ataupun golongan masyarakat.
Baik dibedakan menurut keluarga ataupun kekayaan. Ini merupakan pelanggaran
dalam hal demokrasi. Demokrasi ini memiliki dua dimensi.

Oligarki adalah bentuk pemerintahan berikut sistem politik yang kekuasaan


politiknya secara efektif dipegang oleh satu kelompok ataupun golongan masyarakat.
Baik dibedakan menurut keluarga ataupun kekayaan. Ini merupakan pelanggaran
dalam hal demokrasi. Demokrasi ini memiliki dua dimensi.
Sebagai kasus contohnya, berkaitan dengan kasus suap yang ditujukan kepada
Ratu Atut dan adiknya Tubagus (Wawan), yang ternyata memiliki Dinasti Politiknya
sendiri, di antaranya Kakak Tri Atut sebagai Walikota Tangerang Selatan, Kakak Tri
Atut menjadi Walikota Serang, dan anak tirinya Hervani yang menjadi wakil bupati
Pandeglang. Hal ini menimbulkan kontroversi karena sistem politik di Banten tidak
lagi murni atas nama demokrasi. Sebagai kasus contohnya, berkaitan dengan kasus
suap yang ditijikan kepada Ratu Atut dan adiknya Tubagus (Wawan), yang ternyata
memiliki Dinasti Politiknya sendiri, diantaranya Kakak Tri Atut sebagai Walikota
Tanggerang Selatan, Kakak Tri Atut menjadi Walikota Serang, dan anak tirinya
Hervani yang menjadi wakil bupati Pandeglang. Hal ini menimbulkan kontroversi
karena sistem politik di Banten ridak lagi murni atas nama domokrasi.

Kasus Ambalat. Ambalat adalah blok laut yang terletak di Laut Sulawesi dan
Selat Makasar di dekat perpanjangan perbatasan darat antara Sabah Malaysia dan
Kalimantan Timur. Persoalan klaim dimulai saat adanya perjanjian Tapal Batas
Kontonental Indonesia yang ditanda tangani oleh Indonesia dan Malaysia. Namun
Indonesia akhirnya melihat hal tersebut sebagai ekspansi terhadap wilayah Indonesia
dan mengurangi kedaulatan NKRI.

4. Penyerangan Batas Wilayah Negara

Contoh kasus penyerangan batas wilayah adalah Ambalat. Ambalat adalah


blok laut yang terletak di Laut Sulawesi dan Selat Makasar di dekat perpanjangan
perbatasan darat antara Sabah Malaysia dan Kalimantan Timur. Persoalan klaim
dimulai saat adanya perjanjian Tapal Batas Kontinental Indonesia yang ditanda
tangani oleh Indonesia dan Malaysia. Namun Indonesia akhirnya melihat hal tersebut
sebagai ekspansi terhadap wilayah Indonesia dan mengurangi kedaulatan NKRI.
C. Strategi Mengatasi Ancaman Integrasi Nasional di Bidang Politik

Dalam menghadapi ancaman yang berdimensi politik, strategi pertahanan di bidang


politik ditentukan oleh kemampuan sistem politik dalam menanggulangi segala bentuk
ancaman yang ditujukan kepada kehidupan politik bangsa Indonesia. Menurut Noor
Ms. Bakry (2009: 366), strategi di bidang politik terwujud dengan adanya kehidupan
politik bangsa yang berlandaskan demokrasi Pancasila yang telah mampu memelihara
stabilitas politik yang sehat dan dinamis serta mampu melaksanakan politik luar negeri
Indonesia bebas aktif.

Adapun, langkah-langkah yang ditempuh untuk melaksanakan strategi dalam menghadapi


ancaman berdimensi politik dilakukan melalui dua pendekatan berikut.

1. Pendekatan ke Dalam

Yaitu pembangunan dan penataan sistem politik dalam negeri yang sehat dan dinamis
dalam kerangka negara demokrasi yang menghargai kebhinnekaan atau kemajemukan
bangsa Indonesia. Hasil yang diharapkan adalah terciptanya stabilitas politik dalam negeri
yang dinamis serta memberikan efek penangkal yang tinggi. Penataan ke dalam
diwujudkan melalui pembangunan dan penataan sistem politik dalam negeri yang dikemas
ke dalam penguatan tiga pilar berikut.

a. Penguatan Penyelenggaraan Pemerintahan

Penguatan penyelenggaraan pemerintahan negara yang sah, efektif, bersih, berwibawa,


bebas KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) dan bertanggung jawab yang berkemampuan
mewujudkan tujuan pembentukan pemerintah negara, seperti tercantum dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Penguatan Lembaga Legislatif

Penguatan lembaga legislatif sehingga menjadi lembaga yang berkualitas dan


profesional pada bidangnya. Lembaga legislatif yang mampu bekerja sama dengan
pemerintah dalam memproses dan melahirkan produk-produk legislasi (berupa
peraturan perundang-undangan) bagi kepentingan pembangunan nasional. Lembaga
legislatif yang melaksanakan fungsi kontrol secara efektif terhadap penyelenggaraan
pemerintahan dalam kerangka kepentingan bangsa dan negara bukan atas kepentingan
golongan atau pribadi, serta berdasarkan kaidah dan etika bernegara dalam negara
demokrasi.
c. Penguatan Kekuatan Politik Nasional

Penguatan kekuatan politik nasional baik partai politik maupun organisasi


masyarakat sebagai alat untuk memberdayakan masyarakat sebagai subjek
politik dan pembangunan nasional. Kekuatan politik berkewajiban mewujudkan
dan meningkatkan perannya dalam pendidikan politik bagi warga negara,
terutama konstituennya sehingga menjadi warga negara yang sadar hukum yang
memahami kewajiban dan hak sebagai warga negara. (Buku Putih Pertahanan
Indonesia Tahun 2008: 85).

2. Pendekatan ke Luar

Pendekatan keluar diarahkan untuk mendinamisasikan strategi dan upaya


diplomatik melalui peningkatan peran instrumen politik luar negeri dalam
membangun kerja sama dan saling percaya dengan negara-negara lain. Sebagai
kondisi untuk mencegah atau mengurangi potensi konflik antarnegara, yang dimulai
dari tataran internal, regional, supraregional, hingga global. Pendekatan keluar
diwujudkan dengan cara berikut.

a. Pada Lingkup Internal

Pada lingkup internal, yaitu melalui penciptaan, pembangunan, dan


peningkatan kondisi dalam negeri yang semakin mantap dan stabil, yang
dibarengi dengan upaya-upaya peningkatan dan perbaikan pertumbuhan
ekonomi yang sehat dan kuat serta penguatan dan peningkatan kehidupan
sosial kemasyarakatan.

b. Pada Lingkup Regional

Pada lingkup regional, politik dan diplomasi Indonesia diarahkan untuk


selalu aktif dan berperan dalam membangun dan meningkatkan kerja sama
dengan negara lain dalam kerangka prinsip saling percaya, saling
menghargai, dan tidak saling mengintervensi urusan dalam negeri.
c. Pada Lingkup Supraregional

Pada lingkup supraregional, politik luar negeri dikembangkan untuk


berperan dalam penguatan ASEAN plus Enam yang terdiri atas 10 negara
anggota bersama-sama dengan Cina, Jepang, Korea Selatan, India,
Australia, dan Selandia Baru, melalui hubungan bilateral yang harmonis
dan terpelihara serta diwujudkan dalam kerja sama yang lebih konkret.
Dalam kerangka penguatan ASEAN plus Enam tersebut, kinerja politik
luar negeri Indonesia harus mampu membangun hubungan dan kerja sama
yang memberikan jaminan atas kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, tidak adanya intervensi, terutama jaminan
tidak adanya agresi terhadap wilayah kedaulatan Indonesia.

d. Pada Lingkup Global

Pada lingkup global, politik luar negeri harus memainkan perannya


secara maksimal dalam memperjuangkan kepentingan nasional melalui
keberadaan Indonesia sebagai anggota PBB, Gerakan Non-Blok,
Organisasi Konferensi Islam (OKI), dan Forum Regional ASEAN (ARF).
Peran diplomasi harus mampu mengidentifikasi potensi-potensi ancaman
berdimensi politik yang mengancam kedaulatan dan kepentingan nasional
Indonesia serta melakukan langkah-langkah pencegahan. Lapisan
pertahanan militer dalam menghadapi ancaman politik yang
membahayakan kedaulatan, keutuhan wilayah NKRI. Mengembangkan
strategi pertahanan militer dalam konteks memperkuat usaha-usaha
diplomasi yang dilakukan unsur pertahanan nir-militer. Implementasi
upaya pertahanan militer dalam konteks menghadapi ancaman berdimensi
politik (Buku Putih Pertahanan Indonesia Tahun 2008: 86).
Untuk mencapai hal tersebut, bangsa Indonesia harus segera mewujudkan hal-hal
sebagai berikut:

1) Mengembangkan demokrasi politik.

2) Mengaktifkan masyarakat sipil dalam arena politik.

3) Mengadakan reformasi lembaga-lembaga politik agar menjalankan fungsi dan


peranannya secara baik dan benar.

4) Memperkuat kepercayaan rakyat dengan cara menegakkan pemerintahan yang bersih


dan berwibawa.

5) Menegakkan supremasi hukum.

6) Memperkuat posisi Indonesia dalam kancah politik internasional.


Dana “money politics” tersebut biasanya diperoleh dari dua sumber. Pertama,
berasal dari pendukung yang memiliki kepentingan. Di Indonesia, hampir 60 persen
diperoleh dari pengusaha. Kondisi ini berimplikasi serius yakni kebijakan
pemerintahan yang terpilih akan mengutamakan kepentingan pengusaha yang
mendukung. Kedua, dana berasal dari pribadi sehingga menciptakan politik balik
modal. Dari perhitungan sederhana, praktik money politics membuka ruang yang
sangat lebar untuk korupsi. Pasalnya ketika ia menduduki suatu jabatan, maka ia akan
berusaha untuk mengembalikan dana yang telah ia habiskan melalui berbagai cara.
Tak jarang, banyak pula wakil rakyat yang diberitakan telah melakukan berbagai
penyimpangan dan pelanggaran hukum.
Dana “money politics” tersebut biasanya diperoleh dari dua sumber. Pertama,
berasal dari pendukung yang memiliki kepentingan. Di Indonesia, hampir 60 persen
diperoleh dari pengusaha. Kondisi ini berimplikasi serius yakni kebijakan
pemerintahan yang terpilih akan mengutamakan kepentingan pengusaha yang
mendukung. Kedua, dana berasal dari pribadi sehingga menciptakan politik balik
modal. Dari perhitungan sederhana, praktik money politics membuka ruang yang
sangat lebar untuk korupsi. Pasalnya ketika ia menduduki suatu jabatan, maka ia akan
berusaha untuk mengembalikan dana yang telah ia habiskan melalui berbagai cara.
Tak jarang, banyak pula wakil rakyat yang diberitakan telah melakukan berbagai
penyimpangan dan pelanggaran hukum.
melatih masyarakat untuk bertindak curang. Pelakunya pun bila terpilih,
mungkin sekali melakukan penyalahgunaan jabatan dan terlibat kasus korupsi.
Sementara mereka yang gagal menjabat, bisa-bisa terganggu secara psikologis atau
depresi. Di sisi lain, kerugian berjalannya money politics bagi pemerintah adalah
terciptanya produk perundangan atau kebijakan yang kolutif dan tidak tepat sasaran.
Pasalnya mereka yang menjabat tidak sesuai dengan kapasitas atau bukan ahli di
bidangnya. Tak hanya berimbas buruk bagi masyarakat, pelaku, dan pemerintah,
praktik money politics ini berakibat pada pencitraan yang buruk serta terpuruknya
partai politik. Melalui pendidikan dan sosialiasi politik, lama-kelamaan masyarakat
akan sadar mana parpol yang bersih dan santun. Sosialisasi politik adalah suatu proses
agar setiap individu atau kelompok dapat mengenali sistem politik dan menentukan
sifat persepsi-persepsinya mengenai politik serta reaksi-reaksinya terhadap fenomena-
fenomena politik.
pertama, membuka peluang maraknya tindak pidana korupsi. Praktik politik
kekerabatan tersebut berpotensi memunculkan perilaku koruptif. Hal ini terlihat
seperti dalam kasus Ratu Atut Chosiyah dan Fuad Amin. Adanya kekuasaan yang
terpusat dalam suatu kelompok akan memunculkan penyelewengan kekuasaan.
Kedua, merusak tata birokrasi di daerah. Praktik politik kekerabatan juga akan
mengundang persoalan bagi penyelenggaraan birokrasi di daerah. Mobilisasi birokrasi
akan digunakan untuk menopang kepentingan politik kekerabatan, seperti
mengerahkan perangkat birokrasi dalam ajang kontestasi politik. Contohnya seperti
Pilkada Provinsi Banten tahun 2011, dimana ditemukan pembagian sajadah, stiker,
dan kalender bergambar Ratu Atut Chosiyah serta uang pada sosialisasi pembentukan
Desa Siaga Bencana di Patra Anyer.
Ketiga, praktik politik kekerabatan juga akan menurunkan kualitas demokrasi
tingkat lokal. Kompetisi dalam kontestasi politik lokal cenderung menjadi tidak sehat.
Mobilisasi kekuatan finansial dan birokrasi memunculkan persaingan yang tidak sehat
dalam pilkada. Ditambah lagi dengan kegagalan partai politik menjadi ruang
rekrutmen politik yang terbuka dalam proses pengisian jabatan politik melalui
mekanisme yang demokratis. Sehingga sulit memunculkan calon-calon pemimpin
baru yang terlepas dari politik kekerabatan.
Langkah yang harus dilakukan yaitu pertama mengawasi aliran dana
kampanye pasangan calon, terutama calon yang berasal dari keluarga petahana.
Ancaman berdimensi politik yang bersumber dari dalam negeri dapat berupa
penggunaan kekuatan seperti pengerahan massa. Pengerahan massa bisa memiliki agenda
kudeta atau menumbangkan suatu pemerintahan yang berkuasa, atau menggalang kekuatan
politik untuk melemahkan kekuasaan pemerintah. Contohnya politik berdasarkan SARA
(suku, agama, ras, dan antargolongan) serta politik identitas yang sangat menguat pada
Pilpres 2014 dan Pilkada DKI 2017. Diskriminasi SARA dan identitas dimanfaatkan untuk
keuntungan politik semata. Padahal, politik SARA mengancam keutuhan keluarga,
masyarakat, dan negara.

Bentuk ancaman integrasi bidang politik yang lain adalah separatisme yang timbul
dari dalam negeri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, separatisme adalah paham atau
gerakan untuk memisahkan diri (mendirikan negara sendiri). Separatisme bisa menempuh
pola perjuangan politik tanpa senjata dan perjuangan bersenjata. Baca juga: Ancaman
Integrasi Nasional Bidang Politik Pola perjuangan politik tanpa senjata sering ditempuh
untuk menarik simpati masyarakat internasional. Maka dari itu, separatisme sulit dihadapi
dengan menggunakan kekuatan militer. Contohnya Darul Islam/Tentara Islam Indonesia
(DI/TII) yang ingin mendirikan Negara Islam Indonesia sejak masa kemerdekaan. Di era
setelah Reformasi, ada Hizbut Tahrir, gerakan yang ingin menjadikan Indonesia negara Islam
atau khilafah. Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) akhirnya dibubarkan karena dianggap
mengancamkeutuhanNKRI.

Upaya mengatasi ancaman di bidang ideologi dan politik dapat dilakukan dengan cara
penguatan ideologi Pancasila. Pancasila merupakan falsafah hidup negara Indonesia,
sehingga penguatan Pancasila wajib dilakukan. Penguatan ideologi Pancasila dapat dilakukan
dengan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Sebisa mungkin,
nilai-nilai yang terkadung dalam Pancasila diamalkan oleh seluruh warga negara Indonesia
Selain penguatan Pancasila, konsep Bhinneka Tunggal Ika juga perlu dikuatkan. Agar
persatuan dan kesatuan warga negara Indonesia tetap terjaga. Dilansir dari buku Pendidikan
Kewarganegaraan (2020) karya Damri dan Fauzi Eka Putra, beberapa cara lain untuk
mengatasi ancaman di bidang ideologi dan politik, yaitu: Mengembangkan demokrasi politik
Mengadakan reformasi lembaga-lembaga politik agar menjalankan fungsi dan perannya
secara benar Memperkuat kepercayaan rakyat dengan cara mengegakkan pemerintahan yang
bersih dan berwibawa. Ancaman berdimensi politik yang bersumber dari dalam negeri dapat
berupa penggunaan kekuatan seperti pengerahan massa. Pengerahan massa bisa memiliki
agenda kudeta atau menumbangkan suatu pemerintahan yang berkuasa, atau menggalang
kekuatan politik untuk melemahkan kekuasaan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ancaman yang berdimensi politik yang bersumber dari dalam negeri dapat
berupa penggunaan kekuatan berupa pengerahan massa untuk menumbangkan suatu
pemerintahan yang berkuasa, atau menggalang kekuatan politik untuk melemahkan
kekuasaan pemerintah.

Ancaman integrasi nasional di bidang politik dapat bersumber dari luar negeri
maupun dalam negeri. Dari luar negeri, ancaman di bidang politik dilakukan oleh
suatu negara dengan melakukan tekanan politik terhadap Indonesia. Intimidasi,
provokasi, atau blokade politik merupakan bentuk ancaman non-militer berdimensi
politik yang sering kali digunakan oleh pihak-pihak lain untuk menekan negara lain.

Strategi di bidang politik terwujud dengan adanya kehidupan politik bangsa


yang berlandaskan demokrasi Pancasila yang telah mampu memelihara stabilitas
politik yang sehat dan dinamis serta mampu melaksanakan politik luar negeri
Indonesia bebas aktif.

Ancaman merupakan setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri
maupun luar negeri yang dinilai dapat membahayakan kedaulatan, keutuhan, dan
keselamatan suatu negara. Kita perlu terus meningkatkan kewaspadaan terhadap
berbagai ancaman tersebut agar keutuhan NKRI tetap terjaga. Kewaspadaan terhadap
ancaman diberbagai bidang, seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan dan keamanan.
B. Saran

Korupsi merupakan salah satu ancaman integrasi nasional di bidang politik. Seluruh
masyarakat Indonesia untuk bisa menjauhi dan mencegah tindak pidana korupsi agar bisa
mengurangi kerugian bagi negara bila korupsi itu berhubungan dengan keuangan negara. Dan
agar kita tidak terjerat hukuman sampai harus dihukum mati. Jika kita tidak melakukan
korupsi maka hidup kita akan selalu tenang dan tenteram tanpa terbebani oleh dosa karena
korupsi.

agar kita tidak terjerat hukuman sampai harus dihukum mati. Jika kita tidak
melakukan korupsi maka hidup kita akan selalu tenang dan tenteram tanpa terbebani oleh d

Anda mungkin juga menyukai