Anda di halaman 1dari 18

Nation State: Journal of International Studies P ISSN 2620-391X

Vol. 2 No. 2 | Desember 2019 E ISSN 2621-735X


_________________________________________________________________________________

Upaya Tiongkok dalam Mengatasi Ketimpangan


Pembangunan Antardaerah pada Masa Kepemimpinan
Jiang Zemin dan Hu Jintao
Adi Wibawa, Puguh Toko Arisanto
Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Teknologi Yogyakarta – Indonesia
Email: adi.wibawa@staff.uty.ac.id
Diserahkan: 6 Agustus 2019 | Diterima: 25 Desember 2019

Abstract
The Chinese economic revolution launched since 1978 by Deng Xiaoping put national economic
growth as a priority but ruled out the aspect of equity which was one of the main characteristics
of the socialist state. The reVolution resulted a spectacular national economic growth as well as
inequality between regions in China. Therefore, the Chinese Government, since the leadership of
Jiang Zemin and continued by Hu Jintao, has been trying to improve the condition. This article
will explain the strategies and policies of equitable development between regions in China during
the reign of Jiang and Hu. By using descriptive qualitative methods, the data used are secondary
data obtained from official publications of the Chinese government and supported by scientific
articles that can be accessed through the internet. The results obtained indicate the seriousness of
the Chinese Government under Jiang and Hu in revising national development priorities. The
target of economic growth is lowered and no longer became a priority of development programs.
On the other hand, underdeveloped regional development programs such as infrastructure and
industrial development are accelerated to catch up with the developed regions.
Keywords: Chinese, Development, Policy, Inequality, Jiang Zemin, Hu Jintao.

Abstrak
Revolusi ekonomi Tiongkok yang digulirkan sejak tahun 1978 oleh Deng Xiaoping menjadikan
pertumbuhan ekonomi nasional sebagai prioritas namun mengesampingkan aspek pemerataan
yang menjadi salah satu ciri negara sosialis. Sehingga hasil yang diperoleh dari revolusi ekonomi
tersebut adalah pertumbuhan ekonomi nasional yang spektakuler sekaligus angka ketimpangan
antardaerah di Tiongkok yang juga tak kalah tinggi. Oleh sebab itu, Pemerintah Tiongkok, sejak
masa kepemimpinan Jiang Zemin dan dilanjutkan oleh Hu Jintao, telah berusaha untuk
memperbaiki kondisi tersebut. Tulisan ini akan menjelaskan strategi dan kebijakan-kebijakan
pemerataan pembangunan antardaerah di Tiongkok pada masa pemerintahan Jiang dan Hu.
Dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif, data yang digunakan berupa data sekunder yang
diperoleh dari publikasi-publikasi resmi pemerintah Tiongkok serta didukung dengan artikel-artikel
ilmiah yang dapat diakses melalui media internet. Hasil yang didapatkan menunjukkan keseriusan
Pemerintah Tiongkok di bawah Jiang dan Hu dalam merevisi prioritas pembangunan nasional.
Target pertumbuhan ekonomi diturunkan dan tidak lagi menjadi prioritas program pembangunan.
Sebaliknya, program-program pembangunan daerah tertinggal seperti pembangunan infrastruktur
dan industri dipercepat untuk mengejar ketertinggalan dari daerah-daerah yang lebih maju.
Kata Kunci: Revolusi, Pembangunan, Kebijakan, Ketimpangan, Jiang Zemin, Hu Jintao.

PENDAHULUAN
Pada awal tahun 2018, konstelasi trade war atau perang dagang antara dua
politik global digegerkan dengan isu raksasa ekonomi dunia saat ini, yakni

105
Nation State: Journal of International Studies P ISSN 2620-391X
Vol. 2 No. 2 | Desember 2019 E ISSN 2621-735X
_________________________________________________________________________________

antara Tiongkok dan Amerika Serikat dunia dimana 40 % GDP Tiongkok


(AS). Berdasarkan data yang berasal dari aktifitas ekspor (Winanti,
dikeluarkan Bank Dunia, pada tahun 2015).
2017, AS menempati urutan pertama Gambaran keberhasilan ekonomi
negara dengan perekonomian terbesar Tiongkok tersebut membuat
dengan 24,32% dari total kebanyakan pengamat memandangnya
perekonomian dunia sementara sebagai contoh keberhasilan
Tiongkok menempati urutan kedua pembangunan negara yang bisa
dengan proporsi 14,84% (Smith, menjadi trendsetter dan patut diadopsi
2018). Digambarkan dalam Thucydides oleh negara-negara lain khususnya
Trap bahwa Tiongkok sebagai the rising negara-negara berkembang. Namun,
power diprediksi akan mengambil alih pada kenyataannya pembangunan
pimpinan dunia dari the rulling power, Tiongkok tidak sesempurna yang
AS. Dengan kata lain era ini menjadi kebanyakan dilihat para pengamat.
era kebangkitan Tiongkok setelah Perumbuhan ekonomi yang melejit
tenggelam dalam beberapa abad silam. justru meninggalkan berbagai
Kebangkitan Tiongkok tersebut pada permasalahan sosial seperti korupsi,
gilirannya mengancam dominasi AS kesenjangan sosial, dan jumlah
dalam tatanan internasional (Allison, populasi yang membengkak.
2018).
Permasalahan tersebut tidak
Jauh sebelum perang dagang dapat dilepaskan dari kebijakan
berlangsung, Tiongkok sudah mencuri pemerintah Tiongkok pada awal
perhatian dunia saat berhasil reformasi ekonomi pada tahun 1978.
menggeser Jepang pada tahun 2010 Visi pembangunan ekonomi yang
yang pada saat itu menempati urutan dijalankan pemerintah Tiongkok di
kedua negara dengan perekonomian bawah Deng Xiaoping saat itu
terbesar di dunia. Selain itu, Tiongkok meyakini bahwa “bukan masalah
juga berhasil menjadi negara eksportir kucing itu putih atau hitam selama ia
terbesar di dunia dengan nilai ekspor masih bisa menangkap tikus,” (Cable,
yang mencapai US$ 2,06 triliun pada 2017, p. 3) artinya pemerintah
tahun 2016 dan selalu mencatatkan Tiongkok kala itu tidak perlu peduli
pertumbuhan ekonomi di kisaran dengan bagaimana komunisme
angka 10% per tahun sejak tahun 2003 Tiongkok diterapkan selama itu bisa
(OEC, t.t). Dalam ukuran komparasi memberikan manfaat sebesar-besarnya
nilai ekspor terhadap GDP (Gross bagi negara mereka. Pada praktiknya,
Domestic Product), Tiongkok diakui berbagai aspek pembagunan
sebagai negara megatrader terbesar cenderung dikorbankan demi

106
Nation State: Journal of International Studies P ISSN 2620-391X
Vol. 2 No. 2 | Desember 2019 E ISSN 2621-735X
_________________________________________________________________________________

mencapai pertumbuhan ekonomi, permasalahan itu coba diatasi


tidak terkecuali aspek pemerataan pemerintah sampai akhir masa
pembangunan (equitable development). kepemimpinan Hu Jintao.
Diperkenalkannya strategi “Tiga
Daerah Ekonomi” pada tahun 1985, KERANGKA KONSEPTUAL
pemerintah Tiongkok berupaya untuk Perdebatan Teori-Teori
memprioritaskan daerah timur dalam Pembangunan
menggenjot pertumbuhan ekonomi
Istilah “Pembangunan” menjadi
nasional dengan memberikan berbagai
perdebatan dalam beberapa dekade
keistimewaan (privileges). Hasilnya,
terakhir. Redefinisi secara kontinyu
daerah timur tumbuh pesat sedangkan
terjadi karena adanya kegagalan-
pembangunan daerah tengah dan barat
kegagalan pembangunan di masa lalu
relatif terabaikan.
serta munculnya sudut pandang baru
dalam melihat pembangunan. Pada era
Gambar 1. Peta pembagian 3 daerah tahun 1960-an, muncul Dependency
Tiongkok
Theory (teori ketergantungan) yang lahir
dari kritik terhadap pembangunan di
negara-negara Dunia Ketiga, terutama
di negara-negara Amerika Latin yang
sangat bergantung pada negara-negara
maju. Beranjak ke era tahun 1970-an,
pembangunan lebih dimaknai sebagai
upaya pemenuhan basic needs
Sumber: Liao & Wei, 2016. (kebutuhan dasar manusia) dibanding
sebagai upaya mencapai pertumbuhan
ekonomi semata (Winarno, 2013).
Masalah ketimpangan Pergeseran pandangan ini muncul
pembangunan antardaerah di karena pertumbuhan ekonomi yang
Tiongkok baru mendapat perhatian pesat di negara-negara berkembang
khusus dari pemerintah sejak pada saat itu gagal terdistribusi secara
kepemimpinan Jiang Zemin (1993- merata dan justru hanya memunculkan
2003) dan dilanjutkan oleh serta memperlebar kesenjangan.
suksesornya, Hu Jintao (2003-2013).
Berdasarkan pandangan
Tulisan ini berusaha memaparkan
pertumbuhan ekonomi tradisional,
rekam jejak ketimpangan
tingkat keberhasilan pembanguan
pembangunan antardaerah di
suatu negara kerap diukur berdasarkan
Tiongkok dan bagaimana

107
Nation State: Journal of International Studies P ISSN 2620-391X
Vol. 2 No. 2 | Desember 2019 E ISSN 2621-735X
_________________________________________________________________________________

besarnya Gross National Product (GNP) menggunakan indeks ini UNRISD


dan Gross Domestic Product (GDP). Di membuktikan bahwa tingkat
luar kedua tolak ukur tersebut, pertumbuhan GNP per kapita suatu
keberhasilan pembangunan secara negara tidak selamanya sejalan dengan
ekonomi juga dapat dilihat dari pencapaian ke-16 indikator
besarnya GNP maupun GDP per pembangunan sosial. Namun,
kapita. Besaran GNP maupun GDP indikator-indikator ini kemudian
per kapita dapat menggambarkan dikritik karena dua hal. Pertama,
kemakmuran masyarakat di suatu mereka terlalu menekankan aspek
wilayah dan sejauh mana pembanguan perubahan struktural sehingga
telah dicapai. Setelah tahun 1970-an, mengesampingkan aspek
pertumbuhan ekonomi tidak lagi kesejahteraan manusia yang riil.
hanya diukur berdasarkan indikator- Kedua, secara implisit, indikator-
indikator tersebut. Pertumbuhan indikator tersebut menunjukkan
ekonomi yang dicapai belum dapat bahwa negara-negara berkembang
dikatakan berhasil sebagai suatu proses harus mengikuti alur pembangunan
pembangunan jika tingkat kemiskinan, negara maju (Todaro, 1999).
ketimpangan pendapatan, dan Usaha untuk mengukur tingkat
pengangguran di negara tersebut masih pembangunan secara sosial terus
tinggi. Sejak saat itu, selain perhitungan dilakukan. Sampai akhirnya pada tahun
GDP danGNP, besaran angka 1990 PBB melalui United Nations
kemiskinan, ketimpangan pendapatan, Development Program (UNDP)
dan pengangguran dimasukkan ke mengeluarkan terbitan serial berjudul
dalam tolak ukur keberhasilan Human Development Reports. Unsur yang
pembangunan secara ekonomi terpenting dalam laporan tersebut
(Todaro, 1999). adalah konstruksi dan penyempurnaan
Berbeda dari dimensi ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia (HDI).
keberhasilan pembangunan dalam HDI mencoba memeringkatkan
dimensi sosial cenderung lebih sulit semua negara berdasarkan tiga kriteria
untuk diukur. Pada tahun 1970-an, hasil pembangunan, yaitu ketahanan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) hidup (yang diukur berdasarkan
melalui United Nations Research Institute tingkat harapan hidup pada saat
on Social Development (UNRISD) kelahiran), pengetahuan (berdasarkan
merumuskan 16 indikator, terdiri atas tingkat literasi dan angka rata-rata
9 indikator sosial dan 7 indikator masa sekolah), serta kualitas standar
ekonomi, yang dikenal sebagai Indeks hidup (berdasarkan pendapatan per
Pembangunan Sosial. Dengan kapita riil yang disesuaikan dengan

108
Nation State: Journal of International Studies P ISSN 2620-391X
Vol. 2 No. 2 | Desember 2019 E ISSN 2621-735X
_________________________________________________________________________________

paritas daya beli atau purchasing power penyediaan lapangan kerja dalam
parity) (Todaro, 1999). Meskipun konteks perekonomian yang terus
mendapat beberapa kritik, namun berkembang. Hal ini biasa disebut
sampai saat ini HDI dianggap sebagai dengan konsep “redistribusi
tolok ukur pembangunan yang paling kemakmuran” (Todaro, 1999). Sejak
komprehensif dan paling banyak saat itu, pemerataan dan penurunan
digunakan di seluruh dunia. angka kemiskinan telah dimasukkan ke
Dari penjelasan di atas, dapat kita dalam agenda pembangunan diseluruh
pahami bahwapada awalnya dunia.
pembangunan dipandang sebagai Dari beberapa fase pendefinisian
fenomena ekonomi semata. Tinggi pembangunan dapat diambil sebuah
rendahnya kemajuan pembangunan kesimpulan idealis bahwa
hanya diukur berdasarkan tingkat pembangunan di masa kini harus
pertumbuhan GNP dan GDP, baik dipandang sebagai suatu proses yang
secara keseluruhan maupun per kapita, multidimensi dengan menempatkan
serta indikator lain seperti kemajuan berbagai aspek kehidupan di samping
infrastruktur dan indeks pembangunan pertumbuhan ekonomi. Dengan
manusia. Namun, pengalaman pada mencoba membatasi pembangunan
masa itu menunjukkan fakta bahwa pada aspek pertumbuhan ekonomi dan
banyak negara Dunia Ketiga berhasil ketimpangan, karena keterbatasan
mencapai tingkat pertumbuhan kemampuan mereka, di berbagai
ekonomi yang tinggi namun gagal negara kerap muncul perdebatan
memperbaiki taraf hidup sebagian mengenai aspek mana yang harus
besar penduduknya. Hal ini didahulukan: mengejar pertumbuhan
menunjukkan bahwa ada yang salah ekonomi nasional terlebih dahulu,
dalam definisi pembangunan selama namun mengesampingkan aspek
masa itu (Winarno, 2013). pemerataan, atau mengedepankan
Pada masa selanjutnya, pemerataan dengan konsekuensi
pembangunan mengalami redefinisi pertumbuhan ekonomi yang
dengan mulai munculnya pandangan cenderung lebih lambat.Kedua tujuan
bahwa tujuan utama dari usaha-usaha ini hampir selalu sangat sulit
pembangunan ekonomi bukan lagi diwujudkan secara bersamaan.
menciptakan tingkat pertumbuhan Pengutamaan yang satu akan
GNP yang setinggi-tingginya, menuntut dikorbankannya yang lain.
melainkan penghapusan atau
pengurangan tingkat kemiskinan,
penanggulangan ketimpangan, dan

109
Nation State: Journal of International Studies P ISSN 2620-391X
Vol. 2 No. 2 | Desember 2019 E ISSN 2621-735X
_________________________________________________________________________________

PEMBAHASAN pembangunan antardaerah yang


Asal Mula Ketimpangan kurang berimbang. Pada akhirnya
Antardaerah di Tiongkok ketika RRC diproklamirkan pada
Tiongkok diyakini telah tahun 1949, Mao Zedong sebagai
menjalankan proses pembangunan pemimpin pertama RRC dihadapkan
yang tidak seimbang antara daerah pada kenyataan bahwa Tiongkok saat
timur, tengah, dan barat sejak itu merupakan negara miskin dengan
kekaisaran dinasti Qing masih tingkat ketimpangan pembangunan
berkuasa. Beberapa provinsi di daerah antardaerah yang begitu besar (Shen,
pantai seperti Jiangsu, Zhejiang, Fujian Teng & Song, 2019).
dan Guangdong telah membuka Sebagai seorang penganut
pelabuhan-pelabuhannya untuk sosialisme sejati, paradigma
transaksi perdagangan internasional pembangunan Mao berupaya
antara tahun 1500 sampai 1800. menjadikan aspek kesetaraan sebagai
Periode ini disebut oleh beberapa tujuan utamanya, karena hal tersebut
pengamat sebagai fase “globalisasi merupakan ciri utama sebuah negara
awal” (Zhao, 2013). Pada saat itu, sosialis. Obsesi untuk mencapai
daerah tengah dan barat Tiongkok kesetaraan ini sangat jelas ditunjukkan
semata-mata hanya difungsikan dalam dua hal: distribusi pendapatan
sebagai daerah pendukung bagi yang seragam dan tingkat
perekonomian di daerah timur. Pada pembangunan yang seimbang di
masa itu kota-kota di wilayah pesisir seluruh daerah. Akibatnya, pemerintah
timur Tiongkok telah mampu pusat Tiongkok mulai
memproduksi 70% dari total produksi mendistribusikan dan menyalurkan
industri nasional, sedangkan wilayah investasi dalam jumlah besar, yang
barat belum memiliki industri modern sebagian besar berasal dari kawasan
sama sekali. Industrialisasi dan pantai di timur, ke wilayah tengah dan
perdagangan yang begitu masif barat yang kurang berkembang dengan
menjadikan beberapa kota dan daerah harapan dapat menciptakan skenario
seperti Shanghai, Tianjin, Jiangsu, pembangunan yang "seimbang" dan
Guangdong, dan Manchuria jauh lebih "merata" dengan mempercepat
maju dibandingkan daerah lain di pertumbuhan ekonomi di daerah
seluruh Tiongkok (Liao & Wei, 2016). pedalaman (Li & Haynes, 2012).
Secara garis besar, perjalanan sejarah
Investasi pemerintah pusat bagi
menuju pembentukan Republik
pembangunan daerah tengah dan barat
Rakyat Tiongkok memang telah
pada era Mao telah berlangsung sejak
diwarnai dengan kebijakan-kebijakan
Rencana Lima Tahun (RLT) yang

110
Nation State: Journal of International Studies P ISSN 2620-391X
Vol. 2 No. 2 | Desember 2019 E ISSN 2621-735X
_________________________________________________________________________________

pertama (1953-1957). Dimulai dengan (Yasuo, t.t). Untuk merealisasikan


program Great Leap Forward, kedua program tersebut, Pemerintah
Pemerintah Tiongkok berambisi Tiongkok melalui RLT Pertama
meningkatkan produksi besi dan baja (1953–1957) mengalokasikan 56%
secara besar-besaran dengan investasi negara ke provinsi
menggandalkan tenaga para petani pedalaman, 59% di RLT Kedua
yang dimobilisasi. Kebijakan ini (1958–1962) dan puncaknya pada RLT
berujung pada bencana kemanusiaan Ketiga (1966-1970) pemerintah
terbesar dalam sejarah Negara mengalokasikan 71% investasi negara
Tiongkok. Mobilisasi petani ke industri di provinsi pedalaman, dengan
besi dan baja menjadikan produksi sebagian besar di Sichuan, Hubei,
bahan pangan jauh menurun. Gansu, Shaanxi, Henan, dan Guizhou.
Kelangkaan pangan menyebabkan Secara keseluruhan, sejak tahun 1965
munculnya banyak wabah penyakit sampai 1980 pemerintah telah
dan kelaparan massal yang berakhir menginvestasikan lebih dari 200 miliar
dengan tewasnya puluhan juta yuan di wilayah tengah dan barat
penduduk Tiongkok pada saat itu (Global Security, t.t).
(Jung & Chen, 2019). Karena sifatnya yang lebih
Di saat yang bersamaan dengan didasari pada kepentingan politik dan
Great Leap Forward, Mao juga keamanan, pada akhirnya stategi-
menggulirkan sebuah proyek ambisius strategi yang dijalankan Mao Zedong
yang dikenal dengan sebutan Third di atas tidak dapat memberikan banyak
Front. Proyek Third Front lebih didasari kemajuan pada upaya pemerataan di
oleh kepentingan politik keamanan Tiongkok. Sampai akhirnya Mao
dibanding semangat pemerataan digantikan oleh Deng Xiaoping di awal
pembangunan. Third Front sendiri dekade 1970. Pembangunan pada
merupakan strategi keamanan yang masa kepemipinan Deng berbeda jauh
ditempuh Mao guna melindungi dengan pembangunan pada masa Mao.
Tiongkok dari ancaman dunia Melalui reformasi ekonomi di tahun
internasional pada saat itu. Mao 1978, Deng lebih memilih
bermaksud mengalihkan menempatkan pertumbuhan ekonomi
pembangunan industri berat seperti sebagai prioritas, sekaligus memaksa ia
besi, baja, dan persenjataan dari kota- untuk mengesampingkan masalah
kota pesisir (first front) dan daerah pemerataan antardaerah. Kebijakan
sekitarnya (second front) yang rentan “open door” menjadi salah satu ciri
akan ancaman ke daerah daratan yang reformasi ekonomi Deng. Pemerintah
letaknya lebih ke dalam (third front) Tiongkok perlahan mulai membuka

111
Nation State: Journal of International Studies P ISSN 2620-391X
Vol. 2 No. 2 | Desember 2019 E ISSN 2621-735X
_________________________________________________________________________________

diri bagi masuknya investasi asing. pemerataan yang baik. Ketimpangan


Provinsi-provinsi di pesisir pantai antardaerah dapat dilihat dari besaran
seperti Guangdong dan Fujian petumbuhan PDB per kapita
ditetapkan sebagai Special Economic penduduk di daerah timur, tengah dan
Zones (SEZ). Letaknya yang dekat barat. Pada periode tahun 1978 sampai
dengan Hongkong dan Taiwan tahun 1990, PDB per kapita daerah
diharapkan dapat menjadi jendela timur tumbuh paling besar dengan
Tiongkok untuk masuk ke sistem pencapaian 8,29% per tahun jika
perdagangan internasional. Penetapan dibandingkan dengan daerah tengah
SEZ ini memberikan peluang bagi yang tumbuh sebesar 7,23% dan
provinsi-provinsi tersebut untuk daerah barat sebesar 7,44%.
menerima Foreign Direct Investment Ketimpangan ini meningkat di periode
(FDI) yang bermanfaat bagi berikutnya yaitu antara tahun 1990
pembagunan daerahnya. samai tahun 2000. Pada periode ini
(Azarhoushang, Wu & Zaroki, 2019). PDB per kapita masyarakat daerah
Strategi Deng di atas telah tengah dan barat hanya tumbuh
mengubah wajah perekonomian sebesar 9,37% dan 9,18% ketika
Tiongkok secara signifikan. Produk daerah timur dapat tumbuh sampai
Domestik Bruto (PDB) per kapita 12,31% (Liao & Wei, 2016).
Tiongkok meningkat sekitar empat kali
lipat dari ¥657 menjadi ¥2970 atau Reorientasi Kebijakan
sebesar 9,3% per tahun. Bahkan Pembangunan di Era Jiang Zemin
menurut Bank Dunia, rata-rata Besarnya ketimpangan
pertumbuhan PDB Tiongkok pasca pembangunan pada akhir dekade
reformasi ekonomi 1978 mencapai 1980-an, membuat pemerintah
sekitar 10% per tahun, dan menjadi Tiongkok saat itu berpikir untuk
negara dengan pertumbuhan PDB segera mengubah kebijakan reformasi
tertinggi di dunia (World Bank, 2019). ekonomi yang telah berjalan sejak
Namun pencapaian ekonomi yang luar 1978. Peralihan kekuasaan dari Deng
biasa tersebut, justru Xiaoping ke Jiang Zemin, dan
menjadikanTiongkok menjadi salah ditambah dengan terjadinya krisis
satu negara yang paling tinggi angka finansial Asia tahun 1997, pemerintah
ketimpangannya, terutama dalam hal Tiongkok mulai mengalihkan fokus
pembangunan antardaerah. pembangunannya ke daerah tengah
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok dan barat untuk memperkuat struktur
sejak reformasi ekonomi pada tahun perekonomian negara yang selama ini
1978 memang tidak diiringi dengan rentan terhadap ancaman krisis. Sejak

112
Nation State: Journal of International Studies P ISSN 2620-391X
Vol. 2 No. 2 | Desember 2019 E ISSN 2621-735X
_________________________________________________________________________________

saat itu pemerintah mulai kawasan-kawasan ini; (5) memperkuat


merevitalisasi pusat-pusat industri di kerjasama ekonomi antara daerah
daerah tengah dan barat yang telah timur dengan daerah tengah dan barat;
diabaikan sejak reformasi 1978 (Crane, (6) mendorong provinsi-provinsi di
Albrecht, Duffin, & Albrecht, 2018). daerah timur untuk berinvestasi lebih
Pada bulan Agustus tahun 1995, banyak di daerah tengah dan barat; dan
sebagai bagian dari persiapan (7) mengarahkan sumber daya manusia
perumusan RLT periode berikutnya, yang berbakat ke daerah-daerah ini.
para gubernur dari beberapa provinsi Setelah RLT ini disahkan sebagai
di daerah tengah dan barat melobi patokan awal upaya pemerataan
pemerintah pusat untuk segera pembangunan, pemerintah Tiongkok
menjalankan langkah nyata dalam di bawah Jiang Zemin merumuskan
mengurangi ketimpangan antardaerah. suatu langkah nyata yang lebih
Keinginan para pemimpin daerah aplikatif. Jiang meluncurkan suatu
tersebut dikabulkan pemerintah pusat strategi pembangunan yang secara
melalui RLT periode 1996-2000, RLT spesifik menargetkan pengejaran
yang pertama di masa Jiang Zemin. pembangunan di daerah barat yang
Seperti yang dipublikasikan dalam situs disebut dengan Western Development
berita resmi pemerintah Tiongkok Strategy (WDS) pada tahun 1999.
(China.org.cn, t.t.) terdapat enam Secara umum, WDS merupakan
kebijakan pokok terkait pembangunan strategi yang diciptakan untuk
daerah dalam RLT, yakni (1) membuat beragam kebijakan yang
memberikan prioritas pada telah dan akan dikeluarkan pemerintah
pengembangan sumber daya dan menjadi lebih terstruktur. Pada
proyek-proyek infrastruktur dan secara dasarnya strategi ini ditujukan untuk
bertahap meningkatkan dukungan merevitalisasi pusat-pusat industri di
keuangan untuk daerah tengah dan daerah barat Tiongkok yang
barat; (2) mengalihkan industri sebelumnya pernah dibangun di era
pengolahan sumber daya dan industri kepemimpinan Mao. Komponen-
padat karya ke bagian tengah dan barat; komponen utama strategi ini di
(3) merasionalisasi harga produk antaranya; pembangunan infrastruktur
sumber daya untuk meningkatkan dan sistem transportasi, jaringan
kemampuan pengembangan diri di telekomunikasi, dan pembangkit
wilayah tengah dan barat; (4) listrik; kebijakan-kebijakan khusus di
memperbaiki iklim investasi di daerah sektor energi, pertambangan,
tengah dan barat dan mengarahkan pertanian dan pariwisata; peningkatan
lebih banyak investasi asing ke pelayanan pendidikan dan kesehatan;

113
Nation State: Journal of International Studies P ISSN 2620-391X
Vol. 2 No. 2 | Desember 2019 E ISSN 2621-735X
_________________________________________________________________________________

serta kebijakan-kebijakan lain untuk program yang telah ditentukan


menarik investasi asing seperti sebelumnya. Setelah RLT tersebut
keringanan pajak dan perizinan (Crane, berakhir, pemerintah Tiongkok di
Albrecht, Duffin, & Albrecht, 2018). bawah Hu merumuskan RLT
Untuk merealisasikan strategi berikutnya (2006-2010) yang disebut-
WDS, pada bulan Oktober tahun 2000 sebut sebagai RLT yang revolusioner.
pemerintah Tiongkok menerbitkan RLT ini menjadi titik balik yang
dokumen Notice of the State Council on menggambarkan keseriusan
Implementing Several Policies and Measures pemerintah Tiongkok di bawah
for the Western Development Strategy. pemerintahan Hu dalam mengubah
Dokumen ini berisi panduan prioritas dan strategi pembangunan
pelaksanaan WDS. Setelah itu, pada mereka. RLT ini memberikan peluang
bulan September tahun 2001 bagi masyarakat di daerah-daerah
pemerintah kembali mengeluarkan tertinggal untuk dapat turut serta
sejumlah kebijakan implementatif yang menikmati buah dari pertumbuhan
terangkum dalam Notice of the Opinions ekonomi Tiongkok yang selama ini
of the State Council Western Development belum mereka rasakan.Kesejahteraan
Offce on Implementing Policies and Measures yang merata (common prosperity) telah
for the Western Development Strategy. menggeser slogan getting rich first
Melalui kedua dokumen tersebut sebagai tujuan pembangunan negara
secara keseluruhan pemerintah telah (Naughton, 2005, p. 2).
menerbitkan 70 kebijakan dalam Untuk menafsirkan slogan
penerapan dan pengukuran pembangunan yang baru ini,
keberhasilan WDS (Song, Wu & Xu., pemerintah telah menetapkan berbagai
2019). target yang harus dicapai melalui RLT
2006-1010. Di bidang ekonomi,
Implementasi Kebijakan pemerintah menargetkan
Pemerataan di Era Hu Jintao pertumbuhan PDB per tahun “hanya”
Baru dua tahun WDS berjalan sebesar 7,6% selama tahun 2006
atau pada tahun 2003, tampuk sampai tahun 2010. Angka ini berada
kepemimpinan Tiongkok beralih dari jauh di bawah pertumbuhan PDB
Jiang Zemin ke Hu Jintao. Hu diangkat mereka saat itu (2005) yang sebesar
menjadi presiden ketika RLT 2001- 9,3%. Selain itu, ditetapkan pula target
2005 yang dirumuskan Jiang Zemin pertumbuhan penduduk maksimum
sedang berjalan, sehingga Hu hanya 0,8% per tahun, tingkat urbanisasi
bertugas untuk meneruskan sebesar 47%, menyediakan lapangan
pelaksanaan kebijakan dan program- kerja bagi 45 juta tenaga kerja,

114
Nation State: Journal of International Studies P ISSN 2620-391X
Vol. 2 No. 2 | Desember 2019 E ISSN 2621-735X
_________________________________________________________________________________

pendapatan meningkat sebesar 4,9% melonggarkan peraturan yang


baik di kota maupun di desa, jangkauan membatasi pemanfaatan modal asing;
asuransi pensiun perkotaan meningkat (13) meningkatkan perdagangan luar
dari 170 juta menjadi 223 juta jiwa, negeri; (14) meningkatkan kerjasama
jangkauan asuransi kesehatan dan bantuan regional; (15)
meningkat dari 23,5% menjadi 80% meningkatkan daya tarik dan
total penduduk perkotaan, dan rata- pemanfaatan potensi daerah; (16)
rata pendidikan penduduk meningkat menekankan peran ilmudan teknologi
dari 8,5 menjadi 9 tahun. Dalam hal dalam pembangunan; (17)
pemerataan, pemerintah berkomitmen meningkatkan input pendidikan; serta
untuk tetap melanjutkan upaya (18) memperkuat infrastruktur
pembangunan daerah barat dengan kebudayaan dan fasilitas kesehatan
meningkatkan dukungan melalui (Deng & Bai, 2014, 20). Kebijakan-
kebijakan-kebijakan yang mendorong kebijakan tersebut dapat
pembangunan yang ditetapkan secara dikelompokkan menjadi empat
bertahap setelah RLT ini resmi kelompok kebijakan, yakni (1) transfer
berjalan (Fan, 2006). fiskal dan keringanan pajak; (2)
Terdapat 18 aspek kebijakan yang dukungan kredit dan finansial; (3)
akan dikeluarkan pemerintah pembangunan infrastruktur; dan (4)
Tiongkok untuk mempercepat panduan kebijakan dan kerjasama
pembangunan di wilayah barat. antardaerah.
Kedelapan belas aspek tersebut adalah
(1) meningkatkan investasi modal di Transfer Fiskal dan Keringanan
bidang konstruksi; (2) menentukan Pajak
prioritas proyek konstruksi; (3) Transfer fiskal dari pusat ke
meningkatkan transfer pemerintah daerah merupakan mekanisme yang
pusat; (4) meningkatkan dukungan umum digunakan untuk mendukung
kredit keuangan; (5) meningkatkan desentralisasi seperti yang diterapkan
iklim investasi mikro; (6) memberikan Tiongkok untuk melimpahkan
keringanan pajak; (7) memberikan wewenang kepada pemerintah daerah
kebijakan preferensial agraria; (8) menyediakan berbagai pelayanan
menentukan prioritas investasi publik. Minimnya pendapatan asli
eksplorasi sumber daya mineral; (9) daerah di provinsi-provinsi barat
mengatur perekonomian daerah; (10) menjadikan mereka amat bergantung
memperbesar peluang bagi investasi pada bantuan pemerintah pusat guna
asing; (11) memperluas saluran bagi menjalankan fungsi-fungsi
pemanfaatan modal asing; (12) pemerintahan daerah dalam

115
Nation State: Journal of International Studies P ISSN 2620-391X
Vol. 2 No. 2 | Desember 2019 E ISSN 2621-735X
_________________________________________________________________________________

pembangunan. Oleh karena itu, Ketika WDS dirumuskan oleh


transfer fiskal pemerintah pusat ke Jiang Zemin pada tahun 1999, transfer
pemerintah daerah memainkan peran fiskal pemerintah pusat yang
yang amat penting dalam pelaksanaan dialokasikan untuk daerah barat hanya
program-program pemerataan. Untuk sebesar 29,01% dari total transfer
memenuhi kebutuhan tersebut, fiskal pusat secara nasional. Di bawah
pemerintah secara bertahap pemerintahan Hu, setidaknya sampai
meningkatkan transfer fiskal mereka tahun 2010 rasio ini telah mencapai
bagi pembangunan di daerah barat 39,42%. Jumlah dan persentase
sejak tahun 2000. Antara tahun 2000 kenaikan transfer fiskal dari
dan 2005 setidaknya pemerintah pusat pemerintah pusat ke daerah barat dari
telah mengalokasikan ¥404 milyar tahun ke tahun dapat dilihat pada
untuk pembangunan daerah barat (Lu Diagram 1 di bawah ini (Lu & Deng,
& Deng, 2013). 2011, p. 4).

Diagram 1 Jumlah dan Presentasi Fiskal Pemerintah Pusat ke Daerah

Sumber: Lu & Deng, 2011, p. 4

Diagram 1 (Lu & Deng, 2011, 4) pusat ke daerah barat Tiongkok


di atas menunjukkan bahwa besaran memang sempat beberapa kali
transfer fiskal pemerintah pusat untuk menurun, namun jika dilihat
pembangunan di daerah barat berdasarkan kuantitas, jumlah transfer
meningkat secara konstan dari tahun fiskal dari secara konsisten terus
ke tahun. Bedasarkan persentase meningkat dari tahun ke tahun. Pada
nasional, transfer fiskal pemerintah tahun 1999 ketka WDS baru dimulai

116
Nation State: Journal of International Studies P ISSN 2620-391X
Vol. 2 No. 2 | Desember 2019 E ISSN 2621-735X
_________________________________________________________________________________

besaran transfer pemerintah ke daerah juga memberikan pembebasan dari


barat hanya berkisar pada angka ¥120 tanggung jawab pajak bagi barang-
juta. Angka tersebut terus meningkat barang impor yang akan digunakan
selama satu dekade berikutnya hingga dalam pembangunan proyek-proyek
tahun 2009 dimana jumlah transfer infrastruktur di daerah barat (Lu &
pemerintah pusat ke daerah barat telah Deng, 2011, p. 4).
melebihi angka ¥1 milyar. Berdasarkan
persentase total transfer fiskal
Dukungan Kredit dan Finansial
pemerintah pusat, pada tahun 2003
transfer pusat ke daerah barat hanya Peningkatan transfer fiskal dari
sebesar 32%, namun di tahun 2009 pusat ke daerah barat harus didukung
persentase tersebut hampir mencapai dengan ketersediaan lembaga
angka 40%. keuangan yang memadai untuk
membantu pemerintah dalam
Selain transfer fiskal dari pusat ke
mengelola dan menyalurkan
daerah, kebijakan untuk mengurangi
pendanaan pembangunan. Untuk itu
pajak juga menjadi faktor penting yang
pemerintah dan PBC (People’s Bank of
mempercepa pembangunan di daerah
China) mengeluarkan regulasi-regulasi
barat. Pengurangan pajak perusahaan
bagi bank dan institusi-institusi
menjadi sasaran utama kebijakan ini.
keuangan agar bersedia menambah
Perusahaan-perusahaan, baik
jumlah penyediaan kredit bagi
domestik maupun asing, yang bergerak
pembangunan daerah barat. Hasilnya,
di bidang-bidang yang telah ditentukan
sampai tahun 2010 persentase
pemerintah berhak menerima
pinjaman yang dikeluarkan DBC
keringanan pajak sebesar 15%. Bahkan
(Development Bank of China) untuk
untuk pertama kalinya sepanjang
pembangunan daerah barat mencapai
sejarah Tiongkok, sejak tahun 2006
22,36% dari total pinjaman yang
pemerintah menghapuskan secara
dikeluarkan. Angka tersebut
penuh pajak pertanian (Lu & Deng,
meningkat dari tahun 2001 yang hanya
2013). Perusahaan-perusahaan
sebesar 17,78%. Selain itu, pemerintah
domestik baru yang bergerak di sektor
juga mendorong bank-bank asing
transportasi, listrik, konservasi air,
untuk membuka cabang-cabang baru
layanan pos, radio dan televisi di
di daerah barat, menggandeng pihak
daerah barat dibebaskan dari pajak
swasta dalam pendirian lembaga-
selama dua tahun pertama. Perusahaan
lembaga keuangan, serta
asing juga dapat menikmati kebijakan
mengembangkan bank dan koperasi di
tersebut jika ia beroperasi selama
pedesaan (Lu & Deng, 2011, p. 6).
minimal sepuluh tahun. Pemerintah

117
Nation State: Journal of International Studies P ISSN 2620-391X
Vol. 2 No. 2 | Desember 2019 E ISSN 2621-735X
_________________________________________________________________________________

Pembangunan Infrastruktur kemudian meningkatkan produktivitas


Ketimpangan infrastuktur antara daerah.
daerah maju di pesisir timur dengan Sejak digulirkannya WDS,
daerah tertinggal di tengah dan barat proporsi investasi pemerintah bagi
mencakup berbagai sektor pembangunan infrastruktur di daerah
infrastruktur seperti industri, energi, barat terus meningkat dari tahun ke
transportasi dan sosial. Tidak dapat tahun. Tabel 1 di bawah ini
dipungkiri bahwa ketersediaan menunjukkan persentase alokasi
infrastruktur memberikan dorongan
investasi infrastuktur pemerintah
bagi pertumbuhan ekonomi di daerah.
Tiongkok bagi daerah barat selama
Sebagai contoh, infrastruktur
transportasi yang memadai akan sepuluh tahun pertama WDS (2000
memangkas biaya produksi yang sampai 2010).

Tabel 1. Persentase pembagian investasi pemerintah di bidang infrastruktur berdasarkan daerah


(2000-2010)
Daerah Daerah Daerah Daerah Tidak
Tahun timur (%) tengah (%) barat (%) timurlaut (%) terklasifikasi (%)
2000 25,56 20,64 25,93 7,25 20,62
2001 24,46 18,39 25,61 8,82 22,71
2002 17,80 17,14 34,23 6,84 23,99
2003 24,40 19,41 38,68 7,92 9,58
2004 24,70 20,03 33,61 7,61 14,05
2005 24,01 19,86 32,84 9,01 14,28
2006 21,06 21,82 33,13 10,15 13,84
2007 22,17 24,39 32,12 11,16 10,16
2008 23,50 24,50 33,08 10,24 8,69
2009 21,81 24,46 39,24 9,70 4,79
2010 20,64 23,77 41,15 8,70 5,74

Sumber: Lu & Deng, 2011, p. 6.

Sampai dengan tahun 2010, persentase secara nasional juga diikuti


daerah barat telah menjadi tujuan bagi dengan meningkatnya jumlah investasi
41,15% dari total belanja pemerintah pemerintah di bidang infrastruktur dari
di bidang infrastruktur. Hal ini tahun ke tahun. Anggaran tersebut
memberikan peluang bagi daerah barat digunakan untuk berbagai proyek
untuk memenuhi kebutuhan pembangunan seperti infrastruktur
pembangunan proyek-proyek transportasi, energi, pendidikan dan
infrastruktur yang selama ini belum kesehatan. Beberapa diantara
pernah dilakasanakan. Meningkatnya kebijakan pembangunan infrastruktur

118
Nation State: Journal of International Studies P ISSN 2620-391X
Vol. 2 No. 2 | Desember 2019 E ISSN 2621-735X
_________________________________________________________________________________

tersebut kemudian dilanjutkan melalui Panduan Kebijakan dan


RLT periode 2011-2015. Beberapa Kerjasama Antardaerah
proyek utama pembanguanan Dalam upaya merencanakan dan
infrastruktur yang tercantum dalam menata pembangunan daerah barat,
RLT ini antara lain (Gu, 2012); (1) pemerintah mengeluarkan panduan
melanjutkan pembangunan rel kereta pembangunan bagi beberapa aspek
antara Lanzhou-Urumqi, Lanzhou- pendukung (Lu & Deng, 2011), antara
Chongqing dan Guilin-Guangzhou; lain; (1) memastikan ketersedian modal
(2) membangun jalan raya yang akan bagi pertumbuhan ekonomi daerah
menghubungkan Beijing dengan barat, pemerintah pusat telah
Kunming dan Shanghai dengan mengeluarkan panduan bagi institusi-
Chengdu pada akhir periode RLT; (3) institusi pembiayaan agar
membangun rel dan jalan raya untuk meningkatkan jumlah pinjaman modal
menghubungkan Mongolia, Xinjiang mereka; (2) untuk modal yang datang
dan Qinghai; (4) melakukan renovasi dari sektor swasta maupun sumber luar
dan pembangunan bandar udara baru negeri juga diberikan panduan
untuk meningkatkan hubungan antara pengalokasian investasi dangan
daerah barat dengan negara lain; (5) dikeluarkannya Catalogue of Priority
meningkatkan jaringan transportasi Industries for Foreign Investment in the
minyak dan gas, termasuk proyek pipa Central-Western Region; (3) selain modal
minyak mentah China-Kazakhstan, pendanaan, pemerintah juga
Dushanzi-Urumqi, dan Jiaopiao-Ruili- mengeluarkan panduan untuk
Kunming sebagai bagian dari proyek mendorong para tenaga kerja terdidik
pipa minyak mentah Tiongkok- agar mau bekerja di daerah barat
Myanmar; (6) meningkatkan dengan Go West College Graduates
pemanfaatan sumberdaya alam daerah Volunteer Program. Program ini
untuk mendorong rantai industri; dan merekrut para sarjana baru untuk
(7) meningkatkan upaya pelestarian bekerja secara sukarela di daerah barat
alam. Area tutupan hutan harus selama satu sampai dua tahunsebagai
mencakup seperlima dari seluruh tenaga pengajar, kesehatan, dan
tanah di daerah barat dan konsumsi air pengentasan kemiskinan; dan (4)
harus berkurang sebanyak 30% pada pemerintah juga mengeluarkan
akhir 2015. kerangka kerjasama antara kota dan
provinsi daerah timur dengan
provinsi-provinsi di daerah barat
dalam program Hand-in-Hand Aid
(HHA) dan East-West Interaction (EWI).

119
Nation State: Journal of International Studies P ISSN 2620-391X
Vol. 2 No. 2 | Desember 2019 E ISSN 2621-735X
_________________________________________________________________________________

HHA mengarah pada pemberian khusus bagi daerah barat melalui


bantuan infastruktur, pendidikan, berbagai kebijakan yang dikeluarkan
teknologi industri, dan investasi modal pemerintah Tiongkok.
dari daerah timur ke daerah barat, Pemerintah Tiongkok
sementara EWI mendorong menjadikan RLT yang ke-11 (2006-
peningkatan aliran faktor produksi 2010) sebagai penegasan untuk
antardaerah untuk mencapai target mengubah arah kebijakan
produksi nasional. pembangunan. Berlawanan dengan
reformasi ekonomi era Deng
KESIMPULAN Xiaoping, kali ini pemerintah
Berbagai dinamika yang dilalui Tiongkok rela mengorbankan
dalam pembangunan Tiongkok telah pertumbuhan ekonomi demi
berhasil menempatkan negara tersebut tercapainya common prosperity. Target
menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi diturunkan
perekonomian terbesar di dunia. dari tahun-tahun sebelumnya,
Meskipun demikian, berbagai prestasi sebaliknya, pencapaian dalam bidang-
perekonomian tersebut tak lantas bidang kesehatan, pendidikan,
menjadikan seluruh rakyat Tiongkok lingkungan, dan percepatan
dapat menikmati buah pembangunan pembangunan daerah tertinggal terus
secara adil dan merata. Ini bisa dilihat ditingkatkan. Pemerintah memberikan
dari angka ketimpangan juga tumbuh beberapa stimulus bagi pembangunan
dengan subur dalam kurun waktu yang daerah barat seperti peningkatan
bersamaan. transfer fiskal, kredit, keringanan
Besarnya angka ketimpangan dan pajak, pembagunan infrastruktur
masalah yang ada serta kemampuan besar-besaran, serta kerjasama
ekonomi nasional yang telah memadai antardaerah.
kemudian membawa pemerintah
Tiongkok di bawah kepemimpinan REFERENSI
Jiang Zemin untuk mulai melakukan Buku dan Terbitan
reorientasi kebijakan pembangunan. Azarhoushang, Behzad; Wu, Jennifer
Pédussel & Zaroki, Shahryar. (2019)
Upaya pemerataan pembangunan bagi “Chinese regional inequality and
daerah-daerah tertinggal di bagian sectoral foreign direct investment,”
barat Tiongkok mulai digulirkan dalam Working Paper, No. 119/2019,
Hochschule für Wirtschaft und Recht
suatu kerangka strategi kebijakan Berlin, Institute for International
bernama WDS (Western Development Political Economy (IPE), Berlin.
Stategy). Jiang mengawalinya dengan Cable, Vince. (2017) “Deng: Architect of
mulai memberikan beberapa perlakuan The Chinese Superpower,” dalam Jie,

120
Nation State: Journal of International Studies P ISSN 2620-391X
Vol. 2 No. 2 | Desember 2019 E ISSN 2621-735X
_________________________________________________________________________________

Yu (ed), From Deng to Xi: Economic Naughton,B.J. (2005)“The New Common


Reform, The Silk Road and The Return of Economic Program: China’s Eleventh
The Middle Kingdom, Ideas Publishing, Five Year Plan and What It
London.Liao, F.H., and Wei, Y.D. Means,”China Leadership Monitor, No.
(2016) “Sixty Years of Regional 16.
Inequality in China: Trends, Scales and Shen, Hongyan., Teng, Fei. & Song,
Mechanisms,” Working Paper Series N° Jinping., (2018) “Evaluation of Spatial
202. Rimisp, Santiago, Chile. Balance of China’s Regional
Song, Xiaowu, Wu, Shiguo., & Xu, Xin. Development,” Journal Sustainability,
(2019) The Great Change in the Regional Vol. 10, Issue 9.
Economy of China under the New Normal, Zhao, Gang. (2014) “The Qing Opening to
Zhejiang University Press, Beijing. the Ocean: Chinese Maritime Policies,
Winarno, Budi. (2013) Etika Pembangunan, 1684-1757,” The American Historical
CAPS, Yogyakarta. Review, Vol. 119, Issue 3.

Artikel Jurnal Artikel Internet


Crane, Bret. (et.al) (2018) “China’s Special Gu, J. (2012) China Approves 12 Five Year
Economic Zones: An Analysis of Policy Plan for Western Region [daring]. Tersedia
to Reduce Regional Disparities,” di: http://www.china-
Regional Studies, Regional Science, Vol. 5, briefing.com/news/2012/02/27/china-
No. 1. approves-12th-fiveyear-plan-for-
Deng, Xiangzheng & Bai, Xuemei. (2014) western-regions.html (Diakses: 17 Juli
“Sustainable Urbanization in Western 2019).
China,” Environment Science and Policy for Lu, Zheng & Deng, Xiang. (2011) China’s
Sustainable Development, Vol. 56, No. 3. Western Development Strategy: Policies,
Fan, C.C. (2006) “China’s Eleventh Five- Effects and Prospects, [daring]. Tersedia di:
Year Plan (2006-2010) - From Getting http://mpra.ub.uni-
Rich First to Common muenchen.de/id/eprint/35201
Prosperity,”Eurasian Geography and (Diakses: 17 Juli 2019).
Economics, Vol. 47, No. 6. The Observatory of Economic Complexity:
Jung, Hsiung-Shen & Chen, Jui-Lung., OEC. (t.t) [daring]. Tersedia di:
(2019) “Causes, Consequences and https://atlas.media.mit.edu/en/profile
Impact of the Great Leap Forward in /country/chn/ (Diakses: 7 Juli 2019).
China,“ Asian Culture and History, Vol. Report on the Outline of the Ninth Five-Year
11, No. 2. Plan (1996-2000) for National Economic
Li, Huaqun. & Haynes, Kingsley, (2012) and Social Development and the Long-range
“Foreign direct investment and China's Objectives to the Year 2010 (daring).
regional inequality in the era of new Tersedia di:
regional development strategy,” Regional http://www.china.org.cn/95e/95-
Science Policy and Practice, Vol. 4, No. 3. english1/2.htm (Diakses: 19 Desember
2019).
Lu, Zheng & Deng, Xiang. (2013) “Regional
Policy and Regional Development: A Smith, Rob. (2018) The World's Biggest
Case Study of China’s Western Economies in 2018 [daring]. Tersedia di:
Development Strategy,” Annales https://www.weforum.org/agenda/201
Universitatis Apulensis Series Oeconomica, 8/04/the-worlds-biggest-economies-in-
Vol. 15, No. 1. 2018/ (Diakses: 5 Juli 2019).

121
Nation State: Journal of International Studies P ISSN 2620-391X
Vol. 2 No. 2 | Desember 2019 E ISSN 2621-735X
_________________________________________________________________________________

Third-Front / Third-Line (t.t) Global Paper


Security.org (daring). Tersedia di:
https://www.globalsecurity.org/militar Winanti, Poppy S. Penguatan Posisi Runding
y/world/china/third-front.htm Indonesia dengan Megatraders dalam
(Diakses: 19 Desember 2019). Perdagangan Internasional. Paper
dipresentasikan dalam Seminar “Forum
Yasuo, Onishi. (2001) Chinese Economy in the Kajian Kebijakan Luar Negeri:
21st Century and the Strategy for Developing Penguatan Kinerja Diplomasi Ekonomi
the Western Region, Institute of Indonesia dalam Menghadapi
Developing Economies, Japan External Perkembangan Rezim Investasi dan
Trade Organization [daring]. Tersedia Perdagangan Internasional”, UGM, 22
di: http://d- September 2015.
arch.ide.go.jp/idedp/SPT/SPT002200_
003.pdf (Diakses: 25 Juli 2019).
The World Bank in China. (2019, The World
Bank [daring]. Tersedia di:
https://www.worldbank.org/en/countr
y/china/overview (Diakses: 18
Desember 2019).

Video
Allison, G.T. Is War Between China and the
U.S Inevitable? September 2018,
<https://www.ted.com/talks/graham_
allison_is_war_between_china_and_the
_us_inevitable/transcript#t-71389>
diakses 8 Juni 2019.

122

Anda mungkin juga menyukai