Anda di halaman 1dari 3

Pembangunan Sebagai Kebebasan

Kelompok 3

Ririn Kurnia Anu Payong (2203010203)


Prisca Serci Faosoni (2203010221)
Muhammad Rafi Parama Artha (2203010225)
Anselmus Boli Wadan (2203010228)
Abdul Rahim U Laba (2203010245)
Maria Leliana Nembo (2203010246)

Kemajuan pembangunan sebuah negara yang besar seringkali dipersepsikan dengan situasi
dan kondisi makro yang sangat membahagiakan. Hal ini dapat terlihat dari beberapa indikator-
indikator yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang berada pada tren positif, inflasi rendah,
banyaknya investasi, serta cadangan devisa yang meningkat. Namun, kemajuan dan tren postif
tersebut seringkali tidak dibarengi dengan kebebasan sipil yang dimaknai sebagai kebebasan
individu yang ada dalam sebuah negara.
Adanya fenomena ini menjelaskan bagaimana pembangunan negara nampaknya hanya
bertumpu pada sendi pembangunan ekonomi an sich. Pertumbuhan ekonomi yang ada relatif
tinggi, namun kebebasan individu tetap tidak dapat mengikuti secepat pertumbuhan ekonomi
tersebut.
Misalnya, Tiongkok dalam dasawarsa terkahir mengalami pencapaian prestisius tingkat
pertumbuhan ekonominya.Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pernah mencapai pada angka dua
digit. Kesuksesan Tiongkok dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi sebesar dua digit
menjadi pembicaraan yang tidak ada habisnya. Melihat fakta yang ada, barangkali semua akan
sepakat bahwa pertumbuhan ekonomi Tiongkok merupakan pencapaian yang tidak bisa dianggap
remeh mengingat kesuksesan tersebut sangat sulit disaingi oleh pertumbuhan ekonomi negara-
negara lainnya.
Sebaliknya, jika pada sisi ekonomi Tiongkok mengalami pertumbuhan yang signifikan,
tidak demikian dalam bidang politik. Sistem politik Tiongkok bisa dinilai sangat totaliter, karena
tidak memberikan ruang yang lebih pada terealisasinya kebebasan individu.
Begitu juga dengan Singapura, seperti diketahui Singapura telah menjadi kawasan dengan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Asia Tenggara. Singapura juga merupakan negara dengan
pendapatan per kapita ketiga tertinggi di dunia. Namun, kesuksesan tersebut dibangun dengan
mengorbankan kebebasan sipil. Adanya kontrol hak menyampaikan pendapat, sensor media
massa, serta tidak adanya toleransi terhadap para oposisi menjadi bagian dalam pembangunan di
Singapura.
Kondisi ini menunjukkan bahwa adanya disparitas antara pembangunan pertumbuhan
ekonomi dan kebebasan sipil. Ironisnya, model pembangunan ini juga turut
diimplementasikan beberapa negara di belahan dunia lainnya. Pembangunan merupakan sebuah
keberhasilan bagi individu-individu dalam meningkatkan sendi kualitas kesejahteraan
kehidupannya.Pembangunan juga memberikan ekses negatif bila tidak mampu mengelolanya
dengan baik. Pengertian pembangunan tidak sebatas pertumbuhan ekonomi saja, namun mencakup
hal-hal lebih luas seperti kemajuan pranata sosial, demokrasi, kemanusiaaan, lingkungan hidup,
serta nilai-nilai budaya dan peradaban.
Evolusi Pembangunan
Menurut Kuncoro (2004) Awal mula pembangunan didefinisikan sebagai peningkatan
yang terus-menerus pada Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara. Selain itu, muncul alternatif
gagasan definisi pembangunan ekonomi, dimana pembangunan ekonomi ditinjau dari peningkatan
pendapatan per kapita (income per capita).
Dalam berjalannya waktu, pandangan tersebut dianggap usang seiring dengan munculnya
pertanyaan para ekonom yang mengatakan apakah faktor pertumbuhan ekonomi saja yang
berpengaruh terhadap kemakmuran. Sehingga, muncul pandangan pembangunan moderen yang
mendorong bahwa pembangunan tidak hanya pertumuhan ekonomi saja, namun juga harus
melibatkan aspek-aspek yang multi-dimensional.

Kebebasan sebagai Sebuah Pandangan


Mencermati kondisi yang ada, saat ini negara membutuhkan sebuah pembangunan yang
tidak hanya berkisar pada pertumbuhan ekonomi saja. Namun, melampaui hal itu, pembangunan
juga mencakup pada pembangunan individu-individu yang ada dalam sebuah negara.
Amartya Sen (1999) mengungkapkan bahwa pembangunan harus melihat paradigma
pembangunan sebagai upaya memperluas kebebasan riil yang dapat dinikmati oleh individu-
individu. Dalam hal ini, dalam pembangunan tersebut, kebebasan dipandang sebagai sebuah visi
dan tujuan yang harus didorong lebih besar daripada pembangunan itu sendiri. Disinilah Sen
memberikan perhatian besar terhadap pembangunan yang didukung kebebasan sebagai hal yang
bersifat kausalitas. Artinya, baik kebebasan dan pembangunan tidak berdiri sendiri dan saling
menjadi bagian satu sama lainnya.
Kendati mengalami peningkatan kesejahteraan materiil, tetapi sebagian besar umat
manusia tidak memiliki berbagai kebebasan dasar. Tesis yang dikemukakan Sen agar tercapai
kesejahteraan adalah melalui kebebasan sebagai cara dan tujuan (development as fredoom).
Kebebasan merupakan kebebasan dari rasa tak berdaya, rasa ketergantungan, rasa cemas, rasa
keharusan untuk mempertanyakan apakah tindakan individu diizinkan atau tidak .
Membaca ulang pembangunan yang diungkapkan oleh Amartya Sen, maka sudah
seharusnya pembangunan merupakan proses yang memfasilitasi individu-individu untuk
mengembangkan sesuatu yang sesuai dengan pilihannya (development as a process of expanding
the real freedoms that people enjoy).

Anda mungkin juga menyukai