Kelompok 3
Kemajuan pembangunan sebuah negara yang besar seringkali dipersepsikan dengan situasi
dan kondisi makro yang sangat membahagiakan. Hal ini dapat terlihat dari beberapa indikator-
indikator yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang berada pada tren positif, inflasi rendah,
banyaknya investasi, serta cadangan devisa yang meningkat. Namun, kemajuan dan tren postif
tersebut seringkali tidak dibarengi dengan kebebasan sipil yang dimaknai sebagai kebebasan
individu yang ada dalam sebuah negara.
Adanya fenomena ini menjelaskan bagaimana pembangunan negara nampaknya hanya
bertumpu pada sendi pembangunan ekonomi an sich. Pertumbuhan ekonomi yang ada relatif
tinggi, namun kebebasan individu tetap tidak dapat mengikuti secepat pertumbuhan ekonomi
tersebut.
Misalnya, Tiongkok dalam dasawarsa terkahir mengalami pencapaian prestisius tingkat
pertumbuhan ekonominya.Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pernah mencapai pada angka dua
digit. Kesuksesan Tiongkok dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi sebesar dua digit
menjadi pembicaraan yang tidak ada habisnya. Melihat fakta yang ada, barangkali semua akan
sepakat bahwa pertumbuhan ekonomi Tiongkok merupakan pencapaian yang tidak bisa dianggap
remeh mengingat kesuksesan tersebut sangat sulit disaingi oleh pertumbuhan ekonomi negara-
negara lainnya.
Sebaliknya, jika pada sisi ekonomi Tiongkok mengalami pertumbuhan yang signifikan,
tidak demikian dalam bidang politik. Sistem politik Tiongkok bisa dinilai sangat totaliter, karena
tidak memberikan ruang yang lebih pada terealisasinya kebebasan individu.
Begitu juga dengan Singapura, seperti diketahui Singapura telah menjadi kawasan dengan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Asia Tenggara. Singapura juga merupakan negara dengan
pendapatan per kapita ketiga tertinggi di dunia. Namun, kesuksesan tersebut dibangun dengan
mengorbankan kebebasan sipil. Adanya kontrol hak menyampaikan pendapat, sensor media
massa, serta tidak adanya toleransi terhadap para oposisi menjadi bagian dalam pembangunan di
Singapura.
Kondisi ini menunjukkan bahwa adanya disparitas antara pembangunan pertumbuhan
ekonomi dan kebebasan sipil. Ironisnya, model pembangunan ini juga turut
diimplementasikan beberapa negara di belahan dunia lainnya. Pembangunan merupakan sebuah
keberhasilan bagi individu-individu dalam meningkatkan sendi kualitas kesejahteraan
kehidupannya.Pembangunan juga memberikan ekses negatif bila tidak mampu mengelolanya
dengan baik. Pengertian pembangunan tidak sebatas pertumbuhan ekonomi saja, namun mencakup
hal-hal lebih luas seperti kemajuan pranata sosial, demokrasi, kemanusiaaan, lingkungan hidup,
serta nilai-nilai budaya dan peradaban.
Evolusi Pembangunan
Menurut Kuncoro (2004) Awal mula pembangunan didefinisikan sebagai peningkatan
yang terus-menerus pada Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara. Selain itu, muncul alternatif
gagasan definisi pembangunan ekonomi, dimana pembangunan ekonomi ditinjau dari peningkatan
pendapatan per kapita (income per capita).
Dalam berjalannya waktu, pandangan tersebut dianggap usang seiring dengan munculnya
pertanyaan para ekonom yang mengatakan apakah faktor pertumbuhan ekonomi saja yang
berpengaruh terhadap kemakmuran. Sehingga, muncul pandangan pembangunan moderen yang
mendorong bahwa pembangunan tidak hanya pertumuhan ekonomi saja, namun juga harus
melibatkan aspek-aspek yang multi-dimensional.