Baru
written by Devita Retno
Pemerintah orde baru cukup berhasil dalam membawa negara Indonesia keluar dari masalah
ekonomi yang kacau balau sebagai hasil dari kondisi negara di zaman pemerintahan Presiden
Soekarno. Peralihan kekuasaan dari zaman Soekarno ke zaman Orde Baru juga turut
mempengaruhi kondisi negara yang tidak stabil dan mempengaruhi kondisi rakyat. Sebagai
negara yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, dan sesuai dengan tujuan orde baru untuk
mengembalikan keduanya sebagai pedoman negara, maka pembangunan pada orde baru pun
harus dilakukan dengan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Pembangunan sangat perlu dilakukan untuk mencapai cita – cita masyarakat yang adil dan
makmur berdasarkan Pancasila yang harus diperjuangkan. Pemerataan pembangunan dan hasil –
hasilnya dalam sistem pemerintahan pada masa orde baru tidak mungkin dicapai tanpa
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, sedangkan pertumbuhan ekonomi tidak akan dapat
dicapai tanpa kondisi nasional yang stabil, sehat dan dinamis.
Asas Pembangunan Pada Masa Orde Baru
Asas – asas yang memberi corak serta karakter berdasarkan latar belakang orde baru, dan juga
dalam pembangunan pada orde baru yaitu:
Asas manfaat
Asas usaha bersama
Asas demokrasi
Asas adil dan merata
Asas perikehidupan dalam keseimbangan
Asas kesadaran hukum
Asas kepercayaan diri
Pola Dasar Pembangunan Nasional
Ada beberapa modal dasar dalam pembangunan pada orde baru berupa pola dasar yang menjadi
pokok perhatian pembangunan yaitu:
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Presiden Soeharto dalam bukunya, untuk mencapai cita –
cita masyarakat yang adil dan makmur sesuai dasar Pancasila harus diperjuangkan dengan
landasan yang kuat yaitu Pancasila dan UUD 1945. Dan hal ini tidak mungkin dicapai hanya
dengan pelaksanaan selama satu periode Pelita saja. Adanya Rencana Pembangunan Jangka
Panjang atau RPJP selama 25 tahun kemudian dibagi menjadi Rencana Pembangunan Lima
Tahun atau Repelita. Pelita berlangsung mulai tahap I hingga tahap ke VI sebagai program
pembangunan pada orde baru jangka panjang.
Pada periode Pelita III yang dilaksanakan mulai 1 April 1979 hingga 31 Maret 1984, program
pembangunan ditekankan melalui konsep Trilogi Pembangunan. Trilogi pembangunan
merupakan rencana pembangunan nasional yang dirancang oleh pemerintah pada masa orde baru
sebagai landasan untuk menentukan kebijakan politik, ekonomi dan sosial dalam melaksanakan
pembangunan pada masa orde baru. Isi dari Trilogi Pembangunan yaitu:
Gagalnya pembangunan pada orde baru karena tidak memiliki fondasi yang kokoh untuk
menopang keberhasilan pembangunan secara ekonomi pada masa itu. Pemerintah muncul
dengan konsep ‘Trickle Down Effect’ yaitu menyiapkan beberapa kelompok konglomerat yang
dianggap berpotensi untuk berkembang agar dapat membagi ilmu dan pengetahuannya kepada
masyarakat kelompok menengah ke bawah. Dalam perkembangannya, metode ini justru
menimbulkan gejolak sosial dan menimbulkan kesenjangan ekonomi yang besar.
Untuk mengatasi kegagalan pembangunan pada masa orde baru, pemerintah mengganti pusat
pembangunan dengan mendasarkan pembangunan pada pendekatan kebutuhan dasar. Pemerintah
menyelenggarakan kegiatan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.
Berbagai fasilitas kemudian dibangun seperti fasilitas pendidikan berupa SD Inpres,
mengembangkan sarana transportasi dan pemukiman. Namun usaha ini juga dianggap tidak
berhasil karena masyarakat setempat tidak diikutsertakan sebagai pelaku pembangunan, juga
adanya anggapan bahwa kebutuhan masyarakat sama di setiap daerah sehingga rakyat tidak
mengembangkan rasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap hasil – hasil pembangunan.
Orde baru muncul dengan tekad untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.
Akan tetapi, yang terjadi sebenarnya adalah tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi pada
masa orde lama, yaitu Pancasila tetap pada posisinya sebagai alat pembenar rezim otoritarian
baru di bawah Soeharto.
Seperti rezim otoriter pada umumnya lainnya, ideologi sangat diperlukan orde baru sebagai alat
untuk membenarkan dan memperkuat otoritarianisme negara.
Sehingga Pancasila oleh rezim orde baru kemudian ditafsirkan sedemikian rupa sehingga
membenarkan dan memperkuat otoritarianisme negara.
Maka dari itu Pancasila perlu disosialisasikan sebagai doktrin komprehensif dalam diri
masyarakat Indonesia guna memberikan legitimasi atas segala tindakan pemerintah yang
berkuasa. dalam diri masyarakat Indonesia.
Adapun dalam pelaksanaannya upaya indroktinisasi tersebut dilakukan melalui berbagai cara,
mulai dari pengkultusan Pancasila sampai dengan Penataran P4.
Upaya pengkultusan terhadap pancasila dilakukan pemerintah orde baru guna memperoleh
kontrol sepenuhnya atas Pancasila dan UUD 1945. Pemerintah orde baru menempatkan
Pancasila dan UUD 1945 sebagai sesuatu yang keramat sehingga tidak boleh diganggu gugat.
Penafsiran dan implementasi Pancasila sebagai ideologi terbuka, serta UUD 1945 sebagai
landasan konstitusi berada di tangan negara.
Pengkultusan Pancasila juga tercermin dari penetapan Hari Kesaktian Pancasila setiap tanggal 1
Oktober sebagai peringatan atas kegagalan G 30 S/PKI dalam upayanya menggantikan Pancasila
dengan ideologi komunis.
Retorika mengenai persatuan kesatuan menyebabkan pemikiran bangsa Indonesia yang sangat
plural kemudian diseragamkan.
Uniformitas menjadi hasil konkrit dari kebijakan politik pembangunan yang unilateral. Gagasan
mengenai pluralisme tidak mendapatkan tempat untuk didiskusikan secara intensif.
Sebagai pucaknya, pada tahun 1985 seluruh organisasi sosial politik digiring oleh hukum untuk
menerima Pancasila sebagai satu-satunya dasar filosofis, sebagai asas tunggal dan setiap warga
negara yang mengabaikan Pancasila atau setiap organisasi sosial yang menolak Pancasila sebagai
asas tunggal akan dicap sebagai penghianat atau penghasut.
Dengan demikian, jelaslah bahwa Orde Baru tidak hanya memonopoli kekuasaan, tetapi juga
memonopoli kebenaran.
Sikap politik masyarakat yang kritis dan berbeda pendapat dengan negara dalam prakteknya
diperlakukan sebagai pelaku tindak kriminal atau subversif.
Sosialisasi Pancasila melalui Penataran P4
Pada era Orde Baru, selain dengan melakukan pengkultusan terhadap Pancasila, pemerintah
secara formal juga mensosialisasikan nilai-nilai Pancasila melalui TAP MPR NO II/MPR/1978
tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) di sekolah dan di masyarakat.
Melalui penegasan tersebut maka opini rakyat akan mengarah pada dukungan yang kuat terhadap
pemerintah Orde Baru. Selain sosialisasi nilai Pancasila dan menerapkan nilai Pancasila dalam
kehidupan berbangsa, dalam kegiatan penataran juga disampaikan pemahaman terhadap Undang-
Undang Dasar 1945 dan Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
Pelaksanaan penataran P4 sendiri menjadi tanggung jawab dari Badan Penyelenggara
Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP7).
Akan tetapi cara melakukan pendidikan semacam itu, terutama bagi generasi muda, berakibat
fatal. Pancasila yang berisi nilai-nilai luhur, setelah dikemas dalam penataran P4, ternyata justru
mematikan hati nurani generasi muda terhadap makna dari nilai luhur Pancasila tersebut.
Hal itu terutama disebabkan oleh karena pendidikan yang doktriner tidak disertai dengan
keteladanan yang benar.
Setiap hari para pemimpin berpidato dengan selalu mengucapkan kata-kata Pancasila dan
UUD1945, tetapi dalam kenyataannya masyarakat tahu bahwa kelakuan mereka jauh dari apa
yang mereka katakan.
Perilaku itu justru semakin membuat persepsi yang buruk bagi para pemimpin serta meredupnya
Pancasila sebagai landasan hidup bernegara, karena masyarakat menilai bahwa aturan dan norma
hanya untuk orang lain (rakyat) tetapi bukan atau tidak berlaku bagi para pemimpin.
Atau dengan kata lain Pancasila hanya digunakan sebagai slogan yang menunjukkan kesetiaan
semu terhadap pemerintah yang sedang berkuasa.
Peristiwa-peristiwa penting menjelang akhir orde baru yang kemudian beralih ke orde reformasi.
KOMPAS.com- Orde Baru merupakan era pemerintahan yang berada di kepemimpinan Presiden
Soeharto. Era tersebut berlangsung selama 32 tahun, untuk menggantikan masa pemerintahan
Soekarno pada Era Orde Lama. Tujuan Orde Baru dibentuk yaitu untuk menata kembali kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berlandaskan Pancasila serta UUD 1945. Dilansir
dalam buku Berguru Kepada Bapak Bangsa (1999) karya Ahmad Fathoni dkk, berikut beberapa
peristiwa penting di Era Orde Baru: Tri Tuntutan Rakyat Sikap pemerintah yang dinilai tidak tegas
terhadap PKI karena telah melakukan pengkhianatan terhadap negara menjadi salah satu pemicu
timbulnya Tri Tuntutan Rakyat (Tritura). Selain itu, melemahnya ekonomi Indonesia semakin
mendorong Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dan Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar
Indonesia (KAPPI) pada tanggal 10 Januari 1966 membuat aksi Tiga Tuntutan Hati Nurani Rakyat
yang dikenal Tritura tersebut. Baca juga: Mati Sejak Orde Baru, Rel Cibatu-Garut Kini Bisa Dilintasi
Kereta Api Isi Tritura sebagai berikut: Pembubaran PKI Pembersihan kabinet dari unsur-unsur G30
S/PKI Penurunan harga dan perbaikan ekonomi Supersemar Surat Perintah Sebelas Maret atau
dikenal dengan Supersemar adalah surat perintah yang ditandatangani oleh Presiden Republik
Indonesia Soekarno pada 11 Maret 1966. Surat ini berisi perintah yang menginstruksikan Soeharto,
di mana saat itu selaku Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib)
untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk mengatasi situasi keamanan yang
buruk pada saat itu. Sidang Umum MPRS MPRS menyelenggarakan sidang umum keempat pada
17 Juni 1966 yang menghasilkan beberapa ketetapan, sebagai berikut: Ketetapan MPRS No IX
tentang Pengukuhan Surat Perintah Sebelas Maret Ketetapan MPRS No XXV tentang Pembubaran
PKI dan ormas-ormasnya serta larangan untuk menyebarkan ajaran Marxisme dan Komunisme di
Indonesia. Ketetapan MPRS No XXIII tentang pembaruan untuk landasan kebijakan ekonomi,
keuangan, dan pembangunan. Ketetapan MPRS No XIII tentang pembentukan Kabinet Ampera
yang ditugaskan kepada Pengemban Tap MPRS No IX Nawaksara Nawaksara merupakan pidato
pertanggungjawaban Presiden Soekarno pada Sidang Umum MPRS 1966 atas pemberontakan
G30S PKI. Serta kemerosotan ekonomi dan moral bangsa. Pada 22 Juni 1966 Presiden Soekarno
menyampaikan amanat yang diberi judul Nawaksara atau Sembilan Pasal. Baca juga: Komnas
HAM: Dewan Keamanan Nasional Mirip Kopkamtib di Rezim Orba Namun hal itu dianggap kurang
memenuhi harapan rakyat. Sehingga pada 22 Februari 1967, Presiden Soekarno menyerahkan
kekuasaan kepada pengembangan Ketetapan MPRS No IX, yaitu Jenderal Soeharto. Pemilihan
Umum (Pemilu) Pemilu pada 3 Juli 1971 menjadi Pemilu pertama pada masa Orde Baru. Pemilu
tersebut diikuti 10 parta politik. Partai tersebut di antaranya NU, PKRI, Parkindo, Murba, PNI,
Golkar, dan IPKI. Golkar menjadi partai pemenang pemilu pertama Orde Baru. Kemudian Pemilu
tersebut berlanjut pada tahun 1977, 1982, 1987, 1992, 1997. Namun pada tahun 1977-1997 hanya
ada tiga partai, yaitu Golongan Karya (Golkar), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai
Demokrasi Indonesia (PDI). Peristiwa Malari 1974 Malapetaka Lima Belas Januari (Malari) terjadi
pada tanggal 15 Januari 1974 di masa Orde Baru. Berawal dari gerakan demonstari mahasiswa
yang berkembang menjadi peristiwa kerusuhan sosial. Demonstrasi tersebut menyeruakan kritik
mengenai kebijakan ekonomi pemerintahan Presiden Soeharto yang dianggap terlalu berpihak
kepada investor asing.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Peristiwa Penting Era Orde Baru", Klik untuk
baca: https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/10/130000869/peristiwa-penting-era-orde-baru.
Penulis : Serafica Gischa
Editor : Serafica Gischa
Kerusuhan 1998 Lihat Foto Ilustrasi: Kerusuhan Mei 1998(ARBAIN RAMBEY) Tahun tersebut
menjadi momen yang tidak bisa dilupakan. Berawal dari kerusuhan Medan yang menjadi kota
pertama mencetuskan api reformasi. Sehingga mengalami kerusakan dan melumpuhkan kota.
Kemudian tragedi Gejayan, Yogyakarta. Di mana secara serentak sejumlah daerah seperti
Surakarta, Bandung, dan Medan termasuk Jakarta menyuarakan tuntukan reformasi dan penurunan
Soeharto sebagai presiden. Kejadian tersebut dilakukan di depan kampus Trisakti pada 12 Mei 1998
yang mendapatkan perlawanan dari TNI dan Polri. Sehingga menewaskan empat mahasiswa
Trisakti. Seiring dengan kerusuhan tersebut juga terjadi penjarahan dan pembakaran kios yang
dimiliki oleh etnis Tionghoa. Baca juga: Saling Tantang Wiranto-Kivlan Zen dan Momentum
Penuntasan Kasus Kerusuhan 1998 Bahkan banyak orang hilang dan tewas dalam kerusuhan Mei
1998 yang sampai saat ini belum diketahui keberadaannya. Pada pada masa Orde Baru terdapat
peristiwa penting dari kebijakan politiknya yang berlangsung hingga sekarang. Beberapa di
antaranya: Pemulihan hubungan dengan Malaysia pada 11 Agustus 1966 Hubungan diplomatik
tingkat Keduataan Besar pada 31 Agustus 1967 Kembali menjadi anggota PBB pada 28 September
1966 Bekerja sama dengan ASEAN pada 8 Agustus 1967
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Peristiwa Penting Era Orde Baru", Klik untuk
baca: https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/10/130000869/peristiwa-penting-era-orde-baru?
page=2.
Penulis : Serafica Gischa
Editor : Serafica Gischa
Selain upaya dalam bidang politik, ada juga upaya yang dilakukan dalam bidang
ekonomi, di antarnya:
Kamu tahu kan kalau Gus Dur itu adalah presiden RI ke-4? Tahu dong harusnya. Nah
Gus Dur menjabat mulai dari tahun 1999 sampai 2001. Terpilihnya Gus Dur sebagai
presiden tidak terlepas lho dari peran MPR yang pada saat itu menolak laporan
pertanggungjawaban Presiden Habibie. Akhirnya, Gus Dur terpilih deh jadi presiden
melalui dukungan partai-partai islam yang menjadi poros tengah. Sedangkan wakilnya,
dimenangkan oleh Megawati Soekarnoputri yang berhasil mengalahkan Hamzah Haz.
Kemudian dilantik pada 21 Oktober 1999.
Pada masa pemerintahan Gus Dur, kondisi perekonomian Indonesia mulai membaik nih
dibandingkan era sebelumnya. Misalnya nih, laju pertumbuhan PDB (nilai pasar semua
barang dan jasa yang diproduksi negara) mulai positif, laju pertumbuhan ekonomi yang
hampir mencapai 5% membuat Indonesia menuju pemulihan perekonomiannya.
Tapi Squad, ternyata banyak lho pihak yang tidak senang dengan beberapa kebijakan
yang dikeluarkan oleh Gus Dur. Banyak yang menganggap kebijakan Gus Dur terlalu
sering menuai kontroversi. Hingga mengakibatkan kredibilitas Gus Dur perlahan-lahan
menurun.
Nah oleh sebab itu, kepemimpinan Gus Dur tidak berlangsung lama. Ia harus mundur
dari jabatannya pada 23 Juli 2001. Puncak jatuhnya itu ketika MPR yang saat itu
dipimpin oleh Amin Rais, atas usulan DPR mempercepat sidang istimewa MPR. MPR
menilai Presiden Gus Dur melanggar Tap. No. VII/MPR/2000 dan atas kebijakan-
kebijakannya yang kontroversial. Setelah Gus Dur lengser, kemudian jabatan presiden
digantikan oleh wakilnya, yaitu Megawati Soekarnoputri.
Sejak saat itu, pemilihan presiden kemudian dilakukan setiap 5 tahun sekali Squad.
Setelah Megawati selesai menjabat, terpilihlah Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY)
dengan menjabat selama 2 periode. Setelah SBY selesai menjabat, selanjutnya adalah
Joko Widodo (Jokowi) yang sampai hari ini masih menjabat sebagai Presiden Republik
Indonesia.
Kamu mau tahu seperti apa kehidupan politik dan ekonomi masa reformasi pada saat
pemerintahan Megawati, SBY, dan Jokowi? Kamu tinggal download aplikasi
ruangguru, kemudian kamu berlangganan ruangbelajar deh! Nanti kamu akan
mendapat jawabannya.