Anda di halaman 1dari 17

Prinsip dan Strategi Pembangunan Pada Masa Orde

Baru
written by Devita Retno

Pemerintah orde baru cukup berhasil dalam membawa negara Indonesia keluar dari masalah
ekonomi yang kacau balau sebagai hasil dari kondisi negara di zaman pemerintahan Presiden
Soekarno. Peralihan kekuasaan dari zaman Soekarno ke zaman Orde Baru juga turut
mempengaruhi kondisi negara yang tidak stabil dan mempengaruhi kondisi rakyat. Sebagai
negara yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, dan sesuai dengan tujuan orde baru untuk
mengembalikan keduanya sebagai pedoman negara, maka pembangunan pada orde baru pun
harus dilakukan dengan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Pembangunan sangat perlu dilakukan untuk mencapai cita – cita masyarakat yang adil dan
makmur berdasarkan Pancasila yang harus diperjuangkan. Pemerataan pembangunan dan hasil –
hasilnya dalam sistem pemerintahan pada masa orde baru tidak mungkin dicapai tanpa
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, sedangkan pertumbuhan ekonomi tidak akan dapat
dicapai tanpa kondisi nasional yang stabil, sehat dan dinamis.
Asas Pembangunan Pada Masa Orde Baru

Asas – asas yang memberi corak serta karakter berdasarkan latar belakang orde baru, dan juga
dalam pembangunan pada orde baru yaitu:
 Asas manfaat
 Asas usaha bersama
 Asas demokrasi
 Asas adil dan merata
 Asas perikehidupan dalam keseimbangan
 Asas kesadaran hukum
 Asas kepercayaan diri
Pola Dasar Pembangunan Nasional

Ada beberapa modal dasar dalam pembangunan pada orde baru berupa pola dasar yang menjadi
pokok perhatian pembangunan yaitu:

 Kemerdekaan serta kedaulatan negara


 Kedudukan geografis
 Sumber – sumber kekayaan alam
 Jumlah penduduk
 Modal rohani dan mental
 Modal budaya
 Potensi efektif bangsa
 Angkatan bersenjata
Juga perlu diperhatikan faktor – faktor dominan dalam menggerakkan modal dasar agar tercapai
tujuan pembangunan pada masa orde baru seperti faktor demografi dan sosial budaya, faktor
geografi, hidrografi, geologi dan topografi, klimatologi, flora, fauna, dan faktor kemungkinan
pengembangan pembangunan. Ketahui juga mengenai peristiwa pada masa orde baru, ciri pokok
orde baru dan makna orde baru.
Trilogi Pembangunan

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Presiden Soeharto dalam bukunya, untuk mencapai cita –
cita masyarakat yang adil dan makmur sesuai dasar Pancasila harus diperjuangkan dengan
landasan yang kuat yaitu Pancasila dan UUD 1945. Dan hal ini tidak mungkin dicapai hanya
dengan pelaksanaan selama satu periode Pelita saja. Adanya Rencana Pembangunan Jangka
Panjang atau RPJP selama 25 tahun kemudian dibagi menjadi Rencana Pembangunan Lima
Tahun atau Repelita. Pelita berlangsung mulai tahap I hingga tahap ke VI sebagai program
pembangunan pada orde baru jangka panjang.

Pada periode Pelita III yang dilaksanakan mulai 1 April 1979 hingga 31 Maret 1984, program
pembangunan ditekankan melalui konsep Trilogi Pembangunan. Trilogi pembangunan
merupakan rencana pembangunan nasional yang dirancang oleh pemerintah pada masa orde baru
sebagai landasan untuk menentukan kebijakan politik, ekonomi dan sosial dalam melaksanakan
pembangunan pada masa orde baru. Isi dari Trilogi Pembangunan yaitu:

 Pemerataan pembangunan beserta hasil – hasilnya menuju terciptanya keadilan sosial


bagi seluruh rakyat Indonesia.
 Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di Indonesia.
 Menciptakan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
Usaha untuk meratakan hasil pembangunan akan sulit tercapai tanpa adanya pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi, namun pertumbuhan ekonomi juga tidak akan dapat dicapai tanpa
stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. Maka berbagai unsur dalam Trilogi Pembangunan
perlu dikembangkan secara selaras, serasi dan terpadu serta saling terkait. Berbagai unsur dalam
Trilogi Pembangunan yaitu:

 Pemerataan pembangunan beserta hasilnya yang berarti bahwa pembangunan harus


dilakukan secara merata di seluruh wilayah tanah air dan hasilnya dapat dirasakan oleh seluruh
rakyat secara adil. Yang dimaksud adalah bahwa setiap warganegara harus menerima hasil –
hasil pembangunan pada orde baru yang sesuai dengan nilai kemanusiaan.
 Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi berarti harus lebih tinggi dari angka
pertumbuhan penduduk, harus tetap memperhatikan keadilan dan pemerataan dalam mengejar
pertumbuhan ekonomi, harus tetap selaras dan seimbang dengan bidang pembangunan lainnya.
 Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis dalam pembangunan pada masa orde baru
berarti terjadi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang aman berkat aturan yang
disepakati bersama, dan terdapat iklim baik yang mendorong berkembangnya kreativitas
masyarakat dalam membangun bangsa dan negara. Ketahui juga mengenai kelebihan dan
kekurangan orde baru serta kebijakan orde baru.
Jalur Pemerataan Pembangunan
Asas pemerataan selalu diperhatikan dalam pelaksanaan pembangunan pada orde baru, dan ada
delapan jalur pemerataan yang telah ditempuh oleh pemerintah pada waktu itu.

 Pemerataan kebutuhan pokok rakyat khususnya sandang, pangan dan papan.


 Pemerataan untuk kesempatan mendapatkan pendidikan dan pelayanan keselamatan.
 Pemerataan mengenai pembagian pendapatan
 Pemerataan untuk kesempatan kerja
 Pemerataan untuk kesempatan berusaha
 Pemerataan dalam kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya untuk kaum
wanita generasi muda.
 Pemerataan penyebaran pembangunan di tanah air.
 Pemerataan kesempatan untuk memperoleh keadilan.
Prinsip Trilogi Pembangunan pada masa orde baru berhasil membawa peningkatan pada
pertumbuhan Indonesia dari sebesar minus 2,25 persen pada 1963 menjadi naik tajam sebesar 12
persen pada 1969. Selama periode 1967 – 1997, pertumbuhan ekonomi Indonesia rata – rata bisa
mencapai 72 persen.

Kegagalan Trilogi Pembangunan

Meskipun konsep Trilogi Pembangunan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di


Indonesia, berbagai kontroversi tetap terjadi karena berbagai hal berikut.

 Pelaksanaan stabilitas politik menghasilkan peraturan dimana terbitnya sejumlah aturan


yang menyebabkan pengendalian pers dan aksi mahasiswa.
 Terbitnya UU mengenai organisasi massa dan Undang – undang Partai Politik,
pertumbuhan ekonomi dapat menghasilkan penanaman pada modal asing namun bisa
menghasilkan penanaman modal asing yang menimbulkan utang luar negeri.
 Melambatnya serbuan para investor asing karena harga minyak dunia jatuh.
Kemerosotan harga minyak bumi membuat angka APBN juga ikut merosot karena
ketergantungan terhadap harga minyak bumi. Pada masa itu terjadi booming minyak bumi sejak
tahun 1970 hingga 1980an, sehingga APBN tergantung pada fluktuasi harga minyak bumi di
pasar internasional. Akibatnya, pembangunan pada orde baru secara nasional pun terpengaruh
kestabilannya karena dana untuk melaksanakan rencana pembangunan tidak ada.

Gagalnya pembangunan pada orde baru karena tidak memiliki fondasi yang kokoh untuk
menopang keberhasilan pembangunan secara ekonomi pada masa itu. Pemerintah muncul
dengan konsep ‘Trickle Down Effect’ yaitu menyiapkan beberapa kelompok konglomerat yang
dianggap berpotensi untuk berkembang agar dapat membagi ilmu dan pengetahuannya kepada
masyarakat kelompok menengah ke bawah. Dalam perkembangannya, metode ini justru
menimbulkan gejolak sosial dan menimbulkan kesenjangan ekonomi yang besar.

Untuk mengatasi kegagalan pembangunan pada masa orde baru, pemerintah mengganti pusat
pembangunan dengan mendasarkan pembangunan pada pendekatan kebutuhan dasar. Pemerintah
menyelenggarakan kegiatan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.
Berbagai fasilitas kemudian dibangun seperti fasilitas pendidikan berupa SD Inpres,
mengembangkan sarana transportasi dan pemukiman. Namun usaha ini juga dianggap tidak
berhasil karena masyarakat setempat tidak diikutsertakan sebagai pelaku pembangunan, juga
adanya anggapan bahwa kebutuhan masyarakat sama di setiap daerah sehingga rakyat tidak
mengembangkan rasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap hasil – hasil pembangunan.

Pancasila pada masa orde baru digunakan sebagai alat membenarkan dan memperkuat


otoritarianisme negara

Orde baru muncul dengan tekad untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen.

Semangat tersebut muncul berdasarkan pengalaman sejarah dari pemerintahan sebelumnya yang


telah menyimpang dari Pancasila serta UUD 1945 demi kepentingan kekuasaan.

Akan tetapi, yang terjadi sebenarnya adalah tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi pada
masa orde lama, yaitu Pancasila tetap pada posisinya sebagai alat pembenar rezim otoritarian
baru di bawah Soeharto. 

Seperti rezim otoriter pada umumnya lainnya, ideologi sangat diperlukan orde baru sebagai alat
untuk membenarkan dan memperkuat otoritarianisme negara.

Sehingga Pancasila oleh rezim orde baru kemudian ditafsirkan sedemikian rupa sehingga
membenarkan dan memperkuat otoritarianisme negara.

Maka dari itu Pancasila perlu disosialisasikan sebagai doktrin komprehensif dalam diri
masyarakat Indonesia guna memberikan legitimasi atas segala tindakan pemerintah yang
berkuasa. dalam diri masyarakat Indonesia.

Adapun dalam pelaksanaannya upaya indroktinisasi tersebut dilakukan melalui berbagai cara,
mulai dari pengkultusan Pancasila sampai dengan Penataran P4.
Upaya pengkultusan terhadap pancasila dilakukan pemerintah orde baru guna memperoleh
kontrol sepenuhnya atas Pancasila dan UUD 1945. Pemerintah orde baru menempatkan
Pancasila dan UUD 1945 sebagai sesuatu yang keramat sehingga tidak boleh diganggu gugat.

Penafsiran dan  implementasi Pancasila sebagai ideologi terbuka, serta UUD 1945 sebagai
landasan konstitusi berada di tangan negara.

Pengkultusan Pancasila juga tercermin dari penetapan Hari Kesaktian Pancasila setiap tanggal 1
Oktober sebagai peringatan atas kegagalan G 30 S/PKI dalam upayanya menggantikan Pancasila
dengan ideologi komunis. 

Retorika mengenai persatuan kesatuan menyebabkan pemikiran bangsa Indonesia yang sangat
plural kemudian diseragamkan.

Uniformitas menjadi hasil konkrit dari kebijakan politik pembangunan yang unilateral. Gagasan
mengenai pluralisme tidak mendapatkan tempat untuk didiskusikan secara intensif.

Sebagai pucaknya, pada tahun 1985 seluruh organisasi sosial politik digiring oleh hukum untuk
menerima Pancasila sebagai satu-satunya dasar filosofis, sebagai asas tunggal dan setiap warga
negara yang mengabaikan Pancasila atau setiap organisasi sosial yang menolak Pancasila sebagai
asas tunggal akan dicap sebagai penghianat atau penghasut.

Dengan demikian, jelaslah bahwa Orde Baru tidak hanya memonopoli kekuasaan, tetapi juga
memonopoli kebenaran.

Sikap politik  masyarakat yang kritis dan berbeda pendapat dengan negara dalam prakteknya
diperlakukan sebagai pelaku tindak kriminal atau subversif. 

Sosialisasi Pancasila melalui Penataran P4

Pada era Orde Baru, selain dengan melakukan pengkultusan terhadap Pancasila, pemerintah
secara formal juga mensosialisasikan nilai-nilai Pancasila melalui TAP MPR NO II/MPR/1978
tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) di sekolah dan di masyarakat.

Siswa, mahasiswa, organisasi sosial, dan lembaga-lembaga negara diwajibkan untuk


melaksanakan penataran P4. Tujuan dari penataran P4 antara lain adalah membentuk
pemahaman yang sama mengenai demokrasi Pancasila sehingga dengan pemahaman yang sama
diharapkan persatuan dan kesatuan nasional akan terbentuk dan terpelihara.

Melalui penegasan tersebut maka opini rakyat akan mengarah pada dukungan yang kuat terhadap
pemerintah Orde Baru. Selain sosialisasi nilai Pancasila dan menerapkan nilai Pancasila dalam
kehidupan berbangsa, dalam kegiatan penataran juga disampaikan pemahaman terhadap Undang-
Undang Dasar 1945 dan Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
Pelaksanaan penataran P4 sendiri menjadi tanggung jawab dari Badan Penyelenggara
Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP7). 

Akan tetapi cara melakukan pendidikan semacam itu, terutama bagi generasi muda, berakibat
fatal. Pancasila yang berisi nilai-nilai luhur, setelah dikemas dalam penataran P4, ternyata justru
mematikan hati nurani  generasi muda terhadap makna dari nilai luhur Pancasila tersebut.

Hal itu terutama disebabkan oleh karena pendidikan yang doktriner tidak disertai dengan
keteladanan yang benar.

Setiap hari para pemimpin berpidato dengan selalu mengucapkan kata-kata Pancasila dan
UUD1945, tetapi dalam kenyataannya masyarakat tahu bahwa kelakuan mereka jauh dari apa
yang mereka katakan.

Perilaku itu justru semakin membuat persepsi yang buruk bagi para pemimpin serta meredupnya
Pancasila sebagai landasan hidup bernegara, karena masyarakat menilai bahwa aturan dan norma
hanya untuk orang lain (rakyat) tetapi bukan atau tidak berlaku bagi para pemimpin.

Atau dengan kata lain Pancasila hanya digunakan sebagai slogan yang menunjukkan kesetiaan
semu terhadap pemerintah yang sedang berkuasa.

Orde baru (Politik,ekonomi, dan keamanan)


1. 1. Nama Kelompok 1. M Rachmat Hidayat (04) 2. Achmad Reza Pahlevi (10) 3. Riski
Ramadhani (20) 4. Satya Hadi Suroso (21) 5. Virza Nur Adha (30) 6. Nanda Muhendra (33)
2. 2. ORDE BARU kilas balik sejarah indonesia …
3. 3. Pokok Materi Orde Baru Politik Ekonomi Keamanan
4. 4. Kehidupan Politik Masa Orde Baru • Upaya untuk melaksanakan orde baru : 1. Melakukan
pembaharuan menuju perubahan seluruh tatanan kehidupan masyarakat berbangsa dan
bernegara. 2. Menyusun kembali kekuatan bangsa menuju stabilitas nasional guna
mempercepat proses pembangunan menuju masyarakat adil dan makmur. 3. Menetapkan
Demokrasi Pancasila guna melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. 4. Melaksanakan Pemilu secara teratur serta penataan pada lembaga-lembaga
negara.
5. 5. Penataan Politik Dalam Negeri 1. Pembentukan Kabinet Pembangunan 2. Pembubaran
PKI dan Organisasi masanya 3. Pemilihan Umum 4. Peran Ganda ABRI 5. Pemasyarakatan
P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila)
6. 6. 1. Kabinet Pembangunan Kabinet awal pada masa peralihan kekuasaan (28 Juli 1966)
adalah Kabinet AMPERA dengan tugas yang dikenal dengan nama Dwi Darma Kabinet
Ampera yaitu untuk menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai persyaratan untuk
melaksanakan pembangunan nasional. Program Kabinet AMPERA yang disebut Catur
Karya Kabinet AMPERA adalah sebagai berikut :  Memperbaiki kehidupan rakyat terutama
di bidang sandang dan pangan.  Melaksanakan pemilihan Umum dalam batas waktu yakni
5 Juli 1968.  Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional.
 Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan
manifestasinya.
7. 7. Selanjutnya setelah sidang MPRS tahun 1968 menetapkan Suharto sebagai presiden
untuk masa jabatan 5 tahun maka dibentuklah kabinet yang baru dengan nama Kabinet
Pemba- ngunan dengan tugasnya yang disebut dengan Pancakrida, yang meliputi : 
Penciptaan stabilitas politik dan ekonomi  Penyusunan dan pelaksanaan Rencana
Pembangunan Lima Tahun Tahap pertama  Pelaksanaan Pemilihan Umum  Pengikisan
habis sisa-sisa Gerakan 30 September  Pembersihan aparatur negara di pusat
pemerintahan dan daerah dari pengaruh PKI.
8. 8. 2. Pembubaran PKI dan Organisasi Massanya Suharto sebagai pengemban Supersemar
guna menjamin keamanan, ketenangan, serta kestabilan jalannya pemerintahan maka
melakukan : • Pembubaran PKI pada tanggal 12 Maret 1966 yang diperkuat dengan
dikukuhkannya Ketetapan MPRS No. IX Tahun 1966. • Dikeluarkan pula keputusan yang
menyatakan bahwa PKI sebagai organisasi terlarang di Indonesia. • Pada tanggal 8 Maret
1966 dilakukan pengamanan 15 orang menteri yang dianggap terlibat Gerakan 30
September 1965. Hal ini disebabkan muncul keraguan bahwa mereka tidak hendak
membantu presiden untuk memulihkan keamanan dan ketertiban.
9. 9. 3. Pelaksanaan Pemilu Selama masa Orde Baru telah berhasil melaksanakan pemilihan
umum sebanyak enam kali yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali, yaitu: tahun
1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.  Pemilu 1971 • Pejabat negara harus bersikap
netral berbeda dengan pemilu 1955 dimana para pejabat negara termasuk perdana menteri
yang berasal dari partai peserta pemilu dapat ikut menjadi calon partai secara formal. •
Organisasai politik yang dapat ikut pemilu adalah parpol yang pada saat pemilu sudah ada
dan diakui mempunyai wakil di DPR/DPRD. • Pemilu 1971 diikuti oleh 58.558.776 pemilih
untuk memilih 460 orang anggota DPR dimana 360 orang anggota dipilih dan 100 orang
diangkat. • Diikuti oleh 10 organisasi peserta pemilu yaitu Partai Golongan Karya (236 kursi),
Partai Nahdlatul Ulama (58 kursi), Partai Muslimin Indonesia (24 kusi), Partai Nasional
Indonesia (20 kursi), Partai Kristen Indonesia (7 kursi), Partai Katolik (3 kursi), Partai Islam
Perti (2 kursi), Partai Murba dan Partai IPKI (tak satu kursipun).
10. 10.  Penyederhanaan dan Pengelompokan Partai Politik Setelah pemilu 1971 maka
dilakukan penyederhanakan jumlah partai tetapi bukan berarti menghapuskan partai tertentu
sehingga dilakukan penggabungan (fusi) sejumlah partai. Sehingga pelaksanaannya
kepartaian tidak lagi didasarkan pada ideologi tetapi atas persamaan program.
Penggabungan tersebut menghasilkan tiga kekuatan sosial-politik, yaitu : • Partai Persatuan
Pembangunan (PPP) merupakan fusi dari NU, Parmusi, PSII, dan Partai Islam Perti yang
dilakukan pada tanggal 5 Januari 1973 (kelompok partai politik Islam) • Partai Demokrasi
Indonesia (PDI), merupakan fusi dari PNI, Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo
(kelompok partai politik yang bersifat nasionalis). • Golongan Karya (Golkar)
11. 11.  Pemilu 1977 • Sebelum dilaksanakan Pemilu 1977 pemerintah bersama DPR
mengeluarkan UU No.3 tahun 1975 yang mengatur mengenai penyederhanaan jumlah
partai sehingga ditetapkan bahwa terdapat 2 partai politik (PPP dan PDI) serta Golkar. Hasil
dari Pemilu 1977 yang diikuti oleh 3 kontestan menghasilkan 232 kursi untuk Golkar, 99
kursi untuk PPP dan 29 kursi untuk PDI.  Pemilu 1982 • Pelaksanaan Pemilu ketiga pada
tanggal 4 Mei 1982. Hasilnya perolehan suara Golkar secara nasional meningkat. Golkar
gagal memperoleh kemenangan di Aceh tetapi di Jakarta dan Kalimantan Selatan Golkar
berhasil merebut kemenangan dari PPP. Golkar berhasil memperoleh tambahan 10 kursi
sementara PPP dan PDI kehilangan 5 kursi.
12. 12.  Pemilu 1987 • Pemilu tahun 1987 dilaksanakan pada tanggal 23 April 1987. Hasil dari
Pemilu 1987 adalah : • PPP memperoleh 61 kursi mengalami pengurangan 33 kursi
dibanding dengan pemilu 1982 hal ini dikarenakan adanya larangan penggunaan asas Islam
(pemerintah mewajibkan hanya ada satu asas tunggal yaitu Pancasila) dan diubahnya
lambang partai dari kabah menjadi bintang. • Sementara Golkar memperoleh tambahan 53
kursi sehingga menjadi 299 kursi. • PDI memperoleh kenaikan 40 kursi karena PDI berhasil
membentuk DPP PDI sebagai hasil kongres tahun 1986 oleh Menteri Dalam Negeri
Soepardjo Rustam.  Pemilu 1992 • Pemilu tahun 1992 diselenggarakan pada tanggal 9
Juni 1992 menunjukkan perubahan yang cukup mengagetkan. Hasilnya perolehan Golkar
menurun dari 299 kursi menjadi 282 kursi, sedangkan PPP memperoleh 62 kursi dan PDI
meningkat menjadi 56 kursi.
13. 13.  Pemilu 1997 • Pemilu keenam dilaksanakan pada 29 Mei 1997. Hasilnya: • Golkar
memperoleh suara mayoritas perolehan suara mencapai 74,51 % dengan perolehan kursi
325 kursi. • PPP mengalami peningkatan perolehan suara sebesar 5,43 % dengan
perolehan kursi 27 kursi. • PDI mengalami kemerosotan perolehan suara karena hanya
mendapat 11 kursi di DPR. Hal ini disebabkan karena adanya konflik internal dan terpecah
antara PDI Soerjadi dan PDI Megawati Soekarno Putri. Penyelenggaraan Pemilu yang
teratur selama Orde Baru menimbulkan kesan bahwa demokrasi di Indonesia sudah tercipta.
Apalagi pemilu itu berlangsung secara tertib dan dijiwai oleh asas LUBER(Langsung, Umum,
Bebas, dan Rahasia). Kenyataannya pemilu diarahkan pada kemenangan peserta tertentu
yaitu Golongan Karya (Golkar) yang selalu mencolok sejak pemilu 1971-1997. Kemenangan
Golkar yang selalu mendominasi tersebut sangat menguntungkan pemerintah dimana terjadi
perimbangan suara di MPR dan DPR. Perimbangan tersebut memungkinkan Suharto
menjadi Presiden Republik Indonesia selama enam periode pemilihan. Selain itu, setiap
Pertangungjawaban, Rancangan Undang-undang, dan usulan lainnya dari pemerintah selalu
mendapat persetujuan dari MPR dan DPR tanpa catatan.
14. 14. 4. Peran Ganda ABRI Guna menciptakan stabilitas politik maka pemerintah
menempatkan peran ganda bagi ABRI yaitu sebagai peran hankam dan sosial. Sehingga
peran ABRI dikenal dengan Dwifungsi ABRI. Dwifungsi adalah suatu doktrin di lingkungan
militer Indonesia yang menyebutkan bahwa TNI memiliki dua tugas, yaitu pertama menjaga
keamanan dan ketertiban negara dan kedua memegang kekuasaan dan mengatur negara.
Dengan peran ganda ini, militer diizinkan untuk memegang posisi di dalam Kedudukan TNI
dan Polri dalam pemerintahan adalah sama di lembaga MPR/DPR dan DPRD mereka
mendapat jatah kursi dengan pengangkatan. Pertimbangan pengangkatannya didasarkan
pada fungsi stabilisator dan dinamisator.
15. 15. 5. Pemasyarakatan P4 • Pada tanggal 12 April 1976, Presiden Suharto mengemukakan
gagasan mengenai pedoman untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila yaitu gagasan
Ekaprasetia Pancakarsa. Gagasan tersebut selanjutnya ditetapkan sebagai Ketetapan MPR
dalam sidang umum tahun 1978 mengenai “Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila” atau biasa dikenal sebagai P4. • Guna mendukung program Orde baru yaitu
Pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen maka sejak tahun 1978
diselenggarakan penataran P4 secara menyeluruh pada semua lapisan masyarakat. •
Tujuan dari penataran P4 adalah membentuk pemahaman yang sama mengenai demokrasi
Pancasila sehingga dengan pemahaman yang sama diharapkan persatuan dan kesatuan
nasional akan terbentuk dan terpelihara. Melalui penegasan tersebut maka opini rakyat akan
mengarah pada dukungan yang kuat terhadap pemerintah Orde Baru. • Pelaksanaan
Penataran P4 tersebut menunjukkan bahwa Pancasila telah dimanfaatkan oleh
pemerintahan Orde Baru. Hal ini tampak dengan adanya himbauan pemerintah pada tahun
1985 kepada semua organisasi untuk menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal.
Penataran P4 merupakan suatu bentuk indoktrinasi ideologi sehingga Pancasila menjadi
bagian dari sistem kepribadian, sistem budaya, dan sistem sosial masyarakat Indonesia.
16. 16. Penataan Politik Luar Negeri 1. Kembali menjadi anggota PBB 2. Pemulihan hubungan
dengan Singapura 3. Pemulihan hubungan dengan Malaysia 4. Pembentukan Organisasi
ASEAN
17. 17. 1. Kembali menjadi anggota PBB • Indonesia kembali menjadi anggota PBB dikarenakan
adanya desakan dari komisi bidang pertahanan keamanan dan luar negeri DPR GR
terhadap pemerintah Indonesia. Pada tanggal 3 Juni 1966 akhirnya disepakati bahwa
Indonesia harus kembali menjadi anggota PBB dan badan-badan internasional lainnya
dalam rangka menjawab kepentingan nasional yang semakin mendesak. Keputusan untuk
kembali ini dikarenakan Indonesia sadar bahwa ada banyak manfaat yang diperoleh
Indonesia selama menjadi anggota PBB pada tahun 1950-1964. Indonesia secara resmi
akhirnya kembali menjadi anggota PBB sejak tanggal 28 September 1966. • Kembalinya
Indonesia mendapat sambutan baik dari sejumlah negara Asia bahkan dari pihak PBB
sendiri hal ini ditunjukkan dengan ditunjuknya Adam Malik sebagai Ketua Majelis Umum
PBB untuk masa sidang tahun 1974. Kembalinya Indonesia menjadi anggota PBB
dilanjutkan dengan tindakan pemulihan hubungan dengan sejumlah negara seperti India,
Filipina, Thailand, Australia, dan sejumlah negara lainnya yang sempat remggang akibat
politik konfrontasi Orde Lama.
18. 18. 2. Pemulihan Hubungan Dengan Singapura Sebelum pemulihan hubungan dengan
Malaysia Indonesia telah memulihkan hubungan dengan Singapura dengan perantaraan
Habibur Rachman (Dubes Pakistan untuk Myanmar). Pemerintah Indonesia menyampikan
nota pengakuan terhadap Republik Singapura pada tanggal 2 Juni 1966 yang disampikan
pada Perdana Menteri Lee Kuan Yew. Akhirnya pemerintah Singapurapun menyampikan
nota jawaban kesediaan untuk mengadakan hubungan diplomatic.
19. 19. 3.Pemulihan Hubungan dengan Malaysia • Indonesia segera memulihkan hubungan
dengan Malaysia yang sejak 1964 terputus. Normalisasi hubungan Indonesia dan Malaysia
dimulai dengan diadakan perundingan di Bangkok pada 29 Mei-1 Juni 1966 yang
menghasilkan perjanjian Bangkok, yang berisi: I. Rakyat Sabah dan Serawak diberi
kesempatan menegaskan kembali keputusan yang telah mereka ambil mengenai kedudukan
mereka dalam Federasi Malaysia. II. Pemerintah kedua belah pihak menyetujui pemulihan
hubungan diplomatik. III. Tindakan permusuhan antara kedua belah pihak akan dihentikan.
Peresmian persetujuan pemulihan hubungan Indonesia-Malaysia oleh Adam Malik dan Tun
Abdul Razak dilakukan di Jakarta tanggal 11 agustus 1966 dan ditandatangani persetujuan
Jakarta (Jakarta Accord). Hal ini dilanjutkan dengan penempatan perwakilan pemerintahan
di masing-masing negara..
20. 20. 4. Pembentukan Organisasi ASEAN Association of Southeast Asian Nations atau
Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau dikenal ASEAN. ASEAN merupakan
organisasi regional yang dibentuk atas prakarsa lima menteri luar negeri negara-negara di
kawasan Asia tenggara. Kelima menteri Luar negeri tersebut adalah : 1. Narsisco Ramos
dari Filipina 2. Adam Malik dari Indonesia 3. Thanat homan dari Thailand 4. Tun Abdul
Razak dari Malaysia 5. S. Rajaratnam dari Singapura Penandatanganan naskah
pembentukan ASEAN dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 1967 di bangkok sehingga
naskah pembentukan ASEAN itu disebut Deklarasi Bangkok.
21. 21. Kehidupan Ekonomi Masa Orde Baru Struktur perekonomian Indonesia pada tahun
1950-1965 dalam keadaan kritis. Pada masa Demokrasi Terpimpin, negara bersama aparat
ekonominya mendominasi seluruh kegiatan ekonomi sehingga mematikan potensi dan
kreasi unit-unit ekonomi swasta. Sehingga, pada permulaan Orde Baru program pemerintah
berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi nasional terutama pada usaha
mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan
pokok rakyat. Tindakan pemerintah ini dilakukan karena adanya kenaikan harga pada awal
tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih 650 % setahun. Hal itu menjadi
penyebab kurang lancarnya program pembangunan yang telah direncanakan pemerintah.
Secara garis besar, upaya pemulihan struktur perekonomian dan pembangunan pada masa
orde baru, pemerintah menempuh cara sebagai berikut : 1) Stabilisasi dan Rehabilitasi
Ekonomi 2) Kerja Sama Luar Negeri 3) Pembangunan Nasional
22. 22. Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi Untuk mengatasi keadaan ekonomi yang kacau
sebagai peninggalan pemerintah Orde Lama, pemerintah Orde Baru melakukan langkah-
langkah: • Memperbaharui kebijakan ekonomi, keuangan, dan pembangunan. Kebijakan ini
didasari oleh Ketetapan MPRS No. XXIII/MPRS/1966. • MPRS mengeluarkan garis program
pembangunan, yakni program penyelamatan, program stabilisasi dan rehabilitasi. Yang
dimaksud dengan stabilisasi ekonomi berarti mengendalikan inflasi agar harga barang-
barang tidak melonjak terus. Dan rehabilitasi ekonomi adalah perbaikan secara fisik sarana
dan prasarana ekonomi. Hakikat dari kebijakan ini adalah pembinaan sistem ekonomi
berencana yang menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi ke arah terwujudnya
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
23. 23. Langkah-langkah yang diambil Kabinet Ampera yang mengacu pada Ketetapan MPRS
tersebut adalah: a) Mendobrak kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang
menyebabkan kemacetan. Adapun yang menyebabkan terjadinya kemacetan ekonomi
tersebut adalah: • Rendahnya penerimaan negara. • Tinggi dan tidak efisiennya pengeluaran
negara. • Terlalu banyak dan tidak efisiennya ekspansi kredit bank. • Terlalu banyak
tunggakan hutang luar negeri. • Penggunaan devisa bagi impor yang sering kurang
berorientasi pada kebutuhan prasarana. b. Debirokrasi untuk memperlancar kegiatan
perekonomian. c. Berorientasi pada kepentingan produsen kecil. Untuk melaksanakan
langkah-langkah penyelamatan tersebut, maka pemerintah Orde Baru menempuh cara-
cara : 1. Mengadakan operasi pajak 2. Melaksanakan sistem pemungutan pajak baru, baik
bagi pendapatan perorangan maupun kekayaan dengan cara menghitung pajak sendiri dan
menghitung pajak orang. 3. Menghemat pengeluaran pemerintah (pengeluaran konsumtif
dan rutin), serta menghapuskan subsidi bagi perusahaan Negara. 4. Membatasi kredit bank
dan menghapuskan kredit impor.
24. 24. Kerja sama Luar Negeri Pertemuan Tokyo • Orde Lama mewariskan utang luar negeri
yang sangat besar yakni mencapai 2,2-2,7 miliar, sehingga pemerintah Orde Baru meminta
negara-negara kreditor untuk dapat menunda pembayaran kembali utang Indonesia. • Pada
tanggal 19-20 September 1966 pemerintah Indonesia mengadakan perundingan dengan
negara- negara kreditor di Tokyo.
25. 25. • Pemerintah Indonesia akan melakukan usaha bahwa devisa ekspor yang diperoleh
Indonesia akan digunakan untuk membayar utang yang selanjutnya akan dipakai untuk
mengimpor bahan-bahan baku. Hal ini mendapat tanggapan baik dari negara-negara
kreditor. Perundinganpun dilanjutkan di Paris, Perancis dan dicapai kesepakatan sebagai
berikut : 1. Pembayaran hutang pokok dilaksanakan selama 30 tahun, dari tahun 1970
sampai dengan 1999. 2. Pembayaran dilaksanakan secara angsuran, dengan angsuran
tahunan yang sama besarnya. 3. Selama waktu pengangsuran tidak dikenakan bunga. 4.
Pembayaran hutang dilaksanakan atas dasar prinsip nondiskriminatif, baik terhadap negara
kreditor maupun terhadap sifat atau tujuan kredit.
26. 26. Pertemuan Amsterdam • Pada tanggal 23-24 Februari 1967 diadakan perundingan di
Amsterdam, Belanda yang bertujuan membicarakan kebutuhan Indonesia akan bantuan luar
negeri serta kemungkinan pemberian bantuan dengan syarat lunas, yang selanjutnya
dikenal dengan IGGI (Intergovernmental Group for Indonesia). • Pemerintah Indonesia
mengambil langkah tersebut untuk memenuhi kebutuhannya guna pelaksanaan program-
program stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi serta persiapan-persiapan pembangunan. • Di
samping mengusahakan bantuan luar negeri tersebut, pemerintah juga berusaha dan telah
berhasil mengadakan penangguhan serta memperingan syarat- syarat pembayaran kembali
(rescheduling) hutang- hutang peninggalan Orde Lama.
27. 27. Pembangunan Nasional Tujuan Pembangunan nasional adalah menciptakan
masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Pelaksanaannya pembangunan nasional dilakukan secara
bertahap yaitu: 1) Jangka panjang mencakup periode 25 sampai 30 tahun 2) Jangka pendek
mencakup periode 5 tahun (Pelita/Pembangunan Lima Tahun), merupakan jabaran lebih
rinci dari pembangunan jangka panjang sehingga tiap pelita akan selalu saling
berkaitan/berkesinambungan. Pelaksanaan Pembangunan Nasional yang dilaksanakan
pemerintah Orde Baru berpedoman pada Trilogi Pembangunan dan Delapan jalur
Pemerataan. Inti dari kedua pedoman tersebut adalah kesejahteraan bagi semua lapisan
masyarakat dalam suasana politik dan ekonomi yang stabil. Isi Trilogi Pembangunan
adalah :  Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya
keadilan sosial bagi seluruh rakyat.  Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.  Stabilitas
nasional yang sehat dan dinamis.
28. 28. Selama masa Orde Baru terdapat 6 Pelita, yaitu : 1) Pelita I (1 April 1969 hingga 31
Maret 1974)  Menitik beratkan pada sektor pertanian dan industri yang mendukung sektor
pertanian.  Tujuannya adalah untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus
meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan dalam tahap berikutnya dengan sasaran dalam
bidang Pangan, Sandang, Perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan
kerja, dan kesejahteraan rohani. 2) Pelita II (1 April 1974 hingga 31 Maret 1979.)  Menitik
beratkan pada sektor pertanian dengan meningkatkan insdutri yang mengolah bahan
mentah menjadi bahan baku.  Sasaran utamanya adalah tersedianya pangan,
sandang,perumahan, sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat dan memperluas
kesempatan kerja.  pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7% per tahun. Pada awal
pemerintahan Orde Baru laju inflasi mencapai 60% dan pada akhir Pelita I laju inflasi turun
menjadi 47%. Selanjutnya pada tahun keempat Pelita II, inflasi turun menjadi 9,5%. 3) Pelita
III (1 April 1979 hingga 31 Maret 1984.)  Menitikberatkan pada sektor pertanian menuju
swasembada pangan dan meningkatkan industri yang mengolah bahan baku menjadi
barang jadi.
29. 29. 4) Pelita IV (1 April 1984 hingga 31 Maret 1989.)  Titik beratnya adalah sektor pertanian
menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin
industri sendiri.  Terjadi resesi pada awal tahun 1980 yang berpengaruh terhadap
perekonomian Indonesia. Pemerintah akhirnya mengeluarkan kebijakan moneter dan fiskal
sehingga kelangsungan pembangunan ekonomi dapat dipertahankan. 5) Pelita V (1 April
1989 hingga 31 Maret 1994.)  Titik beratnya pada sektor pertanian dan industri. 
Indonesia memiki kondisi ekonomi yang cukup baik dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata
6,8 % per tahun. 6) Pelita VI (1 April 1994 hingga 31 Maret 1999.)  Titik beratnya masih
pada pembangunan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian
serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai
pendukungnya.  Sektor ekonomi dipandang sebagai penggerak utama pembangunan.
Pembangunan nasional Indonesia dari pelita ke pelita berikutnya terus mengalami
peningkatan keberhasilan pembangunan.  Pada periode ini terjadi krisis moneter yang
melanda negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis moneter dan
peristiwa politik dalam negeri yang mengganggu perekonomian menyebabkan rezim Orde
Baru runtuh.
30. 30. Kondisi Keamanan pada masa Orde Baru Kondisi keamanan yang terjadi di permulaan
awal Orde baru sangat kacau dan sulit dikendalikan. banyaknya aksi demonstran yang
sampai menewaskan seorang mahasiswa. Keadaan kembali membaik setelah presiden
soeharto menumpas pki yang menjadi ancaman keamanan nasional. pada zaman orde baru
jarang ditemukan demo. Karena siapa saja yang berani menentang oeharto akan menerima
hukuman yang berat.
31. 31. kopkamtib • Presiden Soeharto menggunakan kopkamtib untuk memelihara dan
meningkatkan stabilitas keamanan dan ketertiban di dalam rangka mewujudkan stabilitas
nasional sebagai syarat mutlak bagi berhasilnya pelaksanaan Repelita pada khususnya dan
pembangunan jangka panjang pada umumnya. • Selama 23 tahun dari pemerintahan Orde
Baru, Kopkamtib telah menjadi gugus tugas pemerintah militer untuk melaksanakan kegiatan
keamanan dan intelejen. Lewat serangkaian kegiatan tersebut, Kopkamtib dapat
menggunakan seluruh aset dan personalia pemerintahan sipil di Indonesia demi
kepentingan apa yang disebut pemerintah Orde Baru sebagai mempertahankan
pelaksanaan pembangunan yang berdasarkan Pancasila dan UU 1945.
32. 32. Bakorstanas • Tahun 1988, Presiden Soeharto membubarkan lembaga ini (kopkamtib)
dan menggantikannya dengan Badan Koordinasi Bantuan Pemantapan Stabilitas Nasional
(Bakorstanas). Bakorstanas bertujuan memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan
stabilitas nasional, juga bertindak sebagai penasehat dan dikepalai oleh Panglim ABRI yang
langsung melapor kepada presiden. Walaupun begitu hampir seluruh staf Kopkamtib dan
seluruh peran yang dimainkan oleh organisasi terdahulu juga dilakukan oleh Lembaga baru
ini.

Peristiwa-peristiwa penting menjelang akhir orde baru yang kemudian beralih ke orde reformasi.

KOMPAS.com- Orde Baru merupakan era pemerintahan yang berada di kepemimpinan Presiden
Soeharto. Era tersebut berlangsung selama 32 tahun, untuk menggantikan masa pemerintahan
Soekarno pada Era Orde Lama. Tujuan Orde Baru dibentuk yaitu untuk menata kembali kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berlandaskan Pancasila serta UUD 1945. Dilansir
dalam buku Berguru Kepada Bapak Bangsa (1999) karya Ahmad Fathoni dkk, berikut beberapa
peristiwa penting di Era Orde Baru: Tri Tuntutan Rakyat Sikap pemerintah yang dinilai tidak tegas
terhadap PKI karena telah melakukan pengkhianatan terhadap negara menjadi salah satu pemicu
timbulnya Tri Tuntutan Rakyat (Tritura). Selain itu, melemahnya ekonomi Indonesia semakin
mendorong Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dan Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar
Indonesia (KAPPI) pada tanggal 10 Januari 1966 membuat aksi Tiga Tuntutan Hati Nurani Rakyat
yang dikenal Tritura tersebut. Baca juga: Mati Sejak Orde Baru, Rel Cibatu-Garut Kini Bisa Dilintasi
Kereta Api Isi Tritura sebagai berikut: Pembubaran PKI Pembersihan kabinet dari unsur-unsur G30
S/PKI Penurunan harga dan perbaikan ekonomi Supersemar Surat Perintah Sebelas Maret atau
dikenal dengan Supersemar adalah surat perintah yang ditandatangani oleh Presiden Republik
Indonesia Soekarno pada 11 Maret 1966. Surat ini berisi perintah yang menginstruksikan Soeharto,
di mana saat itu selaku Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib)
untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk mengatasi situasi keamanan yang
buruk pada saat itu. Sidang Umum MPRS MPRS menyelenggarakan sidang umum keempat pada
17 Juni 1966 yang menghasilkan beberapa ketetapan, sebagai berikut: Ketetapan MPRS No IX
tentang Pengukuhan Surat Perintah Sebelas Maret Ketetapan MPRS No XXV tentang Pembubaran
PKI dan ormas-ormasnya serta larangan untuk menyebarkan ajaran Marxisme dan Komunisme di
Indonesia. Ketetapan MPRS No XXIII tentang pembaruan untuk landasan kebijakan ekonomi,
keuangan, dan pembangunan. Ketetapan MPRS No XIII tentang pembentukan Kabinet Ampera
yang ditugaskan kepada Pengemban Tap MPRS No IX Nawaksara Nawaksara merupakan pidato
pertanggungjawaban Presiden Soekarno pada Sidang Umum MPRS 1966 atas pemberontakan
G30S PKI. Serta kemerosotan ekonomi dan moral bangsa. Pada 22 Juni 1966 Presiden Soekarno
menyampaikan amanat yang diberi judul Nawaksara atau Sembilan Pasal. Baca juga: Komnas
HAM: Dewan Keamanan Nasional Mirip Kopkamtib di Rezim Orba Namun hal itu dianggap kurang
memenuhi harapan rakyat. Sehingga pada 22 Februari 1967, Presiden Soekarno menyerahkan
kekuasaan kepada pengembangan Ketetapan MPRS No IX, yaitu Jenderal Soeharto. Pemilihan
Umum (Pemilu) Pemilu pada 3 Juli 1971 menjadi Pemilu pertama pada masa Orde Baru. Pemilu
tersebut diikuti 10 parta politik. Partai tersebut di antaranya NU, PKRI, Parkindo, Murba, PNI,
Golkar, dan IPKI. Golkar menjadi partai pemenang pemilu pertama Orde Baru. Kemudian Pemilu
tersebut berlanjut pada tahun 1977, 1982, 1987, 1992, 1997. Namun pada tahun 1977-1997 hanya
ada tiga partai, yaitu Golongan Karya (Golkar), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai
Demokrasi Indonesia (PDI). Peristiwa Malari 1974 Malapetaka Lima Belas Januari (Malari) terjadi
pada tanggal 15 Januari 1974 di masa Orde Baru. Berawal dari gerakan demonstari mahasiswa
yang berkembang menjadi peristiwa kerusuhan sosial. Demonstrasi tersebut menyeruakan kritik
mengenai kebijakan ekonomi pemerintahan Presiden Soeharto yang dianggap terlalu berpihak
kepada investor asing.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Peristiwa Penting Era Orde Baru", Klik untuk
baca: https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/10/130000869/peristiwa-penting-era-orde-baru.
Penulis : Serafica Gischa
Editor : Serafica Gischa

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:


Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L

Kerusuhan 1998 Lihat Foto Ilustrasi: Kerusuhan Mei 1998(ARBAIN RAMBEY) Tahun tersebut
menjadi momen yang tidak bisa dilupakan. Berawal dari kerusuhan Medan yang menjadi kota
pertama mencetuskan api reformasi. Sehingga mengalami kerusakan dan melumpuhkan kota.
Kemudian tragedi Gejayan, Yogyakarta. Di mana secara serentak sejumlah daerah seperti
Surakarta, Bandung, dan Medan termasuk Jakarta menyuarakan tuntukan reformasi dan penurunan
Soeharto sebagai presiden. Kejadian tersebut dilakukan di depan kampus Trisakti pada 12 Mei 1998
yang mendapatkan perlawanan dari TNI dan Polri. Sehingga menewaskan empat mahasiswa
Trisakti. Seiring dengan kerusuhan tersebut juga terjadi penjarahan dan pembakaran kios yang
dimiliki oleh etnis Tionghoa. Baca juga: Saling Tantang Wiranto-Kivlan Zen dan Momentum
Penuntasan Kasus Kerusuhan 1998 Bahkan banyak orang hilang dan tewas dalam kerusuhan Mei
1998 yang sampai saat ini belum diketahui keberadaannya. Pada pada masa Orde Baru terdapat
peristiwa penting dari kebijakan politiknya yang berlangsung hingga sekarang. Beberapa di
antaranya: Pemulihan hubungan dengan Malaysia pada 11 Agustus 1966 Hubungan diplomatik
tingkat Keduataan Besar pada 31 Agustus 1967 Kembali menjadi anggota PBB pada 28 September
1966 Bekerja sama dengan ASEAN pada 8 Agustus 1967

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Peristiwa Penting Era Orde Baru", Klik untuk
baca: https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/10/130000869/peristiwa-penting-era-orde-baru?
page=2.
Penulis : Serafica Gischa
Editor : Serafica Gischa

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:


Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
1. Masa Pemerintahan B.J. Habibie

Presiden ketiga Republik Indonesia ini hanya menjabat sebentar lho, Ia menjabat


selama 1 tahun 5 bulan. Kok sebentar banget? Soalnya nih, bapak presiden kita yang
terkenal dengan kejeniusannya ini, pada saat itu dianggap sebagai perpanjangan
tangan rezim orde baru. Jadi, rakyat menuntut Habibie untuk segera melakukan
pemilihan umum Squad.

Meskipun sebentar, kepemimpinan Pak Habibie keren banget lho. Bayangin deh, dalam


waktu singkat pemerintahannya berhasil menyelamatkan krisis moneter yang terjadi
pada masa orde baru. Dan pemerintahannya membentuk kabinet reformasi
pembangunan. Kemudian menelurkan beberapa kebijakan di bidang politik dan
ekonomi.

Nah, berikut inilah upaya-upaya bidang politik yang dilakukan oleh pemerintahan


Habibie:

 Mengganti 5 paket undang-undang dan 3 di antaranya diubah agar lebih


demokratis
 Kebebasan rakyat dalam menyalurkan aspirasi
 Melakukan pencabutan terhadap pembredelan pers
 Jejak pendapat wilayah Timor-timur
 Memberikan abolisi (Hak kepala Negara untuk menghapuskan hak tuntutan
pidana) kepada 18 tahanan dan narapidana politik (orang-orang yang pernah
mengkritik presiden).
 Pengurangan jumlah anggota ABRI di MPR, dari 75 orang menjadi 38 orang.
 Polri memisahkan diri dari ABRI menjadi Kepolisian RI. Istilah ABRI berubah
menjadi TNI.

Selain upaya dalam bidang politik, ada juga upaya yang dilakukan dalam bidang
ekonomi, di antarnya:

 merekapitulasi perbankan dan menurunkan inflasi,


 merekonstruksi perekonomian nasional,
 melikuidasi bank-bank bermasalah,
 membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional
 menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga dibawah Rp 10.000,-
 mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang larangan praktik monopoli atau
persaingan tidak sehat
 mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen

Baca Juga: Kehidupan Politik dan Ekonomi Masa Orde Baru


2. Masa Pemerintahan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

Kamu tahu kan kalau Gus Dur itu adalah presiden RI ke-4? Tahu dong harusnya. Nah
Gus Dur menjabat mulai dari tahun 1999 sampai 2001. Terpilihnya Gus Dur sebagai
presiden tidak terlepas lho dari peran MPR yang pada saat itu menolak laporan
pertanggungjawaban Presiden Habibie. Akhirnya, Gus Dur terpilih deh jadi presiden
melalui dukungan partai-partai islam yang menjadi poros tengah. Sedangkan wakilnya,
dimenangkan oleh Megawati Soekarnoputri yang berhasil mengalahkan Hamzah Haz.
Kemudian dilantik pada 21 Oktober 1999.

Setelah menjabat, pemerintahan Presiden Gus Dur mengelurkan beberapa kebijakan


politik, beberapa di antarnya adalah:

 Departemen Penerangan dibubarkan, dianggap mengganggu kebebasan pers.


 Departemen Sosial dibubarkan, dianggap sebagai sarang korupsi.
 Menyetujui penggantian nama Irian Jaya menjadi Papua pada akhir Desember
1999.
 Masyarakat etnis Tionghoa diperbolehkan untuk beribadah dan merayakan tahun
baru imlek.
 Diumumkannya nama-nama menteri Kabinet Persatuan Nasional yang terlibat
KKN.
 Pencabutan peraturan mengenai larangan terhadap PKI dan penyebaran
Marxisme dan Leninisme.
 Membekukan MPR dan DPR.

Pada masa pemerintahan Gus Dur, kondisi perekonomian Indonesia mulai membaik nih
dibandingkan era sebelumnya. Misalnya nih, laju pertumbuhan PDB (nilai pasar semua
barang dan jasa yang diproduksi negara) mulai positif, laju pertumbuhan ekonomi yang
hampir mencapai 5% membuat Indonesia menuju pemulihan perekonomiannya.

Tapi Squad, ternyata banyak lho pihak yang tidak senang dengan beberapa kebijakan
yang dikeluarkan oleh Gus Dur. Banyak yang menganggap kebijakan Gus Dur terlalu
sering menuai kontroversi. Hingga mengakibatkan kredibilitas Gus Dur perlahan-lahan
menurun.

Nah oleh sebab itu, kepemimpinan Gus Dur tidak berlangsung lama. Ia harus mundur
dari jabatannya pada 23 Juli 2001. Puncak jatuhnya itu ketika MPR yang saat itu
dipimpin oleh Amin Rais, atas usulan DPR mempercepat sidang istimewa MPR. MPR
menilai Presiden Gus Dur melanggar Tap. No. VII/MPR/2000 dan atas kebijakan-
kebijakannya yang kontroversial. Setelah Gus Dur lengser, kemudian jabatan presiden
digantikan oleh wakilnya, yaitu Megawati Soekarnoputri.

Sejak saat itu, pemilihan presiden kemudian dilakukan setiap 5 tahun sekali Squad.
Setelah Megawati selesai menjabat, terpilihlah Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY)
dengan menjabat selama 2 periode. Setelah SBY selesai menjabat, selanjutnya adalah
Joko Widodo (Jokowi) yang sampai hari ini masih menjabat sebagai Presiden Republik
Indonesia.
Kamu mau tahu seperti apa kehidupan politik dan ekonomi masa reformasi pada saat
pemerintahan Megawati, SBY, dan Jokowi? Kamu tinggal download aplikasi
ruangguru, kemudian kamu berlangganan ruangbelajar deh! Nanti kamu akan
mendapat jawabannya.

Anda mungkin juga menyukai