Anda di halaman 1dari 3

Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemeratan Pembangunan

Situasi politik Indonesia pada akhir Orde Lama jauh dari kata stabil. Selain itu, Indonesia pada saat itu
mengalami keterpurukan ekonomi akibat hiperinflasi yang terjadi pada tahun 1963-1965. Angka inflasi
yang terjadi pada era tersebut bahkan mencapai 600 persen.

Oleh karena itu, setelah situasi politik kembali stabil pada era Orde Baru, pemerintahan Soeharto
membuat berbagai kebijakan yang fokusnya adalah pembangunan nasional. Pada era ini, pembangunan
nasional menjadi salah satu fokus utama. Hal ini membuat Orde Baru memiliki pendapatan per kapita
yang meningkat dibanding Orde Lama.

Di awal pemerintahan Orde Baru, Soeharto memfokuskan pemerintahannya dalam kebijakan ekonomi
dan pembangunan. Soalnya, di akhir masa Orde Lama dulu, kondisi ekonomi Indonesia lagi buruk-
buruknya. Inflasi Indonesia saat itu mencapai 650% dan membuat harga kebutuhan pokok melonjak.
Belum lagi utang luar negeri yang menumpuk.

Oleh karena itu, setelah situasi politik kembali stabil pada era Orde Baru, pemerintahan Soeharto
membuat berbagai kebijakan yang fokusnya adalah pembangunan nasional. Pada era ini, pembangunan
nasional menjadi salah satu fokus utama. Hal ini membuat Orde Baru memiliki pendapatan per kapita
yang meningkat dibanding Orde Lama.

Konsep trilogi pembangunan adalah sebuah pedoman bagi pemerintah Orde Baru dalam menentukan
berbagai kebijakannya, entah itu di bidang sosial, ekonomi, atau pun politik. Jadi, konsep ini berlaku
bukan hanya dalam ranah ekonomi.

Untuk mengatasi permasalahan ini, pemerintahan Orde Baru membentuk Trilogi Pembangunan yang
isinya;

Trilogi Pembangunan adalah wacana pembangunan nasional yang dicanangkan oleh pemerintahan orde
baru di Indonesia dalam sebagai landasan penentuan kebijakan politik, ekonomi, dan sosial dalam
melaksanakan pembangunan negara

adapun isi dan konsep dari trilogi pembangunan ;

-Pemerataan Pembangunan

Pertumbuhan ekonomi

-Stabilitas ekonomi
Walaupun konsep tersebut cenderung punya tujuan untuk membangun perekonomian Indonesia, tetapi
tiga hal tersebut juga dijadikan acuan atau pedoman di bidang lainnya, yaitu sosial dan politik.

jika kita lihat poin pertama, yaitu pemerataan pembangunan, hal ini berarti pembangunan tidak hanya
berpusat di Pulau Jawa saja. Kalau kalian udah belajar tentang Orde Baru sebelumnya, tentu kalian tahu
kalau justru kekurangan dari Orde Baru adalah pembangunan yang tidak merata.

Pembangunan di wilayah timur Indonesia adalah sebuah agenda pembangunan yang tidak hanya
bertujuan dalam bidang ekonomi saja, tetapi juga sosial dan politik. Pembangunan pada wilayah ini
bertujuan untuk meraih sumber daya alam dan sebagai wadah untuk mengawasi pergerakan-
pergerakan yang kiranya mengancam stabilitas negara. Contohnya gerakan pemberontakan.

Selanjutnya, upaya pemerintahan era Orde Baru dalam pemerataan pembangunan, juga bertujuan
untuk meraih pertumbuhan ekonomi dan stabilitas ekonomi. Salah satu poin utama dari stabilitas
ekonomi adalah upaya untuk mengendalikan angka inflasi, sehingga hal yang serupa terjadi era Orde
Lama dapat dicegah.

Selain itu, pemerataan pembangunan juga berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, yang dapat terlihat
dari meningkatnya pendapatan per kapita era Orde Baru.

kebijakan era Orde Baru di bidang pembangunan, bisa dilihat lewat pembangunan jangka pendek dan
pembangunan jangka panjang. Kalau jangka pendek, biasa disebut sebagai pembangunan lima tahun
(Pelita) dan pembangunan jangka panjang dilaksanakan selama 25-30 tahun.

Dalam melaksanakan pembangunan jangka jangka pendek dan pembangunan jangka panjang ini, Orde
Baru berpedoman dengan trilogi pembangunan.

Untuk mengatasi permasalahan ini, pemerintahan Orde Baru membentuk Trilogi Pembangunan yang
isinya:

Masalah inflasi dan utang luar negeri diselesaikan dengan menyusun APBN yang berimbang. Pemerintah
Orde Baru juga melakukan pinjaman luar negeri untuk mengatasi melonjaknya harga kebutuhan pokok.

Sementara itu, stabilitas nasional dicapai dengan membentuk delapan jalur pemerataan pembangunan,
yaitu:

-Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, terutama pangan, sandang, dan perumahan

-Pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan pelayanan keselamatan

-Pemerataan pembagian pendapatan

-Pemerataan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan

-Pemerataan kesempatan untuk menjalankan usaha


-Pemerataan kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan, terutama bagi generasi muda dan
kaum wanita

-Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah Indonesia

-Pemerataan kesempatan untuk memperoleh keadilan

Agar delapan jalur pemerataan pembangunan di atas tercapai, Soeharto membuat kebijakan ekonomi
dan pembangunan yang disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Kebijakan ini berjalan
selama enam kali sebelum Soeharto digantikan oleh B. J. Habibie

Kontroversi

Pencanangan trilogi pembangunan ini menuai kontroversi sebab pada pelaksanaannya berakibat hal-hal
berikut:

-Pelaksanaan stabilitas politik berproduksi regulasi dimana diterbitkan sejumlah peraturan yang
berakibat pengendalian pers dan pengendalian tingkah laku yang dibuat mahasiswa. Dalam hal
prosedural diterbitkan Undang-Undang tentang Organisasi Massa dan Undang Undang Partai Politik

-Pertumbuhan ekonomi berproduksi penanaman modal asing yang berakibat hutang luar negeri.
Serbuan para investor asing ini kesudahan melambat saat terjadi jatuhnya harga minyak dunia, yang
mana selanjutnya dirangsang ekstra melalui kebijakan deregulasi (liberalisasi) pada tahun 1983-1988.
Tanpa disadari, kebijakan penarikan investor yang sangat liberal ini berakibat undang-undang Indonesia
yang mengatur aliran modal menjadi yang sangat liberal di lingkup dunia internasional. Namun
kebijakan yang sama juga berproduksi intensifikasi pertanian di kalangan petani.

-Dalam pemerataan hasil, pelaksanaannya membuka jalur-jalur distributif seperti kredit usaha tani dan
mitra pengusaha akbar dan kecil seperti (bapak asuh).

Anda mungkin juga menyukai