Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN PENELITIAN

BASELINE STUDY ON SOCIO ECONOMIC IMPACT


OF GOLD MINING OPERATION IN POHUWATO,
GORONTALO
Analisa (Potret) Kondisi Sosial Ekonomi Pertambangan
Emas di Kecamatan Buntulia, Kabupaten Pohuwato
Provinsi Gorontalo

Dilaksanakan oleh PT MakkiMakki untuk PT Bahtera


Ratu Engineering
Mei-Juli 2022
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ................................................................. i


Daftar isi ................................................................. ii

I. PENDAHULUAN ................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................. 1
1.2. Urgensi Penelitian ................................................................. 7
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................. 7

II. METODE PENELITIAN ................................................................. 9


2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 9
2.2. Metode dan Pendekatan Penelitian ............................................ 9
2.3. Teknik Pengumpulan dan Jenis Data Penelitian ........................ 11
2.4. Teknik Analisis Data ................................................................. 16
2.5. Kalender Kegiatan Lapangan ..................................................... 18

III. HASIL PENELITIAN ................................................................. 20


3.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 20
3.2. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Pohuwato ............................. 24
3.3. Arah Kebijakan Keuangan Daerah ............................................ 27
3.4. Proyeksi Pendapatan ................................................................. 28
3.5. Proyeksi Belanja Daerah ............................................................ 31
3.6. Proyeksi Pembiayaan Desa ........................................................ 34

IV. DISKUSI ................................................................. 36


4.1. Karakter Sosial Masyarakat Buntulia Kabupaten Pohuwato ...... 36
4.2. Dampak Sektor Pertambangan Bagi Kehidupan
Ekonomi Masyarakat ................................................................. 37
4.3. Ketimpangan Sosial Masyarakat Sekitar Tambang ................... 46

V. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 52


5.1. Kesimpulan ................................................................. 52
5.2. Saran dan Rekomendasi ............................................................. 55

VI. DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 64

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Page ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Metode Pengumpulan dan Jenis Data ................................................... 12


Tabel 2.2. Informan Kunci dan Informasi yang digali ......................................... 15
Tabel 2.3. Jadwal Kegiatan .................................................................... 18
Tabel 3.1. Perkembangan, Target dan Proyeksi Ekonomi Kabupaten Pohuwato . 26
Tabel 3.2. Realisasi dan Target Pendapatan Daerah Kabupaten Pohuwato
Menurut Jenis Pendapatan (Ribu Rp) Tahun 2020 – 2022................... 28
Tabel 3.3. Proyeksi/ Target Pendapatan Daerah Kabupaten Pohuwato
Tahun Anggaran 2023 .................................................................... 30
Tabel 3.4. Realiasi dan Target Belanja Kabupaten Pohuwato 2020 – 2022 ......... 31
Tabel 3.5. Proyeksi Belanja Daerah Kabupaten Pohuwato
Tahun Anggaran 2022-2024 ................................................................ 33
Tabel 3.6 Realisasi Pembiayaan Kabupaten Pohuwato Tahun Anggaran 2021 ... 34

Page iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Wilayah Kabupaten Pohuwato ...................................................... 20

Page iv
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertambangan merupakan salah satu sektor yang kegiatan ekonominya

sangat menjanjikan, namun dampak negatifnya juga cukup meresahkan. Diskursus

perihal dampak dari sektor pertambangan memang sampai saat ini masih menjadi

domain yang tidak pernah selesai dibahas dalam berbagai diskusi maupun riset-

riset ilmiah. Hal demikian disebabkan oleh adanya dampak yang ditimbulkan dari

aktivitas pertambangan tersebut. Diskursus terkait pertambangan seringkali

melahirkan dilema, dimana aktivitas sektor pertambangan memiliki dampak

positif terhadap perekonomian, di lain sisi sektor pertambangan berdampak besar

terhadap rusaknya lingkungan dan ketimpangan ekonomi. Pada konteks ini,

hadirnya industri pertambangan menuai banyak protes dari berbagai pihak

terutama masyarakat lokal dan NGOs.

Aktivitas sektor pertambangan di beberapa negara berkembang termasuk

Indonesia, masih merupakan aktivitas ekonomi utama yang memiliki peranan

penting dalam keberlanjutan pembangunan ekonomi, termasuk juga membuka

peluang besar terhadap investasi dan penyerapan tenaga kerja. Di sisi lain, sektor

pertambangan juga memiliki dampak negatif yang cukup besar terutama aktivitas

pertambangan yang tidak memiliki izin. Beberapa dampak negatif yang

ditimbulkan dari aktivitas pertambangan yakni, kerusakan lingkungan,

ketimpangan sosial ekonomi, hilangnya mata pencaharian masyarakat lokal,

hingga dampak terhadap kesehatan masyarakat, dampak limbah beracun juga turut

merusak ekosistem pertanian khususnya pasokan air dari hulu ke hilir yang

Page 1
menjadi aspek penting irigasi dan ketahanan vegetasi serta daerah aliran sungai.

Sektor pertanian ini adalah sektor tradisional masyarakat sekitar tambang yang

karena daya dukungnya rusak, maka para petani, peternak, pengebun dan lain-lain

lambat laut merambah hutan dan membuka tambang secara tidak bertanggung

jawab. Didukung oleh pihak-pihak pemilik modal atau cukong yang

memanfaatkan kondisi masyarakat ekonomi lemah untuk dieksploitasi” menjadi

pekerja tambang yang umumnya tanpa izin. Dampak negatif dan eksploitasi buruh

ini yang kemudian sering melahirkan ‘ketakutan’ pada sebagian masyarakat lokal,

sehingga tidak sedikit aktivitas pertambangan mendapatkan penolakan dari

berbagai pihak terutama masyarakat lokal dan NGOs (Kitula, 2006; Owen and

Camp, 2013; Idris (2013); Nelli Setiana dan Sofyan Syahnur, 2018; Böhling K.

et.al, 2019; United Nations Environment Programme, 2020).

Diskursus terkait sektor pertambangan di Negara-negara berkembang khususnya

di Indonesia, masih didominasi oleh “stigma negatif” dibandingkan dampak

positif yang dihasilkan dari sektor tersebut. Hal ini kemudian menuai banyak

penolakan dari berbagai pihak, dibanding penerimaan terhadap keberadaan

aktivitas pertambangan. Persoalan ini yang kemudian melahirkan posisi dilematis

terhadap keberadaan aktivitas pertambangan, dimana dibalik kontribusi besar

terhadap pertumbuhan ekonomi, juga terdapat ancaman terhadap keberlanjutan

kelestarian lingkungan dan hilangnya mata pencaharian tradisional masyarakat

lokal. Untuk menghindari resiko yang akan menimpa masyarakat dan

lingkungannya, maka perlu adanya pertimbangan-pertimbangan yang arif dalam

Page 2
pengambilan keputusan baik oleh Pemda, para pemangku amanah, perusahaan dan

law enforcement atau penegak hukum.

Perihal dampak aktivitas pertambangan, studi Aminullah A. (2012) menjelaskan

bahwa dampak dari penambangan emas rakyat adalah rusaknya sebagian bentang

alam dan lingkungan serta menurunnya nilai tatanan sosial pada sebagian

masyarakat utamanya dalam bidang moral dan kebersamaan. Disamping itu studi

Dondo et.al (2021) bahwa aktivitas pertambangan menyebabkan kerusakan

lingkungan dalam jangka panjang berupa perubahan bentang alam, tanah longsor

dan erosi, serta pencemaran air dalam lokasi pertambangan. Selanjutnya, studi

Rahmatillah & Husen (2018) menunjukan bahwa dampak praktek pertambangan

terhadap lingkungan hidup, secara umum berdampak negatif yang mengakibatkan

terjadinya kerusakan struktur tanah dan struktur air atau berubahnya aliran sungai.

Pada konteks lain, Asnawi (2019) menjelaskan bahwa kehadiran kegiatan

pertambangan tidak dipungkiri juga membawa dampak positif bagi masyarakat

sekitar wilayah pertambangan. Dampak positif tersebut antara lain berupa bantuan

di bidang sosial budaya, pendidikan dan perkebunan, masyarakat di sekitar areal

pertambangan sebagian besar mendapat keuntungan dan pekerjaan tambahan.

Chang (2012) menjelaskan bahwa usaha penambangan emas di Mandor dapat

mendongkrak ekonomi rakyat. Walaupun demikian, tidak semua penambang emas

memperoleh penghasilan yang sama. Mereka yang beruntung biasanya akan

merambah pelbagai jenis usaha baru, seperti warung kopi, warung nasi, toko-toko,

bengkel, kios bensin/solar, dan warung bakso. Dari sini tampak bahwa usaha

Page 3
penambangan emas menjadi batu loncatan untuk memperbaiki kesejahteraan.

Penambangan emas merupakan usaha paling penting dalam masyarakat Mandor.

Merujuk pada fenomena sektor pertambangan di Gorontalo khususnya di

Kabupaten Pohuwato, dimana keberadaan sektor pertambangan menuai pro dan

kontra. Sikap kontra muncul akibat adanya penolakan dari masyarakat terhadap

kehadiran perusahaan PT. GSM yang rencananya akan mengelola pertambangan

di wilayah BUNTULIA, sedangkan sikap pro lahir karena keinginan masyarakat

tetap mempertahankan status tambang tersebut sebagai tambang rakyat yang

dikelola untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar tambang. Dalam

pemberitaan media online (mongabay.co.id, 2020), diketahui bahwa penolakan ini

disebabkan oleh adanya trauma masyarakat dengan bencana banjir melanda

beberapa desa yang terletak di Kabupaten Bone Bolango yang kondisi lokasinya

hampir sama dengan kondisi wilayah yang ada di Pohuwato, dan telah

mengakibatkan kerusakan lingkungan, sehingga dampaknya tak dapat dibendung

lagi, hingga menelan korban jiwa dan kerugian materil. Walau PT GSM praktis

belum beroperasi tetapi trauma warisan usaha tambang masa lalu masih menjadi

stigma masyarakat terutama terkait pencemaran air yang berdampak pada sawah

da lahan tani sebagai ladang usaha tradisional masyarakat sudah sangat akut

pencemarannya. Hasil tani menjadi tidak layak bahkan Dinas Lingkungan Hidup

Pohuwato menyampaikan bahwa beberapa waktu yang lalu beberapa ekor sapi

mati karena disinyalir karena minum air limbah tambang

Selain itu, masyarakat menilai bahwa keberadaan tambang melahirkan berbagai

permasalahan, dimana lokasi pertambangan di Kabupaten Bone Bolango telah

Page 4
menghasilkan limbah yang mengandung zat-zat kimia beracun dan berbahaya

seperti merkuri dan sianida.

Sejauh ini, debat tentang aktivitas sektor pertambangan menunjukkan adanya

dampak positif maupun negatif. Studi terkait dampak dari aktivitas sektor

pertambangan khususnya di Gorontalo, lebih banyak difokuskan pada aspek

kerusakan lingkungan, sedangkan untuk aspek ketimpangan sosial ekonomi

masyarakat masih sangat minim dikaji dan dianalisis. Oleh karena minimnya

studi-studi terkait topik tersebut, maka hal demikian yang menjadi urgensi

dilaksanakan penelitian ini.

Beberapa studi yang pernah dilakukan untuk mengkaji dampak pertambangan

emas rakyat diantaranya: Studi Hatu (2016), dimana study ini mengambil lokasi di

Desa Tulabolo Kecamatan Suwawa Timur. Hasil studi ini menunjukkan bahwa

selain dampak negatif, keberadaan penambangan emas ilegal di Tulabolo-

Gorontalo juga memiliki dampak positif seperti tersedianya peluang atau

kesempatan kerja di bidang pertambangan dan dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat setiap harinya. Selanjutnya studi Singgili (2013) tentang Dampak

Pertambangan Emas Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat yang

mengambil latar studi di Desa Tulabolo Kecamatan Suwawa. Hasil studi

menunjukkan bahwa perubahan sosial masyarakat Tulabolo Timur Kecamatan

Suwawa Timur Kabupaten Bone Bolango sebelum dan sesudah adanya

pertambangan sangat berbeda, dimana sebelum ada tambang kehidupannya pas-

pasan, kemudian setelah ada tambang kehidupan mereka menjadi lebih sejahtera.

Page 5
Secara substansial, yang membedakan studi ini dengan studi sebelumnya adalah

research position dimana penelitian ini akan lebih difokuskan pada realitas

ketimpangan sosial ekonomi masyarakat yang membedakan kesejahteraan.

Merujuk pada informasi awal di lapangan, diketahui bahwa sebagian besar

masyarakat Kecamatan Buntulia menggantungkan hidupnya pada aktivitas

ekonomi pertambangan. Pada konteks ini, penting untuk diketahui lebih jauh

terkait kontribusi sektor pertambangan di Kecamatan Buntulia dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal secara merata. Atau sebaliknya,

malah melahirkan suatu ketimpangan yang membedakan kesejahteraan

masyarakat, dimana hanya segelintir orang saja (penambang besar) yang meraup

keuntungan besar dari hasil ekonomi tambang. Jika realitas demikian yang terjadi,

maka keberadaan tambang tidak lain hanya menyebabkan “kemiskinan struktural”

terhadap sebagian masyarakat. Kondisi ini bisa saja memicu terjadinya konflik

sosial antar penambang.

Soemardjan (1980) menjelaskan bahwa kemiskinan struktural merupakan sebuah

realita kemiskinan yang diderita suatu kelompok masyarakat akibat dari

ketidakberdayaan masyarakat dalam mengakses dan menggunakan sumber-

sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Kemiskinan struktural

mengacu pada ketimpangan-ketimpangan sosial yang telah meresapi struktur dan

lembaga-lembaga sosial dan menjelma didalamnya. Kemiskinan struktural

memiliki hubungan erat dengan berbagai proses peminggiran sosial (social

exclusion) dan marginalisasi yang dialami individu maupun kelompok.

Page 6
1.2. Urgensi Penelitian

Kajian ini diharapkan dapat memberikan manfaat,yaitu sebagai berikut:

1. Menjadi masukan baseline untuk perusahaan dalam melengkapi persyaratan

AMDAL

2. Menjadi masukan bagi daerah khususnya Kabupaten Pohuwato akan

membentuk kawasan pertambangan dengan mempertimbangkan aspek Sosial

dan Ekonomi,

3. Sebagai bahan advokasi bagi pelaku usaha maupun masyarakat penambang

kepada para pemangku kebijakan di daerah untuk menyusun kerjasama antar

daerah, perusahaan dan stakeholder lainnya untuk meningkatkan

pemberdayaan ekonomi masyarakat, ssekaligus meningkatkan pendapatan

pemerintah secara berkelanjutan (sustainable)

1.3. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan baseline study

tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar tambang untuk kepentingan

AMDAL perusahaan dan secara khusus mengkaji masalah kondisi sosial ekonomi

masyarakat sekitar tambang sekaligus mengamati perilaku mereka merasa kurang

berkecukupan, aspirasi dan harapannya. Kajian atau penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui lebih jauh akar masalah yang menyebabkan terjadinya ketimpangan

dalam masyarakat, agar dapat dirumuskan bersama strategi apa yang harus

dilakukan untuk meminimalisir ketimpangan tersebut. Maksud lain dari

penelitian ini adalah untuk mendapatkan potret kondisi masyarakat terdampak dan

Page 7
menggali aspirasi mereka terutama pada kalangan penambang tradisional dan

kabilasa yang sangat tinggi tingkat ketidakpastian pendapatan mereka. Diharapkan

perusahaan dapat membuat serangkaian program kesejahteraan yang berasaskan

untung timbal-balik dengan masyarakat.

Page 8
II. METODE PENELITIAN

2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 1 1/2 (satu setengah) bulan, dimulai pada

Bulan Juni 2022. Lokasi penelitian yakni di Kecamatan Buntulia Kabupaten

Pohuwato Provinsi Gorontalo. Salah satu alasan pemilihan lokasi ini adalah

keberadaan Tambang Emas Rakyat di Kecamatan Buntulia, yang memiliki

kompleksitas permasalahan dan membutuhkan partisipasi lintas disiplin ilmu

untuk mengkajinya. Selain desa-desa di kecamatan Buntulia berdampingan

dengan wilayah konsesi tambang perusahaan juga merupakan sentra penambang

tradisional.

2.2. Metode dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Metode kualitatif digunakan karena ada realitas empiris yang perlu digali di

lapangan, sehingga dengan pendekatan ini, terasa ada dorongan yang kuat untuk

'mendekati' subyek yang hendak diteliti dengan cara menjadi bagian dari dunia itu.

Disamping itu, karakteristik dari penelitian kualitatif memiliki sifat alamiah; data

bersifat deskriptif; analisis data dengan induktif; dan makna sangat penting dalam

penelitian kualitatif. Bryman (2004); Bogdan dan Biklen (1982). Untuk menekan

bias, peneliti juga menggunakan metode Unipolar bukan bipolar dimana

pertanyaan yang diajukan kepada responden dirancang untuk memperoleh

jawaban negatif namun jenjang kritikalnya berbeda-bedanya. Pada akhirnya

sebenarnya jawaban mereka sama dimensinya. Hal ini dipengaruhi oleh kultur dan

Page 9
budaya serta tradisi setempat. Hal-hal yang merancu misalnya tabu, pamali,

bahkan sering bernuansa tahyul dapat direka dengan metode ini.

Perkembangan teknologi informasi dan sosial media ternyata turut memperburuk

situasi dan persepsi masyarakat terhadap suatu isu. Haryoko R Wirjosoetomo

psikolog alumni UGM dalam salah satau Expert Sharing Session di Kominfo

baru-baru ini menjelaskan bahwa sosial media membangun ketakutan masyarakat

yang berdampak pada Croc Brain atau survival brain masyarakat. Contohnya

diberitakan 6000 pekerja Cina membanjiri tambang nikel di Morowali. Berita ini

membangun rasa ketakutan masyarakat setempat bahwa mereka akan kehilangan

pekerjaan, pendapatan serta para pekerja migran dari Cina ini akan merusak

tatanan sosial masyarakat setempat karena beda budaya, agama, kebiasaan

maupun pola hidup. Bagi kalangan yang lebih rasional yang menggunakan fungsi

Neo Cortex brain, mereka menggunakan data bukan fear. Berhadapan dengan

kelompok masyarakat yang “ketakutan” ini tidak bisa dengan cara rasional atau

data. Menurut Wirjosoetomo kita harus yakin kan saja kelompok rasional yang

mengimbangi opini croc brainer ini.

Pada kasus penambang tradisional di kecamatan Buntulia atau dimanapun terdapat

penambang tanpa izin, umumnya mereka adalah croc brainer dan hampir tidak

pernah mendapatkan sense of sufficiency atau adequacy atau rasa cukup karena

mereka merasa hidupnya miskin, serba kekurangan dan oleh karenanya demi

survival mereka tidak sungkan untuk melakukan apapun walau itu merupakan

pelanggaran hukum. Apalagi jika aparat melakukan pembiaran dan justru

melakukan sosialisasi kesejahteraan semu, mereka semakin tidak percaya dan

Page 10
semakin sulit dipengaruhi untuk berusaha dengan layak dan taat ketentuan. Jadi

meme-meme di media sosial memang dirancang untuk memicu perdebatan,

percekcokan, silang sengkarut orang ramai.

Dari analisa diatas, barangkali bisa ditafsirkan bahwa yang benar adalah yang

diam. Nah yang diam ini mendapat stigma yang membiarkan. Pendapat ini dapat

dijadikan acuan bagi perusahaan untuk membuat protokol dan taktik komunikasi

membangun kredibilitas informasi oleh kalangan neo cortex brainer. Itulah

sebabnya mengapa peneliti memanfaatkan kredibilitas universitas dan civitas

akademiknya untuk urun rembug dan urun saran menangani masalah sosial ini

terutama yang terjadi di lingkungan tambang di kecamatan Buntulia dan

Pohuwato.

2.3. Teknik Pengumpulan dan Jenis Data Penelitian

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

pengamatan (observasi), wawancara mendalam, Focus Group Discussion (FGD)

dan penelusuran dokumen. Selanjutnya Jenis data berupa data primer dan data

sekunder.

Page 11
Tabel 2.1. Metode Pengumpulan dan Jenis Data

Sumber Fokus Pengamatan Teknik Output


Data Pengumpulan

Dampak - Wawancara; Guna memperoleh


keberadaan - Pengamatan informasi terkait
tambang terhadap - FGD dampak sosial
kesejahteraan ekonomi terhadap
masyarakat kesejahteraan
Primer Ketimpangan masyarakat.
Sosial dan Memperoleh
ekonomi informasi terkait
akar permasalahan
Rekomendasi
bersama terkait
langkah-langkah
dan solusi yang
akan dilakukan.

Page 12
Dokumen yang Menelaah dan Memperoleh
berhubungan dengan menganalisis gambaran tentang
masalah yang dikaji realitas yang diskursus seputar
diantaranya: Data berhubungan aktivitas
BPS, Laporan dengan pertambangan;
penelitian, Jurnal, permasalahan Memperoleh
Berita-berita online, dalam dokumen- informasi tentang
Sekunder dan data lainnya dokumen yang fenomena yang
yang tersedia. ada. terjadi di lapangan
melalui
pemberitaan
media lokal;

Memperoleh
gambaran data
statistic terkait
kondisi sosial
ekonomi
masyarakat.
mengetahui
sebaran etnik
dominan di lokasi
studi.
Memperoleh
gambaran terkait
kebijakan
pemerintah
terhadap aktivitas
pertambangan.

Page 13
a. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi mendalam sehingga tujuan

studi dapat dicapai. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara semi

terstruktur dengan menggunakan panduan wawancara, namun ada kemungkinan

pertanyaan akan dikembangkan selama proses wawancara. Wawancara yang

dilakukan adalah wawancara tatap muka kepada informan perorangan. Langkah-

langkah dalam melakukan wawancara, yaitu:

1) Menentukan pertanyaan kajian yang akan dijawab dalam wawancara

tersebut.

2) Mengidentifikasi subjek yang akan diwawancara.

3) Menentukan tipe wawancara yang praktis dan dapat menghasilkan informasi

yang sesuai dengan kajian.

4) Menggunakan prosedur perekaman yang memadai ketika melaksanakan

wawancara.

5) Merancang dan menggunakan panduan wawancara.

6) Menentukan lokasi wawancara.

7) Menggunakan prosedur wawancara yang baik selama wawancara

berlangsung. Wawancara akan dilakukan pada informan yang dipilih sesuai

dengan kebutuhan data (purposive sampling)

8) Informan kunci adalah tokoh masyarakat yang paham jelas tentang kajian

yang dilakukan. Sedangkan informan pendukung adalah masyarakat lokal

yang akan disesuaikan dengan kebutuhan data.

b. Total responden 170 orang

Page 14
c. Profil responden
· Penambang tradisional
· Penambang besar
· Bupati
· Ketua DPRD
· Kapolres
· Dinas-dinas LH, Indag, BKPM, Kesehatan, ESDM, dll
· Badan-badan litbang, Bappeda, KSDA, BPKH
· Universitas Negeri Gorontalo dan Universitas Nahdlatul Ulama
· Camat Buntulia
· Gakum Kehutanan
· Staf GSM
· KUD
· Gorontalo Pos
d. Usia responden 25-55 tahun
e. Gender responden kebanyakan pria (wawancara) dan wanita (observasi)
f. Lokasi wawancara di kecamatan Buntulia dan kantor-kantor pemerintah
di Marissa serta kantor PETS di Marissa

Tabel 2.2. Informan Kunci dan Informasi yang digali

Informan Informasi yang Digali

1 Informan Informasi yang digali yakni, kondisi sosial ekonomi


Kunci masyarakat
Ketimpangan yang terjadi selama aktivitas tambang
berlangsung.
Profesi sebagian besar masyarakat di sektor
pertambangan.
Informasi lainnya yang berkembang di lapangan dan
disesuaikan dengan kebutuhan data

Page 15
2 Informan Manfaat dari hadirnya tambang terhadap kesejahteraan
Pendukung keluarga
Masalah yang sering dihadapi selama berprofesi baik
sebagai penambang, pedagang di lokasi tambang,
kijang (ojek), dan profesi lainnya.

g. Pengamatan (Observasi)

Pengamatan adalah salah satu alat penting untuk pengumpulan data dalam

penelitian kualitatif. Langkah/langkah yang dilakukan dalam pengamatan:

1) Memilih lokasi yang akan diamati.

2) Mengidentifikasi siapa atau apa yang akan diamati pada tempat tersebut

dan kapan serta untuk berapa lama pengamatan dilakukan.

3) Menentukan peran yang akan diambil sebagai pengamat.

4) Merancang protokol pengamatan sebagai metode untuk merekam catatan

di lapangan.

5) Merekam berbagai aspek, seperti gambaran tentang informan, lingkungan

fisik, peristiwa dan aktivitas tertentu yang ada di lapangan.

6) Membuat catatan lapangan terkait hasil pengamatan.

2.4. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif dilakukan dengan cara bekerja dengan data, melakukan

pengorganisasian data, melakukan sintesis data, mencari pola, mencari data-data

yang penting dan apa yang dapat ditelusuri, dan selanjutnya memusatkan apa yang

dapat diceritakan kepada orang lain. Proses analisis data kualitatif dibagi dalam

tiga bagian, yaitu: 1) mencatat informasi di lapangan agar dapat menghasilkan

Page 16
catatan lapangan, kemudian diberi kode agar sumber datanya dapat ditelusuri; 2)

mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, dan mensintesis; 3) berpikir,

dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan

menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum

(Moleong, 2007).

Penelitian ini menggunakan analisis data sebagaimana proses analisis yang

diuraikan oleh Moleong (2007) diantaranya:Pertama, peneliti akan mencatat

semua hasil lapangan yang didapatkan melalui wawancara, dokumentasi dan

observasi. Setelah proses tersebut dilakukan, peneliti kemudian melakukan

transkrip hasil wawancara agar dapat dipetakan data-data yang sesuai dengan

permasalahan di lapangan;

Kedua, oleh karena data yang diperoleh dari lapangan kemungkinan besar

jumlahnya sangat banyak dan bervariasi, sehingga peneliti akan memilah-milah

dan melakukan koding data lapangan agar peneliti dapat membuat klasifikasi

mana data yang masih perlu untuk diklarifikasi dan ditelusuri di lapangan dan

mana data yang sudah tidak perlu diklarifikasi lagi. Proses ini dilakukan hingga

pada tahap dimana data telah dilakukan pembenahan berulang hingga semua data

yang dikumpulkan dari lapangan telah jenuh;

Ketiga, peneliti akan mencari tema dan polanya,kemudian melakukan penyajian

data, dimana data-data lapangan dibuatkan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

serta hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Selanjutnya, peneliti akan

melakukan penarikan kesimpulan.

Page 17
2.5. Kalender Kegiatan Lapangan

Tabel 2.3. Jadwal Kegiatan

KEGIATAN Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4

Pre-Fieldwork

Recruitment local researchers, expert &


logistic

Pengamatan (observasi)

Wawancara

Diskusi hasil temuan lapangan dan


perencanaan penulisan laporan

Tabulasi data dan konversi menjadi


informasi

Diagnosis

Penulisan Laporan Hasil kajian

Paparan kepada klien & Approval

Penelitian ini diawali dengan diskusi rencana riset yang dilaksanakan pada

awal bulan Juni. Selanjutnya, pada minggu ketiga bulan Mei juga dilakukan

diskusi disain riset dan persiapan instrumen penelitian yang nantinya akan dibawa

ke lapangan. Tahapan selanjutnya adalah observasi awal sekaligus yang dilakukan

pada minggu kedua Bulan Juni.

Khusus untuk wawancara dilakukan selama 2 (dua) minggu yakni minggu

kedua dan minggu ketiga. Tahap selanjutnya dilakukan diskusi hasil temuan

Page 18
lapangan dan perumusan outline laporan yang dilakukan pada minggu keempat

bulan Juni. Di bulan Juli, tahap berikut adalah tabulasi hasil dari kuesioner,

transkrip wawancara dan observasi serta dokumentasi foto dan video.. Kemudian

dilakukan diagnosis, kesimpulan dan saran. Terakhir adalah penulisan Laporan

Hasil Kajian yang dilakukan pada minggu kedua bulan Juli 2022. Selanjutnya

hasilnya penelitian dipaparkan kepada perusahaan dan pemangku kepentingan.

Jika diperlukan revisi atau penajaman maka minggu ketiga bulan Juli 2021 dapat

dirampungkan. Tanggal 21 Jui 2022 diharapkan perusahaan dapat menerbitkan

Berita Acara Serah Terima.

Page 19
III. HASIL PENELITIAN

3.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sejarah Pohuwato

Buntulia adalah salah satu Kecamatan yang ada di kabupaten Pohuwato

yang jaraknya 160 km dari pusat kota Provinsi Gorontalo, dikenal dengan daerah

yang lahan sawahnya lebih besar dibandingkan dengan wilayah lainnya yang ada

di Kabupaten Pohuwato. Mata pencahariannya Sebagian besar bertani dan

penambang. Salah satu mata pencaharian yang masih dipertahankan adalah

menambang tradisional. Kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato terletak

antara 0.022’-0057’ Lintang utara 1210.23’-1220.19’ Bujur Timur. Secara geografis

berbatasan langsung dengan Kabupaten Buol (Sulawesi Tengah) dan Kecamatan

Sumalata (Kabupaten Gorontalo Utara) disebelah utara. Sementara di sebelah

timur berbatasan dengan kecamatan Mananggu (Kabupaten Boalemo), di sebelah

selatan berbatasan dengan Teluk Tomini dan di sebelah barat berbatasan dengan

Kab. Parigi Moutong (Sulawesi Tengah) dan Kabupaten Buol Sulawesi Tengah.

Gambar 1 Peta Wilayah Kabupaten Pohuwato

Page 20
Luas wilayah Kabupaten Pohuwato adalah 4.244,31 Km2 atau

36,77 % dari total luas Provinsi Gorontalo. Kecamatan dengan area terluas

di kabupaten pohuwato adalah kecamatan popayato, yaitu 1.392,90 Km2,

sementara kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Taluditi, yaitu

159,97 Km2. Kabupaten Pohuwato terdiri dari 13 kecamatan terbagi 101

desa, dengan ibukotanya terletak di kecamatan Marisa yang jumlah

penduduknya pada tahun 2021 (kondisi bulan oktober) adalah 146.43 jiwa

terdiri dari penduduk laki-laki 74.532 dan penduduk perempuan 1.295.

(Diolah dari Kantor Statistik Kabupaten Pohuwato 2020-2021 )

Daerah Pohuwato masih bagian dari daerah Gorontalo yang

merupakan bagian dari kerajaan-kerajaan yang bersatu dalam kesatuan lipu

lo hulondhalo (Kota Gorontalo) yang dikenal dengan limo pohala’a.

Sebelum masa penjajahan Belanda, keadaan daerah Gorontalo berbentuk

kerajaan-kerajaan yang diatur menurut hukum adat ketatanegaraan

Gorontalo. Kerajaan-kerajaan itu tergabung dalam suatu ikatan

kekeluargaan yang disebut ”Pohala’a”, yang terdiri dari lima Pohala’a,

yaitu Gorontalo, Limboto, Bolango (tahun 1860 digantikan Bualemo) dan

Atinggola.

Dahulu tingkat hierarki masyarakat Gorontalo tersusun dari bawah

ke atas yaitu Linula, Lipu (kerajaan) dan Pohala’a (serikat kerajaan). Pada

awalnya, masyarakat Gorontalo hidup secara terpisah dan berkelompok-

kelompok yang disebut Linula. Menurut (Nur, 2005:42:97) linula

merupakan kelompok manusia dan merupakan kesatuan-kesatuan

Page 21
masyarakat sendiri-sendiri; merupakan kesatuan terhadap dunia luar, lahir

dan batin. Sebelum terbentuknya Linula, masyarakat Gorontalo terdiri dari

keluarga batih yang disebut ”Ngalaa”1 dan tinggal pada petak-petak

(lalaa) dari sebuah rumah yang besar yang disebut Laihe.2

Laihe ini dipimpin oleh seorang anggota tertua, berwibawa dan

kaya akan pengalaman dan pengetahuan. Makin lama masyarakat makin

bertambah dan berkembang dalam jumlah yang lebih besar, maka laihe-

laihe lain terbentuk pula. Laihe-laihe ini kemudian berkelompok membuat

suatu kelompok yang disebut Lembao3. Lembao berkelompok menjadi

suatu Linula4.

Pada mula berdirinya linula, maka sumber kehidupan adalah

bercocok tanam di ladang termasuk ladang padi sawah dengan cara

berpindah-pindah (dalam bahasa Gorontalo disebut Butu). Masing-masing

linula mempunyai seorang pemimpin yang disebut Olongia lo Linula,

yang dalam menjalankan roda pemerintahan dibantu oleh dua lembaga

kerajaan yang disebut Buato Totalu dan Bantayo poboide. Buatalo Totolo

terdiri atas

1. Buatalo Bubato, aparat pemerintah yang dikepalai langsung oleh

Olongia yang bertugas melaksanakan peraturan serta berusaha

mensejahterakan rakyatnya.

1Ngalaa adalah istilah yang digunakan untuk satu keluarga yang masih serumpun,
biasanya masih rumpun kelurga yang masih satu garis keturunan.
2Laihe adalah tempat tinggal yang dihuni oleh keluarga besar suku Gorontalo.
3Lembao adalah sebutan bagi masyarakat yang keluar dari ngalaa atau keluarga besar.
4 Linula adalah sebutan bagi masyarakat lembao.

Page 22
2. Buatalo Sara, dikepalai oleh Kadhi, yang bertugas melakukan Upacara

Agama.

3. Buatalo Bala, dikepalai oleh Pulubala (atau Apitalu) yang bertugas

sebagai pelindung pertahanan keamanan kerajaan.

Sebagai Bantayo poboide dikepalai oleh bate, bertugas membuat

peraturan-peraturan, mengangkat dan memberhentikan raja. Bantayo

Poboide terdiri dari:

1. Mongopanggola (orang-orang tua yang ada dalam negeri)

2. Tulaibala (Tokoh masyarakat) I Banthayo 1.Buatalo Bubato, aparat

pemerintah yang dikepalai langsung oleh Olongia yang bertugas

melaksanakan

3. Wali-wali (bangsawan)

4. Utolia (utusan-utusan yang dianggap wakil rakyat)

Seperti halnya daerah lain di Indonesia, masyarakat linula belum

mengenal mata uang, tetapi tukar menukar benda (barter) yang didasarkan

atas kekeluargaan dan kepentingan bersama, yang diwujudkan dalam

beberapa kerjasama:

1. Huyula, yaitu gotong royong dalam melaksanakan suatu pekerjaan

bersama

2. Timoa, sumbangan antar masyarakat pada waktu melaksanakan

pernikahan.

Page 23
3. Himbungan, beberapa orang bersatu membuka areal perkebunan,

persawahan, dipagari bersama, ditanami bersama dan hasilnya pun

dinikmati bersama.

Sejalan dengan perkembangan penduduk dari waktu ke waktu,

munculah Linula-linula lain yang sifatnya juga mengelompok ke dalam

suatu lipu (negeri), yang dipimpin oleh Olongia lo lipu. Olongia Lolipu

adalah kepala pemerintahan tertinggi dalam kerajaan tapi tidak berkuasa

mutlak. Ia dipilih oleh Bantayo Poboide5 dan dapat dipecat oleh Bantayo

Poboide.

Masa jabatannya tidak ditentukan, tergantung penilaian Bantayo

Poboide. Bantayo Poboide dalam menetapkan sesuatu menganut

musyawarah dan mufakat untuk menghendaki suatu kebulatan suara dan

bersama-sama bertanggung jawab atas setiap keputusan bersama.

Lipu kemudian berserikat menjadi suatu PohalaA, yang kemudian

di Gorontalo dikenal terdapat lima PohalaA seperti yang disebutkan di atas.

Yang menonjol dari kelima PohalaA tersebut adalah PohalaA Gorontalo

dan PohalaA Limboto yang merupakan dua kerajaan besar.

3.2 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Pohuwato

Pembangunan ekonomi daerah dilaksanakan secara harmonis dan

terintegrasi antara pemerintah pusat dan provinsi. Karena seluruh permasalahan

pembangunan di daerah terakumulasi menjadi permasalahan provinsi dan

5Banthayo poboidu adalah tempat raja-raja gorontalo dalam memutuskan suatu masalah
pemerintahan

Page 24
nasional. Oleh sebab itu arah ekonomi daerah dapat dirumuskan berdasarkan arah

kebijakan ekonomi nasional dan provinsi Gorontalo.

Kesejahteraan masyarakat diukur melalui indikator ekonomi makro

sebagaimana telah disajikan pada bab II. Disana nampak bahwa pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Pohuwato membaik ditahun 2021 yakni tumbuh sebesar 2,20

persen dibanding tahun 2020 yang terkontraksi diangka -0,18 persen. Hal ini

menjadi pertanda secara bertahap ekonomi daerah mulai pulih walaupun masih

terus dengan pandemic covid 19 hingga tahun 2022 ini. Pertumbuhan yang positif

ini merupakan kontribusi dari 17 lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan

tahun 2021 kecuali 2 yang tumbuh negative yakni pertama pengadaan air,

pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, kedua real estate. Selanjutnya hal

positif juga terjadi pada indeks pembangunan manusia (IPM) karena mengalami

peningkatan dari 65,37 tahun 2020 menjadi 65,80 tahun 2021. Salah satu dimensi

yang berkontribusi dalam peningkatan ini adalah sektor ekonomi. Kemudian hal

yang sama juga terjadi pada pengangguran yang tahun 2020 berada pada angka

3,1 persen, pada tahun 2021 turun menjadi 2,45 persen. Namun tidak demikian

dengan tingkat kemiskinan, akibat adanya pandemic covid 19 yang melumpuhkan

hampir semua aktivitas ekonomi, tahun 2021 naik menjadi 18,08 persen dimana

sebelumnya tahun 2020 berada pada angka 17,62 persen.

Atas kondisi tersebut maka arah kebijakan ekonomi pemerintah kabupaten

pohuwato berdasarkan target RPJMD untuk tahun 2023 adalah sebagaimana pada

tabel 3.3.

Page 25
Tabel 3.1.
Perkembangan, Target dan Proyeksi Ekonomi KabupatenPohuwato
Target Proyeksi
No Uraian 2020 2021
2022 2023
Pertumbuhan Ekonomi
1 (%) -0,18 2,20 3,7 5,3 – 5,9
2 Kemiskinan (%) 17,62 18,08 17,01 16,75-16,50
3 IPM 65,37 65,80 66,25 66,33-66,73
4 Pengangguran (%) 3,1 2,45 2,85 2,80 – 2,50
Sumber : RPJMD dan LKPJ tahun 2021

Pada tabel 3.1 nampak bahwa arah kebijakan ekonomi Kabupaten Pohuwato

diproyeksi membaik pada tahun 2023. Tentu hal ini akan terwujud jika tantangan

mampudi kendalikan dengan baik serta prospek ekonomi mampu diwujudkan

dengan baik, Adapun tantangan perekonomian kabupaten pohuwato tahun 2023

yakni :

1. Penanganan covid 19 yang belum menunjukkan penyelesaiaan secara pasti

sehingga masih menghawatirkan terjadi lagi karena sifat virus yang terus

bereflikasi

2. Rendahnya produktifitas lahan pertanian khususnya jagung, padi, tanaman

tahunan dan hortikultura akibat unsur hara tanah yang terus menipis.

3. Perubahan iklim yang akan berdampak pada kegagalan pertaniaan dan krisis

air bersih

4. Daya saing produk UMKM yang belum maksimal

5. Belum maksimalnya aktivitas investasi yang telah memilik iizin operasi di

Pahuwato

Page 26
6. Meningkatnya pengangguran dan kemiskinan

Terkait dengan tantangan tersebut, maka upaya yang akan dilakukan dalam

pemantapan perekonomian daerah, adalah sebagai berikut :

1) Peningkatan SDM Kesehatan, pemantapan koordinasi dan peningkatan

infastruktur penunjang

2) Meningkatkan SDM petani, pemantapan kelembagaan, penerapan pupuk

organic dan pengembangan pertanian terpadu

3) Pengembangan ekonomi hijau dan penerapan sistem pertanian dan perikanan

yang berkelanjutan (ramah lingkungan)

4) Meningkatan SDM UMKM, pemantapan kelembagaan UMKM dan terus

menggelorakan Gerakan bela, berdayakan dan beli prodak lokal

5) Mendorong investasi yang telah beri izin operasi di Pohuwato untuk

melaksanakan kegiatannya dengan memperioritaskan tenaga kerja lokal

6) Melaksanakan pemberdayaan ekonomi dengan melibatkan pendampingan dari

lembaga-lembaga lokal yang berkompoten sehingga berdampak pada

pengurangan pengangguran dan peningkatan pendapatan.

7) Meningkatkan kualitas tenaga kerja melalui pelatihan, pendidikan kecakapan

hidup (life skills), teknologi tepat guna, produktivitas kerja dan keterampilan

yang bersifat teknis (reskill & upskill)

3.3 Arah Kebijakan Keuangan Daerah

Kebijakan keuangan daerah tidak lepas dari kebijakan pendapatan, belanja

dan pembiayaan yang harus dikelola secara efektif, efisien, transparan, tertib,

akuntabel dan tepat serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

Page 27
berlaku untuk kemanfaatan bagi kepentingan masyarakat. Dalam hal pengelolaan

keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Pohuwato dilaksanakan dengan

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah, dengan tetap mempedomani kebijakan yang telah diamanatkan

dalam RPJMD Kabupaten Pohuwato Tahun 2021-2026. Arah kebijakan keuangan

ini akan menjelaskan terkait proyeksi pendapatan, belanja dan pembiayaan tahun

2023.

3.4. Proyeksi Pendapatan

Pendapatan daerah diproyeksi tidak berbeda jauh dari pendapatan tahun

2022 dengan bertumpu dan DAK dan DAU. Upaya peningkatan PAD akan terus

dimaksimalkan oleh pemerintah daerah, namun demikian pada tahun2023

diproyeksi belum naik signifikan dibanding tahun 2022.

Gambaran Pendapatan Pohuwato untuk kurun 3 tahun terakhir yakni tahun


2020 – 2021 dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2
Realisasi dan Tarrget Pendapatan Daerah Kabupaten Pohuwato
Menurut Jenis Pendapatan (Ribu Rp) Tahun 2020 – 2022
2020 2021 2022
URAIAN
REALISASI REALISASI TARGET
955.946.119.9 898.502.764.7
PENDAPATAN - LRA
26 35
PENDAPATAN ASLI 71.987.067.69 71.610.138.30 65.412.042.00
DAERAH (PAD) - LRA 4 6 3
11.143.760.79 11.143.760.79
11.488.765.524 Pajak Daerah 8.244.259.730
8 8
4.983.487.715 Retribusi 7.966.679.400
3.974.757.033 7.309.524.220
Daerah

Page 28
2.533.990.978 Hasil
pengelolaankekaya 3.800.000.000
2.200.994.050 3.800.000.000
andaerah yang
dipisahkan
52.980.823.477 Lain – lain 36.533.574.26 49.356.853.28 42.501.601.80
PAD yang sah 5 8 5
PENDAPATAN TRANSFER - 804.350.112.0 819.912.575.4 794.733.802.0
LRA 53 00 00
723.282.363.4 660.126.413.0
641.578.017.274
24 00
11.930.995. Bagi Hasil Pajak 10.592.402.00
6.947.340.461 7.628.649.000
048 - LRA 0
Bagi Hasil
1.997.106.0 BukanPajak/Su
1.190.623.339 1.628.508.000
47 mberDayaAlam
- LRA
Dana 481.613.630.0
480.667.451 487.482.122.0 480.943.263.0
AlokasiUmum 00
.199 00 00
(DAU) - LRA
Dana 109.244.756.0
146.982.464 227.662.277.6 169.925.993.0
AlokasiKhusus 00
.980 24 00
(DAK) - LRA
120.170.204.4 132.407.778.0
132.407.777.000
12 00
Dana 80.311.683.00
132.407.777 120.170.204.4 132.407.778.0
Penyesuaian - 0
.000 12 00
LRA
27.433.742.93 27.378.384.40
30.364.317.779
5 0
30.364.317. PendapatanBagi 27.433.742.93 27.378.384.40 27.953.484.00

Page 29
779 Hasil Pajak - 5 0 0
LRA
0 3.068.455.600 0
BantuanKeuang
andariPemerinta
0 h Daerah 3.068.455.600 0 0
ProvinsiLainnya
- LRA
LAIN-LAIN PENDAPATAN 22.165.584.98 28.548.190.64 15.507.734.42
DAERAH YANG SAH - LRA 8 6 1
31.037.768.47 28.548.190.64 15.507.734.42
22.165.584.988
7 6 1
Sumber: BKD Pohuwato, 2022
Tabel 3.3
Proyeksi/ Target Pendapatan Daerah Kabupaten Pohuwato
Tahun Anggaran 2023
No. Uraian Proyeksi/ Target Tahun
2023
PENDAPATAN DAERAH 1.036.712.452.407,29
1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 79.795.479.130,13
1.1 Pajak Daerah 12.102.683.643,38
1.2 Retribusi Daerah 10.079.720.028,00
1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan 4.062.712.500,00
Daerah yang Dipisahkan
1.4. Lain-lain PAD yang Sah 53.550.362.959,00
2 Pendapatan Transfer 945.812.509.067,16
2.1 Pendapatan Transfer Pemerintah 775.709.212.262,00
Pusat
2.2 Bagi Hasil Pajak 11.120.723.349,75
2.3 Bagi Hasil Bukan Pajak/ Sumber 2.399.110.560,00

Page 30
Daya Alam
2.4 Dana Alokasi Umum (DAU) 583.688.800.170,00
2.5 Dana Alokasi Khusus (DAK) 178.500.578.182,50
2.6 Pendapatan Transfer Pemerintah 133.389.178.492,50
Pusat - Lainnya
2.7 Dana Penyesuaian 133.389.178.492,50
2.8 Pendapatan Transfer Pemerintah 25.609.654.102,41
Daerah Lainnya
2.9 Pendapatan Bagi Hasil Pajak 25.609.654.102,41
3 Lain-lain Pendapatan Daerah 11.104.464.210,00
yang Sah
3.1 Pendapatan Hibah 11.104.464.210,00
Sumber : RPJMD Pohuwato, 2021-2026

3.5 Proyeksi Belanja Daerah

Proyeksi belanja daerah ditetapkan dengan memperhatikan proyeksi

pendapatan daerah. Hal ini demi memperhitungkan apakah APBD tahun 2023

diskemakan dalam bentuk berimbang, surplus atau defisit. Proyeksi juga

dilakukan dengan mengacu pada realisasi dan target belanja tahun 2022

sebagaimana pada tabel 3.3.

Tabel 3.4
Realiasi dan Target Belanja Kabupaten Pohuwato 2020 - 2022
No. Uraian 2020 2021 Target 2022
JumlahBelanja 1.001.909.247.401,35 894.564.825.426,07 971.859.49.840,00
1 Belanja 653.015.295.841,09 591.601.856.991,00 626.827.413.895,00
Operasi
1.1 Belanja 326.837.467.138,80 323.054.838.734,00 339.607.228.395,00
Pegawai
1.2 Belanja 265.655.312.258,29 246.509.500.413,00 264.963.783.256,00
Barang dan
Jasa

Page 31
1.3 Belanja Hibah 48.471.545.244,00 22.037.517.844,00 22.256.402.244,00
1.4 Belanja 12.050.971.200,00 0 0
Bantuan
Sosial
2 Belanja Modal 186.159.904.880,26 163.285.434.682,07 204.846.248.926,00
2.1 Belanja Modal 2.583.000.000,00 1.794.239.480,00 5.250.000.000,00
Tanah
2.2 Belanja Modal 70.768.931.900,60 30.305.230.646,00 22.279.112.805,00
Peralatan dan
Mesin
2.3 Belanja Modal 80.320.723.327,00 38.530.618.305,07 14.487.206.120,00
Gedung dan
Bangunan
2.4 Belanja Modal 29.573.994.605,26 92.114.814.951,00 159.517.989.001,00
Jalan, Irigasi
dan Jaringan
2.5 Belanja Modal 2.913.255.047,40 540.531.300,00 3.311.941.000,00
Aset Tetap
Lainnya
3 Belanja Tak 16.765.859.300,00 1.146.011.500,00 4.122.100.000,00
Terduga
4 Belanja 145.968.187.380,00 138.531.522.253,00 136.063.487.019,00
Transfer
4.1 Belanja Bagi 1.861.148.780,00 1.772.130.471,00 1.911.044.019,00
Hasil
Pendapatan
4.2 Belanja Bagi 1.114.376.080,00 1.058.629.825,00 1.114.376.079,00
Hasil Pajak
Daerah
4.3 Belanja Bagi 746.772.700,00 713.500.646,00 796.667.940,00
Hasil
Pendapatan
4.4 Belanja 144.107.038.600,00 136.759.391.782,00 134.152.443.000,00
Bantuan
Keuangan
4.5 Belanja 144.107.038.600,00 136.759.391.782,00 134.152.443.000,00
Bantuan
Keuangan ke
Desa
4.6 Belanja 0 0 0
Bantuan
Keuangan
Lainnya
Sumber : BKD Pohuwato,2022

Page 32
Tabel 3.5
Proyeksi Belanja Daerah Kabupaten Pohuwato Tahun Anggaran 2022-2024
No. Uraian Proyeksi/ Target Tahun 2023
Belanja 866.500.527.936,46
1 Belanja Operasi 651.616.631.950,00
1.1 Belanja Pegawai 352.012.978.537,50
1.2 Belanja Barang dan Jasa 261.228.397.762,50
1.3 Belanja Hibah 35.750.255.650,00
1.4 Belanja Bantuan Sosial 2.625.000.000,00
2 Belanja Modal 204.493.411.049,46
2.1 Belanja Modal Tanah 8.100.000.000,00
2.2 Belanja Modal Peralatan dan Mesin 41.743.432.762,50

2.3 Belanja Modal Gedung dan Bangunan 52.027.763.292,75

2.4 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan 95.556.750.250,00


Jaringan
2.5 Belanja Modal Aset Tetap Lainnya 7.065.464.744,21

3 Belanja Tak Terduga 10.390.484.937,00


3.1 Belanja Tak Terduga 10.390.484.937,00
4 Transfer 170.211.924.470,70
4.1 Transfer Bagi Hasil Pendapatan 2.218.240.366,81

4.2 Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah 1.210.268.364,01

4.3 Transfer Bagi Hasil Pendapatan 1.007.972.002,80


lainnya
4.4 Transfer Bantuan Keuangan 167.993.684.103,89
4.5 Transfer Bantuan Keuangan ke Desa 167.138.271.580,46

4.6 Transfer Bantuan Keuangan Lainnya 855.412.523,44

Sumber : RPJMD Pohuwato, 2021-2026

Page 33
3.6 Proyeksi Pembiayaan Daerah
Pembiayaan Daerah merupakan setiap penerimaan yang perlu dibayar

kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun

anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran proyeksi. Selanjutnya

Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima

sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga

Daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali.

Pada kebijakan pembiayaan daerah Kabupaten Pohuwato tahun 2023 terdiri

atas beberapa unsur pembentukan yakni, Penerimaan Pembiayaan Daerah, yang

terdiri atas: Sisa Lebih Perhitungan Anggaran tahun anggaran sebelumnya dan

Penerimaan Pinjaman Daerah. Untuk penerimaan pembiayaan yang bersumber

dari pinjaman daerah dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pendanaan APBD

yang digunakan untuk menutupi defisit APBD dalam rangka melaksanakan

kewenangan Pemerintah Daerah.

Sedangkan kebijakan Pengeluaran Pembiayaan Daerah pada tahun 2023 di

Kabupaten Pohuwato antara lain diarahkan untuk penyertaan modal dalam rangka

pemenuhan kewajiban dalam prinsip kehati-hatian, pembentukan dana cadangan,

dan pembayaran cicilan pokok hutang yang jatuh tempo atas Pinjaman Daerah

PEN Tahun 2021. Adapun perkembangan Pembiayaan daerah tahun 2020 – 2022

dapat dilihat pada tabel 3.6.

Tabel 3.6
Realisasi Pembiayaan Kabupaten Pohuwato Tahun Anggaran 2021
Uraian 2020 2021 2022
PENERIMAAN 12.777.229.758,95 118.782.315.534,15 96.661.434.001

Page 34
PEMBIAYAAN
Sisa Lebih Perhitungan 12.777.229.758,95 11.843.975.866,15 52.830.716.999
Anggaran Tahun
Sebelumnya
Penghematan Belanja 12.777.229.758,95 11.843.975.866,15
Sisa Dana Akibat Tidak 0,00 52.830.716.999
Tercapainya Capaian
Target Kinerja dan Sisa
Dana Pengeluaran
Pembiayaan
Penerimaan Pinjaman 0 106.938.339.668,00 45.830.717.002
Daerah
Pinjaman Daerah dari 0 106.938.339.668,00 45.830.717.002
Lembaga Keuangan
Bukan Bank (LKBB)
PENGELUARAN 0 282.622.755,00 2.455.762.585
PEMBIAYAAN
Pembayaran Cicilan 0 282.622.755,00 2.455.762.585
Pokok Utang yang Jatuh
Tempo
Pembayaran Pinjaman 0 282.622.755,00 2.455.762.585
dari Lembaga Keuangan
Bukan Bank (LKBB)
PEMBIAYAAN 12.777.229.758,95 118.499.692.779,15 96.205.671.416
NETTO
SISA LEBIH/ 0 74.707.271.292,97 0
KURANG
PEMBIAYAAN
TAHUN BERKENAN
Sumber : BKD Pohuwato, 2021

Page 35
IV. DISKUSI

4.1 Karakter Sosial Masyarakat Buntulia Kabupaten Pohuwato

Masyarakat Penambang khususnya Buntulia tidak bisa dilepaskan dari keberadaan

masyarakat Pohuwato secara keseluruhan.Walaupun masyarakat Pohuwato

sudah menyebar dalam ruang otonomi daerah yang berbeda yaitu melalui

pemekaran beberapa kabupaten dan kota yang dulunya hanya dikenal sebagai

Kabupaten yang menjadi bagian dari Provinsi Gorontalo. Sebagai daerah yang

dikenal tingkat penduduknya cukup heterogen, maka Kabupaten Pohuwato sangat

identik dengan daerah mosaik yang tingkat relasi sosialnya cukup kondusif, aman,

dan harmonis dalam segala hal karena masih memegang teguh adat budaya yang

ada.

Kolektivitas masyarakat dapat dipersatukan oleh berbagai karakter dan

modal sosial dari kearifan lokal yang berlatar belakang etnisitas yang masing-

masing terikat satu sama lain. Sementara modal sosial masyarakat Pohuwato yang

majemuk dapat dipersatukan melalui integrasi adat melalui Lembaga Adat yang

berasal dari pohuwato dan sekitarnya yang dikaitkan dengan perilaku masyarakat

yang hidup bersama dan toleran. Keharmonisan yang terbangun dalam masyarakat

merupakan modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat berupa niat baik, simpati

persahabatan, hubungan sosial antar individu dan keluarga yang dapat mengatasi

persoalan masyarakat. Termasuk masyarakat penambang. Masyarakatnya juga

selalu mengedepankan falsafah hidup buhuta waw walama yakni mempererat

persatuan dan kesatuan termasuk dalam konflik yang terjadi di masyarakat

penambang apapun masalah yang dihadapi akan diselesaikan dengan

Page 36
kekeluargaan. Berikut adalah pola penyelesaian masalah yang terjadi di

masyarakat Buntulia sesuai dengan yang sudah dijelaskan diatas.

Karakter masyarakatnya dapat membentuk solidaritas masyarakat dan sangat

positif dalam memelihara sistem sosial masyarakat. Dalam realita sosial

masyarakat Buntulia Pohuwato terutama di daerah pertambangan masih sangat

taat dan tunduk kepada orang-orang yang dianggap tua, baik itu para tokoh adat,

tokoh masyarakat, pemimpin agama, tokoh adat maupun para pemimpin formal

baik pejabat birokrat maupun politik. Interaksi sosial masyarakat secara umum

terjalin sangat harmonis, meskipun dalam komunitas penduduk terdapat berbagai

ragam kaum minoritas etnis pendatang yang sebagian besar telah berbaur dengan

masyarakat lokal.

4.2. Dampak Sektor Pertambangan Bagi Kehidupan Ekonomi Masyarakat

Aktivitas pertambangan melahirkan dilematis dalam kehidupan masyarakat,

dimana aktivitas pertambangan berdampak bagi perekonomian masyarakat yang

tinggal di sekitar tambang, di lain sisi aktivitas pertambangan juga berdampak

besar pada degradasi lingkungan dan adanya bahaya penggunaan zat kimia yang

dapat mengakibatkan kematian. Kondisi demikian terjadi di Kecamatan Buntulia,

dimana hasil studi lapangan menemukan bahwa, desakan ekonomi menyebabkan

sebagian besar masyarakat penambang tidak lagi mempertimbangkan dampak

negatif dari aktivitas pertambangan

Tak ada pilihan lain selain melakukan aktivitas pertambangan demi

memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Kalaupun ada profesi lain yang bisa

menghasilkan ekonomi, itu hanya menjadi pekerjaan sampingan. Bagi para

Page 37
penambang, penghasilan dari aktivitas tambang sangat menjanjikan dibanding

aktivitas ekonomi lainnya, sehingga hal demikian yang membuat sebagian besar

masyarakat memilih profesi menjadi penambang, meskipun harus menghadapi

resiko yang cukup berbahaya. Perihal resiko, semua penambang sudah

mengetahui dan sadar akan hal itu, namun desakan ekonomi yang begitu kuat

membuat para penambang harus berani mengambil resiko tersebut.

Studi tentang dampak sosial ekonomi di area pertambangan sudah banyak

dilakukan, terutama terkait kondisi masyarakat yang diperhadapkan dengan posisi

dilematis akibat keberadaan tambang. Namun, jika dilihat secara umum dan utuh,

ketika diperhadapkan dengan kondisi tersebut, tidak sedikit masyarakat yang tetap

memilih untuk menjalankan aktivitas pertambangan meskipun resiko yang

dihadapi cukup besar. Demi memenuhi kebutuhan hidup, terkadang masyarakat

tidak lagi mempertimbangkan dampak maupun resiko yang akan dihadapi,

terutama dampak dan resiko yang diakibatkan dari aktivitas pertambangan. Di

sinilah peran pemerintah dan perusahaan dibutuhkan untuk menawarkan lapangan

pekerjaan yang tidak memiliki dampak besar terhadap aspek-aspek kehidupan

masyarakat. Atau setidaknya melakukan penertiban, sosialisasi, dan penyuluhan

terkait dampak dari aktivitas pertambangan tradisional,

Sejalan dengan hal di atas, studi Chang (2012) tentang dampak ekonomi

pertambangan di Mandor Kalimantan Barat menjelaskan bahwa,kegiatan

pertambangan telah melahirkan dilema di masyarakat, diantaranya: a)Pertama,

adanya desakan kebutuhan hidup rakyat kecil dan perolehan izin pemerintah

untuk menambang emas di kawasan Mandor; b) Kedua, bukan mustahil bahwa

Page 38
seorang penambang emas tanpa izin ditangkap dan diproses secara hukum.

Meskipun dengan kondisi dilematis dan tidak adanya kenyamanan kerja, para

penambang rakyat tetap bertahan untuk menjalankan aktivitas pertambangan demi

memenuhi kebutuhan ekonomi.

Selanjutnya studi Setiana dan Yahnur (2018) juga memperkuat bahwa

aktivitas pertambangan berdampak terhadap aspek sosial, ekonomi, dan

lingkungan.Dari aspek sosial pertambangan berdampak positif terhadap

ketersediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar tambang, namun

berdampak negatif terhadap kecelakaan. Selanjutnya dari aspek ekonomi, aktivitas

pertambangan berdampak terhadap peningkatan pendapatan masyarakat, namun

dampak negatifnya adalah hilangnya pekerjaan tetap masyarakat yang sebelumnya

berprofesi sebagai petani kemudian berubah menjadi penambang. Kemudian dari

aspek lingkungan, pertambangan emas berdampak besar terhadap kerusakan yang

kemudian menyebabkan bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dan bencana

alam lainnya.

Pada konteks lingkungan, memang bukan hal yang baru lagi, dimana sektor

pertambangan memberi sumbangan besar terhadap kerusakan lingkungan. Banyak

hasil studi yang menjelaskan terkait dampak tersebut, dimana aktivitas

pertambangan menyebabkan kerusakan lingkungan yang begitu besar. Namun,

meskipun aktivitas pertambangan sangat terasa dampak negatifnya,seperti

bencana alam, kecelakaan kerja, maupun dampak negatif lainnya, tetap saja tidak

memberi efek jera kepada masyarakat penambang. Tidak adanya efek jera karena

Page 39
sektor pertambangan menjadi tumpuan ekonomi masyarakat, terutama dalam

memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.

Studi Anggraini (2018) menjelaskan dimana terlepas dari dampaknya

terhadap gangguan kesehatan, kerusakan jalan, pencemaran air sungai,

kebisingan, degradasi hutan, alih fungsi lahan, hingga terjadinya konflik lahan,

bahwa aktivitas di sektor pertambangan sangat berdampak pada peningkatan

kesejahteraan masyarakat, serta terbukanya lapangan pekerjaan. Sektor

pertambangan telah berkontribusi terhadap penurunan angka pengangguran di

masyarakat Kecamatan Sepauk Kabupaten Sintang.

Terkait konflik lahan, biasanya konflik terjadi di saat keinginan untuk

menguasai sumber daya semakin besar, sedangkan ketersediaan sumberdaya

semakin menipis. Berdasarkan informasi yang peneliti kumpulkan di lapangan,

diketahui bahwa sempat juga terjadi ketegangan perihal perebutan lahan di lokasi

tambang, namun tidak sampai pada konflik terbuka sebagaimana terjadi di banyak

tempat, sebab ketegangan tersebut segera diredam oleh penambang lainnya.

Ketegangan biasanya terjadi di saat para penambang berada di dalam lubang,

kemudian pada saat mereka melakukan aktivitas pengeboran di dalam, tak sengaja

bertemu pada satu titik dengan kelompok penambang lainnya.

Menguatnya ketegangan antara kelompok penambang yakni, ketika terjadi

kondisi demikian ada kelompok penambang yang tidak mau mengalah, dan tetap

melanjutkan pengeboran, sedangkan kelompok penambang lainnya yang berbeda

kelompok juga bersikukuh untuk melanjutkan jalur pengeboran mereka. Kondisi

tersebut yang seringkali memicu terjadinya ketegangan bahkan konflik antar

Page 40
penambang jika tidak diselesaikan secara musyawarah. Merujuk pada hasil studi

lapangan, diketahui bahwa untuk saat ini, ketegangan antar kelompok penambang

masih dapat diminimalisir, hanya saja yang paling sulit dibendung adalah masalah

pribadi dari luar yang belum diselesaikan sehingga menimbulkan dendam. Jadi,

ketika bertemu di area pertambangan bisa saja hanya masalah kecil bisa

menyebabkan perkelahian antara penambang.

Besarnya dampak yang harus dihadapi masyarakat di sektor pertambangan,

sesungguhnya sudah diketahui masyarakat, namun menurut masyarakat, ketika

mereka berhenti menjadi penambang, maka bagaimana mereka bisa memenuhi

kebutuhan ekonomi keluarga, sedangkan sektor pertambangan merupakan mata

pencaharian utama masyarakat. Di sisi lain, untuk lapangan pekerjaan saat ini

sangat membutuhkan sumber daya manusia berkualitas yang dibutuhkan dengan

ijazah sarjana, atau pekerja skill yang bersertifikat atau setidaknya dari sekolah

vokasi sedangkan para penambang rata-rata tidak mengenyam pendidikan tinggi.

Para penambang hanya mengandalkan tenaga mereka (low skill labor) untuk bisa

bertahan hidup, serta memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, dan itu hanya bisa

dilakukan dengan cara menambang emas.

Merujuk pada hasil studi lapangan, masyarakat Kecamatan Buntulia

sesungguhnya mengetahui dampak negatif dari aktivitas pertambangan

sebagaimana dijelaskan di atas, namun jika bukan dari hasil tambang, mereka

merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar keluarga seperti biaya

pendidikan anak, biaya kesehatan keluarga, dan biaya lainnya. Disamping

kebutuhan tersebut, beberapa penambang juga harus memenuhi kebutuhan seperti

Page 41
kendaraan, pakaian, dan membangun/memperbaiki rumah. Sedangkan aktivitas

ekonomi lainnya seperti di sektor pertanian, masih dianggap kurang menjanjikan

untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari rumah tangga.

Kecamatan Buntulia sesungguhnya memiliki lahan pertanian yang cukup

luas, namun masyarakat masih belum terlepas dari ketergantungan aktivitas

pertambangan.Merujuk pada hasil studi, diketahui bahwa, ketergantungan

masyarakat yang cukup besar pada aktivitas di sektor pertambangan juga

disebabkan oleh tidak maksimalnya sektor pertanian dalam mendorong

pertumbuhan ekonomi masyarakat di Kecamatan Buntulia. Meskipun resiko

berbahaya sangat minim dialami di sektor pertanian, namun dari segi ekonomi,

sektor pertanian dianggap belum mampu memberikan hasil ekonomi yang

maksimal untuk masyarakat.

Sejalan dengan hal di atas, persoalan lain yang dihadapi masyarakat di

sektor pertanian yakni seringkali diperhadapkan dengan ketidak jelasan harga jual

komoditas pertanian di pasaran, mahalnya biaya obat-obatan, pupuk, dan bibit,

kemudian cuaca yang tidak menentu, akses permodalan bagi petani yang sangat

sulit didapatkan, biaya perawatan tanaman yang cukup besar, lamanya menunggu

hasil panen sehingga harus berurusan dengan tengkulak, dan masih banyak lagi

permasalahan yang seringkali dihadapi di sektor pertanian.

Kondisi demikian yang kemudian membuat masyarakat di Kecamatan

Buntulia tidak melirik sektor pertanian sebagai mainstream penguatan ekonomi.

Hal ini yang membuat masyarakat lebih memilih untuk menjadi buruh di sektor

pertambangan, disamping tidak memerlukan modal besar, pun jika mendapatkan

Page 42
hasil, dapat dipastikan hasil tersebut bisa memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

Hasil studi menunjukkan, bahwa hampir seluruh bangunan rumah dan kendaraan

(baik roda 2 maupun roda 4) yang dimiliki masyarakat di Kecamatan Buntulia

adalah hasil dari pendapatan di tambang.

Pernah muncul polemik di tengah masyarakat, dimana beredar isyu bahwa

lokasi tambang akan ditutup pemerintah. Kemudian, para penambang diminta

untuk meninggalkan lokasi tambang di Buntulia Pohuwato. Merujuk hasil studi di

lapangan, diketahui bahwa hampir semua masyarakat yang hidupnya bersentuhan

dengan aktivitas tambang menolak adanya penutupan aktivitas pertambangan di

Kecamatan Buntulia Pohuwato. Para penambang mempersoalkan aktivitas

ekonomi mereka pasca penutupan lokasi tambang.

Sejalan dengan hal di atas, isyu penutupan area pertambangan emas di

Kecamatan Buntulia Pohuwato menuai banyak pertanyaan bahkan protes dari

masyarakat, dimana mereka mempertanyakan apabila penutupan area tambang

dilakukan, maka apa tawaran lapangan pekerjaan dari pemerintah dan perusahaan

kepada masyarakat yang kehilangan mata pencaharian utamanya. Sedangkan

untuk memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat yang begitu tinggi, aktivitas

pertambangan menjadi satu-satunya tumpuan utama ekonomi mereka.

Tingginya ketergantungan ekonomi masyarakat di sektor pertambangan,

membuat para penambang tidak mau meninggalkan profesi yang mereka geluti

sejak tahun 1980-an, sehingga dengan alasan apa pun mereka tetap

mempertahankan aktivitas menambang tersebut. Para penambang setuju, jika

pemerintah sekedar melakukan penertiban di lokasi pertambangan, misalnya

Page 43
penertiban terhadap anak-anak sekolah yang sudah mulai tergiur dengan aktivitas

pertambangan, atau penertiban lainnya yang ada di area tambang. Hanya saja

permintaan masyarakat adalah pemerintah tidak harus menutup total aktivtas

pertambangan rakyat tersebut.Manfaat ekonomi dari hasil tambang sangat

dirasakan masyarakat Kecamatan Buntulia kecamatan Pohuwato, terutama di

beberapa desa yang profesi masyarakatnya sebagian besar adalah penambang.

Pada konteks lain, untuk mengetahui identitas penambang dapat diketahui

dari bangunan rumah dan kendaraan yang digunakan. Secara simbolik, profesi

sebagai penambang (buruh) atau bos (pemilik modal) dapat diidentifikasi dari

bangunan rumah, jenis bisnis yang dikelola, maupun kendaraan yang digunakan.

Seorang bos (pemilik modal) pasti kendaraan yang digunakan memiliki harganya

mahal, kemudian memiliki bisnis di kota, serta bangunan rumahnya besar.

Sedangkan untuk penambang (buruh) dapat dilihat dari bangunan rumah beton

dan memiliki kendaraan bermotor.

Merujuk hasil lapangan, diketahui bahwa kebiasaan masyarakat Buntulia

ketika pulang membawa hasil dari tambang, mereka akan membelanjakan

uangnya untuk keperluan membeli kendaraan dan memperbaiki rumah, bahkan

ada juga yang membangun rumah yang lebih besar lagi jika hasilnya besar.

Sebagian pendapatan akan disimpan untuk keperluan keluarga selama beberapa

bulan ke depan. Ironisnya, pendapatan dari hasil tambang tidak bertahan lama,

sebab hanya sedikit yang berpikir untuk mengelola uang hasil tambang untuk

investasi jangka panjang, sebab sebagian penambang beranggapan jika uang hasil

tambang tersebut habis, masih bisa didapatkan lagi. Para penambang berpikir

Page 44
bahwa emas di tambang tidak akan habis, sehingga mereka masih bisa mencari

lagi ketika ada yang membutuhkan tenaga mereka.

Pada konteks ini, untuk menjawab permasalahan yang sering dihadapi

petani di sektor pertanian, maka perlu adanya solusi yang dapat memudahkan

petani dalam mengembangkan sektor pertanian yang berkelanjutan. Menurut

informasi yang peneliti temukan di lapangan, diketahui bahwa banyak lahan

pertanian di Kecamatan Buntulia yang tidak digarap. Khususnya di Desa

Taluduyunu, puluhan hektar lahan pertanian saat ini menjadi lahan “tidur” atau

tidak digarap oleh pemiliknya. Hal ini juga karena disebabkan oleh permasalahan

yang telah diuraikan di atas.

Padahal, jika lahan pertanian dikelola dengan baik, maka dapat

meningkatkan ekonomi masyarakat. Kelembagaan ekonomi seperti GAPOKTAN

dan BUMDes perlu digerakkan dan dikelola dengan baik, guna menjawab

permasalahan yang dihadapi masyarakat di sektor pertanian. Selain itu,

pengembangan sektor pertanian setidaknya dapat mengimbangi aktivitas di sektor

pertambangan, sehingga sektor pertanian tidak ditinggalkan atau ditelantarkan

oleh masyarakat.

Khususnya di Desa Buntulia yang lahan pertaniannya cukup luas,

setidaknya dapat meningkatkan ekonomi masyarakat dan memperkecil

ketimpangan sosial dan ekonomi antar desa di Kecamatan Buntulia. Sebab, jika

dilihat dari tingkat kesejahteraan masyarakat dan realitas pembangunan desa,

Desa Taluduyunu masih berada jauh di belakang beberapa desa lainnya di

Kecamatan Buntulia. Padahal jika ditinjau dari ketersediaan sumberdaya alam,

Page 45
Desa Taluduyunu dan buntulia merupakan desa yang memiliki sumberdaya alam

yang cukup melimpah, termasuk sektor pertambangan dan sektor pertanian.

4.3 Ketimpangan Sosial Masyarakat Sekitar Tambang

Ketimpangan sosial merupakan kondisi ketidakseimbangan yang terjadi

dalam masyarakat, yang kemudian melahirkan perbedaan. Ketimpangan dapat

dilihat dari berbagai faktor diantaranya, perbedaan penghasilan, akses ke

sumberdaya, kesempatan mendapatkan pekerjaan, kepemilikan harta benda,

kepemilikan rumah/tempat tinggal, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan

masyarakat, kualitas lingkungan tempat tinggal, serta faktor lainnya yang

mengakibatkan struktur sosial masyarakat menjadi timpang (Naidoo dan Wills,

2008; Aziza, 2011; Dahuri, R., Nugroho,I., 2012; Bagus Takwin, dkk., 2017).

Perbedaan dan ketidakseimbangan yang ada, seringkali melahirkan sebuah

kesenjangan atau gap yang cukup terasa dampaknya dalam masyarakat.

Sejalan dengan hal itu, hasil studi lapangan menunjukkan, bahwa realitas

ketimpangan sosial masyarakat di Kecamatan Buntulia ,juga disebabkan oleh

beberapa hal sebagaimana dijelaskan di atas, misalnya akses terhadap

sumberdaya, kondisi pemukiman masyarakat, tingkat kesejahteraan masyarakat,

dan hal-hal lainnya yang ikut berkontribusi dalam memperlebar jurang

kesenjangan. Terkait ketimpangan, studi ini menemukan beberapa faktor dominan

yang memperlihatkan adanya ketimpangan sosial dalam masyarakat di Kecamatan

Buntulia.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa, keberadaan area pertambangan rakyat di

Kecamatan Buntulia belum memberikan dampak secara merata terhadap desa-

Page 46
desa di Kecamatan Buntulia. Terutama pemerataan pembangunan dan

kesejahteraan masyarakat yang belum secara signifikan dirasakan oleh semua

desa. Kondisi ini dapat kita temui ketika memasuki salah satu desa yang berada

dekat dengan kawasan pertambangan emas rakyat, yakni Desa Taluduyunu dan

hulawa.

Pada konteks ini, selayaknya, manfaat dari keberadaan sektor pertambangan dapat

dirasakan oleh semua masyarakat yang berada di sekitar kawasan pertambangan.

Berbeda dengan realitas yang terjadi di Desa Taluduyunu dan hulawa, dimana dari

semua desa yang ada di Kecamatan Buntulia, Desa ini secara geografis

merupakan sebuah desa yang wilayahnya berdekatan dengan kawasan

pertambangan emas. Tentunya, yang lebih banyak menerima manfaatnya

sebagaimana peribahasa “yang dekat sumur, sepantasnya lebih banyak

mendapatkan air”.Namun faktanya sangat ironis, dimanakondisi pemukimannya

sangat jauh berbeda dengan desa-desa yang secara geografis berada jauh dari

kawasan pertambangan.

Realitas di atas diperkuat dengan hasil studi lapangan, bahwa kondisi pemukiman

masyarakat tersebut jauh berbeda dengan kondisi pemukiman masyarakat di

beberapa desa lainnya di Kecamatan Buntulia. Jika dikaji dari aspek mata

pencaharian masyarakat, sebagian besar masyarakat desa di menggantungkan

hidupnya di sektor pertambangan, termasuk masyarakat di dibuntulia Sepatutnya,

Desa ini adalah desa pertama yang mendapatkan manfaat sosial ekonomi dari

keberadaan tambang rakyat karena secara geografis, lokasi pertambangan rakyat

berada di wilayah administrasi Desa tersebuy. Yang terjadi adalah sebaliknya,

Page 47
dimana desa-desa yang jauh dari area pertambangan memperlihatkan kondisi

pemukiman yang sudah terbilang mapan.

Merujuk informasi di lapangan, terkait pengembangan pemukiman masyarakat,

Desa taluduyunu dan hulawa masih mengandalkan bantuan rumah layak huni dari

pemerintah. Bahkan, pada saat dilakukan penelitian ini, peneliti menerima

informasi bahwa saat ini pemerintah desa sedang menunggu tambahan bantuan

rumah layak huni dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Berbeda dengan

beberapa desa lainnya di Kecamatan buntulia seperti Desa buntulia dimana terkait

pemukiman masyarakat sebagian besar dibangun dengan hasil pertambangan.

Bahkan, jika dilihat dari kondisi bangunan rumah, sebagian besar kondisi rumah

masyarakat yang ada di desa-desa tersebut terlihat sangat layak. Secara simbolik,

kepemilikan harta benda dan kepemilikan tempat tinggal yang layak,

menggambarkan tingkat kesejahteraan suatu komunitas masyarakat.

Fakta lain dari realitas ketimpangan yang terjadi di sektor pertambangan,

adalah soal pembagian upah. Menurut informasi dari penambang, perihal upah

tergantung pada pemilik modal/bos. Model pembagian dari setiap bos berbeda-

beda, kadang ada yang pembagiannya bagus, maksudnya sesuai dengan beban

kerja para penambang, kadang juga ada pembagian yang tidak sesuai, artinya

pemilik modal yang lebih banyak meraup keuntungan, sedangkan buruh

menerima upah yang menurut para buruh kurang sesuai dengan beban kerja dan

hasil emas yang mereka dapatkan.

Hasil temuan lapangan menunjukkan bahwa, seringkali bos meraup

keuntungan dari pemotongan ongkos (biaya yang digunakan selama di lokasi

Page 48
tambang) dan pemotongan biaya perawatan alat-alat yang digunakan untuk

mendukung aktivitas menambang. Besarnya ongkos/biaya yang dipotong

disebabkan oleh harga barang yang dikonsumsi di lokasi tambang sebesar 3 (tiga)

kali lipat dengan harga normal di pasaran, misalnya beras. Harga normal beras di

pasaran berkisar sekitar Rp. 450.000 hingga Rp. 500.000 per 50 kg. Berbeda

dengan harga ketika dilakukan pemotongan, dimana harga beras ketika dilakukan

pemotongan naik menjadi Rp. 1.000.000 hingga Rp. 1.500.000 per 50 kg. Bukan

hanya beras, namun semua item yang dikonsumsi oleh penambang selama di

lokasi tambang akan naik harganya.

Memang, perihal biaya ini ditanggulangi oleh pemilik modal/bos, akan tetapi,

perihal harga yang cukup tinggi membuat pemotongan ongkos pada saat

pembagian hasil juga cukup besar, sehingga sisa dari pemotongan ongkos ketika

dibagi ke kelompok penambang cenderung kecil. Belum lagi jika pemilik modal

memotong beberapa persen untuk keperluan lainnya. Hanya dari salah satu item

logistik saja keuntungan yang didapatkan pemilik modal sudah cukup besar,

apalagi ditambah dengan item lainnya seperti rempah-rempah, garam, kopi, gula,

dan kebutuhan dapur lainnya. Dapat dibayangkan jika waktu yang disepakati

untuk aktivitas mendulang emas dilaksanakan dalam beberapa minggu, berarti

akan membutuhkan beras tidak hanya 50 kg, namun lebih dari itu tergantung

jumlah kelompok dan waktu menambang yang ditentukan. Begitu pun halnya

dengan kebutuhan logistik lainnya.

Jika dikalkulasi secara matematika, dapat dipastikan, hanya dari keuntungan biaya

kebutuhan logistik saja sudah mendapatkan keuntungan yang cukup besar,

Page 49
bagaimana dengan kebutuhan lainnya di luar dari logistik. Dengan besarnya

ongkos yang dikeluarkan untuk konsumsi dan kebutuhan lainnya selama berada di

lokasi tambang, tentu akan berdampak pada besarnya nilai yang akan dipotong

pada saat pembagian hasil. Perusahaan bisa buat koperasi logistik

Merujuk hasil wawancara di lapangan, selain untuk konsumsi, misalnya juga

untuk biaya pembelian karung, dimana karung merupakan salah satu kebutuhan

utama yang digunakan untuk mengangkut bahan-bahan material dari dalam

lubang tambang. Tentunya, jumlah karung yang akan digunakan cukup banyak.

Harga karung di lokasi tambang berkisar sekitar Rp. 8000 hingga Rp. 10.000,

sedangkan harga normal di pasaran hanya sekitar Rp.1500 hingga Rp. 2000.

Sedangkan kebutuhan karung untuk pengangkutan bahan material tambang

membutuhkan ratusan bahkan ribuan karung tergantung pada banyaknya bahan

material yang akan diangkut. Jika dikalkulasi secara matematika, keuntungan

yang didapatkan oleh pemilik modal hanya dari karung saja sudah cukup besar.

Beberapa penambang menjelaskan bahwa ada juga pemilik modal/bos yang model

pembagiannya tidak terlalu memotong biaya/ongkos yang cukup besar, biasanya

biaya disesuaikan dengan hasil emas yang didapat, jika hasilnya sedikit kadang

pemilik modal tidak lagi mengambil bagian besar pada saat pembagian hasil.

Biasaya penambang akan bertahan lama bekerja menjadi buruh pada pemilik

modal/bos seperti ini. Dari beberapa penambang yang peneliti wawancarai, salah

satu permasalahan yang mereka keluhkan yakni soal pembagian hasil, namun para

penambang tidak punya keberanian untuk mengomentari hal tersebut, sebab

mereka hanya diajak menjadi untuk bekerja menjadi buruh.

Page 50
Terlepas dari persoalan ketimpangan sosial antar desa, yang menjadi salah satu

persoalan umum di masyarakat penambang juga adalah soal pendapatan antara

buruh dan pemilik modal yang terkesan timpang. Jika ditinjau dari beban kerja

dan resiko, selayaknya para penambang mendapatkan upah yang sesuai dengan

resiko yang dihadapi, bahkan mereka harus mengorbankan waktu, tenaga, serta

nyawa menjadi taruhan. Persoalan ini sesungguhnya telah lama terjadi di sektor

pertambangan, sehingga butuh perhatian khusus dari semua pemangku

kepentingan.

Page 51
V. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berangkat dari hasil temuan lapangan, ada beberapa hal yang dapat ditarik

kesimpulan, diantaranya:

1. Bahwa sektor pertambangan khususnya tambang emas rakyat di Kecamatan

Suwawa Timur berdampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat, namun

belum secara merata di semua desa, salah satunya yang belum secara

signifikan merasakan dampaknya adalah Desa Tulabolo Timur. Kenapa bukan

di Buntulia?

2. Desakan kebutuhan ekonomi yang begitu tinggi, membuat para penambang

sulit untuk berhenti dari aktivitas tambang, meskipun mereka mengetahui

besarnya resiko yang akan dihadapi di sektor pertambangan. Disamping itu,

sektor ekonomi lainnya dianggap belum mampu menjawab permasalahan

ekonomi yang dihadapi masyarakat, sehingga masyarakat tidak memiliki

pilihan lain selain menambang.

3. Sektor pertanian belum menjadi mainstream penguatan ekonomi masyarakat

di Kecamatan Suwawa Timur. Hal ini juga disebabkan oleh sulitnya

mendapatkan keperluan obat-obatan, pupuk, bibit, serta permodalan untuk

mengelola pertanian. Disamping itu, sulitnya akses infrastruktur jalan menuju

pasar menyebabkan biaya transportasi mahal sehingga petani sulit dalam

memasarkan hasil-hasil pertanian.

4. Ketimpangan sosial antar desa masih terlihat jelas, dimana dari 9 (sembilan)

desa yang ada di Kecamatan Suwawa Timur, Desa Tulabolo Timur dan Desa

Page 52
Tulabolo Barat masih merupakan desa tertinggal dibanding desa-desa lainnya.

Disamping itu, jika dilihat dari akses ke sumberdaya, pemukiman/tempat

tinggal, pekerjaan, Desa Tulabolo Timur masih jauh dari kesejahteraan

dibandingkan dengan desa-desa lainnya di Kecamatan Suwawa Timur.

Selayaknya, Desa Tulabolo Timur mendapatkan banyak manfaat dari

keberadaan tambang, sebab secara geografis berdekatan dengan lokasi

pertambangan, namun kenyataannya berbeda, malah desa-desa yang jauh dari

lokasi pertambangan yang mendapatkan banyak manfaat dari keberadaan

tambang. Bahkan, para pemilik modal lebih didominasi oleh masyarakat dari

desa-desa lain di Kecamatan Suwawa Timur. Sekali lagi kenapa di lokasi lain?

5. Secara umum, masih terjadi ketimpangan pendapatan antara para penambang

dengan pemilik modal. Hal ini dapat dilihat dari pembagian hasil, dimana ada

beberapa pemilik modal/bos yang model pembagiannya tidak sesuai dengan

beban dan resiko yang dihadapi para penambang.

6. Penegakan Hukum yang lemah terhadap pelanggaran atau tindak pidana

terkait penyerobotan kerusakan lahan hutan yang dilindungi di satu sisi masih

lemah, namun disisi lain setiap tindakan hukum yang diambil tidak berefek

jera karena masyarakat terutama masyarakat golongan ekonomi lemah tidak

ada pilihan yang lebih baik selain menambang secara ilegal dan juga karena

adanya penyandang dana yang mendukung mereka. Disini diperlukan

penyerapan dan perwujudan dari transformasi profesi dan aspirasi terutama

dari kalangan Kabilasa

Page 53
7. Sejak wabah Covid-19 merebak dua tahun lalu, Pendapatan Asli Daerah

(PAD) kabupaten Pohuwato menurut Bappeda Pohuwato menurun drasti dari

Rp 1.6 triliun menjadi Rp 900 miliar. Padahal kegiatan pertambangan emas

dan penghasilan dan belanja masyarakat tidak menurun setajam PAD

tersebut. Ditemukan fakta bahwa PAD khususnya dari restitusi atau pungutan

resmi tidak mengalir ke kabupaten Pohuwato. Ini disebabkan beberapa hal

yang akan dijelaskan pada bagian Saran dan Rekomendasi

8. Jalan desa terutama yang menuju dan dari desa Hulawa, dan Buntulia ke

daerah pertambangan sudah lama rusak parah dan belum terlihat usaha Pemda

memperbaikinya

9. Menurut Dinas Lingkungan Hidup, pencemaran air akibat limbah

pertambangan sudah akut mencemari sawah dan ladang tani masyarakat

termasuk beberapa waktu yang lalu beberapa ekor ternak mati akibat minum

air yang terkontaminasi. Hasil analisa pengambilan sampel ijan di sungai

Taluduyunu hingga Senin, 4 Juli 2022 belum diterima. Mungkin dikirim

langsung oleh Prodia ke perusahaan

10. Keinginan masyarakat memasok air minum dalam dispenser kepada

perusahaan tidak dapat diterima karena kelayakan dan higienis standar tidak

memenuhi ketentuan keselamatan dan kesehatan

11. Penambang tradisional Kabilasa sebenarnya ingin merubah profesi kembali

menjadi petani atau profesi tradisionalnya namun karena pendapatan yang

tidak pasti dan kurangnya modal serta akses kepada pasar mereka terpaksa

Page 54
harus menambang dan mereka ini dikoordinir oleh para penambang besar

termasuk cukong2.

12. Kerusakan lingkungan hidup yang sangat meresahkan dan menjadi catatan

pemangku LH adalah kerusakan habitat mangrove di Pohuwato. Menurut

kepala BPKH Gorontalo Bapak Andi Setiawan ekosistem blue carbon

absorber ini sudah parah kerusakannya. Sementara habitat hewan endemik

burung Maleo juga sudah tidak sustainable lagi.

13. Pemadaman listrik yang masih sering terjadi serta konektivitas internet yang

lemah adalah kendala paripurna investor untuk masuk ke Pohuwato termasuk

bagi masyarakat yang melakukan berbagai kegiatan ekonomi, pendidikan,

perdagangan, pariwisata dan lain-lain

14. Keinginan masyarakat untuk menjadi pegawai di perusahaan tidak terserap

karena isu keterbukaan informasi, kapasitas, skill maupun knowledge yang

tidak memadai. Sebagian besar skilled worker dan sarjana meninggalkan

Pohuwato untuk mengadu nasib di okota-kota besar di Indonesia

15. Hasil analisa laboratorium pasca tes darah dan urin sampel belum diterima

hingga Senin 4, Juni 2022. Mungkin dikirim langsung ke perusahaan oleh

Prodia.

6.2. Saran dan Rekomendasi

Berangkat dari berbagai permasalahan, temuan lapangan dan aspirasi

masyarakat maka dirumuskan beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan dalam

meminimalisir permasalahan di diantaranya:

Page 55
1. Penegakan hukum. Wacana menindak pelanggaran hukum

kepada pemasok dan distributor solar dan sianida ilegal dibahas oleh task

force adhoc pada rapat terbatas di Bappeda Pohuwato. Juga diperlukan

dukungan fasilitas kerja seperti Drone, kendaraan operasional, Radio

UHF, pos-pos jaga serta sarana untuk para ranger termasuk honorarium

yang layak.

2. Penyediaan air minum dalam dispenser isi ulang. Masyarakat

mengharapkan agar perusahaan membeli air minum dalam dispenser isi

ulang namun tidak dapat dipenuhi karena standar higienis air minum

tdak memenuhi syarat. Disarankan agar perusahaan meminta BPOM

memandu mereka serta memberi sertifikasi kelayakan dari mulai proses

hingga kemasan, penyimpanan dan distribusi bekerjasama dengan

stockist atau convenience store. Perusahaan dapat bekerjasama dengan

BUMdes untuk menjadi penyalurnya

3. Perbaikan jalan di desa Hulawa dan Buntulia. Masyarakat

mengeluh karena jalan umum rusak parah dan tidak ada tanda-tanda

akan diperbaiki oleh Pemda. Disarankan agar perusahaan melakukan

kerjasama dengan BUMdes dan membantu logistik serta peralatan untuk

perbaikan jalan dimaksud

4. Pencemaran air yang mengairi sawah, ladang perkebunan

serta tambak masyarakat. Laporan dari masyarakat dan catatan Dinas

Lingkungan Hidup kabupaten Pohuwato bahwa pencemaran akibat

Page 56
logam berat ex tambang ditanggulangi. Saran agar perusahaan

bekerjasama dengan laboratorium dan mengaplikasikan teknologi

filterisasi hulu-hilir agar pencemaran dapat ditekan ke level yang

acceptable.

5. Peningkatan PAD kabupaten Pohuwato. Pemda melalui

Bappeda menyarankan agar semua penyewaan kendaraan (mobil) yang

perusahaan gunakan agar melakukan registrasi Pajak Kendaraan

Bermotor di kabupaten Pohuwato bukan di kota lain terutama Gorontalo.

6. Investigative reportage oleh media. Perwakilan media arus utama

di Pohuwato atau korespondennya perlu dipersenjatai dan difasilitasi

tugas jurnalisme investigatif untuk membongkar praktik mafia

pertambangan ilegal agar menjadi pressure bag para cukong dan

“beking” sekaligus menjalankan fungsi kontrol sosial, ekonomi, politik

terutama sebagai Corruption Watch group. Peneliti sudah melakukan

pendekatan dengan 3 media arus utama di Gorontalo dan mereka pada

esensinya tertarik dengan hal ini. Perusahaan dapat memfasilitasi

kegiatan jurnalistiknya.

7. Pembentukan LSM tandingan “Friends of Merdeka. LSM yang

vokal termasuk tokoh ex KUD sering menyatakan pendapatnya yang

selain bernuansa sentimen bukan argumen, justru sering narasinya

memalukan mereka sendiri. Istilahnya meludah ke atas kena muka

Page 57
sendiri. Namun bagi kalangan croc brainer suara mereka ini

mengungkita rasa takut masyarakat dan akibatnya mereka bereaksi

negatif dan bukan tidak mungkin akan anarkis. LSM tandingan Friends

of Merdeka” ini bisa dibentuk dengan merekrut beberapa tokoh yang

dihormati, akademisi, jurnalis, mantan TNI/POLRI atau PNS dari sektor

informasi dan komunikasi dan lain-lain.

8. Pembentukan Koperasi Penambang tradisional. Khusus untuk desa

Taluduyunu dan Hulawa para penambang Kabilasa sering

membutuhkan dana atau kebutuhan sehari-hari sementara penghasilan

mereka tidak tetap. Perusahaan dapat memberikan insentif misalnya

pinjaman tanpa bunga asal mereka mau transformasi profesi dari

penambang tradisional tanpa izin menjadi profesi lain atau profesi

mereka sebelumnya. Tentu diperlukan serangkaian peningkatan

kapasitas upskilling atau reskilling.

9. Jasa penyewaan, bengkel pemeliharaan dan perbaikan kendaraan

termasuk cuci mobil, dan aksesories. Perusahaan bisa mengajak

asosiasi pedagang untuk membuka pusat onderdil, bengkel,

pemeliharaan, dan perbaikan sederhana dan melatih masyarakat setempat

bekerjasama dengan BLK perbengkelan.

10. Jasa charter kendaraan penumpang. Perusahaan dapat

berinvestasi bersama pengusaha kecil, dan Budes setempat untuk

Page 58
membuka layanan jasa charter kendaraan baik terjadwal maupun non

terjadwal.

11. Dampak Pembangunan jalan logistik dari pelabuhan Bumbulan

ke situs tambang. Rencana perusahaan membangun jalan logistik ini

akan menimbulkan dampak terbukanya daerah terisolir yang juga dapat

berupa hutan lindung atau cagar alam ini akan membawa dampak

ekonomi, sosial dan lingkungan yang perlu dilakukan impact assessment.

Diperlukan studi lanjutan untuk mendapatkan gambaran sosial, ekonomi

dan lingkungan yang terdampak.

12.. peluang ekonomi masa depan dari airport Pohuwato (works in

progress) di desa Imbodu, kecamatan Randangan. Pada 30 Juni 2021

(berita dari balitbang Pohuwato), Bupati Pohuwato, Gubernur Gorontalo,

dan pejabat teknis dari pusat dan provinsi meninjau lokasi bandara di

desa Limbodo, kecamatan Randangan. Pemerintah pusat menganggarkan

Rp 35 miliar untuk pembangunannya. Namun saat peneliti meninjau ke

lokasi bulan Juni 2022 yang lalu, baru nampak jalan penghubung ke

Bandara yang masih buntu. Belum terlihat ada pembangunan fisik

disana. Namun menurut rencana seharusnya selesai tahun 2023 atau

2024. Perusahaan dapat menjadi kontributor pembangunan,

pengembangan dan pertumbuhan daerah sekitar serta multiplier effect

dari trafik penumpang yang bekerja di perusahaan serta kegiatan

ekonomi sekitar.

Page 59
13. Jasa binatu. Perusahaan dapat bekerjasama dengan BUMdes, Dinas

Pemberdayaan Perempuan, Disnaker (untuk pelatihan dan BLK) untuk

menyerap jasa binatu. Untuk sementara tidak perlu usaha dry cleaning

karena besar investasi equipment nya.

14. Jasa pasokan bahan catering (produce). Perusahaan dapat

bekerjasama dengan BUMdes dan fakultas gizi dan tata boga UNG prodi

pariwisata, atau restoran sebagai kurator produk catering (bahan mentah)

dari hasil pertanian, perikanan atau perkebunan (buah2an) setempat

15. Penyediaan bak dan incinerator sampah. Kesadaran akan

lingkungan hidup bersih dan asri belum menjadi kebiasaan masyarakat.

Salah satu penyebabnya adalah kurangnya bak-bak sampah serta metode

pengelolaan yang baik. Perusahaan dapat turut menangani hal ini

16. Penyediaan supermarket atau groceries atau toko serba ada

(toserba) Kebanyakan warga Pohuwato terutama dari kalangan

menengah ke atas setiap akhir pekan umumnya pergi ke kota Gorontalo

untuk belanja kebutuhan grocery dan rumah tangga. Akibatnya restitusi

yang seharusnya bisa diperoleh Pemda “lari” ke kota Gorontalo.

Disarankan agar bersama BUMdes atau BUMD perusahaan dapat

bekerja sama membangun supermarket sederhana di Pohuwato.

Page 60
17. Membangun SMK Pertambangan dan Lingkungan. Dalam

rangka menyerap tenaga kerja semi-skilled yang dapat dipasok sekolah

kejuruan, sekaligus mulai menyerap aspirasi masyarakat terutama anak-

anak mereka untuk dapat bekerja pada usaha tambang dan turunannya

disarankan perusahaan bekerjasama dengan Universitas Nahdatul Ulama

Gorontalo untuk membangun dan mengoperasikan SMK Pertambangan

dan Kejuruan yang bisa diberi nama SMK Pertambangan dan

Lingkungan Merdeka. Kat Merdeka cocok dengan nama perusahaan dan

visi pendidikan nasional membangun kampus Merdeka yang berbasis

vokasi. Atau setidaknya perusahaan mensponsori pembentukan Balai

Latihan Kerja Pertambangan dan Lingkungan.

18. Penguatan dan pemanfaatan lahan hutan. Salah satu program

pemerintah pusat yang mengamanatkan agar setiap kabupaten

menyediakan dua puluh desa iklim merupakan salah satu peluang bagi

perusahaan untuk turut serta. Pembahasan awal dengan Universitas NU

Gorontalo telah dimulai dan mereka tertarik dan sudah mengirim

proposal. Desa Iklim ini juga dapat berperan sebagai wadah menampung

kelompok Tani Hutan yang memanfaatkan sekaligus menjaga ekosistem

hutan untuk kegiatan ekonomi masyarakat.

19. Kolaborasi dengan Badan Usaha Milik Desa (selanjutnya disebut

BUMDes) untuk menjawab kesulitan yang dihadapi petani seperti akses

modal, sulit dan mahalnya harga obat-obatan, pupuk, dan bibit, serta

Page 61
kendala pada persoalan pemasaran, dan investasi usaha mikro maka

BUMDes perlu berperan secara aktif dalam menangani permasalahan

tersebut. Selanjutnya BUMdes dapat membuka jejaring pasar di luar

Desa Tulabolo bahkan di luar Kabupaten dan Propinsi Gorontalo, agar

semua komoditas pertanian lebih mudah dipasarkan tanpa ada campur

tangan tengkulak. BUMDes menjadi tonggak ekonomi yang dapat

memutus mata rantai tengkulak di desa-desa.

Selain sektor pertanian, BUMDes juga dapat mengelola unit usaha

di sektor pertambangan. Misalnya di Desa Tulabolo Timur, dimana desa

ini merupakan desa yang berdekatan dengan kawasan pertambangan,

maka unit usaha BUMDes bisa mengambil bagian dalam menyediakan

barang-barang yang dibutuhkan untuk mengelola pertambangan, seperti

menyediakan karung, logistik bagi para penambang, pipa, terpal, dan

bahan-bahan lain yang dibutuhkan untuk menopang aktovitas

pertambangan. Langkah awal yang harus dilakukan adalah membangun

komunikasi dengan para pemilik modal/bos, agar bisa bekerjasama

dengan cara semua keperluan para pemilik modal yang dibutuhkan untuk

aktivitas pertambangan diberikan kewenangan kepada BUMDes Desa

Tulabolo Timur untuk pengadaanya.

Kerjasama ini penting, untuk saling mendapatkan manfaat dan

membuka peluang ekonomi di sektor pertambangan. Jika kerjasama ini

bisa terbangun, maka BUMDes akan mampu menyerap tenaga kerja di

desa, dan pengangguran dapat ditekan. Disamping itu, aktivitas ekonomi

Page 62
ini juga akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan

meminimalisir ketimpangan sosial dan ekonomi.

19. Terkait ketimpangan pendapatan antara para penambang dan

pemilik modal, jika pemerintah memiliki kewenangan dalam mengatur

model pembagian upah, maka sangat diperlukan sebuah kebijakan

pemerintah entah melalui PERDA, atau mungkin Surat Keputusan,

setidaknya langkah ini dapat meminimalisir terjadinya ketimpangan

pendapatan antara penambang dan pemilik modal. Namun, langkah awal

yang harus dilakukan yakni pemerintah perlu duduk bersama dengan

para pemilik modal dan para pemangku kepentingan lainnya untuk

membahas persoalan tersebut.

Page 63
VI. DAFTAR PUSTAKA

Aminullah A. 2012. Analisis Dampak Penambangan Emas Rakyat di Kecamatan


Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi. Tesis. Fakultas Ekonomi: Universitas
Jember

Anggrain, Depy (2018) Dampak Pertambangan Emas Rakyat Terhadap Aspek


Sosial Ekonomi Dan Lingkungan Di Kecamatan Sepauk Kabupaten Sintang.
Magister thesis, Universitas Brawijaya.

Asnawi M.I. 2019. Implikasi Yuridis Pengelolaan Pertambangan Dalam Aspek


Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat. Jurnal Hukum 14(1), hlm. 45-60.

Aziza, Rifda Faticha Alfa. 2011. “Potret Kesenjangan Dalam Kehidupan


Masyarakat Di Indonesia.

Bagus Takwin, dkk. 2017. Pengukuran Ketimpangan Sosial Menurut Persepsi


Warga. INFID (International NGO Forum on Indonesia Development)

Bogdan, Robert C. and Sari Knop Biklen, “Qualitative Reseach for Eduication”.
(London: Allyn & Bacon, Inc, 1982)

Bryman A. 2004. “Quantity and Quality in Social Research. Published


(Routladge).” Taylor & Francis e-Library: USA and Canada, 2004.

Chang W. 2012. Dampak Ekonomis Penambangan Emas Bagi Masyarakat


Mandor, Kalimantan Barat. Masyarakat Indonesia, 38(1), hlm. 115-138.

Dahuri, R., Nugroho,I., 2012. Pembangunan Wilayah : Perspektif Ekonomi,


Sosial, dan Lingkungan. Jakarta. LP3ES

Dondo S.M, Kiyai B, Dan Palar N. 2021. Dampak Sosial Pengelolaan Tambang
Emas Di Desa Bakan Kabupaten Bolaang Mongondow. JAP, 7(101), hlm.
63-72.

Page 64

Anda mungkin juga menyukai