Anda di halaman 1dari 56

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN INFORMAL

BERBASIS URBAN HERITAGE DAN ECO-SETTLEMENT DI KAMPUNG


PANDEYAN, KOTA YOGYAKARTA

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Oleh :

Dimas Bryanputra C
NIM. 181910501065

PROGRAM PENDIDIKAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal berjudul ”Strategi Pengembangan Kawasan Permukiman


Informal Berbasis Urban Heritage dan Eco Settlement Di Kampung
Pandeyan, Kota Yogyakarta” telah disetujui pada:

Hari, Tanggal : Desember 2021


Tempat : Fakultas Teknik
Universitas Jember

Dosen Pembimbing Utama Dosen Pembimbing Anggota

Dr. RR. Dewi Junita K, S.T., M.T. Dano Quinta Revana, S.T., M.T.
NIP. 197106101999032001 NIP. 760019057

i
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian.....................................................................................3
1.4. Manfaat Penelitian...................................................................................4
1.5. Batasan Penelitian...................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................5
2.1. Kawasan Permukiman dan Perumuhan...................................................5
2.1.1. Klasifikasi Kawasan Permukiman..................................................5
2.1.2. Tipe Kawasan Permukiman............................................................6
2.1.3. Faktor Pengaruh Pengembangan Kawasan Permukiman...............7
2.2. Definisi Kawasan Perkampungan...........................................................8
2.3. Konsep Kawasan Pariwisata Urban Heritage........................................10
2.4. Konsep Eco Settlement.........................................................................12
2.5. Analisis Delphi......................................................................................13
2.6. Analisis Importance Performance (IPA)...............................................14
2.7. Penelitian Terdahulu..............................................................................15
2.8. Sintesa Penelitian..................................................................................15
2.9. Kerangka Alur Penelitian......................................................................22
BAB III..................................................................................................................23
METODOLOGI PENELITIAN.............................................................................23
3.1. Jenis Dan Pendekatan Penelitian...........................................................23
3.2. Lokasi Penelitian...................................................................................23

ii
3.3. Variabel Penelitian................................................................................25
3.4. Metode Pelaksanaan Penelitian.............................................................27
3.5. Metode Analisis Data............................................................................30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................37

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Analisis IPA......................................................................................14
Gambar 3.1. Peta Deliniasi Lokasi Penelitian........................................................25

iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Indikator Variabel Konsep Eco Settlement...........................................12
Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu.............................................................................16
Tabel 3.1. Variabel Penelitian................................................................................26
Tabel 3.2. Desain Penelitian..................................................................................33
Tabel 3.3. Jadwal Pengerjaan Penelitian................................................................36

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkembangan kota identik kaitannya dengan bertambahnya sebuah fungsi
kawasan pada setiap kota tersebut. Perkembangan kota juga ditentukan oleh
perubahan kondisi hingga guna lahan yang ada di kota tersebut. Mayoritas
penggunaan kawasan di wilayah perkotaan difungsikan sebagai kawasan
permukiman, dimana salah satu bentuk kawasan permukiman tersebut yaitu
berbentuk kampung. Secara definitif, kawasan kampung yang mayoritas
difungsikan sebagai kawasan permukiman informal, umumnya memiliki
kompleksitas unik dari masing- masing wilayah yang terbangun dari adanya
keseimbangan antara aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek spasial. Dengan
demikian, diharapkan keberlangsungan di wilayah kampung tersebut dapat
berjalan secara berkelanjutan dengan ditunjang ketiga aspek tersebut. Menurut
Hadi Sabari Yunus (1987) dalam Wesnawa (2015:2), dijelaskan permukiman
merupakan bentukan baik buatan manusia ataupun alami dengan segala
kelengkapannya yang digunakan manusia sebagai individu maupun kelompok
untuk bertempat tinggal baik sementara maupun menetap dalam rangka
menyelenggarakan kehidupannya. Selanjutnya, kawasan permukiman
diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, mulai dari jenis kawasan permukiman
berdasarkan waktu hunian, hingga berdasarkan pembentukannya, yaitu jenis
kawasan permukiman formal dan informal.
Kota Yogyakarta merupakan salah satu daerah dengan pertumbuhan dan
perkembangan kawasan yang terpengaruh oleh kondisi sosial dan budaya kawasan
yang ada disekitarnya. Yogyakarta sebagai kota budaya dan kota pendidikan
memiliki banyak ragam potensi wisata yang dapat menarik wisatawan nusantara
dan mancanegara. Salah satu potensi tersebut adalah kampung-kampung wisata
yang tersebar di wilayah kecamatan yang ada dikota Yogyakarta. Karakteristik
dari masing- masing kampung wisata mampu menarik untuk dijual kepada
wisatawan yang berkunjung di kota Yogyakarta. Selanjutnya, di satu sisi,
keberadaan sebuah kampung di kawasan perkotaan merupakan potensi strategis

1
dan diharapkan mempunyai model pemukiman yang unik yang diperlukan
pengelolaan yang baik dan maksimal, setara dengan permukiman yang lain, tidak
hanya dari segi kampung wisata atau kampung budayanya saja, segala kegiatan
yang ada di kampung tersebut tidak bisa terlepas dari segala aspek
pembangunnya, salah satunya yaitu kawasan permukiman.
Salah satu kawasan kampung yang memiliki jenis permukiman informal
yang ada di Kota Yogyakarta yaitu terletak di Kampung Pandeyan. Kampung
Pandeyan merupakan salah satu kawasan yang terletak di wilayah Desa
Gambiran, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, dimana kawasan kampung
yang termasuk dalam deretan Kawasan Kampung Budaya yang ada di Kota
Yogyakarta ini merupakan salah satu lokasi pengembangan kampung yang sedang
dikembangkan oleh Dinas Pariwisata kota Yogyakarta. Hal ini didasarkan oleh
dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Tahun
2020, dimana terdapat beberapa rencana pengembangan kampung wisata atau
kampung budaya, yang dikhususkan untuk menunjang program pemerintah yaitu
dengan slogan “Ngudi Murih Lestari lan Ngrembakaning Budaya” yang sedang
dicanangkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta.
Berdasarkan pengamatan secara langsung terhadap kondisi eksisting dari
kawasan Kampung Budaya Pandeyan, diketahui bahwa kawasan Kampung
Budaya Pandeyan masih memiliki permasalahan mengenai perencanaan
pengembangan berbasis kampung. Secara eksisiting, Kampung Budaya Pandeyan
kaya akan kegiatan seni budaya berupa adat dan tradisi, kesenian, bahasa, sastra,
dan aksara kerajinan, kuliner, dan warisan budaya. Hingga saat ini, Kampung
Budaya Pandeyan masih memegang kampung predikat “Rintisan Kampung
Budaya”. Hal tersebut dikarenakan permasalahan yang sangat terlihat jelas bahwa
Kampung Budaya Pandeyan sendiri belum memiliki perencanaan kawasan yang
mensinergikan berbagai potensi seni budaya yang ada untuk menjadikan sebagai
peluang kegiatan pariwisata. Selain itu, dari segi citra kawasan yang masih belum
maksimal untuk memberikan sebuah “market value”, terutama dari segi kawasan
permukimannya, membuat kawasan Kampung Budaya Pandeyan juga masih
belum mencapai atau mewujudkan diri sebagai kawasan kampung yang

2
berkelanjutan. Selain itu, berdasarkan pengamatan secara eksisting, aspek ekologi
dan aspek sosial kebudayaan menjadi salah satu aspek dengan urgensi yang cukup
tinggi untuk dikembangkan, dimana aspek tersebut akan berkaitan dengan
penataan aspek lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan adanya upaya
pengembangan konsep Kampung Budaya Pandeyan menjadi salah satu kampung
budaya yang berkelanjutan, dengan menerapkan konsep Urban Heritage dan Eco-
Settlement. Selain dari pengembangan potensi dan permasalahan yang ada secara
eksisting, konsep ini juga diambil dengan mempertimbangkan hasil kajian dari
penelitian terdahulu serta beberapa dokumen yang berkaitan dengan
pengembangan kawasan Kampung Budaya Pandeyan.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya,
maka didapatkan rumusan masalah yang berkaitan dengan topik penelitian ini,
yaitu sebagai berikut :
a. Bagaimana kondisi eksisting serta potensi dan permasalahan dari kawasan
permukiman Kampung Budaya Pandeyan ?
b. Bagaimana kesesuaian penerapan konsep Urban Heritage dan Eco-
Settlement berdasarkan kondisi kawasan permukiman Kampung Budaya
Pandeyan ?
c. Bagaimana strategi dan upaya pengembangan terhadap pengembangan
kawasan Kampung Budaya Pandeyan dalam meningkatkan perwujudan
konsep Urban Heritage dan Eco-Settlement ?

1.3. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dan hasil yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Mengetahui dan memahami kondisi eksisting beserta potensi dan
permasalahan dari kawasan permukiman Kampung Budaya Pandeyan.
b. Memahami mengenai penerapan konsep Urban Heritage dan Eco-
Settlement di kawasan permukiman Kampung Budaya Pandeyan.

3
c. Mengetahui dan memahami berbagai strategi dan upaya dalam
meningkatan perwujudan konsep Urban Heritage dan Eco-Settlement di
kawasan permukiman Kampung Pandeyan.

1.4. Manfaat Penelitian


Secara umum, manfaat dari penelitian yang berjudul “Strategi
Pengembangan Kawasan Permukiman Informal Berbasis Urban Heritage & Eco-
Settlement, Studi Kasus Kampung Pandeyan, Kota Yogyakarta” ini adalah sebagai
berikut :
a. Memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan baru mengenai
pengembangan kawasan permukiman, khususnya yang berkaitan dengan
Kampung Budaya di Yogyakarta, khususnya di wilayah Kampung
Pandeyan, yang memiliki berbagai potensi dari segi kewilayahan.
b. Dapat memberikan gambaran secara umum mengenai hasil analisis dan
strategi dari pengembangan kawasan permukiman informal Kampung
Pandeyan yang berbasis Urban Heritage & Eco-Settlement, ditinjau dari
segi akademisi sekaligus melibatkan peran masyarakat dalam penerapan
strategi dan hasil analisis tersebut.

1.5. Batasan Penelitian


Pembahasan pada penelitian ini yaitu lebih mengarah kepada
pengembangan konsep Urban Heritage dan Eco-Settlement yang akan diterapkan
di kawasan Kampung Budaya Pandeyan, dimana hal tersebut disinkronkan dengan
potensi dan permasalahan yang ada di wilayah penelitian secara eksisiting.
Adapun output yang akan dihasilkan dari penelitian ini yaiu arahan atau acuan
perencanaan dari penataan kawasan Kampung Budaya Pandeyan yang memiliki
konsep kawasan berbasis Urban Heritage dan ditunjang dengan peningkatan
aspek Eco-Settlement melalui perbaikan kualitas lingkungan dan citra
kawasannya.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kawasan Permukiman dan Perumahan
Dalam undang-undang Nomor 1 tahun 2011 tentang perumahan dan
kawasan permukiman, yaitu permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian
yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana,
sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di
kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan, sedangkan perumahan adalah
kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun
perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai
hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
Menurut Sadana (2014:20) perbedaan antara permukiman dan perumahan
terletak pada fungsinya. Pada kawasan permukiman, lingkungan tersebut memiliki
fungsi ganda yaitu sebagai tempat tinggal dan sekaligus tempat mencari nafkah
bagi sebagian penghuniannya. Pada perumahan, lingkungan tersebut hanya berupa
sekumpulan rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal bagi para penghuninya.
Fungsi perumahan hanya sebagai tempat tinggal, dan tidak merangkap sebagai
tempat mencari nafkah.
Seperti kebanyakan wajah permukiman di Indonesia banyak kita jumpai
permukiman penduduk yang sering disebut kampung. Adapun pengertian
kampung identik dengan suatu wilayah yang terdapat di pedesaan dan berada pada
kondisi yang terpenuhi kebutuhan masyarakatnya dengan sarana dan prasarana
yang layak. Kampung merupakan lingkungan suatu masyarakat yang sudah
mapan, yang terdiri dari golongan berpenghasilan rendah dan menengah dan pada
umumnya tidak memiliki prasarana, utilitas dan fasilitas sosial yang cukup baik
jumlah maupun kualitasnya dan dibangun di atas tanah yang telah dimiliki, disewa
atau dipinjam pemiliknya (Yudosono, dkk dalam Komarudin, 1997).

2.1.1. Klasifikasi Kawasan Permukiman


Menurut Lewis Mumford (The Culture Of Cities, 1938) dalam (Wesnawa,
2015:27) mengemukakan enam jenis Kota berdasarkan tahap perkembangan
permukiman penduduk kota. Jenis tersebut diantaranya:

5
a. Eopolis dalah tahap perkembangan desa yang sudah teratur dan
masyarakatnya merupakan peralihan dari pola kehidupan desa ke arah
kehidupan kota.
b. Tahap Polis adalah suatu daerah kota yang sebagian penduduknya
masih mencirikan sifat-sifat agraris.
c. Tahap Metropolis adalah suatu wilayah kota yang ditandai oleh
penduduknya sebagian kehidupan ekonomi masyarakat ke sektor
industri.
d. Tahap Megapolis adalah suatu wilayah perkotaan yang terdiri dari
beberapa kota metropolis yang menjadi satu sehingga membentuk jalur
perkotaan.
e. Tahap Tyranopolis adalah suatu kota yang ditandai dengan adanya
kekacauan pelayanan umum, kemacetan lalu-lintas, tingkat kriminalitas
tinggi
f. Tahap Necropolis (Kota mati) adalah kota yang mulai ditinggalkan
penduduknya.

2.1.2. Tipe Kawasan Permukiman


a. Tipe Permukiman Berdasarkan Waktu Hunian
Ditinjau dari waktu hunian permukiman dapat dibedakan menjadi
permukiman sementara dan permukiman bersifat permanen. Tipe sementara dapat
dihuni hanya bebeerapa hari (rumah tenda penduduk pengembara), dihuni hanya
untuk beberapa bulan (kasus perumahan peladang berpindah secara musiman),
dan hunian hanya untukbeberapa tahun (kasus perumahan peladang berpisah yang
tergantung kesuburan tanah). Tipe permanen, umumnya dibangun dan dihuni
untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Berdasarrkan tipe ini, sifat permukiman
lebih banyak bersifat permanen. Bangunan fisik rumah dibangun sedemikian rupa
agar penghuninya dape menyelenggarakan kehidupannya dengan nyaman.
b. Tipe Permukiman Berdasarkan Karakter Fisik dan Non Fisik
Pada hakekatnya permukiman memiliki struktur yang dinamis, setiap saat
dapat berubah dan pada setiap perubahan ciri khas lingkungan memiliki
perbedaan tanggapan. Hal ini terjadi dalam kasus permukiman yang besar, karena

6
perubahan disertai oleh pertumbuhan. Sebagai suatu permukiman yang menjadi
semakin besar, secara mendasar dapat berubah sifat, ukuran, bentuk, rencana,
gaya bangunan, fungsi dan kepentingannya. Jadi jika tempat terisolasi sepanjang
tahun kondisinya relatif tetap sebagai organisme statis suatu kota besar maupun
kecil akan menghindari kemandegan,kota akan berkembang baik kearah vertikal
maupun horizontal, fungsi baru berkembang dan fungsi lama menghilang,
pengalaman sosial dan transformasi ekonomi mengalami perkembangan pula.

2.1.3. Faktor Pengaruh Pengembangan Kawasan Permukiman


Dalam perkembangannya perumahan permukiman di pusat kota ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Constantinos A. Doxiadis disebutkan
bahwa perkembangan perumahan permukiman (development of human
settlement) dipengaruhi oleh beberapa faktor :
a. Growth Of Density (Pertambahan jumlah penduduk), dengan adanya
pertambahan jumlah penduduk yaitu dari kelahiran dan adanya
pertambahan jumlah keluarga, maka akan membawa masalah baru.
Secara manusiawi mereka ingin menempati rumah milik mereka
sendiri. Dengan demikian semakin bertambahlah jumlah hunian yang
ada di kawasan permukiman tersebut yang menyebabkan pertumbuhan
perumahan permukiman.
b. Urbanization (Urbanisasi), dengan adanya daya tarik pusat kota maka
akan menyebabkan arus migrasi desa ke kota maupun dari luar kota ke
pusat kota. Kaum urbanis yang bekerja di pusat kota ataupun
masyarakat yang membuka usaha di pusat kota, tentu saja memilih
untuk tinggal di permukiman di sekitar kaeasan pusat kota (down
town). Hal ini juga akan menyebabkan pertumbuhan perumahan
permukiman di kawasan pusat kota. Menurut Danisworo dalam
Khomarudin (1997: 83-112) bahwa kita harus akui pula bahwa
tumbuhnya permukimanpermukiman spontan dan permukiman kumuh
adalah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses urbanisasi.

7
2.2. Definisi Kawasan Perkampungan
Kampung merupakan kawasan pemukiman kumuh dengan ketersediaan
sarana umum buruk atau tidak ada sama sekali, kerap kawasan ini disebut slum
(Budiharjo, 1992). Secara garis besar bahwa kampung adalah kawasan kumuh
yang minim dengan sarana umum, dan menurut Budiharjo bahwa kampung sudah
dipastikan tergolong slum atau wilayah kumuh. Kampung merupakan lingkungan
tradisional khas Indonesia, ditandai ciri kehidupan yang terjalin dalam ikatan
kekeluargaan yang erat Kampung kotor yang merupakan bentuk pemukiman yang
unik, tidak dapat disamakandengan “slum” atau juga disamakan dengan
pemukiman penduduk berpenghasilan rendah (Turner, 1972).
Kampung pada dasarnya merupakan ciri kehidupan bermukim di
Indonesia, yang dapat dianggap sebagai tatanan permukiman tradisional Indonesia
sebelum masuknya perencanaan permukiman modern. Kampung dapat menjadi
sumber peradaban, kreativitas maupun budaya kota karena kondisi dan
keterbatasan yang ada. Lokalitas yang terkandung pada tatanan kampung akan
memberi karakter bagi pembentukan semangat urbanisme baru yang sesuai
dengan karakter masyarakat, bersumber pada ideologi bermukim yang
berkelanjutan. Beranjak dari paradigma perencanaan kota, kampung kota
sebenarnya dapat menjadi awal dimulainya paradigma baru perencanaan kota
dalam mewujudkan kota yang lebih baik. (Nugroho, 2009). Kampung kota
merupakan salah satu permukiman informal yang dibangun oleh masyarakat
sendiri dan biasanya berlokasi di pusat kota (Kristiani, 2013).
Kampung merupakan suatu kesatuan lingkungan tempat tinggal yang
dihuni oleh sekelompok masyarakat yang terdiri dari kesatuan keluarga-keluarga.
Kumpulan sejumlah kampung disebut desa. Kampung adalah satu-satunya jenis
permukiman yang bisa menampung golongan penduduk Indonesia yang tingkat
perekonomian dan tingkat pendidikan paling rendah meskipun tidak tertutup bagi
penduduk berpenghasilan dan berpendidikan tinggi (Khudori, 2002). Secara
definitif, kampung memiliki beberapa karakteristik yang signifikan yaitu :
a. Besarnya kelompok primer

8
b. Faktor geografik yang menentukan sebagaidasar pembentukan
kelompok/asosiasi
c. Hubungan lebih bersifat intim dan awet
d. Homogen
Perkembangan wilayah saat ini, mulai muncul beberapa istilah yang
berkaitan dengan kawasan perkampungan, yaitu Kampung Kota. Nursyahbani
(2015) menyatakan bahwa kampung Kota secara umum diketahui sebagai suatu
pemukiman yang tumbuh di kawasan urban tanpa perencanaan infrastruktur dan
jaringan ekonomi kota. Jika dilihat secara fisik kampung kota biasanya identik
dengan ketidakteraturan hingga kondisi yang kumuh. Namun, kampung kota juga
biasanya memiliki ciri khas tertentu berdasar sejarahnya masing-masing.
Kampung kota merupakan bagian dari tata ruang kota yang memiliki kekhasan
permukiman, yang penghuninya memiliki aktivitas yang beragam yang
memberikan warna identitas dari kampung kota bersangkutan. Kampung kota
yang merupakan kawasan permukiman di perkotaan identitas yang dimiliki
kampung kota sangat ditentukan oleh aktivitas yang dilakukan penghuninya
(Sumintarsih, 2014). Selanjutnya, Kampung Kota merupakan sebuah sistem
permukiman pedesaan, mewakili suatu budaya bermukim, memberi corak dan
aktivitas khas perkotaan tersendiri yang berkaitan dengan konsep survival
(mempertahankan diri) terhadap kultur modern perkotaan di sekitarnya
(Budihardjo, 1997).
Kampung kota pada dasarnya tumbuh dan berkembang di kawasan
tertentu kota akibat adanya latar belakang sosial-budaya dari masyarakatnya yang
dipertahankan. Masyarakat kampung kota adalah kelompok masyarakat yang
tinggal di kawasan perkotaan (urban areas) dengan tetap mempertahankan budaya
‘kampung’ di kawasan tempat tinggalnya – walaupun kawasan tersebut sudah
berubah menjadi kawasan perkotaan. Akibat dari upaya mempertahankan budaya
‘kampung’ di dalam kehidupan sehariharinya, maka tatanan fisik kawasan
‘kampung kota’ cenderung tidak tertata dengan baik (un-well plan), tidak teratur
dan cenderung kumuh/kusam. Masyarakat kampung kota pada dasarnya masih

9
tetap ada dan mendiami kawasan perkotaan yang pada awalnya berupa ‘kampung’
(lingkungan perumahan dengan nuansa pedesaan) dan tetap dipertahankan hingga
saat ini oleh penduduknya terutama dalam hal kebiasaan atau pola perilaku
‘kampung’ (Pawitro, 2012).

2.3. Konsep Kawasan Pariwisata Urban Heritage


Urban Heritage merupakan sebuah konsep pariwisata yang akhir-akhir ini
banyak dikembangkan di kota-kota besar di seluruh penjuru dunia. Sebuah konsep
pariwisata yang sebenarnya sederhana dengan memanfaatkan lingkungan binaan
maupun alam yang dimiliki oleh sebuah kota, yang memiliki nilai historis
tersendiri. Para penikmat dan pemerhatinya diajak untuk mengapresiasi serta
menginterpretasi objek-objek yang diamati. Dengan demikian, selain berfungsi
sebagai sarana pendidikan dan rekreasi masyarakat, aktivitas ini sekaligus pula
sebagai sarana pelestari dari kekayaan kota itu sendiri.
Objek yang diamati pada urban heritage tourism bisa bermacam-macam,
baik benda (mati atau hidup) maupun juga aktivitas. Umumnya, benda-benda
seperti situs, monumen, serta bangunan-bangunan bersejarah memiliki posisi yang
penting dalam wisata jenis ini. Kota-kota yang berusia tua melebihi ratusan tahun
memiliki banyak bangunan yang merupakan saksi bisu dari perkembangan
lingkungannya, potret dari kejadian-kejadian masa lampau yang pernah terjadi di
sekelilingnya. Bangunan- bangunan tersebut kemudian menjadi bukti sejarah yang
konkret, yang mendukung buku-buku sejarah yang ditulis bertahun-tahun
kemudian.
Keberadaan dan pemanfaatan bangunan bersejarah, situs atau benda cagar
budaya dengan baik dapat mengangkat karakteristik budaya daerah serta
mengembangkan potensi heritage tourism atau wisata warisan budaya. Pederson
(2002, dalam Southall dan Robinson,2011): “Heritage tourism as embracing both
eco tourism and cultural tourism, with an emphasis on conservation and cultural
heritage”. Melalui definisi tersebut dijelaskan bahwa wisata warisan budaya dapat
merangkul ekowisata dan wisata budaya pada saat bersamaan dan menitikberatkan
kepada konservasi dan warisan budaya itu sendiri. Pengembangan wisata warisan
budaya di perkotaan sangat ideal dilaksanakan karena suatu kota tidak akan

10
kehilangan identitas lokal, serta memberikan pemahaman dan rasa kebanggaan
terhadap sejarah kota dan kebudayaan lokal masyarakat setempat (Widayanti,
2015). Berikut merupakan beberapa variabel atau indikator dalam pengembangan
konsep Urban Heritage menurut (Widayanti, 2015) :
a. Kondisi umum kawasan perkotaan
Pengembangan konsep Urban Heritage menjadi salah satu konsep baru
dalam pengembangan pariwisata di kawasan perkotaan. Kawasan perkotaan
menjadi salah satu aspek utama dalam pengembangan pariwisata dengan konsep
Urban Heritage karena dalam pengembangannya, beberapa aspek juga perlu
diperhatikan, seperti aspek guna lahan, aspek ekologi, serta ketersediaan sarana
prasarana yang memadai. Hal itu juga menjadi salah satu tolok ukur dalam
pengembangan pariwisata dengan konsep Urban Heritage.
b. Bangunan bersejarah
Bangunan bersejarah menjadi salah satu aspek pariwisata yang perlu
diperhatikan dalam pengembangan konsep Urban Heritage. Aspek bangunan
bersejarah dapat menjadi salah satu daya tarik tersendiri terhadap masyarakat
dengan segala keunikan dan ciri khas dari setiap bangunan bersejarah yang ada di
sebuah kawasan perkotaan. Bangunan bersejarah juga menjadi potensi dalam
pengembangan konsep Urban Heritage, terutama dari pariwisata sejarah.
c. Sosial Budaya
Sosial budaya menjadi salah satu alat daya tarik bagi pengembangan
konsep Urban Heritage. Hal ini mengingat perkembangan aspek sosial, terutama
dari segi demografi dimana mayoritas kawasan perkotaan memiliki perkembangan
aspek demografi yang pesat. Selain itu, dengan daya tarik kebudayaan yang
menjadi ciri khas dari setiap wilayah atau kawasan, aspek tersebut juga mampu
menjadi aspek pendukung dalam pengembangan konsep Urban Heritage dalam
sebuah kawasan.
d. Aspek Ekonomi
Pengembangan aspek ekonomi berkaitan erat dengan ketersediaan sarana
dan prasarana di sebuah wilayah. Di kawasan perkotaan, ekonomi yang berjalan
cenderung lebih mengarah kepada perekonomian heterogen, dengan daya beli

11
yang lebih tinggi dibandingkan dengan daya jual. Hal ini juga menjadi salah satu
aspek pendukung dalam pengembangan konsep Urban Heritage, sekaligus
pengembangan kawasan secara umum, utamanya di kawasan perkotaan.

2.4. Konsep Eco Settlement


Secara harfiah, Eco-settlements terdiri dari dua kata yaitu eco dan
settlements yang berarti tempat bermukim/tempat tinggal yang ekologis.
Berdasarkan arti tersebut terlihat konsep eco-settlements mengarah pada
pencapaian nilai ekologis. Di sisi lain, konsepsi ecosettlements dapat dinyatakan
sebagai pengembangan dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable
development). Hal ini dikarenakan dalam penerapannya konsep ini harus
mengharmonisasikan tiga pilar berkelanjutan yaitu sosial, ekonomi, dan ekologi.
Oleh karena itu, definisi eco-settlements harus mengarah pada pembangunan
berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan merupakan kapasitas sistem dalam
mempertahankan keberlanjutan dari sistem tersebut (Moldan dan Dahl, 2007).
Menurut Puslitbangkim Kementerian Pekerjaan Umum (2006), kriteria
Eco Settlement didefinisikan dalam beberapa aspek, diantaranya yaitu :
Tabel 2.1. Indikator Variabel Konsep Eco Settlement

No. Kriteria Indikator


1. Ekologi  Biodiversity
 Kualitas Udara
 Rumah Sehat
 Guna Lahan
 Perubahan Iklim
 Energi dan Teknologi Berwawasan
Lingkungan
2. Sosial  Kapasitas dan Pemberdayaan
Masyarakat
3. Ekonomi  Inovasi Teknologi
 Pengembangan Ekonomi Lokal
 Aksesibilitas

12
No. Kriteria Indikator
 Transportasi
4. Kelembagaan  Kapasitas Institusi dan Kualitas
Kerjasama
Sumber : Pusat Penelitian Dan Pengembangan Permukiman (2006)

2.5. Analisis Delphi


Teknik Delphi adalah metode yang banyak digunakan dan diterima untuk
mengumpulkan data dari responden dalam domain penelitian mereka. Teknik ini
dirancang sebagai proses komunikasi kelompok yang bertujuan untuk mencapai
konvergensi pendapat tentang isu isu nyata. Proses Delphi telah digunakan di
berbagai bidang studi seperti perencanaan program, penilaian assesment, penetuan
kebijakan, dan pemanfaatan sumber daya untuk mengembangkan berbagai
alternatif, menjelajahi atau mengekspos yang mendasari asumsi, serta berkorelasi
penilaian pada suatu topik yang mencakup berbagai disiplin ilmu. Teknik Delphi
cocok sebagai metode untuk pembangunan konsensus dengan menggunakan
serangkaian kuesioner dikirimkan menggunakan beberapa iterasi untuk
mengumpulkan data panel dari subyek yang dipilih.
Teknik Delphi, dikembangkan oleh Dalkey dan Helmer di Rand
Corporation pada 1950-an, merupakan metode yang digunakan secara luas dan
diterima untuk mencapai konvergensi pendapat tentang pengetahuan dunia nyata
yang diminta dari para ahli dalam bidang topik tertentu. Teknik Delphi dirancang
sebagai proses komunikasi kelompok yang bertujuan melakukan pemeriksaan
secara rinci dan diskusi terhadap isu spesifik yang bertujuan penetapan tujuan,
kebijakan penyelidikan, atau memprediksi terjadinya peristiwa masa depan.
Tujuan dari teknik Delphi adalah untuk mengembangkan suatu perkiraan
konsensus masa depan dengan meminta pendapat para ahli, dan pada saat yang
sama menghilangkan masalah sering terjadi yaitu komunikasi tatap muka.
Sedangkan menurut Delbecq, Van de Ven dan Gustafson, teknik Delphi dapat
digunakan untuk mencapai tujuan sebagai berikut :
a. Untuk menentukan atau mengembangkan berbagai alternatif program
yang mungkin

13
b. Untuk menjelajahi atau mengekspos asumsi yang mendasari atau
informasi yang mengarah ke penilaian yang berbeda
c. Untuk mencari informasi yang dapat menghasilkan konsensus sebagai
bagian dari kelompok responden
d. Untuk menghubungkan penilaian informasi pada topik yang mencakup
berbagai disiplin, dan
e. Untuk mendidik kelompok responden mengenai aspek beragam dan
saling terkait dari topik

2.6. Analisis Importance Performance (IPA)


Secara definitif, menurut Philip Kotler, Importance Performance Analysis
dapat digunakan untuk merangking berbagai elemen dari kumpulan jasa dan
mengidentifikasi tindakan yang diperlukan. Martilla dan Jams dalam (Zeithaml
et.al. 1990) menyarankan penggunaan metode Importance- Performance Analysis
dalam mengukur tingkat kepuasan pelayanan jasa. Dalam metode ini diperlukan
pengukuran tingkat kesesuaian untuk mengetahui seberapa besar pelanggan
merasa puas terhadap kinerja perusahaan, dan seberapa besar pihak penyedia jasa
memahami apa yang diinginkan pelanggan terhadap jasa yang mereka berikan.
Pada analisis Importance-Performance Analysis, dilakukan pemetaan menjadi 4
kuadran untuk seluruh variabel yang mempengaruhi kualitas pelayanan.
Pembagian kuadran dalam Importance-Performance Analysis dapat dilihat
sebagai berikut :

Gambar 2.1. Analisis IPA


Sumber : (Zeithaml et.al. 1990)

14
Strategi yang dapat dilakukan berkenaan dengan posisi masing-masing
variabel pada keempat kuardan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Kuadran 1 (Concentrate These) Ini adalah wilayah yang memuat faktor-
faktor yang dianggap penting oleh pelanggan, tetapi pada kenyataannya
faktor-faktor ini belum sesuai dengan harapan pelanggan (tingkat
kepuasan yang diperoleh masih rendah). Variabel-variabel yang masuk
dalam kuadran ini harus ditingkatkan.
b. Kuadran 2 (Keep Up The Good Work) Ini adalah wilayah yang memuat
faktor-faktor yang dianggap penting oleh pelanggan, dan faktor-faktor
yang dianggap pelanggan sudah sesuai dengan yang dirasakannya
sehingga tingkat kepuasannya relatif lebih tinggi. Variabel-variabel
yang masuk dalam kuadran ini harus tetap dipertahankan karena semua
variabel ini menjadikan produk atau jasa unggul di mata pelanggan.
c. Kuadran 3 (Low Priority) Ini adalah wilayah yang memuat faktor-faktor
yang dianggap kurang penting oleh pelanggan, dan pada kenyatannya
kinerjanya tidak terlalu istimewa. Peningkatan variabel-variabel yang
termasuk dalam kuadran ini dapat dipertimbangkan kembali karena
pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan oleh pelanggan sangat
kecil.
d. Kuadran 4 (Possible Overkill) Ini adalah wilayah yang memuat faktror-
faktor yang dianggap kurang penting oleh pelanggan, dan dirasakan
terlalu berlebihan. Variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini
dapat dikurangi agar perusahaan dapat menghemat biaya.

2.7. Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu merupakan salah satu referensi yang dapat dijadikan
acuan untuk mengembangkan teori yang sudah ada sebelumnya. Pada tahapan ini
merupakan ringkasan dari beberapa penelitian yang sudah ada sebelumnya yang
diambil dari berbagai sumber penelitian yang sudah ada sebelumnya.

15
Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu
Peneliti/ Tahun/
No. Judul/ Metode Data Hasil Penelitian
Lokasi
1. Cihntyaningtyas Meytasari, 1. Metode Analisis 1. Data Fisik dan 1. Periodesasi perkembangan
Endah Tisnawati / 2018 / Deskriptif Rasionalistik Non Fisik Kawasan Kota Lama Semarang.
Pengembangan Elemen Kota Lama 2. Pertumbuhan aspek
Produk Wisata di Kawasan Semarang pariwisata Kota Lama
Kota Lama Semarang Semarang
Dengan Pendekatan 2. Kondisi 3. Perubahan kondisi aspek fisik
Attractive Urban Heritage / perekonomian dan dan non fisik Kota Lama
Semarang / aspek kebudayaan Kota Semarang
Lama Semarang

16
Peneliti/ Tahun/
No. Judul/ Metode Data Hasil Penelitian
Lokasi
2. Muhammad Nur Hidayat / 1. Metode Analisis 1. Suhu dan 1. Skoring penilaian
2019 / Kajian Kualitas dan Snowball kelembapan relatif kualitas lingkungan
Kenyamanan Termal 2. Metode Penelitian kampung di Kampung Pandeyan
Permukiman Berbasis Eco- Deskriptif Kuantitatif Yogyakarta 2. Pemetaan kondisi
Settlement di Kota Purpose Sampling 3. Kondisi aspek fisik permukiman Kumuh
Yogyakarta / Yogyakarta dan non fisik, Kampung di Kampung Pandeyan
Pandeyan

17
Peneliti/ Tahun/
No. Judul/ Metode Data Hasil Penelitian
Lokasi
3. Sheilla Agustina Maharani, 1. Metode Deskriptif 1. Data statistik 1. Perkembangan identitas
Bagus Prasetyo Adi, Endah Kualitatif kependudukan Kampung Budaya
Tisnawati / 2018 / Sinau 2. Aktivitas seni Pandeyan
Sambi Ngabudayan : budaya warga 2. Pengembangan dan
Perencanaan Kampung Kampung Pandeyan strategi dari peningkatan
Pandeyan Sebagai Pusat 2. Kondisi visual potensi Kampung
Wisata, Seni, dan Budaya sarana prasarana di Budaya Pandeyan
di Kota Yogyakarta / Kampung Pandeyan 3. Pemetaan potensi
Yogyakarta Kampung Pandeyan

18
Peneliti/ Tahun/
No. Judul/ Metode Data Hasil Penelitian
Lokasi
4. Kartika Puspa Dewi, 1. Metode Analisis 1. Aspek Ekologi 1. Aspek dalam Eco Settlement
Veronica. A. Kumurur, Deskriptif 2. Aspek Ekonomi secara eksisting dalam wilayah
Rieneke. L.E. Sela / 2019 / 3. Aspek Sosial penelitian.
Penentuan Kualitas 2. Analisis Skoring 4. Aspek Kelembagaan 2. Kesesuaian konsep Eco Settlement
Permukiman Berdasarkan dalam kondisi eksisting.
Kriteria Eco Settlement Di 3. Strategi dan Arahan
Kelurahan Sindulang Satu, Pengembangan Konsep Eco
Kota Manado / Universitas Settlement dalam Aspek Ekologi,
Sam Ratulangi, Manado. Ekonomi, Sosial, Kelembagaan.

19
Peneliti/ Tahun/
No. Judul/ Metode Data Hasil Penelitian
Lokasi
5. Theresia Budi Jayanti / 1. Metode Analisis 1. Potensi Kawasan 1. Strategi Pengembangan Urban
2017 / Strategi Deskriptif 2. Budaya Heritage Tourism Kota Cirebon
Pengembangan Urban 3. Bangunan Bersejarah
Heritage Tourism Kota 4. Sosial Kemasyarakatan
Cirebon, Jawa Barat / 5. Faktor Internal dan
Universitas Tarumanegara, Eksternal Kawasan Wisata
Jakarta Barat.

Sumber : Hasil Analisis; 2022

20
2.8. Sintesa Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang telah dikaji oleh peneliti
sebelumnya, dapat dijelaskan bahwa penelitian terdahulu yang pertama, dengan
judul “Pengembangan Elemen Produk Wisata di Kawasan Kota Lama Semarang
Dengan Pendekatan Attractive Urban Heritage” menjelaskan mengenai
perkembangan konsep Urban Heritage di kawasan Kota Lama Semarang. Dari
jurnal ini didapatkan beberapa variabel serta kriteria mengenai Urban Heritage.
Selanjutnya, jurnal kedua mengenai “Kajian Kualitas dan Kenyamanan Termal
Permukiman Berbasis Eco- Settlement di Kota Yogyakarta” serta jurnal yang
berjudul “Penentuan Kualitas Permukiman Berdasarkan Kriteria Eco Settlement
Di Kelurahan Sindulang Satu, Kota Manado” lebih menjelaskan mengenai aspek
dalam konsep Eco- Settlement yang ada di kawasan permukiman, dimana dalam
jurnal ini lebih menjelaskan variabel yang ada di konsep Eco- Settlement tersebut.
Pada jurnal ketiga yang berjudul “Sinau Sambi Ngabudayan : Perencanaan
Kampung Pandeyan Sebagai Pusat Wisata, Seni, dan Budaya di Kota Yogyakarta”
dijelaskan mengenai pengembangan citra kawasan dan kebudayaan yang ada di
kawasan Kampung Budaya Pandeyan, Yogyakarta. Serta jurnal yang berjudul
“Strategi Pengembangan Urban Heritage Tourism Kota Cirebon, Jawa Barat”,
dimana pada jurnal ini membahas mengenai aspek dalam konsep Urban Heritage
strategi serta upaya dalam pengembangan konsep Urban Heritage di lokasi studi,
yaitu Kota Cirebon.

21
2.9.Kerangka Alur Penelitian

UU No.1 Tahun 2011 ttg Perumahan dan Kawasan


Permukiman
Definisi Sadana dan Yudosono, dalam Komaruddin,1997

Kawasan 1. Lewis Mumford, dalam Wesnawa,2015


Perumahan Klasifikasi
dan 1. UU No.1 Tahun 2011 ttg Perumahan
Permukiman Tipe
Strategi Pengembangan dan Kawasan Permukiman
Faktor Pengaruh 1. Danisworo, dalam
Kawasan Permukiman
Pengembangan Komaruddin,1997
Informal Berbasis Urban
Kawasan Budiharjo,1992
Heritage dan Eco Definisi
Perkampungan Turner,1972
Settlement, Kampung
Budaya Pandeyan, Kota Konsep Urban Klasifikasi 1. Moldan & Dahl,2007
Heritage Variabel
Yogyakarta
Konsep Eco Definisi 1. Puslitbangkim, 2006
Settlement
Metode Analisis Delphi Analisis
Analisis IPA

22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Dan Pendekatan Penelitian
Pengertian metodologi penelitian (research methods) secara harfiah adalah
ilmu yang menerangkan bagaimana sebaiknya dan seharusnya penelitian itu
dilaksanakan. Secara umum, metode penelitian dilakukan setelah seorang peneliti
memahami secara benar-benar ilmu meneliti tersebut, yaitu bagaimana sebuah
penelitian harus dilakukan agar memenuhi kaidah-kaidah keilmiahan. Secara
umum, jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Secara detail, metode penelitian
deskriptif kualitatif ditujukan untuk menjawab dan menghasilkan jawaban dari
rumusan masalah pada poin pertama, sedangan deskriptif kuantitatif digunakan
untuk menjawab dan menghasilkan jawaban dari rumusan masalah pada poin
kedua dan ketiga.
Menurut Sugiyono (2013), penelitian kualitatif adalah penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana obyek
alamiah yang dimaksud merupakan obyek yang apa adanya, tidak dimanipulasi
oleh peneliti. Sedangkan metode kuantitatif adalah metode dengan penelitian yang
menggunakan data berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Metode
ini dilakukan dengan menghitung data-data yang bersifat pembuktian dari
rumusan masalah.
Untuk pendekatan penelitian ini, lebih mengarah kepada pendekatan
Bottom Up Planning, dimana pendekatan ini berarti memberikan penekanan hasil
dari penelitian ini lebih mengarah untuk mengakomodasi aspirasi masyarakat
sebagai pelaku pembangunan dengan melibatkan masyarakatnya dalam proses
perencanaan yang telah direncanakan.

3.2. Lokasi Penelitian


Kelurahan Pandeyan dibentuk berdasarkan Perda Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta Nomor : 06 Tahun 1981 tentang Pembentukan, Pemecahan,
Penyatuan dan Penghapusan Kelurahan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Untuk wilayah Kota Yogyakarta jumlah keseluruhan ada 45 Kelurahan. Pusat

23
Pemerintahan Kelurahan, terletak di Jalan Pandeyan Gg Empu Sendok UH 5/783
RT 11 RW 03, sekitar 1,5 Km dari Pusat Pemerintahan Kota Yogyakarta.
Kelurahan Pandeyan merupakan salah satu dari 7 (tujuh) Kelurahan yang ada di
wilayah Kecamatan Umbulharjo dengan luas wilayah lebih kurang 118,499 Ha
atau 1,2 km persegi dan terbagi dalam 13 RW, 52 RT serta terdiri atas 7 (tujuh)
kampung yaitu Kampung Sidikan, Golo, Pakel, Kalangan, Kebrokan, Pandeyan
dan Gambiran.
Secara geografis, Kelurahan Pandeyan terletak diantara 110° 23’ 36”
Bujur Timur - 110° 22’ 57” Bujur Timur, dan 7° 49’ 08” Lintang Selatan - 7° 49’
40” Lintang Selatan. Rentang jarak wilayahnya dari utara ke selatan adalah sejauh
kurang lebih 889 meter, sedangkan rentang jarak dari barat ke timur adalah kurang
lebih 1.258 meter. Selanjutnya, dari segi administratif, Kelurahan Pandeyan
memiliki luas 1,38 km2, dimana Batas wilayah Kelurahan Pandeyan adalah:
 Sebelah Utara : Kelurahan Tahunan
 Sebelah Timur : Kelurahan Rejowinangun
 Sebelah Selatan : Kelurahan Sorosutan
 Sebelah Barat : kelurahan wirogunan
Secara administratif, Kelurahan Pandeyan terdiri atas 7 kampung yang
terbagi menjadi 13 RW dan 52 RT. Untuk batasan deliniasi merupakan wilayah
dari Kampung Budaya Pandeyan, dimana deliniasi wilayah studi terdiri atas 5 RT
dan 2 RW.

24
Gambar 3.1. Peta Deliniasi Lokasi Penelitian
Sumber : Arcgis, Data Sekunder (2022)

3.3. Variabel Penelitian


Variabel merupakan ciri dari individu, objek, gejala, peristiwa yang dapat
diukur secara kualitatif. Variabel penelitian digunakan dalam proses identifikasi,
ditentukan berdasarkan kajian teori yang dipakai. Menurut Noor (2011, dalam
Ramadhani, 2017) variabel penelitian adalah sebuah objek atau atribut bak secara
kualitatif maupun kuantitatif yang digunakan dalam sebuah penelitian, sehingga
dapat memperoleh informasi dari objek tersebut.
Dalam penelitian ini, dijelaskan mengenai beberapa variabel yang telah
disesuaikan dengan kajian teori dan urgensi latar belakang yang diambil.
Berdasarkan kedua hal tersebut, didapatkan dua variabel utama, yakni variabel
mengenai konsep pengembangan Eco Settlement dan Urban Heritage yang
diambil menurut kriteria yang telah ditetapkan oleh Puslitbangkim Kementerian
Pekerjaan Umum (2006) dan menurut, Widayanti (2015) antara lain :

25
Tabel 3.1. Variabel Penelitian

No. Variabel Indikator


1. Aspek Ekologi  Kepadatan Bangunan, dengan kriteria
menurut standar Pedoman Identifikasi
Kawasan Permukiman, yaitu :
o Tinggi, >100 unit / ha
o Sedang, 60 – 100 unit / ha
o Rendah, <60 unit / ha
 Kondisi dan Kelas Jalan
 Ketersediaan Sarana dan Prasarana,
diantaranya :
o Sarana Pendidikan
o Sarana Kesehatan
o Sarana Peribadatan
o Sarana Perdagangan dan Jasa
o Sarana Pemerintahan dan Bangunan
Umum
o Prasarana Jaringan Persampahan
o Prasarana Jaringan Air Bersih
o Prasarana Jaringan Drainase
2. Aspek Sosial  Tingkat kepuasan dan peran masyarakat
dalam pengembangan kawasan Kampung
Budaya Pandeyan.
3. Aspek  Identifikasi program pemerintah dalam
Kelembagaan pengembangan kawasan permukiman di
wilayah Kampung Budaya Pandeyan.
4. Potensi dan  Identifikasi Potensi dan permasalahan
Permasalahan pengembangan kawasan permukiman
Kawasan
Kampung Budaya Pandeyan

26
No. Variabel Indikator
5. Budaya dan  Identifikasi mengenai sosial kebudayaan dan
Bangunan bangunan bersejarah yang ada di kawasan
Bersejarah
Kampung Budaya Pandeyan.
6. Sosial  Aspek Demografi Kemasyarakatan
Kemasyarakatan

Sumber : Data Primer, Puslitbangkim Kementerian Pekerjaan Umum (2006),


Widayanti (2015), 2022

3.4. Metode Pelaksanaan Penelitian


Dalam sub pembahasan metode pelaksanaan, dijelaskan mengenai
beberapa pembahasan yang berkaitan dengan penelitian ini, diantaranya
yaitu Teknik pengumpulan data, metode analisis data, serta desain penelitian,
yang didalamnya mencakup kegiatan input, proses, dan output dari
penelitian ini.
a. Teknik Pengumpulan Data
Dalam laporan ini, data yang digunakan dibagi menjadi dua, yaitu data
primerdan data sekunder. Data primer didapatkan dengan penelitian langsung
ke beberapa titik lokasi kawasan permukiman di Kampung Pandeyan. Selain
itu juga ada data sekunder yang didapatkan dari jurnal dari beberapa peneliti
yang terkait dengan pengembangan kawasan permukiman informal di
wilayah Kampung Pandeyan yang berbasis Urban Heritage dan Eco-
Settlement.
b. Data Primer
Data primer didapatkan dengan penelitian langsung ke beberapa titik
lokasi kawasan permukiman di Kampung Pandeyan. Untuk data primer,
terbagi atas beberapa jenis data, antara lain yaitu :
1. Data Kondisi Eksisting Wilayah Studi
Pada pengumpulan data mengenai kondisi eksisting wilayah studi,
sekaligus berkaitan dengan pengumpulan data primer, pada penelitian ini
peneliti menggunakan dua metode pengumpulan, yaitu dengan

27
melakukan wawancara secara primer dengan menyebarkan kuesioner
dengan responden yaitu masyarakat yang bermukim di wilayah Kampung
Budaya Pandeyan, serta melakukan observasi secara primer berdasarkan
batasan deliniasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Metode wawancara digunakan untuk mengetahui secara umum
kondisi eksisting wilayah studi melalui perspektif para responden. Untuk
responden yang dituju yaitu masyarakat yang bermukim dalam wilayah
Kampung Budaya Pandeyan dan memilikiwaktu bermukim minimal 1
tahun di wilayah tersebut serta para pengunjung di lokasi Kampung
Budaya Pandeyan. Untuk jumlah responden memiliki jumlah minimal 20
orang, dengan maksimal responden yaitu 50 orang. Hal ini ditujukan agar
data yang digunakan memiliki validitas yang maksimal, serta menunjang
kegiatan analisis data yang lain.
Kuesioner yang digunakan juga menjadi alat penunjang dalam
kegiatan wawancara yang nantinya akan dilakukan. Pada penelitian ini
peneliti telah menyiapkan kuesioner yang berisikan pertanyaan tertulis,
dimana nantinya setiap responden akan menjawab sesuai dengan
perspektifnya masing-masing. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar
peneliti mampu untuk mengidentifikasi serta menjabarkan setiap variabel
dalam penelitian secara detail.
2. Prioritas Penanganan Permasalahan dan Pengembangan Potensi
Wilayah
Dalam pengumpulan data terkait prioritas penanganan permasalahan
dan pengembangan potensi wilayah studi, dilakukan analisis berupa
analisis Delphi yang ditunjang dengan analisis IPA, dimana analisis ini
dilakukan guna menentukan prioritas penanganan di wilayah studi.
Dalam analisisnya, diperlukan beberapa langkah atau tahapan. Yang
pertama yaitu pembobotan. Pembobotan dari hasil pengolahan kuesioner
dilakukan pada kriteria-kriteria masing-masing item, kemudian dicari
rata- ratanya untuk memperoleh nilai dari urgensi atau prioritas
penanganan potensi dan masalah di wilayah studi.

28
c. Data Sekunder
Jurnal dari beberapa peneliti yang berisi beberapa data kualitatif maupun
data kuantitatif yang terkait dengan pengembangan kawasan permukiman
informal diwilayah Kampung Pandeyan yang berbasis Urban Heritage dan
Eco- Settlement yang mempengaruhi kondisi eksisting, kebutuhan sarana dan
prasarana, hingga kebutuhan preservasi dan konservasi dari beberapa
bangunan inti di wilayah Kampung Pandeyanjuga dijadikan acuan dalam
pengambilan data sekunder. Untuk keakuratan data sekunder tersebut, maka
dilakukan penelitian secara langsung untuk mendapatkan data primer yang
berupa dokumentasi penelitian terkat beberapa hal yang telah disebutkan tadi.
Berikut merupakan dokumen data sekunder yang digunakan dalam penelitian
ini,yaitu :
1. RTRW Provinsi D.I.Yogyakarta Tahun 2019-2039
2. RTRW Kota Yogyakarta Tahun 2021-2041
3. RDTR Kota Yogyakarta Tahun 2015-2035
4. RPJMD Kota Yogyakarta Tahun 2017-2022
5. Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pariwisata Provinsi
D.I.Yogyakarta Tahun 2017-2022
a) Populasi
Untuk populasi yang dituju dalam penelitian ini yaitu populasi di
sekitar kawasan Kampung Budaya Pandeyan, dalam hal ini lingkupnya
yaitu masyarakat Kampung Pandeyan, pemerintahan setempat, dan beberapa
stakeholder lainnya yang berpengaruh dalam perkembangan Kampung
Budaya Pandeyan. Untuk jumlah
b) Sampel
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sistem sampel yaitu
Purposive Sampling¸ dimana metode ini nantinya akan digunakan dalam
metode pengumpulan data wawancara dengan beberapa pihak yang
berkaitan dengan perkembangan kondisi Kampung Budaya Pandeyan.
Responden yang menjadi sampel merupakan warga masyarakat yang
bertempat tinggal di dalam dan di sekitaran kawasan Kampung Budaya

29
Pandeyan serta para pemangku kepentingan di wilayah Kampung Budaya
Pandeyan, dengan kriteria responden yaitu minimal bermukim di wilayah
Kampung Budaya Pandeyan selama 1 tahun, dan merupakan warga yang
berdomisili di wilayah Provinsi D.I.Yogyakarta, khususnya di wilayah Kota
Yogyakarta selama 1 tahun.

3.5. Metode Analisis Data


Pada subbab pembahasan metode analisis dijelaskan mengenai beberapa
mekanisme atau metode analisis data yang telah dikumpulkan dan diklasifikasikan
ditahap sebelumnya, adapun metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Teknik Analisis Kebijakan
Teknik analisis kebijakan digunakan untuk mengetahui pengaruh dari
beberapa dokumen ataupun kajian hingga kebijakan yang berlaku di wilayah
studi penelitian, terutama yang berkaitan dengan kebijakan mengenai kawasan
permukiman di wilayah perkampungan. Selanjutnya, analisis kebijakan
dilakukan dengan mengkaji berbagai kebijakan dalam penetapan lokasi
kawasan permukiman di Kampung Budaya Pandeyan, seperti di dalam
dokumen tata ruang RTRW Kota Yogyakarta, hingga RDTRK Kota
Yogyakarta. Dalam teknik analisis ini, digunakan metode analisis deskriptif
kualitatif, dengan ditunjang oleh data hasil observasi dan hasil wawancara yang
dilakukan kepada responden yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Teknik Penentuan Potensi, Permasalahan, dan Penetapan Isu
Strategis
Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi tiga hal, yaitu potensi yang
dapat dikembangkan, permasalahan yang perlu diselesaikan, dan isu strategis
yang terjadipada studi kasus pengembangan kawasan permukiman di Kampung
Budaya Pandeyan, yang nantinya akan melibatkan data primer dan juga data
sekunder. Dalam teknik analisis ini, digunakan metode analisis deskriptif
kualitatif, dengan ditunjang oleh data hasil observasi dan hasil wawancara yang
dilakukan kepada responden yang telah ditentukan sebelumnya.

30
3. Teknik Analisis Kualitatif Delphi

31
Teknik Analisis Delphi ditujukan untuk mengetahui seberapa besar peran
dari masyarakat, terutama dalam hal pengembangan kawasan permukiman di
kawasan Kampung Budaya Pandeyan, sekaligus untuk mengetahui potensi dan
permasalahan apa saja yang terjadi di wilayah studi tersebut. Adapun beberapa
variabel tetap dan variabel bebas yang digunakan dalam teknik analisis Delphi,
antara lain sebagai berikut.
a. Kondisi eksisting dari kawasan permukiman Kampung Budaya
Pandeyan.
b. Kondisi bangunan preservasi dan konservasi di sekitar Kampung
Budaya Pandeyan.
c. Kebutuhan sarana dan prasarana dari masyarakat di wilayah Kampung
Budaya Pandeyan.
4. Teknik Analisis Kuantitatif Importance-Performance Analysis (IPA)
Teknik analisis Importance-Performance Analysis (IPA) ditujukan untuk
mengetahui hasil dari kepuasan masyarakat di wilayah Kampung Budaya
Pandeyan, terutama yang berkaitan dengan kawasan permukiman hingga
ketersediaan sarana dan prasarana di wilayah tersebut, sekaligus memahami
potensi, permasalahan, serta isu strategis hingga kebutuhan apa saja yang
dibutuhkan masyarakat di Kampung BudayaPandeyan dalam upaya
mewujudkan kawasan permukiman Kampung Pandeyan berbasis Urban
Heritage dan berkonsep Eco-Settlement. Adapun beberapa variabel tetap dan
variabel bebas yang digunakan dalam teknik analisis Importance- Performance
Analysis (IPA), antara lain sebagai berikut.
a. Kebutuhan sarana dan prasarana dari masyarakat di wilayah Kampung
Budaya Pandeyan.
b. Kebutuhan aspek lingkungan dalam masyarakat di Kampung Budaya
Pandeyan.
c. Pengembangan dan analisis kinerja aspek pariwisata dalam
mendukung pengembangan konsep Urban Heritage di wilayah
Kampung Pandeyan.

32
Dari data diatas, nantinya akan diolah melalui analisis IPA, dengan
tahapan sebagaiberikut :
1. Pembobotan
Pembobotan menggunakan skala linkert yang umumnya digunakan untuk
penilaian dan pendapat penggunaan atau wisatawan terhadap pelayanan jasa
atau suatu objek (Silalahi, 2003). Setiap pertanyaan memiliki dua jawaban
dalam Skala Likert berdasarkan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja.
Pembobotan dilakukan setelah peneliti mendapatkan data, baik secara primer
maupun sekunder, berkaitan dengan potensi serta permasalahan yang ada di
wilayah studi
2. Tingkat Kepentingan (Importance) & Tingkat Kepuasan
(Performance)
Tingkat Kepentingan (Importance) & Tingkat Kepuasan (Performance)
merupakan langkah analisis selanjutnya setelah dilakukan pembobotan. Dalam
penelitian ini, Tingkat Kepentingan (Importance) & Tingkat Kepuasan
(Performance) dianalisis kemudian ditentukan hasilnya melalui kuadran IPA
3. Analisis Kuadran
Analisis kuadran digunakan untuk mencari indikator jasa pelayanan
dengan menggunakan diagram kartesius dan tahapan analisis perhitunggan
terbagi menjadi dua. Tahapan pertama menghitung rata-rata penilaian
kepentingan dan kinerja untuk setiap atribut sedangkan tahapan kedua untuk
menghitung rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja untuk keseluruhan
atribut. Setelah diperoleh bobot kinerja dan kepentinganatribut serta nilai rata-
rata kinerja dan kepentingan atribut, kemudian nilai-nilai tersebut masukkan ke
dalam diagram kartesius.
a. Desain Penelitian
Dalam subbab desain penelitian, dijelaskan mengenai proses penelitian,
terutama yang berkaitan dengan proses input hingga output yang akan
dilaksanakan dalam penelitian ini. Adapun beberapa kebutuhan atau desain dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2. Desain Penelitian
INPUT PROSES OUTPUT

33
Pengumpulan Metode
Data Analisis Data Analisis Hasil analisis
No Alur
- Penetapan
Kawasan
Kampung
- RTRW
Budaya
Kota
Pandeyan
Yogyakarta
Analisis Kajian literatur Deskriptif - Kesesuaian
1 - RDTRK
Kebijakan Survey Primer Kualitatif pengembangan
Kota
kawasan
Yogyakarta
permukiman
Kampung
Budaya
Pandeyan

34
INPUT PROSES OUTPUT
No Alur Pengumpulan Metode
Data Analisis Data Analisis Hasil analisis

- Kondisi fisik
dasar
kawasan
permukiman
Analisis - Kawasan dan Kajian
Teridentifikasi
Potensi, Bangunan Literatur
Deskriptif kondisi eksisting,
2 permasalah preservasi dan Survei Primer
kualitatif potensi, masalah
andan isu konservasi Dokumentasi
dan isu strategis
strategis - Sarana
prasarana
permukiman
Kampung
Budaya
Pandeyan

Sumber : Data Primer, 2022

35
b. Diagram Alur Pikir
Grafik 3.1. Diagram Alur Pikir Penelitian

Mulai

Persiapan Observasi dan Studi Pustaka

Pengumpulan Data

Data Primer :
Data Sekunder :
1. Gambaran Umum Kawasan Kampung
Budaya Pandeyan 1. RTRW Provinsi DIY 2019 - 2039
2. RTRW Kota Yogyakarta 2021-2041
2. Tinjauan Aspek Fisik, Non Fisik, serta
3. RDTRK Kota Yogyakarta 2015-2035
Aspek Lingkungan Wilayah Studi
4. RPJMD Kota Yogyakarta 2017 – 2022
3.Wawancara dan Kuesioner Penelitian
5. Renstra Dinas Pariwisata DIY 2017-2022

Analisis yang digunakan yaitu menggunakan Analisis yang digunakan yaitu analisis IPA,
analisis Delphi, dimana tahapan yang dilakukan dimana nantinya digunakan untuk mengetahui
dengan melakukan wawancara dnegan kuesioner strategi pengembangan kawasan permukiman
yang telah ditentukan, dengan output yang berdasarkan dari hasil pengolahan data
diharapkan yaitu hasil gambaran umum kawasan wawancara yang telah dilakukan sebelumnya.
Kampung Budaya Pandeyan.

Penentuan Kesesuaian, Strategi dan Upaya Pengembangan


Kawasan Kampung Budaya Pandeyan berdasarkan Konsep
Eco Settlement dan Urban Heritage

Kesimpulan dan Saran

Selesai
Sumber : Data Primer, 2022

35
c. Time Schedule Penelitian
Tabel 3.3. Jadwal Pengerjaan Penelitian
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
dan Studi
Literatur
2. Pengumpulan
data
3. Pengolahan
dan analisis
data

4. Hasil dan
Pembahasan

5. Kesimpulan
dan Saran

6. Penulisan
Laporan
dan
Artikel
7 Ujian
Akhir
Sumber : Data Primer, 2022

36
DAFTAR PUSTAKA
Meythasari, Chintyaningtyas; Tisnawati, Endah. 2018. PENGEMBANGAN
ELEMEN PRODUK WISATA DI KAWASAN KOTA LAMA SEMARANG
DENGAN PENDEKATAN ATTRACTIVE URBAN HERITAGE. Indonesia.
Program Studi Arsitektur, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Teknologi Yogyakarta.

Hadi, Wisnu. 2019. MENGGALI POTENSI KAMPUNG WISATA DI KOTA


YOGYAKARTA SEBAGAI DAYA TARIK WISATAWAN. Indonesia.
Fakultas Sains danTeknologi, Universitas Bina Sarana Informatika.

Camdra Wardina Sari, Serlina; Samsuri; Wahidin, Darto. 2018. Penguatan


Kewarganegaraan Ekologis Untuk Mewujudkan Ketahanan Lingkungan
(Studi di Kampung Gambiran, Kelurahan Pandeyan, Kecamatan
Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta). Indonesia.
Universitas Negeri Yogyakarta.

Djarot Purbadi, Yohanes; Christophori Lake, Reginaldo. 2019. Konsep Kampung-


Wisata Sejahtera, Kreatif, Cerdas dan Lestari Berkelanjutan Kasus Studi
di Karangwaru Riverside, Yogyakarta. Indonesia. Program Studi
Arsitektur, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Budi Jayanti, Theresia. 2017. Strategi Pengembangan Urban Heritage Tourism


Kota Cirebon, Jawa Barat. Indonesia. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,
Universitas Tarumanegara, Jakarta Barat.

Puspa Dewi, Kartika; A. Kumurur, Veronica; L.E.Sela, Rieneke. 2019. Penentuan


Kualitas Permukiman Berdasarkan Kriteria Eco Settlement Di Kelurahan
Sindulang Satu, Kota Manado. Indonesia. Program Studi Perencanaan
Wilayah dan Kota, Uniersitas Sam Ratulangi, Manado.

37
LAMPIRAN
DESAIN KUESIONER
Kuisioner Importance Performance Analysis
(IPA)

“Strategi Pengembangan Kawasan Permukiman Informal Berbasis Urban Heritage Dan Eco Settlement Di Kampung Budaya
Pandeyan, Kota Yogyakarta”

Silahkan beri tanda lingkaran (O) pada setiap angka di kolom Kepentingan (Y) dan Kepuasan (X) dalam setiap pertanyaan yang
sesuai dengan alasan dan pendapat anda.
Keterangan :

TP : Tidak Penting TB : Tidak Baik


CP : Cukup Penting CB : Cukup Baik
P : Penting B : Baik
SP : Sangat Penting SB : Sangat Baik

Nama Responden :

Umur :

Alamat :

38
Konsep Eco Settlement
Kepentingan Kepuasan
No. Aspek Ekologi Alasan Alasan Keterangan
TP CP P SP TB CB B SB
1 : Kepadatan > 100%
Kepadatan 2 : Kepadatan 60 – 100%
1. 1 2 3 4 1 2 3 4
Bangunan 3 : Kepadatan 30 – 60%
4 : Kepadatan 0 – 30%
1 : Kelas Jalan Lingkungan
Ketersediaan 2 : Kelas Jalan Lokal
2. 1 2 3 4 1 2 3 4
Kelas Jalan 3 : Kelas Jalan Kolektor
4 : Kelas Jalan Primer
1 : Sepeda motor
2 : Sepeda motor; Mobil
Ketersediaan 3 : Sepeda motor; Mobil;
3. 1 2 3 4 1 2 3 4
Transportasi Angkutan kota
4 : Sepeda motor; Mobil;
Angkutan kota; Bus kota
Ketersediaan Kepentingan Kepuasan
No. Alasan Alasan Keterangan
Sarana dan TP CP P SP TB CB B SB

39
Prasarana
1 : TK
Ketersediaan 2 : TK; SD
1. sarana 1 2 3 4 1 2 3 4 3 : TK; SD; SMP
pendidikan 4 : TK; SD; SMP; SMA &
Perguruan Tinggi
1 : Bidan
2 : Bidan; Apotek
Ketersediaan
2. 1 2 3 4 1 2 3 4 3 : Bidan; Apotek; Klinik
sarana kesehatan
4 : Bidan; Apotek; Klinik;
Rumah Sakit
1 : Masjid
Ketersediaan
2 : Masjid; Gereja
3. sarana 1 2 3 4 1 2 3 4
3 : Masjid; Gereja; Pura
peribadatan
4 : Masjid; Gereja; Pura; Vihara
1 : Minimarket
Ketersediaan
2 : Minimarket; Swalayan
sarana
4. 1 2 3 4 1 2 3 4 3 : Minimarket; Swalayan; Toko
perdagangan dan
Grosir
jasa
4 : Minimarket; Swalayan; Toko

40
Grosir; Pasar Induk
1 : Aman
2 : Aman; Nyaman
Kondisi sarana
5. 1 2 3 4 1 2 3 4 3 : Aman; Nyaman; Bersih
kawasan
4 : Aman; Nyaman; Bersih;
Terawat
1 : Komunal
Ketersediaan 2 : Semi Komunal
6. 1 2 3 4 1 2 3 4
utilitas sanitasi 3 : Semi Privat
4 : Privat
1 : Menjangkau area
permukiman
2 : Menjangkau area
permukiman; Mudah didapatkan
Ketersediaan
3 : Menjangkau area
7. utilitas jaringan 1 2 3 4 1 2 3 4
permukiman; Mudah
listrik
didapatkan; Tersedia di berbagai
lokasi
4 : Menjangkau area
permukiman Mudah didapatkan;

41
Tersedia di berbagai lokasi;
Aman
1 : Menjangkau area
permukiman
2 : Menjangkau area
permukiman; Mudah didapatkan
3 : Menjangkau area
Ketersediaan
permukiman; Mudah
8. utilitas jaringan 1 2 3 4 1 2 3 4
didapatkan; Tersedia di berbagai
telekomunikasi
lokasi
4 : Menjangkau area
permukiman Mudah didapatkan;
Tersedia di berbagai lokasi;
Aman
1 : Aman
2 : Aman; Nyaman
Kondisi utilitas
9. 1 2 3 4 1 2 3 4 3 : Aman; Nyaman; Bersih
kawasan
4 : Aman; Nyaman; Bersih;
Terawat
No. Aspek Sosial Kepentingan Alasan Kepuasan Alasan Keterangan

42
TP CP P SP TB CB B SB
1 : Pengembangan fisik.
Peran masyarakat 2 : Pengembangan fisik, non
dalam fisik.
1. pengembangan 1 2 3 4 1 2 3 4 3 : Pengembangan fisik, non
kawasan fisik, kelembagaan.
permukiman 4 : Pengembangan fisik, non
fisik, kelembagaan, spasial.
Aspek Kepentingan Kepuasan
No. Alasan Alasan Keterangan
Kelembagaan
1 : Pengembangan fisik.
Peran pemerintah 2 : Pengembangan fisik, non
dalam fisik.
1. pengembangan 3 : Pengembangan fisik, non
kawasan fisik, kelembagaan.
permukiman 4 : Pengembangan fisik, non
fisik, kelembagaan, spasial.
Efektivitas 1 : Pengembangan fisik.
2. program 1 2 3 4 1 2 3 4 2 : Pengembangan fisik, non
pemerintah fisik.

43
3 : Pengembangan fisik, non
fisik, kelembagaan.
4 : Pengembangan fisik, non
fisik, kelembagaan, spasial.

Konsep Urban Heritage


Sosial Kepentingan Kepuasan
No. Alasan Alasan Keterangan
Masyarakat TP CP P SP TB CB B SB
1 : Path (Jalan)
2 : Path (Jalan); Edges
(Tepian)
3 : Path (Jalan); Edges
Citra dan daya
1. 1 2 3 4 1 2 3 4 (Tepian); Distrik; Nodes
tarik kawasan
(Simpul)
4 : Path (Jalan); Edges
(Tepian); Distrik; Nodes
(Simpul); Landmark
Ketersediaan Kepentingan Kepuasan
No. Alasan Alasan Keterangan
Sarana dan TP CP P SP TB CB B SB

44
Prasarana
1 : TK
Ketersediaa 2 : TK; SD
1. n sarana 1 2 3 4 1 2 3 4 3 : TK; SD; SMP
pendidikan 4 : TK; SD; SMP; SMA &
Perguruan Tinggi
1 : Bidan
Ketersediaa 2 : Bidan; Apotek
2. n sarana 1 2 3 4 1 2 3 4 3 : Bidan; Apotek; Klinik
kesehatan 4 : Bidan; Apotek; Klinik;
Rumah Sakit
1 : Masjid
Ketersediaa 2 : Masjid; Gereja
3. n sarana 1 2 3 4 1 2 3 4 3 : Masjid; Gereja; Pura
peribadatan 4 : Masjid; Gereja; Pura;
Vihara
Ketersediaan 1 : Minimarket
4. sarana 1 2 3 4 1 2 3 4 2 : Minimarket; Swalayan
perdagangan 3 : Minimarket; Swalayan;

45
dan jasa Toko Grosir
4 : Minimarket; Swalayan;
Toko Grosir; Pasar Induk
1 : Aman
2 : Aman; Nyaman
Kondisi sarana
5. 1 2 3 4 1 2 3 4 3 : Aman; Nyaman; Bersih
kawasan
4 : Aman; Nyaman; Bersih;
Terawat
1 : Komunal
Ketersediaan 2 : Semi Komunal
6. 1 2 3 4 1 2 3 4
utilitas sanitasi 3 : Semi Privat
4 : Privat
1 : Menjangkau area
permukiman
Ketersediaan 2 : Menjangkau area
7. utilitas jaringan 1 2 3 4 1 2 3 4 permukiman; Mudah
listrik didapatkan
3 : Menjangkau area
permukiman; Mudah

46
didapatkan; Tersedia di
berbagai lokasi
4 : Menjangkau area
permukiman Mudah
didapatkan; Tersedia di
berbagai lokasi; Aman
1 : Menjangkau area
permukiman
2 : Menjangkau area
permukiman; Mudah
didapatkan
Ketersediaan 3 : Menjangkau area
8. utilitas jaringan 1 2 3 4 1 2 3 4 permukiman; Mudah
telekomunikasi didapatkan; Tersedia di
berbagai lokasi
4 : Menjangkau area
permukiman Mudah
didapatkan; Tersedia di
berbagai lokasi; Aman

47
1 : Aman
2 : Aman; Nyaman
Kondisi utilitas
9. 1 2 3 4 1 2 3 4 3 : Aman; Nyaman; Bersih
kawasan
4 : Aman; Nyaman; Bersih;
Terawat

Kepentingan Kepuasan

Kebudayaan
No. dan Alasan Alasan Keterangan
Lingkungan

TP CP P SP TB CB B SB

1 : Kirab
2 : Kirab; Wayang kulit
Intensitas
1. 1 2 3 4 1 2 3 4 3 : Kirab, Wayang kulit,
atraksi wisata
Karawitan
4 : Kirab, Wayang kulit,

48
Karawitan, Jathilan

1 : Bersih
2 : Bersih; Indah
Kondisi
3 : Bersih; Indah; Nyaman
lingkungan
2. 1 2 3 4 1 2 3 4 4 : Bersih; Indah; Nyaman;
Kampung
Asri
Pandeyan
5 : 4 : Bersih; Indah;
Nyaman; Asri; Terawat

49

Anda mungkin juga menyukai