Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya

kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pencemaran Sungai Citarum”.

Ucapan terima kasih kepada Bapak D. Zamzam Badruzzaman, S.Pt., M.Si. selaku

dosen mata kuliah Ilmu Lingkungan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

dan kepada semua pihak yang terlibat dalam proses pembuatan makalah ini yang

telah memberikan dorongan, semangat dan masukan.

Kami menyadari walaupun bagaimana kami berusaha menyajikan laporan

ini dengan maksimal akan tetapi pasti ada kekurangan. Jadi kami harapkan kritik

dan saran, sehingga dengan saran dan kritiknya kami dapat menjadi lebih baik

dalam pembuatan makalah selanjutnya dan dalam kehidupan agar tetap terus

barusaha untuk lebih baik.

Sumedang, 24 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Bab Halaman

KATA PENGANTAR ...................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................... iii

I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3 Maksud dan Tujuan ...................................................................... 2

II TINJAUAN PUSTAKA

III PEMBAHASAN

1.1 Pencemaran Sungai Citarum .......................................................


1.2 Dampak tercemarnya Sungai Citarum ........................................
1.3 Upaya mengatasi pencemaran Sungai Citarum ...........................
1.4 Solusi dan tanggapan mahasiswa terhadap pencemaran di
Sungai Citarum ............................................................................
IV KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 15


I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sungai Citarum memiliki peran penting bagi kehidupan masyarakat. Pada

abad ke-4 Sungai Citarum dijadikan salah satu jalur perdagangan pada masa

Hindu-Budha hingga Kerajaan Tarumanegara. Dewasa ini, sesuai sensus Badan

Pusat Statistik (BPS) 2012 menyatakan setidaknya dari 45 juta penduduk Jawa
Barat sebanyak 15 juta warga menggantungkan hidupnya dari Sungai Citarum.

Akan tetapi akibat perilaku manusia yang tidak memuliakan sungai dengan gemar

membuang sampah sembarangan, menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan

limbah pabrik, dan penggundulan hutan membuat kualitas air Sungai Citarum

drastis hingga tidak layak pakai.

Menurut Blacksmith Institute (2013), sebuah lembaga non-profit yang

bergerak dalam bidang lingkungan menyatakan bahwa ada dua sungai di

Indonesia yang masuk dalam daftar sungai terkotor dan tercemar di dunia, salah

satunya adalah Sungai Citarum. Hal ini menjadi tamparan besar bagi masyarakat

Jawa Barat, melihat kondisi sungai terpanjang di Jawa Barat yang seharusnya

mampu menjadi sumber kehidupan masyarakat kini tidak berfungsi sebagaimana

mestinya.

Dalam meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat Jawa Barat,

sebenarnya Sungai Citarum mampu menjadi sarana untuk memajukan

perekonomian masyarakatnya. Hanya saja karena masyarakat Jawa Barat yang

tinggal di sekitar Sungai Citarum belum sepenuhnya menyadari akan potensi


tersebut maka Sungai Citarum dibiarkan tercemar dan rusak tanpa tindak lanjut.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pencemaran Sungai Citarum?

2. Apa dampak tercemarnya Sungai Citarum?

3. Apa upaya pemerintah mengatasi pencemaran Sungai Citarum?

4. Bagaimana solusi dan tanggapan mahasiswa terhadap pencemaran di Sungai

Citarum?

1.3 Maksud dan Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana pencemaran di Sungai Citarum.

2. Untuk mengetahui dampak tercemarnya Sungai Citarum.

3. Untuk mengetahui upaya pemerintah mengatasi pencemaran Sungai Citarum.

4. Untuk mengetahui solusi dan tanggapan mahasiswa terhadap pencemaran di


Sungai Citarum.
II

TINJAUAN PUSTAKA

Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat,

energi atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas

perairan turun sampai pada tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat

berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Menurut Kristanto (2002) pencemaran air

adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal.

Saeni (1989) menyatakan, bahwa pencemaran yang terjadi di perairan

dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu: (1) pencemaran kimiawi berupa

bahan-bahan organik, mineral, zat-zat beracun dan radioaktif, (2) pencemaran

fisik berupa lumpur dan uap panas, dan (3) pencemaran biologis berupa

berkembangbiaknya ganggang, tumbuh-tumbuhan pengganggu air, kontaminasi

organisme mikro yang berbahaya atau dapat berupa gabungan ketiga pencemaran

tersebut.

Sekarang ini permasalahan ekologis yang menjadi perhatian utama adalah

menurunnya kualitas perairan oleh masuknya bahan pencemar yang berasal dari

berbagai kegiatan manusia seperti, sampah pemukiman, sedimentasi, industri,

pemupukan dan pestisida. Bahan pencemar yang berasal dari pemukiman pada

umumnya dalam bentuk limbah (organik dan anorganik) dan sampah. Bahan

pencemar yang terdapat dalam air limbah dapat berupa bahan terapung, padatan

tersuspensi atau padatan terlarut. Selain itu, air limbah jugadapat mengandung

mikroorganisme seperti virus, bakteri dan protozoa. Menurut Haryadi (2003),

limbah organik yang masuk ke sungai umumnya berasal dari sisa makanan,
ekskresi, deterjen, bahan pembersih, minyak dan lemak, bahan-bahan tersuspensi,

sisa insektisida, pestisida dan bahan-bahan sintetik lainnya.

Seiring dengan peningkatan pertumbuhan penduduk, maka semakin

meningkat pula usaha untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang mengikutinya.

Sehingga semakin variatif pula aktivitas manusia. Menurut Josua (2013), ada 3

jenis limbah rumah tangga yaitu limbah pertama berupa sampah, kemudian

limbah kedua berupa air limbah yang dihasilkan dari kegiatan mandi dan mencuci,

kemudian limbah ketiga adalah kotoran yang dihasilkan manusia. Limbah-limbah


ini, jika tak dikelola.

a. Sampah

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah

berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan didefinisikan oleh manusia menurut

derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep

sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama

proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia

didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenis-


jenisnya. Berdasarkan sumbernya :

1) Sampah alam

2) Sampah manusia

3) Sampah konsumsi

4) Sampah nuklir

5) Sampah industri

6) Sampah pertambangan
Berdasarkan sifatnya :

1) Sampah organik dapat diurai (degradable)

Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa

makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah

lebih lanjut menjadi kompos

2) Sampah anorganik tidak terurai (undegradable)

Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti

plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas

minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat dijadikan

sampahkomersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya.

Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus

makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas

koran, HVS, maupun karton.

b. Air limbah.

Air Limbah adalah air buangan yang dihasilkan dari suatu proses pruduksi

industri maupun domestik (rumah tangga), yang terkadang kehadirannya pada

suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki

nilai ekonomis. Dalam konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat

berdampak negative terhadap lingkungan tertutama kesehatan manusia sehingga

dilakukan penanganan terhadap limbah. Air kotor adalah air bekas pakai yang

sudah tidak memenuhi syarat kesehatan lagi dan harus dibuang agar tidak
menimbulkan wabah penyakit.

c. Sampah manusia

Sampah manusia (human waste) adalah istilah yang biasa

digunakanterhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah


manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan

sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan

bakteri. Salah satu perkembangan utama pada dialektika manusia adalah

pengurangan penularan penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup yang

higienis dan sanitasi.

Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran pipa

(plumbing). Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang misalnya melalui

sistem urinoir tanpa air.Selain itu sampah manusia juga dapat berupa sampah

konsumsi. Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia)

pengguna barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke

tempat sampah. Ini adalah sampah yang umum dipikirkan manusia. Meskipun

demikian, jumlah sampah kategori ini pun masih jauh lebih kecil dibandingkan

sampah-sampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan industri.

Berdasarkan peraturan menteri kesehatan nomor 492/Menkes/Per/IV/2010

tentang persyaratan kualitas air minum, kadmium termasuk parameter yang

berhubungan langsung dengan kesehatan. Kadar maksimun kadmium yang


diperbolehkan adalah 0,003 mg/L.
III

PEMBAHASAN

3.1 Pencemaran Sungai Citarum

Citarum adalah sungai terpanjang dan terbesar di Jawa Barat. Selain untuk

pertanian, air Sungai Citarum juga digunakan untuk berbagai keperluan industri.

Sayangnya, industri ini pula yang jadi salah satu penyebab tercemarnya sungai

Citarum. Pencemaran air sungai citarum disebabkan oleh pembuangan limbah

industri di sepanjang sungai Citarum tanpa pengolahan melalui Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL) terlebih dahulu dan juga dari sampah yang

dibuang masyarakat langsung ke sungai. Tak heran Citarum menyandang sebagai

sungai paling tercemar di dunia. Hampir 65% industri manufaktur Indonesia

terkonsentrasi di Jawa Barat, provinsi dimana Sungai Citarum terbentang. Faktor-

faktor yang menjadi pendukung hal tersebut diantaranya adalah ketersediaan

infrastruktur, tanah, sumber daya air dan juga lokasinya yang dekat dengan

Ibukota Jakarta. Beragam industri hadir disana, diantaranya elektronik, farmasi,

kulit, pengolahan makanan, dan terutama tekstil dimana Jawa Barat juga menjadi

pusat industri manufaktur tekstil modern dan industri garmen.

Sungai Citarum adalah sungai yang mengalir melewati sebelas kabupaten dan

kota di Provinsi Jawa Barat. Kesebelas Kabupaten dan Kota tersebut antara lain

Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kota Bandung, Kota Cimahi,

Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta,

Kabupaten Cianjur, Kabupaten Karawang, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi.

Luasnya Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum mencerminkan pentingnya peran

dan keberadaan sungai tersebut khususnya bagi komunitas lokal, dan


pembangunan di provinsi Jawa Barat dan tingkat nasional. Pada sisi lain, luasnya

daerah aliran Sungai Citarum juga menunjukkan adanya beberapa potensi

permasalahan yang mungkin terjadi pada ekosistem tersebut.

Status kualitas Sungai Citarum saat ini berada pada tingkat yang

mengkhawatirkan, karena badan air sungai kini mengandung berbagai jenis

kontaminan yang berasal dari berbagai sumber. Kebanyakan sektor industri,

pemukiman, dan daerah komersial yang ada di DAS Citarum membuang

limbahnya ke sungai tanpa melakukan pengolahan yang memadai. Limbah cair

industri memberikan kontribusi yang besar terhadap kondisi Sungai Citarum.

Beragam industri dengan jumlah yang banyak beroperasi di sepanjang aliran

sungai Citarum. Tahun 2007, berdasarkan kajian yang dilakukan oleh BPLHD

Provinsi Jawa Barat, terdapat 359 perusahaan yang terbagi kedalam 11 sektor

industri yang berbeda berlokasi di empat wilayah administrasi sepanjang aliran

Sungai Citarum hulu. Diantara sector-sektor industri tersebut, industri tekstil

adalah salah satu sektor yang perlu diperhatikan karena jumlahnya yang paling

dominan. Sektor industri lainnya seperti elektroplating, farmasi, logam,

makanan/minuman juga perlu diperhatikan.

Sementara itu, data terbaru mengindikasikan bahwa jumlah industri terus

bertambah. Direktori perusahaan yang dikeluarkan oleh Pusat Data dan Informasi

(PUSDATIN) Kementerian Perindustrian (2012) menunjukkan adanya

peningkatan pada populasi industri di beberapa sektor. Setiap sektor industri

berkontribusi pada jenis limbah yang berbeda bergantung pada proses produksi

yang diadopsi oleh industri tersebut. Limbah padat dan/atau cair bisa dihasilkan.

Secara umum limbah yang dihasilkan dapat berupa limbah organik atau

anorganik, berbahaya atau tidak berbahaya, beracun dan tidak beracun, logam
berat, dan sebagainya. Sebagai contoh, beberapa proses pada industri tekstil

menghasilkan baik limbah organik atau limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun)

dalam bentuk limbah cair. Limbah organik yang dihasilkan dari industri tekstil

mampu merubah nilai pH, atau meningkatkan kadar BOD dan COD dalam badan

air. Kebanyakan industri tekstil juga menghasilkan limbah logam berat yang

termasuk dalam kategori berbahaya. Banyak macam elemen logam berat yang

dihasilkan dari proses produksi tekstil, diantaranya Arsen, Cadmium, Krom,

Timbal, Tembaga, dan seng. Proses-proses dalam industri tekstil yang

menghasilkan limbah cair antara lain pengkajian dan penghilangan kanji,

pengelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnan, pencetakan, dan proses

penyempurnaan

Berbeda dengan industri tekstil, industri pelapisan logam (elektroplating)

menghasilkan limbah cair dengan karakteristik yang berbeda. Limbah

elektroplating berasal dari campuran proses seperti proses pembersihan lemak,

proses pengasaman dan/atau pembersihan dengan elektrik, dan proses pelapisan

logam. Proses pembersihan lemak pada logam dilakukan menggunakan berbagai

jenis pelarut, diantaranya pelarut benzene, trikloroetilin, metil klorida, toluene dan

karbon tertraklorida, atau larutan alkali yang mengandung natrium karbonat,

kostik, sianida, boraks, sabun, dan sebagainya. Limbah cair yang dihasilkan dari

proses ini umumnya mengandung silene, tetrakloro-etilene, metilen klorida,

aseton, dan keton. Proses lain yang menghasilkan limbah adalah proses

pengasaman dan/atau pembersihan dengan elektrik. Adapun limbah yang

dihasilkan dari proses pembersihan dengan elektrik diantaranya padatan

tersuspensi, lemak, sabun, dan cairan dengan pH tinggi (larutan alkali).

Sedangkan proses pengasaman menghasilkan limbah cair berupa cairan dengan


pH rendah (larutan asam). Proses terakhir yang menghasilkan limbah adalah

proses pelapisan, perendaman, dan pencelupan logam yang menghasilkan cairan

limbah yang mengandung sianida dan logam yang dilapisi. Jenis logam yang

umum digunakan sebagai pelapis diantaranya logam tembaga, krom, nikel, seng,

cadmium, timbal, timah, emas, perak, dan platina yang merupakan jenis-jenis

logam yang umum digunakan sebagai agen pelapis.

Berbagai regulasi telah dikeluarkan oleh Pemerintah, Pemerintah Pusat

maupun Pemerintah Daerah, dalam upaya perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup. Namun, pada praktiknya, tingkat kesadaran, partisipasi, dan

ketaatan terhadap peraturan (regulasi) yang berlaku dari masyarakat dan pelaku

industri masih sangat rendah. Sebuah survey menemukan bahwa hanya 47.2% (83

industri) dari 176 industri di Kabupaten Bandung yang telah mengelola limbah

cairnya menggunakan IPAL26 Sayangnya, dari jumlah tersebut hanya 39.5% (33

industri) yang buangan limbah dari IPAL-nya telah memenuhi baku mutu.

sedangkan sebagian lainnya hanya memenuhi kadar, beban, atau tidak memenuhi

keduanya (kadar dan beban) yang disyaratkan berdasarkan Keputusan Gubernur

No. 6 Tahun 1999.

3.2 Dampak Tercemarnya Sungai Citarum

Ada banyak sekali dampak yang dapat ditimbulkan dari pencemaran

limbah di sungai Citarum. Dampak- dampak yang ditimbulkan tentu saja

merupakan dampak yang buruk. Adapun dampak- dampak yang dapat muncul

sebab adanya pencemaran limbah pabrik ini antara lain adalah sebagai berikut:

1. Dampak bagi kesehatan


Dampak kesehatan yang ditimbulkan dari limbah pabrik ini antara lain

adalah sebagai berikut:

 Menyebabkan adanya sampah beracun.

 Timbul penyakit yang menular dari rantai makanan

 Timbulnya penyakit jamur.

 Menyebabkan penyakit kolera, diare, dan tifus.

 Timbul sampah yang dapat menimbulkan penyakit yang berhubungan

dengan tikus.

 Timbul sampah yang akan menjadi tempat perkembangbiakan lalat sehingga

mudah menularkan infeksi.

2. Dampak bagi lingkungan

Selain akan berdampak pada kesehatan, adanya limbah pabrik ini juga

dapat menyebabkan dampak buruk bagi lingkungan. Adapun beberapa dampak

negatif yang disebabkan oleh limbah pabrik bagi lingkungan antara lain adalah
sebagai berikut:

 Menurunnya kualitas lingkungan

 Menurunnya estetika atau nilai keindahan lingkungan

Dengan semakin banyaknya zat organic yang dibuang ke lingkungan

perairan, maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai

dengan bau yang menyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika

lingkungan. Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika.

Selain bau, limbah tersebut juga menyebabkan tempat sekitarnya menjadi licin.

Sedangkan limbah detergen atau sabun akan menyebabkan penumpukan busa


yang sangat banyak. Inipun dapat mengurangi estetika.
 Terhambatnya pengembangan Negara

 Membuat lingkungan kurang nyaman untuk ditempati

 Membuat makhluk hidup yang terkena pencemaran menjadi musnah atau


mati.

3.3 Upaya Mengatasi Pencemaran Sungai Citarum

Sungai Citarum di Jawa Barat menyandang predikat salah satu tempat

paling tercemar di dunia. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk

membersihkan sungai terpanjang ketiga di Indonesia ini. Program terbaru,

bertajuk “Citarum Harum”, diklaim memberikan dampak yang signifikan dalam

tahun pertamanya.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menerapkan setidaknya dua program

untuk memulihkan ekosistem sungai. Pada 2000-2003 pernah ada “Citarum

Bergetar” yang fokus pada pengendalian pencemaran. Pada 2013 muncul

“Citarum Bestari” yang secara ambisius ingin air Sungai Citarum layak minum

dalam 5 tahun - target yang akhirnya gagal dipenuhi. Program “Citarum Harum”

bergulir sejak 2018. Upaya pemerintah ini, ditambah inisiatif warga di banyak

titik, berangsur memperbaiki kondisi Citarum.

Belum ada data yang menunjukkan tingkat pencemaran Citarum

berkurang. Namun kata Dadan, hal itu bisa dilihat kasat mata melalui air yang

lebih jernih dan sampah yang berkurang. Kini, beberapa badan sungai sudah bisa

dipakai untuk kegiatan.

Untuk mengatasi permasalahan sungai citarum ini diperlukan suatu inovasi

atupun tindakan – tindakan yang dapat mengurangi tingkat pencemaran Sungai


Citarum tersebut.

1. Teknik Bioremediasi
Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme yang telah dipilih

untuk ditumbuhkan pada polutan tertentu sebagai upaya untuk menurunkan kadar

protein tersebut. Pada saat proses bioremediasi berlangsung, enzim-enzim yang

diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi struktur polutan beracun menjadi

tidak kompleks sehingga menjadi metabolit yang tidak beracun dan berbahaya.

Teknologi bioremediasi dalam pengendalian badan air tercemar dapat dilakukan

melalui proses: isolasi, pengujian bakteri dalam mengdegredasi zat pencemar,

identifikasi bakteri, dan perbayakan bakteri. Isolat bakteri tersebut dapat berasal

dari bakteri “indigenous” atau dari “commercial product”. Baik bakteri

“indigenous” maupun “commercial product” dapat mereduksi bahan pencemar

logam Pb, nitrat, nitrit, bahan organic (COD), sulfida, kekeruhan, dan ammonia di

sungai maupun danau. Perbanyakan bakteri indigenous dilakukan melalui

tahapan: pembuatan kultur stok, pemeliharaan kultur, perbanyakan kultur tahap I,

perbanyakan kultur tahap II, dan pembuatan kultur produksi. Sedangkan

perbanyakan bakteri yang berasal dari commercial product tinggal mengencerkan


produk dengan dosis yang telah ditetapkan pada kemasannya (Priadic, 2012).

2. Free Water Surface Constructed Wetland (FWS) menggunakan tanaman air

Free Water Surface Constructed Wetland dapat dilakukan dengan berbagai

macam tanaman air seperti eceng gondok, Lemmna (gulma itik), gulma air

terapung, gulma air submerged dan emergent. Instalasi pengolah limbah cair

dengan pola aliran permukaan atau free water surface constructed wetland terdiri

dari kolam atau saluran dengan menggunakan tanah atau medium untuk

mendukung perakaran tumbuhan dan air. Proses pembersihan bahan organik


pencemar dilakukan melalui metabolisme bakteri baik yang berupa bakteri yang
hidup bebas dan bakteri yang melekat pada system perakaran (Kurniadie, 2011).

3. Sosialisasi pada Masyarakat

Memberikan pendidikan atau wawasan pada masyarakat tentang

pentingnya menjaga lingkungan hidup dan menyadarkan masyarakat untuk ikut


serta dalam memelihara lingkungan khususnya kebersihan Sungai Citarum.

IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Dapat diketahui Sungai Citarum berada pada tingkat yang

mengkhawatirkan, karena badan air sungai kini mengandung berbagai jenis

kontaminan yang berasal dari berbagai sumber. Kebanyakan sektor industri,

pemukiman, dan daerah komersial yang ada di DAS Citarum membuang

limbahnya ke sungai tanpa melakukan pengolahan yang memadai.

Upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk menanggulangi pencemaran

Sungai Citarum antara lain; Citarum Bergetar, Citarum Bestari dan Citarum

Harum. Namun hal tersebut tetap harus diimbangi dengan peran masyarakat untuk

menjaga lingkungan itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Haryadi, S. (2003). Pencemaran daerah aliran sungai (DAS). Di dalam Bioregional


Jabodetabek: Tantangan dan Harapan. Workshop Pengembangan Konsep
Bioregional Sebagai Dasar Pengelolaan Kawasan Secara Berkelanjutan [4-5
Nopember 2001], pp. 165-172.

Kristanto, P. (2002). Ekologi Industri. Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Saeni. (1989). Kimia Lingkungan. Bogor: IPB.

Anda mungkin juga menyukai