Anda di halaman 1dari 23

Makalah WSBM

(Wawasan Sosial Budaya Maritim)

“FUNGSI SOSIAL DARI SETIAP UNSUR KEBUDAYAAN”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

HIKMA ABDIA (H051211024)

UMMI HAJAR (H051211019)

AGYM NASTIAR ARMAN (H051211020)

ANDI MUHAMMAD ZAKI HAUZAN RABBANI (H051211021)

RAFIAH ULYA (H051211025)

STATISTIKA A

UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat
kesehatan dan kesempatan sehingga kami bisa menyelesaikan makalah Wawasan Sosial Budaya
Maritim yang berjudul “Fungsi Sosial Dari Setiap Unsur Kebudayaan”.

Dengan selesainya makalah ini tentunya penulis mendapatkan banyak sekali bantuan dan
dukungan material maupun spiritual dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini,
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, tentunya dalam makalah ini masih
banyak kekurangan-kekurangannya oleh karena itu dengan senang hati kami akan menerima
segala kritik dan saran kepada para pembaca agar kami bisa memperbaiki makalah selanjutnya.
Semoga dengan makalah ini kita dapat mengambil pelajaran dan mengimplementasikannya
dalam kehidupan sehari-hari. Akhir kata kami ucapkan lebih dan kurangnya mohon di maafkan.

Makassar,30 September 2021

Kelompok IV

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................ ii


DAFTAR ISI ..............................................................................................................................................iii
BAB I ......................................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................................. 1
D. Manfaat ........................................................................................................................................... 1
BAB II ........................................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 2
1. Sistem Ekonomi/ Mata Pencaharian Kemaritiman .......................................................................... 2
2. Sistem Peralatan Hidup ................................................................................................................... 4
3. Sistem Religi Dan Kepercayaan ...................................................................................................... 7
4. Sistem Kesenian .............................................................................................................................. 9
BAB III ..................................................................................................................................................... 12
PENUTUP ................................................................................................................................................ 12
A. Kesimpulan ................................................................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan sosial budaya masyarakat pada umumnya meliputi berbagai aspek
kehidupan. Agama merupakan salah satu unsur yang mendominasi kehidupan sosial
suatu masyarakat. Agama dapat ditemukan di setiap masyarakat dengan berbagai macam
budayanya. Beragama adalah suatu fenomena sosial yang beragam dan kompleks.
Dikatakan beragam karena banyak agama yang sudah dan sedang berkembang di dunia.
Ada yang dikenal sebagai agama, aliran kepercayaan, aliran kebatinan dan aliran
pemujaan (occultisme1 ) pun banyak pula macam ragamnya. Disamping itu hampir setiap
agama terpecah kepada beberapa aliran, mazhab dan sekte ( Agus, 2010:1).

Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri dari berbagai macam agama.
Namun Islamlah agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Berdasarkan
hasil sensus tahun 2014, 87,18% dari 237.641.326 penduduk Indonesia adalah pemeluk
Islam, 6,96%, Protestan, 2,9% Katolik, 1,69%, Hindu, 0,72%, Budha, 0,05% Kong Hu
Chu, 0,13% agama lainnya, dan 0,38% tidak terjawab atau tidak ditanyakan (BPS, 2014).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana fungsi social dari setiap unsur kebudayaan ?
2. Bagaimana penerapan fungsi social dari setiap unsur kebudayaan ?
3. Bagaimana wujud inferensi social budaya dalam kehidupan ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Wawasan Sosial dan Budaya (WSBM). Dan juga untuk memaparkan materi fungsi social
dari setiap unsur kebudayaan agar, penulis dan pembaca dapat menambah wawasannya
menjadi lebih luas terkait materi ini.

D. Manfaat
1. Menambah wawasan terkait fungsi social dari setiap unsur kebudayaan
2. Dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
3. Memberikan pedoman social dan budaya dalam kehidupan masyarakat maritim.

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Sistem Ekonomi/ Mata Pencaharian Kemaritiman


Sektor ekonomi maritim
1. Perikanan
Seiring dengan penangkapan ikan, kegiatan penangkapan ikan sudah
berkembang sejak 1980-an. Potensi perikanan meliputi perikanan laut yaitu
cakalang/tuna, udang, pelagis kecil, dan lainnya; potensi mariculture yaitu
rumput laut, kerang-kerangan, mutiara, dan lainnya; budidaya air tawar antara
lain ikan mas, gurame, patin, dll.
2. Wisata bahari
Dengan kekayaan alam dan keindahan alam marirtim indonesia maka potensi
wisata bahari ini sangat memiliki potensi yang besar, berbagai objek dan daya
tarik wisata yang sering dimanfaatkan antara lain pantai, taman laut, olah raga
laut.
3. Pertambangan
Maritim indonesia yang luas memiliki cadangan minyak, gas dan mineral
bumi yang sangat besar. Potensi tersebut antara lain mangan, alumunium,
nikel, besi, kobalt, tembaga, dan potensi lainnya.
4. Pelayaran
Perkembangan potensi pelayaran dianggap lebih efesien dalam
mendistribusikan barang dalam jumlah besar dibandingkan moda transportasi
darat maupun udara. Adapun aspek sektor pelayaran antara lain, lintas kapal,
barang, dan penunpang, industri perkapalan, serta asuransi perkapalan.
5. Potensi jasa laut
Jasa kelautan menjadi salah satu potensial yang dapat dikembangkan menjadi
lebih baik yang dapat meningkatkan perekonomian negara yang meliputi jasa
pelayanan pelabuhan, pelayanan keselamatan pelayaran, pengangkutan, dan
jasa lingkungan (pengolahan limbah).

2
Sistem produksi dalam ekonomi kemaritiman (sektor perikanan)
1. Status kepemilikan/penguasaan sumberdaya perikanan
a. Dikuasai bersama kelompok masyarakat (communal property right)
b. Dikuasai secara individual/ pribadi (individual/private property right)
c. Dikuasai oleh negara (state property right)
d. Dimanfaatkan secara bebas/terbuka (open access/use): konsep masih
diperdebatkan ketepatan dan kebenarannya.
2. Pengelolaan dan modal
a. Modal berupa uang dan alat-alat produksi
b. Salah satu penentu terpenting bagi penggerak usaha
c. Hanya orang tertentu yang berpotensi menjadi pengusaha
d. Pengelolaan secara tradisional dan modern
e. Modal usaha sektor ekonomi kebaharian sifatnya riskan pada kerugian
(modal lapuk).
3. Tenaga kerja/ pekerja
a. Tenaga kerja direkrut dari orang sehat fisik dan mental (usia remaja
hingga usia 60-an).
b. Kebanyakan dari kaum laki-laki
c. Anggota kerabat, teman, orang sekampung/sedesa
d. Perusahaan kapitalistis mensyaratkan sumberdaya manusia
berpengetahuan dan keterampilan formal (ada ijazah atau sertifikat).
e. Memiliki sikap dan mental kebaharian (loyalitas klp, disiplin, terampil,
bertanggung jawab, teguh pendirian, dsb).
4. Pengetahuan dan keterampilan
a. Dominasi pengetahuan dan keterampilan informal (bersumber dari
pengalaman dan pewarisan dari generasi ke generasi)
b. Sedikit pengetahuan dan keterampilan formal dan nonformal (bersumber
dari lembaga pendidikan formal kejuruan minimal setingkat sma dan
program pelatihan/kursus).

3
Sistem distribusi dan pemasaran (sektor perikanan)
Bisnis perikanan dapat berjalan dan menghasilkan keuntungan melalui
kegiatan pemasaran. Ini merupakan elemen yang penting dalam menciptakan
suatu iklim bisnis yang dapat menumbuhkan sistem ekonomi bisnis perikanan,
memenuhi kebutuhan konsumsi ikan dalam negeri dan ketahanan pangan,
menumbuhkan ekonomi lokal dan pendapatan masyarakat.
a. Distribusi pendapatan dengan aturan bagi hasil (tradisional) dan sistem
pengupahan (modern)
b. Pemasaran atau barter : karakteristik umum perikanan laut ialah hasil
tangkapan merupakan barang pertukaran melalui barter atau pemasaran/
penggunaan uang, bukan atau sangat sedikit untuk dikonsumsi secara
langsung
c. Kedudukan/lokasi pasar: lokal, daerah, lintas daerah provinsi/ pulau, nasional,
lintas negara/pasar ekspor
d. Konsumen : dalam negeri dan luar negeri.

Fungsi sosial dari sistem ekonomi maritim (perikanan)


1. Menumbuhkembangkan kolektivitas kelompok usaha tingkat desa hingga
korporasi tingkat nasional dan internasional
2. Memantapkan hubungan dan solidaritas sosial (mekanik tradisional, organik
modern) dalam kelompok/organisasi sosial
3. Mengembangkan jaringan sosial, pergaulan, dan kemitraan usaha
antarindividu, komunitas, etnis berbeda dalam konteks regional, nasional, dan
internasional lewat transaksi jual-beli.

2. Sistem Peralatan Hidup

Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan


selalu membuat peralatan atau benda-benda. Perhatian awal para antropolog dalam
memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu
masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan
bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur

4
kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan
kebudayaan fisik.

Fungsi sosial-budaya dari sistem teknologi maritim


1. Memperkuat kekompakan untuk bekerjasama
2. Menumbuhkan daya kreativitas inovatif dan adaptasi nelayan atau pelayar
3. Memberi simbol identitas kelompok kerja, etnik, dan tingkat kebangsaan.

Kompleksitas bentuk dan variasi teknologi yang digunakan masyarakat maritim


menjadi pembeda sekaligus keunikannya. Faktor keberagaman bentuk teknologi yang
digunakan merupakan hasil dari faktor kreativitas dan inovasi lokal, sifat proses difusi
unsur teknologi kebaharian yang cepat, dan sifat keterbukaan masyarakat maritim
merespons perubahan dari luar.

Berbagai tipe perahu tradisional yang dimiliki kelompok-kelompok suku bangsa


pelaut di indonesia yaitu p. Patorani (makassar), lambo (mandar), pinisi (bugis),
bagang (bugis), lambo (buton), mayang (jawa), nade (sumatra), dan masih banyak
lagi. Tipe perahu dan kapal bukan hanya dicirikan semata-mata dengan
konstruksi/desainnya, ada juga unsur seni sperti ukiran,gambar,dan kombinasi warna
cat yang melekat di perahu tersebut.

1) Perahu kajang
Perahu kajang merupakan perahu tradisional khas kabupaten ogan komering ilir
(oki), berasal dari daerah kayu agung dan ternyata sudah digunakan masyarakat
sebagai transportasi sejak masa kerajaan sriwijaya (utomo, 2015). Perahu kajang
merupakan alat transportasi tradisional sekaligus menjadi rumah pada masa
lampau bagi masyarakat di sekitar sungai musi. Fungsi lain perahu ini sebagai
tempat tinggal bagi pemiliknya sehingga badan perahu dibagi menjadi 3 bagian.
Yaitu, di bagian depan merupakan ruang untuk menyimpan barang-barang
komoditas yang dijual dan tempat kemudi, di bagian tengah adalah ruang keluarga
untuk tempat tidur, dan di bagian belakang adalah kamar mandi dan dapur. Perahu
kajang termasuk perahu tipe tradisional dari asia tenggara. Salah satu ciri yang
bisa dikenali adalah adanya lubang-lubang yang terdapat di bagian permukaan
dan sisi papan.

2) Perahu katinting
Perahu katinting merupakan perahu tradisional yang banyak digunakan oleh
nelayan-nelayan tradisional di indonesia. Perahu katinting dipergunakan di
beberapa daerah dengan modifikasi-modifikasi tertentu sehingga setiap daerah
memiliki kekhasannya tersendiri yang disesuaikan dengan kondisi laut di wilayah
tersebut.

3) Solu parduadua
Untuk menangkap ikan, nelayan di danau toba menggunakan perahu andalan
mereka, solu parduadua. Yaitu perahu tradisional yang banyak dipakai di perairan

5
danau tersebut. Sayangnya, saat ini jenis perahu tersebut sudah jarang lagi ditemui
dan sudah tergantikan oleh sampan. Biasanya perahu ini digunakan masyarakat
untuk mencari ikan di sekitar perairan danau toba. Perahu ini dibuat dari kayu jior
atau ilung dengan panjang 6 hingga 8 meter dan ini dibuat dari kayu utuh tanpa
ada paku sebagai penahannya. Untuk melestarikan budaya lokal maka pemerintah
daerah sering mengadakan festival yang bertemakan perahu solu parduadua.
Sekarang perahu solu parduadua merupakan salah satu objek wisata yang sangat
digemari. Waktu pembuatan yang lama serta bahan baku yang sulit didapat
menjadi penyebab perahu solu parduadua sudah jarang lagi diproduksi.

4) Golekan lete
Ciri khas dari perahu ini adalah adanya rumah kecil di atas perahu yang
diperuntukan bagi penumpang yang ingin beristirahat. Menurut minh dan pham
(2012), perahu golekan identik dengan pedagang madura yang berasal dari
madura. Berbeda dengan perahu di jawa, golekan memiliki bentuk yang dangkal
dan kapasitas kecil, dengan batang dan buritan yang dihiasi dengan rumit. Perahu
golekan memiliki linggi yang berbentuk runcing, sementara di bagian belakang
tidak mempunyai linggi. Golekan menggunakan layar yang dipasang di atas
rumah kecil. Yang menarik adalah seluruh golak di bagian luar dipenuhi hiasan
dengan motif flora, yang menggunakan motif garis melengkung, dan motif ukiran
pada bagian sumbi.

5) Jukung bali
Perahu jukung bali biasanya dilengkapi dengan satu layar dengan tiang panjang.
Tiang layar menempel pada kayu penguat cadik bagian depan. Sedang kayu
penguat cadik dibuat dari bambu dan dipotong meruncing, perahu-perahu bali ini
mempunyai bentuk yang sangat artistik. Bagian depan perahu berbentuk seperti
kepala ikan, sedangkan bagian belakang perahu dibentuk seperti ekor ikan dan
dipahatkan lengkung ke atas. Perahu-perahu bali ditemukan hampir di seluruh
pantai bali baik di bali utara, bali barat, bali selatan, dan pantai timur.

6) Pinisi
Pinisi tak hanya menggambarkan kapal, namun juga melambangkan pelayaran
nusantara, sebagai suatu tradisi yang telah berlangsung sejak zaman prasejarah.
Ditandai dengan penemuan lukisan gua prasejarah, berupa gambar perahu dan
juga ikan. Bentuk perahu pinisi sangat khas, memiliki dua tiang dan tujuh layar
dan ini menjadi pakem dalam pembuatan pinisi. Hal lain yang menarik dari pinisi
adalah kapal ini tidak menggunakan paku melainkan pasak berbahan kayu yang
sama dengan kayu yang digunakan untuk pinisi. Pinisi adalah sebuah kapal layar
yang menggunakan jenis layar sekunar, dengan dua tiang dan seluruhnya tujuh
sampai delapan helai layar.

7) Sandeq
Tidak hanya suku bugis dan makassar, suku mandar dari sulawesi barat
merupakan salah satu suku bangsa yang juga andal dalam membuat perahu.

6
Sandeq adalah perahu tradisional yang dibuat oleh suku mandar. Sandeq memiliki
kekhasan cadik ganda dan berwarna putih. Sandeq sendiri artinya runcing yang
merujuk pada bentuk haluan perahu yang tajam. Awalnya dikembangkan di
kampung pambusuang oleh para pembuat perahu yang dinamakan pande’ lopi
(tukang perahu).

Adapun teknologi penangkapan ikan yang dilakukan masyarakat di indonesia itu


seperti pukat, jaring, pancing, bubu, alat tusuk seperti tombak dan panah, dan teknik
lainnya. Peralatan tradisional yang digunakan seperti pukat itu terdiri atas berbagai
jenis, diantaranya seperti pukat hanyut, pukat tangguk, pukat bakul, pukat rentang,
pukat tarik, dan pukat sorong. Peralatan lain seperti belat, pancing, bubu, dan rawai
itu semua dihasilkan sendiri oleh nelayan. Alat ini dibuat dengan menyesuaikan
perahu yang dimiliki. Apabila nelayan diperkenalkan dengan teknologi baru, nelayan
memerlukan modal yang besar untuk memberi alatan tersebut. Jenis pukat yang
memiliki ukuran lebih besar, akan memerlukan tenaga nelayan yang ramai bagi
menarik pukat berukuran besar. Sebagai contoh pukat jerut memerlukan tenaga 25
hingga 48 orang untuk menarik pukat. Keadaan ini tidak sesuai dengan ukuran perahu
tradisional yang hanya mampu membawa 10 hingga 20 orang.

Penggunaan perahu sangat dekat dengan aktivitas menangkap ikan di mana


nelayan merupakan pekerjaan yang telah lama dilakukan oleh masyarakat. Kegiatan
penangkapan ikan ini masih relevan dan dilakukan hingga saat ini namun dalam
situasi yang berbeda. Dalam jenis perahu dan alat tangkap, menjadi fakta bahwa
teknologi lokal dengan ciri kebudayaan suku bangsa pelaut tertentu masih bertahan.
Sebaliknya, tipe kapal dan mesin serta berbagai unsur perlengkapan modern justru
menunjukkan homogenitas atas konsekuensi adanya homogeni ilmu pengetahuan dan
teknologi modern. Perkembangan ilmu pengetahuan menjadikan sektor perikanan
terus berdaya saing dan berbagai upaya dilakukan untuk memastikan bahwa sektor
perikanan tidak hanya sekedar kegiatan subsisten tetapi berubah menjadi industri
bisnis yang menguntungkan. Pengenalan teknologi baru kepada nelayan tradisional
dinilai berhasil meningkatkan total tangkapan ikan. Namun, perubahan teknologi ini
juga mempengaruhi sistem budaya nelayan yang telah lama diwariskan dan
diwariskan. Perahu tradisional yang dulunya menjadi alat transportasi utama dan
pencapaian tertinggi bangsa dalam penciptaan teknologi kini telah diabaikan. Semua
pihak perlu berperan untuk memantau, mempertahankan dan memulihkan warisan
budaya khususnya perahu tradisional untuk melestarikan seni warisan budaya lama.

3. Sistem Religi Dan Kepercayaan

Kebudayaan lahir tidak hanya serta merta, namun adanya berbagai tahapan. Salah
satu tahapan tersebut adalah dari sistem religi. Hal ini terjadi disebabkan bahwa
sistem religi menjadi salah satu unsur kebudayaan yang tampak paling lahir
(koentjaraningrat, 1990:375).

7
Berdasarkan pendekatan antropologi, dalam memahami unsur sistem religi tidak
dapat dipisahkan dari religious emotion atau emosi keagamaan. Emosi keagamaan
adalah perasaan dalam diri manusia yang mendorongnya untuk melakukan tindakan-
tindakan yang bersifat religius. Emosi keagamaan ini pula yang memunculkan konsep
benda-benda sakral dalam kehidupan manusia.

Selain emosi keagamaan, terbentuknya sistem religi juga dipengaruhi oleh unsur
penting seperti sistem keyakinan, sistem upacara keagamaan dan suatu umat yang
menganut religi itu. Kekuatan sistem religi tersebut dapat dinilai dari ketiga unsur
penting tersebut. Kekuatan disini adalah ukuran besarnya pengaruh sistem religi
didalam mempengaruhi kehidupan manusia, khususnya kebudayaan manusia

Sistem keyakinan.

Kepercayaan atau keyakinan merupakan salah satu struktur religi. Dalam


pengertian yang sempit, kepercayaan meliputi keyakinan adanya tuhan (tuhan tunggal
atau berbilang banyak) atau sesuatu yang dipandang adikodrati (supernatural) yang
menggenggam dan menentukan nasib manusia. Sedangkan dalam pengertian yang
luas, kepercayaan meliputi keyakinan kehidupan baru sesudah mati, tentang yang
sakral dan yang duniawi, yang boleh dan yang dilarang, yang halal dan yang haram,
yang baik dan yang jahat, dengan keyakinan-keyakinan tersebut orang-orang
berusaha memberikan dasar pertautan segenap tindakan dan hubungan hubungannya.

Sistem upacara keagamaan (ritual),

Agama bukanlah sesuatu keyakinan yang hanya diucapkan secara lisan, akan
tetapi agama memiliki berbagai macam ajaran yang diyakini oleh umatnya termasuk
juga adanya ritual. Oleh karena itu, menurut firth, bahwa agama (religi) belumlah
terbentuk secara menyeluruh jika tidak memiliki upacara keagamaan (ritual) yang
dikaitkan dengan keyakinan tersebut. Sederhana dapat dijelaskan bahwa yang
dimaksud dengan ritual.

Umat yang menganut religi itu.

Bagi masyarakat pesisir agama dijadikan sebagai kerangka referensi tindakan.


Sehingga seluruh tindakan yang dilakukan merupakan ajaran agama tersebut yang
telah adaptif dengan budaya lokal. Masyarakat pesisir yang merupakan masyarakat
yang mayoritas penghasilannya sehari-hari dari hasil laut mereka itu adalah para
nelayan. Dalam kehidupan beragama ditemukan sikap mensakralkan sesuatu sesuatu
baik tempat, kitab, orang, benda tertentu, dan lain sebagainya. Suci atau sakral bukan
sifat benda itu sendiri, tetapi diberikan oleh manusia atau masyarakat yang

8
mensucikan benda yang disucikan. Di dalam agama islam, hari jumat
merupakan hari suci dimana umat muslim terutama pria melaksanakan
ibadah sholat jumat. Oleh karena itu nelayan dari beberapa daerah di
indonesia memilih libur pada hari jumat, seperti berau, kalimantan timur;
pangandaran, jawa barat; dan beberapa daerah lain

Ada berbagai macam ritual yang dijalankan oleh masyarakat maritim di


indonesia. Salah satunya adalah ritual pengucapan syukur atas sumber daya yang
telah diberikan alam kepada nelayan yang dijalankan setiap tahun. Ini merupakan
ungkapan rasa syukur manusia kepada pemberi penghidupan dan juga kepada alam.

 Contoh kasus

Maccera’ tasi ini adalah salah satu dari berbagai macam ritual yang dijalankan
oleh masyarakat maritim indonesia. Maccera’ tasi merupakan upacara yang
dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa atas nikmat
dan rezeki yang diberikan berupa hasil laut yang melimpah. .tradisi ini dilakukan oleh
masyarakat sekali dalam setahun dan biasanya dilaksanakan pada akhir tahun. Dalam
pelaksanaannya, upacara ini mengandung unsur-unsur animisme. Karena sebelum
islam masuk ke luwu, masyarakat telah menganut kepercayaan attoriolong (orang
terdahulu). Masyarakat luwu awalnya percaya bahwa bumi ini kosong, dan dewa-
dewa telah sepakat agar sang penciptamengisinya, dengan tujuan agar seluruh
manusia selalu berdoa dan bersyukur kepada pencipta. Maka dari itu, dilaksanakan
upacara maccera’ tasi sebagi rasa syukur atas hasil laut yang melimpah. Namun
setelah islam datang, prosesi pelaksanaannya mengalami perubahan dan disesuaikan
dengan kaidah dan syariat islam. Adapun unsur-unsur yang bertentangan dengan
ajaran islam digantikan dengan hal lainnya.

4. Sistem Kesenian

Kesenian tradisional dilihat sebagai identitas kultural masyarakat pendukungnya


yang berfungsi secara sosial dan ritual. Kesenian tradisional ini juga dipercaya
masyarakat pendukungmya tidak sekadar sebagai hiburan yang menciptakan
kegembiraan, namun ia juga menjadi media yang mampu memfasilitasi doa dan
harapan mereka. Kendatipun penyajian kesenian tradisional saat ini mengalami
perubahan berbagai gaya dan variasi, namun secara fungsional hal itu merupakan
bentuk strategi adaptif masyarakat pendukung dalam mempertahankan dan
melestarikan kesenian tradisional. Determinasi teknologi komunikasi atau terpaan
teknologi komunikasi hadir di tengah-tengah masyarakat dan memengaruhi cara
pandang dan perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di dalamnya
pada kesenian tradisional mereka.

9
Sistem peralatan hidup kompleksitas bentuk dan variasi teknologi yang digunakan
masyarakat maritim menjadi pembeda sekaligus keunikannya faktor keberagaman
bentuk teknologi yang digunakan merupakan hasil dari faktor kreativitas dan inovasi
lokal,sifat proses difusi unsur teknologi kebaharian yang cepat, dan sifat keterbukaan
masyarakat maritim merespons perubahan dari luar. Bebagai tipe perahu tradisional
miliki kelompok-kelompok suku bangsa pelaut di indonesia (lihat horidge, 1985,
1986) antara lain :

A. P. Patorani (makassar)

B. Lambo (mandar)

C. Pinisi (bugis)

D. Bagang (bugis)

E. Lambo (buton)

F. Mayang (jawa) 10

G. Nade (sumatra)

Tipe perahu dan kapal bukan hanya dicirikan semata-mata dengan


konstruksi/desainnya, ada juga unsur seni sperti ukiran,gambar,dan kombinasi warna
cat yang melekat di perahu tersebut. Adapun perahu pinisi yang kurang dalam unsur
seninya, namun kuat dalam desain konstruksi. Konstruksi ini berdasarkan pada
pertimbangan nilai pragmatis berupa fungsi keseimbangan,daya muat,dan
keseimbangan. Teknologi penangkapan ikan di indonesia (lihat p.n. Van kampen,
1909) dikategorikan menjadi lima kategori besar, antara lain :

a. Net

b. Pancing

c. Bubu

d. Alat tusuk : tombak,panah

e. Teknik lainnya

Dalam jenis perahu dan alat tangkap, menjadi fakta bahwa teknologi lokal dengan
ciri kebudayaan suku bangsa pelaut tertentu masih bertahan. Sebaliknya, tipe kapal

10
dan mesin serta berbagai unsur perlengkapan modern justru menunjukkan
homogenitas atas konsekuensi adanya homogeni ilmu pengetahuan dan teknologi
modern. Seni kemaritiman kebudayaan maritim tidak luput dari unsur kesenian
terutama seni arsitektur/konstruksi kapal/perahu dan layar

Contoh keseniannya:

1.ukiran dan gambar dengan morif dan warna cet

2. Lagu dan musik

3. Perahu-perahu jawa dan bali,india dan cina banyak dicirikan dengan ukiran dan
gambar bintang dengan kimbinasi cet

4. Kesenian tarian

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Masyarakat dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan, karena masyarakat
merupakan wadah dari kebudayaan itu sendiri. Sehingga manusia melahirkan kebudayaan
yang dianggap sebagai nilai- nilai yang hidup bagi masyarakat. Dengan adanya suatu
kebudayaan disebabkan oleh keberadaan manusia itu sendiri, akan tetapi kebudayaan
hanya aakan tumbuh berkembang pada masyarakat yang berjumlah banyak atau manusia
yang hidup secara berkelompok dan beragam suku bangsa.

Adanya nilai- nilai fungsi sosial dan budaya yang berkembang dalam masyarakat
merupakan suatu hal yang menegaskan bahwa masyarakat dan kebudayaan tidak dapat
dipisahkan. Begitu juga dengan nilai- nilai sosial dan budaya yang terbentuk atas
penggabungan unsur- unsur budaya yang ada dalam masyarakat.

B. Saran
Tumbuh kembangnya potensi dan sektor-sektor ekonomi dan jasa maritim,
memerlukan dan harus diikuti dengan perkembangan dan perubahan-perubahan sebagai
fungsi nilai-nilai social-budaya maritime dalam tatanan berkehidupan. Dengan adanya
pengetahuan tentang fungsi social budaya kita akan lebih terarah dalam berkehidupan
social dan budaya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Chandra, handy. 2019. Industri dan ekonomi maritim, seri buku besar mariim indonesia.
Jakarta pusat : amafrad press (badan riset dan sumber daya manusia)
Forum rektor indonesia. 2015. Naskah akademik 2015
S.widjaja dan kadarusman. 2019. Sosial budaya masyarakat maritim. Jakarta : amafrad
press.
Thabroni, Gamal. 2020. Unsur Unsur Budaya – Wujud, Unsur Kebudayaan & Prinsip.
serupa.id. Accessed September 29, 2021. https://serupa.id/unsur-unsur-budaya/.

13
WAWASAN
SOSIAL DAN
BUDAYA
FUNGSI SOSIAL DARI SETIAP UNSUR KEBUDAYAAN
KELOMPOK 4
HIKMA ABDIA (H051211024)
UMMI HAJAR (H051211019)
AGYM NASTIAR ARMAN (H051211020)
ANDI MUHAMMAD ZAKI HAUZAN RABBANI (H051211021)
RAFIAH ULYA (H051211025)
Sistem Ekonomi/ Mata Pencaharian Kemaritiman

 Sektor ekonomi maritim


1) Perikanan
2) Wisata Bahari
3) Pertambangan
4) Pelayaran
5) Potensi Jasa Laut
 Sistem produksi dalam ekonomi kemaritiman
1) Status kepemilikan/penguasaan sumberdaya perikanan
2) Pengelolaan dan modal
3) Tenaga kerja/ pekerja
4) Pengetahuan dan keterampilan
 Sistem distribusi dan pemasaran (sektor perikanan)
Bisnis perikanan dapat berjalan dan menghasilkan keuntungan melalui kegiatan pemasaran. Ini
merupakan elemen yang penting dalam menciptakan suatu iklim bisnis yang dapat menumbuhkan sistem
ekonomi bisnis perikanan, memenuhi kebutuhan konsumsi ikan dalam negeri dan ketahanan pangan,
menumbuhkan ekonomi lokal dan pendapatan masyarakat.
 Fungsi sosial dari sistem ekonomi maritim (perikanan)
1. Menumbuhkembangkan kolektivitas kelompok usaha tingkat desa l
2. Memantapkan hubungan dan solidaritas sosial
3. Mengembangkan jaringan sosial, pergaulan, dan kemitraan usaha antarindividu, komunitas, etnis
berbeda dalam konteks regional, nasional, dan internasional lewat transaksi jual-beli.
SISTEM PERALATAN HIDUP
Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan
selalu membuat peralatan atau benda-benda. Perhatian awal para antropolog
dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai
suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup
dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan
tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi
merupakan bahasan kebudayaan fisik.

Fungsi sosial-budaya dari sistem teknologi maritim


1) Memperkuat kekompakan untuk bekerjasama
2) Menumbuhkan daya kreativitas inovatif dan adaptasi nelayan atau pelayar
3) Memberi simbol identitas kelompok kerja, etnik, dan tingkat kebangsaan.
SISTEM RELIGI
Kebudayaan lahir tidak hanya serta merta, namun adanya berbagai
tahapan. Salah satu tahapan tersebut adalah dari sistem religi. Hal ini terjadi
disebabkan bahwa sistem religi menjadi salah satu unsur kebudayaan yang
tampak paling lahir (koentjaraningrat, 1990:375).

Berdasarkan pendekatan antropologi, dalam memahami


unsur sistem religi tidak dapat dipisahkan dari religious
emotion atau emosi keagamaan.
1) Sistem Keyakinan
2) Sistem Upacara Keagamaan
3) Umat yang Menganut Religi
SISTEM kesenian
Kesenian tradisional dilihat sebagai identitas kultural
masyarakat pendukungnya yang berfungsi secara Seni kemaritiman kebudayaan maritim
sosial dan ritual. Kesenian tradisional ini juga dipercaya tidak luput dari unsur kesenian terutama
masyarakat pendukungmya tidak sekadar sebagai seni arsitektur/konstruksi kapal/perahu
hiburan yang menciptakan kegembiraan, namun ia dan layar
juga menjadi media yang mampu memfasilitasi doa
dan harapan mereka. Kendatipun penyajian kesenian Contoh keseniannya:
tradisional saat ini mengalami perubahan berbagai
gaya dan variasi, namun secara fungsional hal itu ● ukiran dan gambar dengan morif
merupakan bentuk strategi adaptif masyarakat dan warna cet
pendukung dalam mempertahankan dan melestarikan ● Lagu dan musik
kesenian tradisional. Determinasi teknologi komunikasi ● Perahu-perahu jawa dan bali,india
atau terpaan teknologi komunikasi hadir di tengah- dan cina banyak dicirikan dengan
tengah masyarakat dan memengaruhi cara pandang ukiran dan gambar bintang dengan
dan perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari, kimbinasi cet
termasuk di dalamnya pada kesenian tradisional ● Kesenian tarian
mereka.
THANKS….

Anda mungkin juga menyukai