DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
STATISTIKA A
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat
kesehatan dan kesempatan sehingga kami bisa menyelesaikan makalah Wawasan Sosial Budaya
Maritim yang berjudul “Fungsi Sosial Dari Setiap Unsur Kebudayaan”.
Dengan selesainya makalah ini tentunya penulis mendapatkan banyak sekali bantuan dan
dukungan material maupun spiritual dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini,
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, tentunya dalam makalah ini masih
banyak kekurangan-kekurangannya oleh karena itu dengan senang hati kami akan menerima
segala kritik dan saran kepada para pembaca agar kami bisa memperbaiki makalah selanjutnya.
Semoga dengan makalah ini kita dapat mengambil pelajaran dan mengimplementasikannya
dalam kehidupan sehari-hari. Akhir kata kami ucapkan lebih dan kurangnya mohon di maafkan.
Kelompok IV
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan sosial budaya masyarakat pada umumnya meliputi berbagai aspek
kehidupan. Agama merupakan salah satu unsur yang mendominasi kehidupan sosial
suatu masyarakat. Agama dapat ditemukan di setiap masyarakat dengan berbagai macam
budayanya. Beragama adalah suatu fenomena sosial yang beragam dan kompleks.
Dikatakan beragam karena banyak agama yang sudah dan sedang berkembang di dunia.
Ada yang dikenal sebagai agama, aliran kepercayaan, aliran kebatinan dan aliran
pemujaan (occultisme1 ) pun banyak pula macam ragamnya. Disamping itu hampir setiap
agama terpecah kepada beberapa aliran, mazhab dan sekte ( Agus, 2010:1).
Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri dari berbagai macam agama.
Namun Islamlah agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Berdasarkan
hasil sensus tahun 2014, 87,18% dari 237.641.326 penduduk Indonesia adalah pemeluk
Islam, 6,96%, Protestan, 2,9% Katolik, 1,69%, Hindu, 0,72%, Budha, 0,05% Kong Hu
Chu, 0,13% agama lainnya, dan 0,38% tidak terjawab atau tidak ditanyakan (BPS, 2014).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana fungsi social dari setiap unsur kebudayaan ?
2. Bagaimana penerapan fungsi social dari setiap unsur kebudayaan ?
3. Bagaimana wujud inferensi social budaya dalam kehidupan ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Wawasan Sosial dan Budaya (WSBM). Dan juga untuk memaparkan materi fungsi social
dari setiap unsur kebudayaan agar, penulis dan pembaca dapat menambah wawasannya
menjadi lebih luas terkait materi ini.
D. Manfaat
1. Menambah wawasan terkait fungsi social dari setiap unsur kebudayaan
2. Dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari
3. Memberikan pedoman social dan budaya dalam kehidupan masyarakat maritim.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Sistem produksi dalam ekonomi kemaritiman (sektor perikanan)
1. Status kepemilikan/penguasaan sumberdaya perikanan
a. Dikuasai bersama kelompok masyarakat (communal property right)
b. Dikuasai secara individual/ pribadi (individual/private property right)
c. Dikuasai oleh negara (state property right)
d. Dimanfaatkan secara bebas/terbuka (open access/use): konsep masih
diperdebatkan ketepatan dan kebenarannya.
2. Pengelolaan dan modal
a. Modal berupa uang dan alat-alat produksi
b. Salah satu penentu terpenting bagi penggerak usaha
c. Hanya orang tertentu yang berpotensi menjadi pengusaha
d. Pengelolaan secara tradisional dan modern
e. Modal usaha sektor ekonomi kebaharian sifatnya riskan pada kerugian
(modal lapuk).
3. Tenaga kerja/ pekerja
a. Tenaga kerja direkrut dari orang sehat fisik dan mental (usia remaja
hingga usia 60-an).
b. Kebanyakan dari kaum laki-laki
c. Anggota kerabat, teman, orang sekampung/sedesa
d. Perusahaan kapitalistis mensyaratkan sumberdaya manusia
berpengetahuan dan keterampilan formal (ada ijazah atau sertifikat).
e. Memiliki sikap dan mental kebaharian (loyalitas klp, disiplin, terampil,
bertanggung jawab, teguh pendirian, dsb).
4. Pengetahuan dan keterampilan
a. Dominasi pengetahuan dan keterampilan informal (bersumber dari
pengalaman dan pewarisan dari generasi ke generasi)
b. Sedikit pengetahuan dan keterampilan formal dan nonformal (bersumber
dari lembaga pendidikan formal kejuruan minimal setingkat sma dan
program pelatihan/kursus).
3
Sistem distribusi dan pemasaran (sektor perikanan)
Bisnis perikanan dapat berjalan dan menghasilkan keuntungan melalui
kegiatan pemasaran. Ini merupakan elemen yang penting dalam menciptakan
suatu iklim bisnis yang dapat menumbuhkan sistem ekonomi bisnis perikanan,
memenuhi kebutuhan konsumsi ikan dalam negeri dan ketahanan pangan,
menumbuhkan ekonomi lokal dan pendapatan masyarakat.
a. Distribusi pendapatan dengan aturan bagi hasil (tradisional) dan sistem
pengupahan (modern)
b. Pemasaran atau barter : karakteristik umum perikanan laut ialah hasil
tangkapan merupakan barang pertukaran melalui barter atau pemasaran/
penggunaan uang, bukan atau sangat sedikit untuk dikonsumsi secara
langsung
c. Kedudukan/lokasi pasar: lokal, daerah, lintas daerah provinsi/ pulau, nasional,
lintas negara/pasar ekspor
d. Konsumen : dalam negeri dan luar negeri.
4
kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan
kebudayaan fisik.
1) Perahu kajang
Perahu kajang merupakan perahu tradisional khas kabupaten ogan komering ilir
(oki), berasal dari daerah kayu agung dan ternyata sudah digunakan masyarakat
sebagai transportasi sejak masa kerajaan sriwijaya (utomo, 2015). Perahu kajang
merupakan alat transportasi tradisional sekaligus menjadi rumah pada masa
lampau bagi masyarakat di sekitar sungai musi. Fungsi lain perahu ini sebagai
tempat tinggal bagi pemiliknya sehingga badan perahu dibagi menjadi 3 bagian.
Yaitu, di bagian depan merupakan ruang untuk menyimpan barang-barang
komoditas yang dijual dan tempat kemudi, di bagian tengah adalah ruang keluarga
untuk tempat tidur, dan di bagian belakang adalah kamar mandi dan dapur. Perahu
kajang termasuk perahu tipe tradisional dari asia tenggara. Salah satu ciri yang
bisa dikenali adalah adanya lubang-lubang yang terdapat di bagian permukaan
dan sisi papan.
2) Perahu katinting
Perahu katinting merupakan perahu tradisional yang banyak digunakan oleh
nelayan-nelayan tradisional di indonesia. Perahu katinting dipergunakan di
beberapa daerah dengan modifikasi-modifikasi tertentu sehingga setiap daerah
memiliki kekhasannya tersendiri yang disesuaikan dengan kondisi laut di wilayah
tersebut.
3) Solu parduadua
Untuk menangkap ikan, nelayan di danau toba menggunakan perahu andalan
mereka, solu parduadua. Yaitu perahu tradisional yang banyak dipakai di perairan
5
danau tersebut. Sayangnya, saat ini jenis perahu tersebut sudah jarang lagi ditemui
dan sudah tergantikan oleh sampan. Biasanya perahu ini digunakan masyarakat
untuk mencari ikan di sekitar perairan danau toba. Perahu ini dibuat dari kayu jior
atau ilung dengan panjang 6 hingga 8 meter dan ini dibuat dari kayu utuh tanpa
ada paku sebagai penahannya. Untuk melestarikan budaya lokal maka pemerintah
daerah sering mengadakan festival yang bertemakan perahu solu parduadua.
Sekarang perahu solu parduadua merupakan salah satu objek wisata yang sangat
digemari. Waktu pembuatan yang lama serta bahan baku yang sulit didapat
menjadi penyebab perahu solu parduadua sudah jarang lagi diproduksi.
4) Golekan lete
Ciri khas dari perahu ini adalah adanya rumah kecil di atas perahu yang
diperuntukan bagi penumpang yang ingin beristirahat. Menurut minh dan pham
(2012), perahu golekan identik dengan pedagang madura yang berasal dari
madura. Berbeda dengan perahu di jawa, golekan memiliki bentuk yang dangkal
dan kapasitas kecil, dengan batang dan buritan yang dihiasi dengan rumit. Perahu
golekan memiliki linggi yang berbentuk runcing, sementara di bagian belakang
tidak mempunyai linggi. Golekan menggunakan layar yang dipasang di atas
rumah kecil. Yang menarik adalah seluruh golak di bagian luar dipenuhi hiasan
dengan motif flora, yang menggunakan motif garis melengkung, dan motif ukiran
pada bagian sumbi.
5) Jukung bali
Perahu jukung bali biasanya dilengkapi dengan satu layar dengan tiang panjang.
Tiang layar menempel pada kayu penguat cadik bagian depan. Sedang kayu
penguat cadik dibuat dari bambu dan dipotong meruncing, perahu-perahu bali ini
mempunyai bentuk yang sangat artistik. Bagian depan perahu berbentuk seperti
kepala ikan, sedangkan bagian belakang perahu dibentuk seperti ekor ikan dan
dipahatkan lengkung ke atas. Perahu-perahu bali ditemukan hampir di seluruh
pantai bali baik di bali utara, bali barat, bali selatan, dan pantai timur.
6) Pinisi
Pinisi tak hanya menggambarkan kapal, namun juga melambangkan pelayaran
nusantara, sebagai suatu tradisi yang telah berlangsung sejak zaman prasejarah.
Ditandai dengan penemuan lukisan gua prasejarah, berupa gambar perahu dan
juga ikan. Bentuk perahu pinisi sangat khas, memiliki dua tiang dan tujuh layar
dan ini menjadi pakem dalam pembuatan pinisi. Hal lain yang menarik dari pinisi
adalah kapal ini tidak menggunakan paku melainkan pasak berbahan kayu yang
sama dengan kayu yang digunakan untuk pinisi. Pinisi adalah sebuah kapal layar
yang menggunakan jenis layar sekunar, dengan dua tiang dan seluruhnya tujuh
sampai delapan helai layar.
7) Sandeq
Tidak hanya suku bugis dan makassar, suku mandar dari sulawesi barat
merupakan salah satu suku bangsa yang juga andal dalam membuat perahu.
6
Sandeq adalah perahu tradisional yang dibuat oleh suku mandar. Sandeq memiliki
kekhasan cadik ganda dan berwarna putih. Sandeq sendiri artinya runcing yang
merujuk pada bentuk haluan perahu yang tajam. Awalnya dikembangkan di
kampung pambusuang oleh para pembuat perahu yang dinamakan pande’ lopi
(tukang perahu).
Kebudayaan lahir tidak hanya serta merta, namun adanya berbagai tahapan. Salah
satu tahapan tersebut adalah dari sistem religi. Hal ini terjadi disebabkan bahwa
sistem religi menjadi salah satu unsur kebudayaan yang tampak paling lahir
(koentjaraningrat, 1990:375).
7
Berdasarkan pendekatan antropologi, dalam memahami unsur sistem religi tidak
dapat dipisahkan dari religious emotion atau emosi keagamaan. Emosi keagamaan
adalah perasaan dalam diri manusia yang mendorongnya untuk melakukan tindakan-
tindakan yang bersifat religius. Emosi keagamaan ini pula yang memunculkan konsep
benda-benda sakral dalam kehidupan manusia.
Selain emosi keagamaan, terbentuknya sistem religi juga dipengaruhi oleh unsur
penting seperti sistem keyakinan, sistem upacara keagamaan dan suatu umat yang
menganut religi itu. Kekuatan sistem religi tersebut dapat dinilai dari ketiga unsur
penting tersebut. Kekuatan disini adalah ukuran besarnya pengaruh sistem religi
didalam mempengaruhi kehidupan manusia, khususnya kebudayaan manusia
Sistem keyakinan.
Agama bukanlah sesuatu keyakinan yang hanya diucapkan secara lisan, akan
tetapi agama memiliki berbagai macam ajaran yang diyakini oleh umatnya termasuk
juga adanya ritual. Oleh karena itu, menurut firth, bahwa agama (religi) belumlah
terbentuk secara menyeluruh jika tidak memiliki upacara keagamaan (ritual) yang
dikaitkan dengan keyakinan tersebut. Sederhana dapat dijelaskan bahwa yang
dimaksud dengan ritual.
8
mensucikan benda yang disucikan. Di dalam agama islam, hari jumat
merupakan hari suci dimana umat muslim terutama pria melaksanakan
ibadah sholat jumat. Oleh karena itu nelayan dari beberapa daerah di
indonesia memilih libur pada hari jumat, seperti berau, kalimantan timur;
pangandaran, jawa barat; dan beberapa daerah lain
Contoh kasus
Maccera’ tasi ini adalah salah satu dari berbagai macam ritual yang dijalankan
oleh masyarakat maritim indonesia. Maccera’ tasi merupakan upacara yang
dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur kepada tuhan yang maha esa atas nikmat
dan rezeki yang diberikan berupa hasil laut yang melimpah. .tradisi ini dilakukan oleh
masyarakat sekali dalam setahun dan biasanya dilaksanakan pada akhir tahun. Dalam
pelaksanaannya, upacara ini mengandung unsur-unsur animisme. Karena sebelum
islam masuk ke luwu, masyarakat telah menganut kepercayaan attoriolong (orang
terdahulu). Masyarakat luwu awalnya percaya bahwa bumi ini kosong, dan dewa-
dewa telah sepakat agar sang penciptamengisinya, dengan tujuan agar seluruh
manusia selalu berdoa dan bersyukur kepada pencipta. Maka dari itu, dilaksanakan
upacara maccera’ tasi sebagi rasa syukur atas hasil laut yang melimpah. Namun
setelah islam datang, prosesi pelaksanaannya mengalami perubahan dan disesuaikan
dengan kaidah dan syariat islam. Adapun unsur-unsur yang bertentangan dengan
ajaran islam digantikan dengan hal lainnya.
4. Sistem Kesenian
9
Sistem peralatan hidup kompleksitas bentuk dan variasi teknologi yang digunakan
masyarakat maritim menjadi pembeda sekaligus keunikannya faktor keberagaman
bentuk teknologi yang digunakan merupakan hasil dari faktor kreativitas dan inovasi
lokal,sifat proses difusi unsur teknologi kebaharian yang cepat, dan sifat keterbukaan
masyarakat maritim merespons perubahan dari luar. Bebagai tipe perahu tradisional
miliki kelompok-kelompok suku bangsa pelaut di indonesia (lihat horidge, 1985,
1986) antara lain :
A. P. Patorani (makassar)
B. Lambo (mandar)
C. Pinisi (bugis)
D. Bagang (bugis)
E. Lambo (buton)
F. Mayang (jawa) 10
G. Nade (sumatra)
a. Net
b. Pancing
c. Bubu
e. Teknik lainnya
Dalam jenis perahu dan alat tangkap, menjadi fakta bahwa teknologi lokal dengan
ciri kebudayaan suku bangsa pelaut tertentu masih bertahan. Sebaliknya, tipe kapal
10
dan mesin serta berbagai unsur perlengkapan modern justru menunjukkan
homogenitas atas konsekuensi adanya homogeni ilmu pengetahuan dan teknologi
modern. Seni kemaritiman kebudayaan maritim tidak luput dari unsur kesenian
terutama seni arsitektur/konstruksi kapal/perahu dan layar
Contoh keseniannya:
3. Perahu-perahu jawa dan bali,india dan cina banyak dicirikan dengan ukiran dan
gambar bintang dengan kimbinasi cet
4. Kesenian tarian
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan, karena masyarakat
merupakan wadah dari kebudayaan itu sendiri. Sehingga manusia melahirkan kebudayaan
yang dianggap sebagai nilai- nilai yang hidup bagi masyarakat. Dengan adanya suatu
kebudayaan disebabkan oleh keberadaan manusia itu sendiri, akan tetapi kebudayaan
hanya aakan tumbuh berkembang pada masyarakat yang berjumlah banyak atau manusia
yang hidup secara berkelompok dan beragam suku bangsa.
Adanya nilai- nilai fungsi sosial dan budaya yang berkembang dalam masyarakat
merupakan suatu hal yang menegaskan bahwa masyarakat dan kebudayaan tidak dapat
dipisahkan. Begitu juga dengan nilai- nilai sosial dan budaya yang terbentuk atas
penggabungan unsur- unsur budaya yang ada dalam masyarakat.
B. Saran
Tumbuh kembangnya potensi dan sektor-sektor ekonomi dan jasa maritim,
memerlukan dan harus diikuti dengan perkembangan dan perubahan-perubahan sebagai
fungsi nilai-nilai social-budaya maritime dalam tatanan berkehidupan. Dengan adanya
pengetahuan tentang fungsi social budaya kita akan lebih terarah dalam berkehidupan
social dan budaya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, handy. 2019. Industri dan ekonomi maritim, seri buku besar mariim indonesia.
Jakarta pusat : amafrad press (badan riset dan sumber daya manusia)
Forum rektor indonesia. 2015. Naskah akademik 2015
S.widjaja dan kadarusman. 2019. Sosial budaya masyarakat maritim. Jakarta : amafrad
press.
Thabroni, Gamal. 2020. Unsur Unsur Budaya – Wujud, Unsur Kebudayaan & Prinsip.
serupa.id. Accessed September 29, 2021. https://serupa.id/unsur-unsur-budaya/.
13
WAWASAN
SOSIAL DAN
BUDAYA
FUNGSI SOSIAL DARI SETIAP UNSUR KEBUDAYAAN
KELOMPOK 4
HIKMA ABDIA (H051211024)
UMMI HAJAR (H051211019)
AGYM NASTIAR ARMAN (H051211020)
ANDI MUHAMMAD ZAKI HAUZAN RABBANI (H051211021)
RAFIAH ULYA (H051211025)
Sistem Ekonomi/ Mata Pencaharian Kemaritiman