Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

“PRAKTIKUM KIMIA FISIK”

Dosen Pengampu : Multazam S.pd, M.Si

OLEH

NAMA : ISTI MALASARI

NIM : 180109014

JURUSAN TADRIS KIMIA

FAKULTAS TARBIYAH dan KEGURUAN (FTK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MATARAM

2020
ACARA II

ISOTERM ADSORPSI

I. Pelaksanaan Praktikum
a. Tujuan praktikum
1. Untuk mempelajari secara kuantitatif sifat-sifat adsorpsi zat terlarut
dari suatu larutan pada permukaan karbon aktif
b. Hari, Tanggal Praktikum : Senin, 09, November, 2020
c. Tempat praktikum : Laboratorium Tadris Kimia UIN Mataram
II. Landasan Teori
Adsorpsi atau penyerapan adalah pembentukan lapisan gas pada
permukaan padatan atau terkadang pada cairan. Dalam proses adsorpsi ada
zat terserap pada suatu permukaan zat lain yang disebut adsorbat,
sedangkan zat yang permukaannya dapat menyerap zat lain disebut
adsorben. Adasorpsi berbeda dengan absorbs, sebab pada proses absorbs
zat yang terserap menembus kedalam zat penyerapa ( Atkins, 2018 )
Adsorpsi isotherm digunakan untuk mencerminkan hubungan
antara jumlah adsorbat da konsentarsi dalam kesetimbangan larutan.
Isothermal freundlich mengasumsikan adsorpsi terjadi pada situs
heterogen dengan tingkat energy seraga, yang tidak terbatas pada satu
lapisan. Sebaliknya, isothermal Langmuir didasarkan pada asumsi bahwa
adsorpsi terjadi hanya pada situs homogeny dalam permukaaan adsorben
dengan tingkat energy yang seragam, yang menyimpulkan bahwa adsorpsi
adalah satu lapisan dialam. ( Song, 2013)
Isothermal adsorpsi frenndlich mengasumsikan bahwa adsrpsi
terjadi secara fisik artinya penyerapan lebih banyak terjadi pada
permukaan arang aktif adsorbat tidak terikat kaut pada permukaan
adsorben sehingga adsorbat dapat bergerak dari suatu bagian permukaan
ke permukaan yang lain, dan pada permukaan yang ditinggalkan dapat
digantikan oleh adsorbat yang lainnya. Adsorpsi fisik ini terjadi karena
adanya ikatan van Der Waals yaitu gaya tarik menarik yang lemah antara
adsorbat dengan permukaan adsorben. (Jasmal Sulfikar, Ramlawati.
2015)
Proses adsorpsi oleh suatu adsorben dipengaruhi beberapa factor
serta mempunyai pola isotherm adsorpsi tertentu yang khas. Jenis
adsorben, jenis zat yang diserap, luas permukaan adsorben, konsentrasi zat
yang diadsorpsi, dan suhu merupakan beberapa factor yang mempengaruhi
dalam proses adsorpsi. Dengan adanya factor-faktor tersebut, setiap
adsorben yang menyerap zat satu dengan zat lain tidak akan mempunyai
pola adsorpsi yang sama. Diketehui ada dua jenis persamaan pola isotherm
adsorpsi yang biasa digunakan pada proses adsorpsi dalam larutan yaitu
persamaan adsorpsi Langmuir dan frenudlich. ( Imas Eva Wijayanti, Eka
Anisa Kurniawati. 2019 )
Dalam system cair, isotherm adsorpsi menyatakan variasi adsorben
dan adsorbat yang terjadi dalam larutan pada suhu konstan. Pada kondisi
kesetimbangan terjadi distribusi larutan antara fasa cair dengan fasa padat.
Rasio dari distribusi tersebut merupakan fungsi konsentrasi dari larutan.
Pada umumnya jumlah material yang diserap persatuan berat dari
adsorben bertambah sejalan dengan bertambahnya konsentrasi meskipun
hal tersebut tidak selalu berbanding lurus. ( Masruhin, Rismawati
Rasyid, Syamsuddin Yani. 2018 )
Untuk menentukan kapasitas adsorpsi maksimum dari sampel
tanah ditentukan melalui isoterm adsorpsi, dimana untuk itu perlu terlebih
dahulu ditentukan pH, berat adsorben dan waktu kontak optimum dari
logam Fe yang diadsorpsi dengan adsorben tanah. Penentuan dilakukan
dengan cara membuat larutan Fe dengan variasi konsentrasi yaitu 2,5 ; 5 ;
10 ; 15 ; 20 ; dan 25 ppm dan kemudian dilakukan adsorpsi terhadap
masing-masing larutan Fe tersebut pada sampel tanah dengan mengatur
kondisi adsorpsi pada pH dan berat tanah optimum. Selanjutnya campuran
diaduk dengan menggunakan shaker selama waktu kontak optimum,
selanjutnya disaring dan filtrat yang diperoleh diukur absorbansinya
dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Untuk penentuan pola
adsorpsi larutan logam Fe pada permukaan adsorben tanah akan digunakan
melalui dua model isoterm adsorpsi yaitu isoterm Langmuir dan isoterm
Freundlich. ( Hesti Apriyanti, INyoman Candra, Elvinawati. 2018 )
III. Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat-alat Praktikum
1. Alat-alat Praktikum (Untuk menentukan konsentrasi CH 3COOH
sebelum adsorpsi )
a.) Erlenmeyer
b.) Gelas ukur
c.) Statif dan klem
d.) Pipet tetes
e.) Labu takar
f.) Buret
2. Alat-alat Praktikum (Untuk menentuan konsentrasi CH 3COOH
setelah adsorpsi )
a.) Timbangan
b.) Labu takar
c.) Gelas ukur
d.) Gelas arloji
e.) Sumbat karet
f.) Statif dan klem
g.) Buret
h.) Erlenmeyar
i.) Batang pengduk
j.) Stopwatch
k.) Kertas saring
b. Bahan-bahan Praktikum
1. Bahan-bahan Praktikum (Untuk menentukan konsentrasi
CH3COOH sebelum adsorpsi )
a.) Larutan CH3COOH 1M
b.) Larutan CH3COOH 0.5 M
c.) Larutan CH3COOH 0.25 M
d.) Indikator PP
e.) Larutan NaOH
2. Bahan-bahan Praktikum (Untuk menentuan konsentrasi CH3COOH
setelah adsorpsi)
a. Larutan CH3COOH 1M
b. Larutan CH3COOH 0.5 M
c. Larutan CH3COOH 0.25 M
d. Karbon aktif 1gram
e. Larutan NaOH
IV. Prosedur Kerja
a. Penentuan konsentrasi CH3COOH sebelum adsorpsi
1. Dibuat larutan CH3COOH 0.5 M, dan 0.25 M sebanyak 100 ml
dari larutan CH3COOH 1 M.
2. Dimasukkan larutan CH3COOH 1M, CH3COOH 0,5 M, dan
CH3COOH 0.25 M didalam Erlenmeyer sebanyak 10 ml. Masing-
masing konsentrasi 2 erlenmeyer
3. Didalam Erlenmeyer berisi CH3COOH ditambahkan indikator PP
sebanyak 3-5 tetes
4. Dimasukkan NaOH 1M didalam buret dan diletakkan pada statif
dan klem
5. Dilakukan titrasi masing-masing konsentrasi larutan CH3COOH
senbayak 2 kali (duplo)
6. Dicatat volume NaOH yang dipakai sampai larutan CH3COOH
berubah dari bening menjadi berwarna
7. Dihitung rata-rata volume NaOH yang dipakai pada masing-
masing konsentrasi CH3COOH
b. Penentuan konsentrasi CH3COOH setelah adsorpsi
1. Diambil 25 ml larutan CH3COOH pada masing-masing konsentrasi
dan dimasukkan didalam erlenmeyer
2. Ditimbang 1 garam karbon aktif kemudian dimasukkan didalam
Erlenmeyer yang didisi 25 ml CH3COOH
3. Erlenmeyer ditutup dengan penyumbat karet, diaduk dan
didiamkan selama 30 menit
4. Disaring dan filtratnya dipisahkan
5. Setiap larutan CH3COOH diambil 10 ml dan dititrasi dengan
NaOH 1 M seperti pada prosedur pertama
6. Dilakukan duplo pada masing-masing konsentrasi CH3COOH
7. Dicatat volume NaOH yang dipakai sampai larutan CH3COOH
berubah dari bening menjadi berwarna
8. Dihitung rata-rata volume NaOH yang dipakai pada masing-
masing konsentrasi CH3COOH
V. Hasil Pengamatan
a. Penentuan konsentrasi CH3COOH sebelum adsorpsi

Volume
NaOH 1 M
No CH3COOH Titrasi I Titrasi II Rata-rata
1 1M 32.4 ml 34 ml 33.2 ml
2 0.5 M 15.3 ml 16 ml 15.65 ml
3 0.25 M 9.7 ml 10 ml 9.85 ml

b. Penentuan konsentrasi CH3COOH setelah adsorpsi

Volume
NaOH 1 M
No CH3COOH Titrasi I Titrasi II Rata-rata
1 1M 25.5 ml 27 ml 26.25 ml
2 0.5 M 13.5 ml 12 ml 12.75 ml
3 0.25 M 11.7 ml 11.5 ml 11.6 ml

VI. Analisis Data


a. Penentuan konsentrasi CH3COOH sebelum adsorpsi
Dik: VCH3COOH = 10 ml
M CH3COOH =1M
Vrata2NaOH = 33.2 ml → 0.0332 L
M CH3COOH = 0.5 M
Vrata2NaOH = 15.65 ml → 0.01565 L
M CH3COOH = 0.25 M
Vrata2NaOH = 9.85 ml → 0.0985 L
Dit: M NaOH…..?
a.) Untuk VCH3COOH 10 ml dan M CH3COOH 1 M
MNaOH . VNaOH = MCH3COOH .VCH3COOH
MNaOH x 33.2 = 1 x 10
10
MNaOH =
33.2
MNaOH = 0.3 M
b.) Untuk VCH3COOH 10 ml dan M CH3COOH 0.5 M
MNaOH . VNaOH = MCH3COOH .VCH3COOH
MNaOH x 15.65 = 0.5 x 10
5
MNaOH =
15.65
MNaOH = 0.3 M
c.) Untuk VCH3COOH 10 ml dan M CH3COOH 0.25 M
MNaOH . VNaOH = MCH3COOH .VCH3COOH
MNaOH x 9.85 = 0.25 x 10
2.5
MNaOH =
9.85
MNaOH = 0.25 M
b. Penentuan konsentrasi CH3COOH setelah adsorpsi
Dik: VCH3COOH = 25 ml → 0.025 L
M CH3COOH =1M
Vrata2NaOH = 26.25 ml → 0.02625 L
M CH3COOH = 0.5 M
Vrata2NaOH = 12.75ml → 0.01275 L
M CH3COOH = 0.25 M
Vrata2NaOH = 11.6ml → 0.0116 L
Mr CH3COOH = 60
Dit: M NaOH…..?
a. Massa awal
Massa awal 0,25 M dari 25 ml (0,025 L)
mol = M. V
= 0,25. 0,025
= 0,00625
Massa 1 = mol x Mr
= 0,00625 x 60
= 0,375 gram
Massa awal 0,5 M dari 25 ml (0,025 L)
mol = M. V
= 0,5 M. 0,025
= 0,0125
Massa 2 = mol x Mr
= 0,0125 x 60
= 0,75 gram
Massa awal 1 M dari 25 ml (0,025 L)
mol = M. V
= 1 M. 0,025 L
= 0,025
Massa 3 = mol x Mr
= 0,025 x 60
= 1,5 gram
b. Massa akhir
 Mol CH3COOH (1 M ) = Mol NaOH (M . V)

= 0.301 . 0.02625

= 0.007875mol

Diambil 10 ml dari 25 ml larutan CH3COOH(mol CH3COOH


1 M)10 ml = (mol CH3COOH 1 M)25 ml
25
= 0.007875 .
10

= 0.0197 mol

Massa 2 = 0.0197 .60

= 1.182 gram

 Massa adsorpsi = Massa 1 – Massa 2

= 1.5 – 1.182

= 0.318 gram

 Mol CH3COOH (0.5 M ) = Mol NaOH (M . V)

= 0.319. 0.01275

= 0.00417 mol

Diambil 10 ml dari 25 ml larutan CH3COOH (mol CH3COOH


1 M)10 ml = (mol CH3COOH 1 M)25 ml

25
= 0.00417 .
10

= 0 .0104mol

Massa 2 = 0.0104 .60

= 0.624 gram

 Massa adsorpsi = Massa 1 – Massa 2

= 0.75 – 0.624

= 0.126 gram

 Mol CH3COOH (0.25 M ) = Mol NaOH (M . V)

= 0.253. 0.0116
= 0.00293 mol

Diambil 10 ml dari 25 ml larutan CH3COOH (mol CH3COOH


1 M)10 ml = (mol CH3COOH 1 M)25 ml

25
= 0.00293 .
10

= 0.007325 mol

Massa 2 = 0.007325 .60

= 0.439gram

 Massa adsorpsi = Massa 1 – Massa 2

= 0.375 – 0.439

= - 0.064 gram

VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami melakukan eksperimen isotherm
adsorpsi dengan tujuan untuk mempelajari secara kuantitatif sifat-sifat
adsorpsi zat dari suatu larutan pada permukaan karbon aktif. Pada
eksperimen ini kami melakukan dua kali percobaan yaitu untuk penentuan
konsentrasi CH3COOH sebelum adsorpsi dan penentuan konsentrasi
CH3COOH setelah adsorpsi. Pada percoabaan ini kami menggunakan
bahan-bahan arang aktif, CH3COOH 1M, NaOH1 M, indikator PP dan
aquades.
Pada percobaan pertama penentuan konsentrasi CH3COOH
sebelum adsorpsi, zat terlarut yang digunakan CH 3COOH dengan
konsentrasi yang bervariasi yaitu 1M, 0.5 M dan 0.25 M. Adapun fungsi
dari CH3COOH (asam asetat) sebagai adsorbat, tujuan digunakannya
konsentrasi CH3COOH bervariasi untuk mengetahui pengaruh konsentrasi
terhadap konsentrasi NaOH.
Setiap konsentrasi CH3COOH ditambahkan dengan indikator PP
sebanyak 3-5 tetes, alasan digunakannya indikator PP adalah karna pada
percobaan ini kami melakukan titrasi menggunakan larutan NaOH (Yakni
asam lemah dan basa kuat). Sehingga memungkinkan tercapainya titik
ekivalen. Pada CH3COOH 1 M volume NaOH yang digunakan pada saat
titrasi pertama 32.4 ml dan pada titrasi kedua 34 ml sehingga dapat
diperoleh volume rata-rata sebesar 33.2 ml, dari hasil titrasi kita dapat
menghitung konsentrasi NaOH, yang dimana konsentrasi NaOH yang
didapat pada perhitungan sebesar 0.3 M. Dan warna larutan bening
berubah menjadi ungu, ini menunjukkan bahwa sudah mencapai titik
ekivalen.
Pada CH3COOH 0.5 M volume NaOH yang digunakan pada saat
titrasi pertama 15.3 ml dan pada titrasi kedua 16 ml sehingga dapat
diperoleh volume rata-rata sebesar 15.65 ml, dari hasil titrasi kita dapat
menghitung konsentrasi NaOH, yang dimana konsentrasi NaOH yang
didapat pada perhitungan sebesar 0.3 M. Dan warna larutan bening
berubah menjadi ungu, ini menunjukkan bahwa sudah mencapai titik
ekivalen.
Pada CH3COOH 0.25 M volume NaOH yang digunakan pada saat
titrasi pertama 9.7 ml dan pada titrasi kedua 10 ml sehingga dapat
diperoleh volume rata-rata sebesar 9.85 ml, dari hasil titrasi kita dapat
menghitung konsentrasi NaOH, yang dimana konsentrasi NaOH yang
didapat pada perhitungan sebesar 0.25 M. Dan warna larutan bening
berubah menjadi ungu, ini menunjukkan bahwa sudah mencapai titik
ekivalen.
Pada percobaan penentuan konsentrasi CH3COOH setelah
adsorpsi, 25 ml larutan CH3COOH ditambahkan dengan 1gram karbon
aktif, yang dimana karbon aktif yang kami gunakan dalam bentuk sebuk
karna memiliki luas permukaan yang lebih besar dibandingkan dengan
bongkahan atau batangan. Fungsi digunakannya karbon aktif adalah untuk
melakukan adsorpsi karna memiliki pori-pori. Campuran CH 3COOH dan
karbon aktif ditutup, diaduk, dan didiamkan selama 30 menit, tujuan
ditutup, diaduk dan didiamkan untuk membentuk larutan yang homogeny
dan untuk mengaktifkan karbon aktif sehingga pori-pori karbon menjadi
lebih besar dan mudah terjadinya adsorpsi.
Kemudian larutan tersebut disaring dan dipisahkan filtrate yang
berwarna bening, filtrate tersebut CH3COOH setelah mengalami adsorpsi.
Konsentrasi CH3COOH 1M setelah mengalami adsorpsi dapat diketahui
dengan cara dititrasi filtrate dengan menggunakan lautan NaOH. Hasil
menunjukkan bahwa pada titrasi pertama volume NaOH yang digunakan
pada titrasi 25.5 ml dan titrasi kedua 27 ml, sehingga volume rata-rata
sebesar 26.25ml, sedangkan volume awal 25 ml. pada perhitungan mol
yang diperoleh 0.025 mol dan massa awal yang didapat 1.5 gram dan
maasa akhir1.182gram menghasilkan massa adasopsi 0.318gram. Setelah
adsorpsi,. volume NaOH yang digunakan sedikit dibandingkan sebelum
adsorpsi. Ini menunjukkan bahwa konsentrasi sebelum adsorpsi lebih
beasr dibandingkan dengan setelah adsorpsi. Warna larutan berubah
menadji ungu, ini menunjukkan bahwa sudah mencapai titik ekivalen
titrasi.
Konsentrasi CH3COOH 0.5 M setelah mengalami adsorpsi dapat
diketahui dengan cara dititrasi filtrate dengan menggunakan lautan NaOH.
Hasil menunjukkan bahwa pada titrasi pertama volume NaOH yang
digunakan pada titrasi 13.5 ml dan titrasi kedua 12 ml, sehingga volume
rata-rata sebesar, 12.75 ml sedangkan volume awal 25 ml. pada
perhitungan mol yang diperoleh 0.0125 mol dan massa awal yang didapat
0.75 gram dan maasa akhir 0.624gram menghasilkan massa adasopsi
0.126gram. Setelah adsorpsi volume NaOH yang digunakan sedikit
dibandingkan sebelum adsorpsi. Ini menunjukkan bahwa konsentrasi
sebelum adsorpsi lebih beasr dibandingkan dengan setelah adsorpsi.
Warna larutan berubah menadji ungu, ini menunjukkan bahwa sudah
mencapai titik ekivalen titrasi
Konsentrasi CH3COOH 0.25 M setelah mengalami adsorpsi dapat
diketahui dengan cara dititrasi filtrate dengan menggunakan lautan NaOH.
Hasil menunjukkan bahwa pada titrasi pertama volume NaOH yang
digunakan pada titrasi 11.7 ml dan titrasi kedua 11.5 ml, sehingga volume
rata-rata sebesar, 11.6 ml sedangkan volume awal 25 ml. pada perhitungan
mol yang diperoleh 0.00625 mol dan massa awal yang didapat 0.375gram
dan maasa akhir 0.439gram menghasilkan massa adasopsi -0.064gram.
Setelah adsorpsi volume NaOH yang digunakan sedikit dibandingkan
sebelum adsorpsi. Ini menunjukkan bahwa konsentrasi sebelum adsorpsi
lebih beasr dibandingkan dengan setelah adsorpsi. Warna larutan berubah
menadji ungu, ini menunjukkan bahwa sudah mencapai titik ekivalen
titrasi.
VIII. Kesimpulan dan saran
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data, hasil dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Sifat-saifat adsorpsi dapat dilihat pada hasil perhitungan, sebelum
adsorpsi menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi zat terlarut
volume yang dibutuhkan dalam titrasi semakin banyak seperti pada
CH3COOH 1 M volume NaOH rata-rata 33.2 ml dan menghasilkan
konsentrasi NaOH 0.3 M. CH3COOH 0.5 M volume NaOH rata-rata
15.65 ml dan menghasilkan konsentrasi NaOH 0.3 M. sedangkan
pada CH3COOH 0.25 M volume NaOH rata-rata 9.85 ml dan
menghasilkan konsentrasi NaOH 0.25 M.
2. Setelah adsorpsi konsentrasi CH3COOH menurun dapat kita lihat
dari volume rata-rat NaOH pada saat melakukan titrasi yaitu
berturut-turut 26.25 ml, 12.75 ml dan 11.6 ml. Massa adsorpsi yang
1M -0.064gram, konsentrasi 0.5 M 0.126gram dan konsentrasi
0.25M 0.318gram.
B. Saran
Dalam melakukan praktikum pada isotherm adsorpsi ini kita harus
hati-hati dalam melakukan titrasi.

DAFTAR PUSTAKA
Atkins, Peter, de Paula, Julio, Keeler, James. 2018. Physical Chemistry Eleventh
Edition. United Kingdom : Oxoford University Press

Hesti Apriyanti, INyoman Candra, Elvinawati. 2018. Karakterisasi Isoterm


Adsorpsi Dari Ion Logam Besi (Fe) Pada Tanah dikota Bengkulu. Jurnal
Pendidikan dan Ilmu Kimia. Vol 2, No. 1 :14-19

Imas Eva Wijayanti, Eka Anisa Kurniawati. 2019. Study Kinetika Kimia Adsorpsi
Isoterm Persamaan Langmuir dan Freundlich Pada Abu Gosok Sebagai
Adsorben. Vol 4, No. 2

Jasmal, Sulfikar, Ramlawati. 2015. Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif Ijuk Pohon
Aren ( Aranga Pinnata) Terhadap Pb2+ . Jurnal Sainsmat. Vol IV, No.1
Halaman 57-66

Masruhin, Rismawati Rasyid, Syamsudin Yani. 2018. Penyerapan Logam Berat


Timbal (Pb) Dengan Menggunakan Lignin Hasil Isolasi Jerami Padi.
Jurnal Of Chemical Process Engineering. Vol 03, No. 1

Song, et. Al. 2013. The Langmuir Monolayer Adsorption Model Of Organic
Matter Into Effective Proses In Activated Carbon. Journal Of Colloid and
Interface Science. Vol 389 (213-219)

LAMPIRAN
Larutan CH3COOH 1M, CH3COOH+ PP
0.5 dan 0.25 M

Hasil titrasi sebelum Larutan CH3COOH


adsorpsi 1M, 0.5 dan 0.25 M

CH3COOH+Karbon
1 gram Karbon Aktif
Aktif
Hasil Titrasi setelah
Adsorpsi
LAMPIRAN LAPORAN SEMENTARA

Anda mungkin juga menyukai