OLEH:
NAMA: SITI NURHAYATI
NIM: 180109010
KELAS: A
Intan adalah salah satu alotropi dari karbon. Karbon dengan nomor atom 6 memiliki
konfigurasi elektron 2, 4. Ada 4 elektron pada kulit terluar atom karbon dan ketika
membentuk struktur intan, 4 elektron ini akan dipakai untuk membentuk 4 buah ikatan
kovalen tunggal dengan 4 atom karbon lainnya. Perhatikanlah gambar berikut yang
menunjukkan unit terkecil dari ikatan kovalen tunggal antara karbon-karbon dalam struktur
intan (diamond).
Jika kita perhatikan, pada struktur diatas, ada karbon yang tidak membentuk 4 buah
ikatan kovalen tunggal dengan atom karbon lainnya. Tetapi jangan pusing dulu ya! Ingat
struktur diatas hanyalah menampakkan unit terkecil dari struktur kovalen raksasa yang
dimiliki oleh intan. Struktur diatas akan berkembang menjadi struktur raksasa dalam ruang
tiga dimensi. Kita tidak mengatakan bahwa struktur raksasa intan itu adalah sebuah molekul
karena jumlah atom karbon yang bergabung membentuk intan sebernarnya sangat bervariasi
tergantung pada ukuran dari kristalnya.
Intan juga memiliki sifat tidak larut didalam air atau pelarut organik lainnya. Hal ini
disebabkan karena tidak ada kemungkinan munculnya gaya antar molekul yang terjadi antara
pelarut dengan atom – atom karbon penyusun intan. Kalian tahu bahwa, melarutnya suatu zat
dalam pelarut disebabkan oleh adanya gaya antar molekul yang terjadi diantara kedua zat.
A. Grafit
Grafit adalah alotropi karbon yang kedua. Grafit memiliki struktur berlapis – lapis yang
sebenarnya cukup sulit digambar secara secara tiga dimensi. Perhatikanlah gambar di bawah
ini agar kalian bisa memahami lebih baik struktur dari grafit. Dapat kalian lihat padagambar
diatas, penampakan ikatan – ikatan karbon pada grafit hanya bisa kita lihat dari atas. Akan
sangat sulit menggambar bentuk struktur grafit dari samping karena hanya akan tampak
seperti lapisan-lapisan saja.
Pada grafik, jarak antara lapisan atom karbon yang satu dengan lapisan atom karbon yang
lain adalah sekitar dua setengah kali panjang ikatan atom – atom karbon yang berikatan
tunggal pada lapisan tersebut. Ikatan karbon – karbon dalam grafit.
Masing – masing atom karbon penyusun grafit akan menggunakan 3 buah elektronnya untuk
membentuk tiga ikatan kovalen tunggal dengan 3 atom karbon terdekatnya. Elektron keempat
yang dimiliki oleh atom karbon akan didelokasikan (dilepaskan keluar atom) sehingga dapat
bergerak bebas ke seluruh bagian lapisan grafit.
Walaupun setiap elektron keempat yang dimiliki atom karbon telah didelokasikan keluar
atom, tetapi elektron ini hanya bergerak bebas di lapisan – lapisan mereka sendiri. Tidak ada
kontak secara langsung antara elektron yang telah didelokasikan pada lapisan grafit yang satu
dengan yang lain. Lalu pertanyaan yang mungkin terlintas dibenak kita adalah, bagaimanan
lapisan – lapisan ini dapat terikat satu sama lain? Jawabnnya adalah karena antara lapisan
yang satu dengan lapisan yang lain pada grafit terdapat gaya dispersi Van der Waals. Gaya
ini muncul karena elektron yang didelokasikan dapat bergerak bebas ke seluruh bagian
lapisan, sehingga menciptakan kutub – kutub sesaat pada lapisan tersebut.
Lapisan dengan bagian kutub yang berbeda muatan akan saling tarik-menarik
sehingga mengikat lapisan-lapisan ini tetap bersatu. Sifat-sifat fisika dari grafit
Grafit juga memiliki titik leleh yang tinggi, mirip dengan intan. Untuk melelahlan grafit,
tidak cukup hanya dengan menghilangkan gaya Van der Waals yang ada pada setiap lapis,
tetapi ikatan kovalen yang terjadi antara atom-atom karbon juga harus diputus.
Grafit itu merupakan padatan yang lunak, berwarna hitam keperak- perakan dan
digunakan sebagai isian pensil atau sebagai pelumas kering. Ketika digunakan sebagai isian
pensil, grafit mudah tanggal dan lengket dikertas. Hal ini disebabkan karena ketika kita
menggesekkan grafit ke permukaan kertas, lapisan – lapisan grafit akan bergeser diatas yang
lain ke posisi baru yaitu di kertas. Hal ini terjadi karena gaya Van der Waals yang mengaja
lapisan-lapisan itu tetap bersatu tidak terlalu kuat.
Grafit memiliki kerapan yang rendah jika dibandingkan intan. Hal ini disebabkan
karena ketika atom – atom karbon berikatan, mereka akan membentuk struktur heksagonal
sehingga ada ruang – ruang kosng diantara strukturnya. Kalian bisa lihat lagi gambar
penampakan grafit diatas. Sama seperti intan, grafit juga tidak larut dalam air dan pelarut
organik lainnya. Alasannya juga sama bahwa tidak ada gaya yang tercipta antara atom – atom
karbon penyusun grafit dengan pelarut sehingga mereka tidak dapat larut dalam pelarut itu.
Berbeda dengan diamon, gafit dapat menghantarkan arus listrik. Tadi sudah
dijelaskan abhwa setiap atom karbon hanya menggunakan tiga buah elektronnya untuk
beriakatan dengan atom karbon lain. Sedangkan elektron yang keempat didelokasikan ke luar
sehingga dapat bergerak ke seluruh lapisan – laipsan grafit. Elektron yang bergerak bebas
inilah yang menyebabkan grafit dapat menghantarkan arus listrik.
B. Hidrida
1) Hidrida ionic
Hidrida ionik diperoleh dari reksi antara hydrogen dengan logam.Logam-logam yang
membentuk hidrida ionic dengan hydrogen adalah logam yang mempunyai harga energy
ionisasi rendah (bersifat sangat elektropositif) yaitu golongan alkali dan alkali tanah.Secara
umum reaksi ditulis sebagai berikut:
Contoh:
Pembentuakn senyawa hidrida umumnya berlangsung pada suhu 300ºC – 400ºC dan
menggunakan katalis.Hidrida ionic mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
a) Hydrogen dalan hidrida ionic bertindak sebagai donor pasangan electron yang
kuat (basa lewis) yaitu dalam bentuk ion H-
b) Hidrida ionic dalam keadaan lelehnya dapat menghantarkan arus listrik atau
bersifat elektrolit
c) Bila lelehan hidrida ionic dihidrolisis akan melepaskan gas H2 pada anode.
Contoh reaksi elektrolisis lelehan NaH sebagai berikut:
Reaksi ionisasi: NaH (l) à Na+ (l) +H-
Katode: 2Na+ (l) + 2é à Na (s)
Anode: 2H- (l) à H2 (g) + 2é
Reaksi kesuluruhan: NaH (l) à Na (s) + H2 (g)
d) Hidrida ionic merupakan reduktor kuat,sehingga sangat reaktif terhadap air dan
oksigen.Contihnya ; RbH dan CsH menyala spontan dalam udara kering,
2 RbH + O2 c2RbO + H2
Oleh karena zat tersebut harus disimpan di lingkungan yang bebas air dan
oksigen.Reaksi hidrida ionic dalam air adalah sebagai berikut:
Laju reaksi hidrida logam alkali dengan air lebih cepat dari pada hidrida alkali
tanah.Contoh:
NaH (s) + H2O (l) à NaOH (aq) + H2(g) (laju reaksi cepat)
CaH2 (s) + H2O (l) à Ca(OH)2 (aq) + 2H2(g) (laju reaksi sedang)
Reaksi NaH dengan air tersebut lebih cepat disbanding dengan logam Na
dengan air,sehingga dapat terjadi nyala atau ledakan. Oleh karena laju
reaksinya sedang,senyawa CaH2 berupa padatan berwarna abu-abu ini
digunakan sebagai sumber gas hydrogen yang mudah diangkut untuk mengisi
balon pengamat cuaca.Selain itu juga untuk memproduksi gas hydrogen
dalam skala laboratorium.
3) Hidrida transisi
Hidrida intersis atau transisi trjadi antara hydrogen dengan unsur-unsur logam
transisi.beberapa senyawa hidrida ini mempunyai senyawa kimia yang dapat dituliskan
dengan jelas,seperti NiH2,FeH2, dan UH2.Namun senyawa hidrida transisi lainnya
nonstoikiometrik atau rumusnya tidak jelas.Contohnya TiH1.7, ZrH1,9,PdHx
(x<1).Senyawa ini terlihat seperti larutan hydrogen dalam logam karena hydrogen termuat di
dalam kisi-kisi antara atom-atom (intersisi) dan masih mempunyai sifat konduktor.
Senyawa hidrida ini dalam reaksi lebih sering bertindak sebagai donor H2 dari pada
sebagai donor H+ ataupun H- .Hidrida intersisi seperti PdHx digunakan sebagai
penyimpanan bahan bakar gas H2.Ketika digunakan PdHx dipanaskan hingga gas hydrogen
terlepas.
Nama halogen berasal dari bahasa Yunani yang artinya “pembentuk garam”. Dinamai
demikian karena unsure-unsur itu dapat bereaksi dengan logam membentuk garam. Misalnya
klorin bereaksi dengan natrium membentuk Natrium klorida (NaCl), yaitu garam dapur.
Dalam system periodic, unsure halogen terdapat pada golongan VIIA, mempunyai 7 elektron
valensi pada subkulit ns2 np5. Konfigurasi electron yang demikian membuat unsure-unsur
halogen bersifat sangat reaktif. Halogen cenderung menyerap satu electron membentuk ion
bermuatan negative satu.
2. Sifat-Sifat Halogen
Sifat-sifat fisis
Dalam bentuk unsure, halogen (X) terdapat sebagai molekul diatomic (X2).
Kestabilan molekul X2 itu berkurang dari Cl2 ke I2. Hal itu sesuai dengan pertambahan jari-
jari atom sehingga energy ikatan dari F2 ke I2 berkurang. Kecilnya ikatan F – F berkaitan
dengan kereaktifan unsure itu, sehingga ikatannya cenderung putus. Pada pemanasan,
molekul X2 mengalami disosiasi menjadi atom-atomnya.
4. Wujud Halogen
Molekul halogen (X2) bersifat nonpolar, dengan demikian gaya tarik-menarik antar
molekul halogen merupakan gaya disperse (gaya London). Sebagaimana diketahui, gaya
disperse bertambah besar sesuai dengan perubahan masa molekul (Mr). Itulah sebabnya
mengapa titik cair dan titik didih halogen meningkat dari atas ke bawah. Pada suhu kamar,
fluorin dan klorin berupa gas, bromine berupa zat cair yang mudah menguap, sedangkan
iodine berupa zat padat yang mudah menyublim. Pada pemanasan, iodine tidak mencair
melainkan langsung menguap (menyublim).
6. Kelarutan
Kelarutan dalam air berkurang dari fluorin ke iodine. Fluorin tidak sekedar larut
dalam air tetapi segera bereaksi membentuk HF dan O2. Jadi dalam larutan tidak terdapat
lagi molekul F2 melainkan HF. Melarutnya klorin dan bromine diikuti sedikit reaksi. Iodine
sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam larutan Iodida (I-) karena membentuk
poliiodida (I-3)
Ion poliiodida mudah terurai kembali membentuk I2 sehingga larutan itu bersifat sebagai
larutan I2 biasa. Larutan halogen juga berwarna. Larutan klorin berwarna hijau muda, larutan
bromine berwarna coklat merah (makin merah makin pekat), sedangkan iodine berwarna
coklat.
Halogen lebih medah larut dalam pelarut nonpolar seperti karbon tetra klorida atau
klloroform. Dalam pelarut tak beroksigen seperti karbon tetra kllorida (CCl4) atau kloroform
(CHCl3), iodine berwarna ungu.
7. Sifat-sifat kimia
Dalam golongan halogen, jika kita bergerak dari atas ke bawah (dari fluorin ke
iodine), jari-jari atom bertambah besar. Akibatnya afinitas electron berkurang. Pada table
terlihat, afinitas electron menurun dari klorin ke iodine, tetapi afinitas electron fluorin
ternyata lebih kecil dari pada fluorin. Penyimpangan itu disebabkan kecilnya volume atom
fluorin sehingga menurunkan energy potensial kerika fluorin menyerap electron relative
kecil. Penyimpangan nilai afinitas electron fluorin tidak berarti bahwa daya tarik elekton
fluorin lebih kecil daripada fluorin.
8. Reaksi-Reaksi Halogen
Halogen adalah golongan unsur yang sangat reaktif. Kereaktifan menurun dari fluorin
ke iodin. Fluorin bereaksi dengan hampir semua unsur, bahkan dengan unsur gas mulia.
Berbagai zat yang tahan api, seperti dan air asbe, terbakar dalam gas fluorin.
Contoh:
Cu + F2 -----> CuF2
Umumnya halida logam bersifat ionik (titik leleh tinggi dan lelehannya dapat
menghantarkan listrik). Akan tetapi senyawa itu akan kovalen dan semakin kovalen
jika tingkat oksidasi logamnya semakin tinggi, atau jika logamnya makin kecil.
Perhatikan beberapa contoh berikut:
Fluorin dan klorin bereaksi dengan hebat disertai ledakan, tetapi bromin dan
iodin bereaksi lambat.
Contoh:
Contoh:
CH4 + Cl2 -----> CH3Cl + HCl
Dari klorin dan iodin, kesetimbangan diatas makin ke sebelah kiri makin sukar
larut. Seperti telah disebutkan sebelumnya, iodin sukar larut dalam air.
Contoh:
Cl2 (g) + 2NaOH (aq) ----> NaCl (aq) + NaClO (aq) + H2O (l)
Jika larutan NaOH pada suhu kamar, maka akan bereaksi membentuk NaCl
dan NaClO3.
Cl2 (g) + 6NaOH (aq) ---> 5NaCl (aq) + NaClO3 (g) + NaClO3 (aq) + 3H2O (l)
g. Reaksi antarhalogen
Karbon monoksida, rumus kimia CO, adalah gas yang tak berwarna, tak
berbau, dan tak berasa. Ia terdiri dari satu atom karbon yang secara kovalen berikatan
dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen dan satu
ikatan kovalen koordinasi antara atom karbon dan oksigen.
Sejumlah kecil karbon disulfida ditemukan pada gas letusan gunung berapi.
Dulunya CS2 diproduksi dengan mereaksikan karbon (atau arang) dengan sulfur pada
temperatur sangat tinggi. Sekarang CS2 dihasilkan pada temperatur yang lebih
rendah, 600 °C, melibatkan gas alam bersama katalis kieselgel atau alumina.
Kristal SiO2 murni mudah kita jumpai yang dikenal dengan nama pasir atau kuarsa,
sedangkan Kristal SiO2 yang tidak murni (dengan runutan bahan kotoran, di antaranya adalah
agata (akik), oniks, opal, batu kecubung (ametis), dan flint. Granit, hornblende, asbestos,
feldspar, tanah liat, mica, dsb merupakan contoh beberapa mineral silikat.
Silikon memiliki 14 isotop yang setengah-hidup diketahui, dengan nomor massa 22-
36. Dari jumlah tersebut, tiga yang stabil, yaitu 28 Si (92.23%), 29Si (4.67%), dan 30Si
(3.10%). Sebab spin intinya I = 1/2, 29Si digunakan dalam studi NMR senyawa silikon
organik atau silikat (NMR padatan).
SilikSilikon murni berwujud padat seperti logam dengan titik lebur 14100C. silikon
dikulit bumi terdapat dalam berbagai bentuk silikat, yaitu senyawa silikon dengan oksigen.
Unsur ini dapat dibuat dari silikon dioksida (SiO2) yang terdapat dalam pasir, melalui reaksi:
Germanium dan germanium oksida tembus cahaya sinar infra merah dan digunakan
dalam spekstroskopi infra merah dan barang-barang optik lainnya, termasuk pendeteksi
infra merah yang sensitif. Index refraksi yang tinggi dan sifat dispersi oksidanya telah
membuat germanium sangat berguna sebagai lensa kamera wide-angle dan microscope
objectives. Bidang studi kimia organogermanium berkembang menjadi bidang yang
penting. Beberapa senyawa germanium memiliki tingkat keracunan yang rendah untuk
mamalia, tetapi memiliki keaktifan terhadap beberap jenis bakteria, sehingga membuat
unsur ini sangat berguna sebagai agen kemoterapi.
Germanium anorganik mampu melindungi tubuh dari pertumbuhan tumor dan kanker
ganas dengan jalan memperkuat sistem imun. Germanium dibutuhkan oleh tubuh, dalam
satu hari minimal 1 mg. Seperti halnya selenium, germanium juga termasuk ke dalam
golongan trace mineral.
Germanium organik melindungi diri dari akumulasi amyloid, suatu produk oksidatif
radikal bebas (berdasarkan riset pada tikus). Kelebihan amyloid akan menyebabkan
amyloidosis, yaitu suatu penyakit yang diakibatkan ketidakseimbangan dalam proses
pemecahan protein yang menyebabkan terakumulasinya amyloid. Amyloidosis diketahui
berhubungan dengan penyakit inflammatori kronis, kelainan sel plasma, deposisi
amyloid di organ neuroendokrin, dan defisiensi kongenital enzim (terutama enzim yang
berperan dalam penguraian prekursor amyloid). Selain itu, germanium organik juga
melindungi sistein (suatu asam amino sulfhidril) dari oksidasi.
2. Timah Oksida
Merupakan senyawa anorganik dengan rumus kimia SnO2. Oksida timah ini
merupakan oksida timah yang paling penting dalam pebuatan logam timah. SnO2
memiliki struktur kristal rutile dimana setiap 1 atom Sn berkoordinasi dengan 6 atom
oksigen. SnO2 tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam asam dan basa kuat. SnO2
larut dalam asam halide membentuk heksahalostanat seperti:
SnO2 larut dalam basa membentuk stanat dengan rumus umum Na2SnO3. SnO2
digunakan bersama dengan vanadium oksida sebagai katalis untuk oksidasi senyawa
aromatic, dipakai sebagai pelapis, ataupun sebagai bahan pembuatan organotin.
3. Timbal Oksida
Ada tiga macam oksida timbal yang penting yaitu PbO-kuning, PbO2-coklat, dan
Pb3O4-merah meni. Timbal(II) oksida yang mempunyai struktur sama dengan timah(II)
oksida, dapat diperoleh dari pemanasan timbal dengan udara:
Jadi, berbeda dari pemanasan timah dengan udara yang menghasilkan timah(IV)
oksida, tetapi pada pemanasan di atas 500 oC akan menghasilkan Pb3O4.
Timbal(IV) oksida dapat diperoleh dari oksida timbal(II) dalam larutan basa. Dengan
oksidator larutan natrium hipoklorit, NaClO, timbal(II) dapat diubah menjadi timbal(IV)
oksida; persamaan reaksinya yaitu sebagai berikut:
Dengan demikian, Pb3O4 dapat dipandang sebagai hasil oksidasi “tak sempurna”
dari PbO, dan oleh karena itu dapat dipandang tersusun oleh campuran timbal dengan dua
macam tingkat oksidasi, +2 dan +4. Maka, formula oksida ini mungkin dapat dituliskan
PbO2.2PbO. hal ini didukung oleh reaksinya dengan asam nitrat yang menghasilkan
timbal(II) nitrat dan endapan timbal(IV) oksida:
Pb3O4(s) + 4 HNO3(aq) → PbO2(s) + 2 Pb(NO3)2(aq) + 2 H2O (l)
Seperti halnya oksida-oksida alumunium dan timah, PbO dan PbO2 juga bersifat
amfoterik. Paralel dengan oksida-oksida timah, reaksinya dengan basa kuat menghasilkan
ion plumbit [Pb(OH)6]2-.
Apabila larutan basa alkali ditambahkan ke dalam larutan timbal(II), diperoleh
endapan putih Pb(OH)2. Basa ini pun bersifat amfoterik, oleh karena itu larut kembali dalam
basa alkali berlebihan dengan membentuk ion plumbit; demikian juga reaksinya dengan asam
menghasilkan kembali garam timbal(II). Ion stanit merupakan reduktor yang aktif, tetapi
tidak demikian halnya dengan ion plumbit, ia bukan reduktor yang baik.
G. Kabrida
Selain harus menunggu buah matang langsung dari pohonnya, orang-orang biasa
menggunakan cara tradisional dengan cara memeram buah dengan karbit (kalsium karbida).
Di dalam buah terdapat zat kimia yang disebut etilin, zat alami tersebut yang berperan
dalam proses pematangan buah. Sedangkan Karbit atau kalsium karbida (CaC2) yang bila
terkena air/uap yang mengandung air akan menghasilkan gas asetilin (tidak alami) yang
menghasilkan panas dan berfungsi sama seperti etilin sehingga buah cepat matang, dengan
cara buah ditempatkan di tempat tertutup.
H. Silika
1. Definisi Silika
Silika adalah senyawa kimia dengan rumus molekul SiO2 (silicon dioxsida)
yang dapat diperoleh dari silika mineral, nabati dan sintesis kristal. Silika mineral
adalah senyawa yang banyak ditemui dalam bahan tambang/galian yang berupa
mineral seperti pasir kuarsa, granit, dan fledsfar yang mengandung kristal-kristal
silika (SiO2) (Bragmann and Goncalves, 2006; Della et al, 2002). Selain
terbentuk secara alami, silika dengan struktur kristal tridimit dapat diperoleh
dengan cara memanaskan pasir kuarsa pada suhu 870°C dan bila pemanasan
dilakukan pada suhu 1470°C dapat diperoleh silika dengan struktur kristobalit
(Cotton and Wilkinson, 1989). Silika juga dapat dibentuk dengan mereaksikan
silikon dengan oksigen atau udara pada suhu tinggi (Iler, 1979). Karakteristik
silika amorf diperlihatkan dalam Tabel 2.1.
Silika nabati dapat ditemui pada sekam padi (Dahliana dkk, 2013) dan tongkol
jagung (Monalisa dkk, 2013). Silika nabati yang umumnya digunakan saat ini
adalah silika sekam padi (Siriluk and Yuttapong, 2005). Dalam mendapatkan
silika dari sekam padi dapat dilakukan menggunakan metode ekstraksi alkalis
(Kalaphaty et al, 2000; Ginting dkk, 2008) dan metode pengabuan (Haslinawati et
al, 2011; Shinohara and Kohyama, 2004). Silika yang diperoleh melalui metode
ekstraksi alkalis adalah berupa larutan sol dimana silika pada fase larutan adalah
fase amorf atau mudah reaktif. Sedangkan pada metode pengabuan, sekam padi
dibakar pada suhu diatas 200°C selama 1 jam untuk mendapatkan arang sekam
2. Klasifikasi Silika
Silika terbentuk melalui ikatan kovalen yang kuat serta memiliki struktur dengan
empat atom oksigen terikat pada posisi sudut tetrahedral di sekitar atom pusat
Pada umumnya silika adalah dalam bentuk amorf terhidrat, namun bila
pembakaran berlangsung terus-menerus pada suhu diatas 650°C maka tingkat
kristalinitasnya akan cenderung naik dengan terbentuknya fasa quartz,
crystobalite, dan tridymite (Hara, 1986). Bentuk struktur quartz, crystobalite,
dan tridymite yang merupakan jenis kristal utama silica memiliki stabilitas
dan kerapatan yang berbeda (Brindley and Brown, 1980). Struktur Kristal
quartz, crystobalite, dan tridymite memiliki nilai densitas masing-masing
sebesar 2,65×103 kg/m3, 2,27×103 kg/m3, dan 2,23×103 kg/m3 (Smallman
and Bishop 2000). Berdasarkan perlakuan termal, pada suhu < 570°C
terbentuk low quartz, untuk suhu 570-870°C terbentuk high quartz yang
mengalami perubahan struktur menjadi crystobalite dan tridymite, sedangkan
pada suhu 870-1470°C terbentuk high tridymite, pada suhu ˃ 1470°C
terbentuk high crystobalite, dan pada suhu 1723°C terbentuk silika cair. Silika
dapat ditemukan di alam dalam beberapa bentuk meliputi kuarsa dan opal,
silika memiliki 17 bentuk kristal (Wikipedia A, 2006), dan memiliki tiga
bentuk kristal utama yaitu kristobalit, tridimit, dan kuarsa seperti
diperlihatkan pada Tabel 2.2.
Walaupun silikon adalah unsur tetangga karbon, sifat kimianya sangat berbeda.
Contoh yang sangat terkenal kontras adalah antara silikon dioksida SiO2 dengan struktur
3-dimensi, dan gas karbon dioksida, CO2. Senyawa pertama dengan ikatan ganda silikon-
silikon adalah (Mes)2Si=Si(Mes)2 (Mes adalah mesitil C6H2(CH3)3) dilaporkan tahun
1981, kontras dengan ikatan rangkap karbon-karbon yang sangat banyak dijumpai.
Senyawa seperti ini digunakan untuk menstabilkan ikatan yang tidak stabil dengan
substituen yang meruah (kestabilan kinetik).
Karakteristik sifat fisikokimia penting untuk diperhatikan, antara lain suhu lebur,
koefisien partisi, kelarutan, konstante disosiasi, stabilitas, dan sifat kristal bahan obat.
stabilitas obat juga merupakan bagian penting pada pengembangan sediaan obat.
Ketidakstabilan obat disebabkan terjadinya proses kimia atau fisikokimia dengan faktor-
faktor baik secara internal maupun eksternal yang mempengaruhi stabilitas obat
(Swarbrick dkk., 1990). Interaksi komponen obat dengan lingkungannya (termasuk
kemasannya) dapat menyebabkan degradasi obat. Hal ini dapat menyebabkan berbagai
dampak seperti obat menjadi tidak berefek akibat turunnya kadar obat atau produk yang
terdegradasi menjadi tidak berkhasiat .
Toksisitas adalah tingkat merusaknya suatu zat jika dipaparkan terhadap organisme.
Toksisitas dapat mengacu pada dampak terhadap seluruh organisme, seperti hewan, bakteri,
atau tumbuhan, dan efek terhadap substruktur organisme, seperti sel (sitotoksisitas) atau
organ tubuh seperti hati (hepatotoksisitas). Secara metafora, kata ini bisa dipakai untuk
menjelaskan dampak beracun pada kelompok yang lebih besar atau rumit, seperti keluarga
atau masyarakat.
Anak yang terpapar Pb akan mengalami degradasi kecerdasan alias idiot. Pada orang
dewasa Pb mengurangi kesuburan, bahkan menyebabkan kemandulan atau keguguran
pada wanita hamil, kalaupun tidak keguguran, sel otak tidak bisa berkembang. Dampak
Pb pada ibu hamil selain berpengaruh pada ibu juga pada embrio/ janin yang
dikandungnya. Selain penyakit yang diderita ibu sangat menentukan kualitas janin dan
bayi yang akan dilahirkan juga bahan kimia atau obat-obatan, misalnya keracunan Pb
organik dapat meningkatkan angka keguguran, kelahiran mati atau kelahiran premature.
Peningkatan Protoporphirin
Perubahan protoporphirin IX menjadi heme, akan terhambat dengan adanya
timah hitam. Hal ini akan menyebabkan terjadinya akumulasi dari protoporphirin
IX yang dapat diketahui pada plasma dan feces.
Peningkatan koproporphirin
Susunan saraf merupakan jaringan yang paling sensitif terhadap keracunan Pb.
Setelah pajanan tinggi dengan kadar Pb darah di atas 80 μg/dl dapat terjadi
ensefalopati. Terjadi kerusakan pada arteriol dan kapiler yang mengakibatkan
oedema (adanya cairan) otak, meningkatnya tekanan cairan serebrospinal, degenerasi
neuron dan perkembangbiakan sel glia. Secara klinis keadaan ini disertai dengan
menurunnya fungsi memori dan konsentrasi, depresi, sakit kepala, vertigo (pusing
berputar-putar), tremor (gerakan abnormal dengan frekuensi cepat), stupor
(penurunan kesadaran ringan), koma, dan kejang-kejang.
3) Ensefalopati
Ensefalopati akut pada manusia sangat dipengaruhi oleh jumlah partikel Pb yang
terhisap, lama pemaparan, dan faktor-faktor lain. Yang ditandai dengan:
Ensefalopati akut berkembang hanya pada dosis yang besar dan jarang terjadi pada
level Pb dalam darah dibawah 100 μg/ 100 ml, pernah dilaporkan terjadi pada tingkat
70 μg/ 100ml
4) Pendengaran
Kerusakan pada susunan saraf pusat dapat pula mengenai saraf kranial, kadar Pb
dalam darah 15 μg/dl dapat menyebabkan gangguan saraf pusat, pada kadar 1 – 18
μg/dl menyebabkan gangguan pendengaran. Beberapa penelitian pada anak-anak dan
dewasa memperlihatkan adanya hubungan paparan Pb dengan penurunan
pendengaran tipe sensorineural. Pada individu yang sensitif kadang-kadang
didapatkan adanya efek yang memburuk pada sistem tubuh, tetapi secara klinis efek
tersebut tidak jelas sampai dicapai kadar Pb yang lebih tinggi lagi
Hubungan antara kadar Pb dalam darah dan kelainan yang diakibatkan terhadap
kelainan reproduksi perempuan adalah Kadar Pb darah 10 μg/dl dapat mengakibatkan
gangguan pertumbuhan. Kadar Pb darah 30 μg/dl mengakibatkan kelainan prematur.
Kadar Pb darah 60 μg/dl mengakibatkan komplikasi kehamilan. Senyawa teratogen
termasuk Pb dapat menembus janin dan dapat mengganggu pertumbuhan mulai dari
usia kehamilan pada minggu ke tiga hingga minggu ke 38. mulai minggu ke tiga
hingga pertengahan minggu ke enam dapat mengganggu pertumbuhan susunan saraf
pusat atau central nervous system (CNS), pada pertengahan minggu ke tiga sampai
minggu ke enam dapat mengganggu pertumbuhan jantung, pada minggu ke empat
hingga minggu ke delapan mengganggu pertumbuhan mata, lengan dan kaki, mulai
pertengahan minggu ke enam sampai minggu ke delapan dapat mengganggu
pertumbuhan gigi dan mulut, minggu ke Sembilan mengganggu pertumbuhan tekak
(langit-langit, mulai minggu ke tujuh sampai ke 12 menggangu pertumbuhan alat
kelamin bagian luar dan mulai minggu ke empat sampai minggu ke 12 mengganggu
pertumbuhan pendengaran.