Anda di halaman 1dari 29

TUGAS KIMIA ANORGANIK II

“KARBON DAN SILIKON”

OLEH:
NAMA: SITI NURHAYATI
NIM: 180109010
KELAS: A

JURUSAN TADRIS KIMIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2020
A. Intan (diamond)

Intan adalah salah satu alotropi dari karbon. Karbon dengan nomor atom 6 memiliki
konfigurasi elektron 2, 4. Ada 4 elektron pada kulit terluar atom karbon dan ketika
membentuk struktur intan, 4 elektron ini akan dipakai untuk membentuk 4 buah ikatan
kovalen tunggal dengan 4 atom karbon lainnya. Perhatikanlah gambar berikut yang
menunjukkan unit terkecil dari ikatan kovalen tunggal antara karbon-karbon dalam struktur
intan (diamond).

Jika kita perhatikan, pada struktur diatas, ada karbon yang tidak membentuk 4 buah
ikatan kovalen tunggal dengan atom karbon lainnya. Tetapi jangan pusing dulu ya! Ingat
struktur diatas hanyalah menampakkan unit terkecil dari struktur kovalen raksasa yang
dimiliki oleh intan. Struktur diatas akan berkembang menjadi struktur raksasa dalam ruang
tiga dimensi. Kita tidak mengatakan bahwa struktur raksasa intan itu adalah sebuah molekul
karena jumlah atom karbon yang bergabung membentuk intan sebernarnya sangat bervariasi
tergantung pada ukuran dari kristalnya.

Sifat-sifat fisika dari Intan (diamond)


Intan memiliki titik leleh yang super tinggi (hampir 4000 degC). Hal ini disebaban karena
ikatan kovalen antaran karbon – karbon penyusun intan sangatlah kuat yang hanya akan
pecah ketika padatannya dipanaskan sampai titik lelehnya. Intan juga merupakan padatan
yang sangat keras. Sekali lagi, hal ini disebabkan oleh kuatnya ikatan kovalen antara karbon-
karbon penyusun struktur intan. Intan tidak menghantarkan listrik. Hal ini disebabkan karena
semua elektron di ikat dengan sangat kuat diantara atom – atom karbon sehingga tidak ada
elektron yang dapat bergerak bebas.

Intan juga memiliki sifat tidak larut didalam air atau pelarut organik lainnya. Hal ini
disebabkan karena tidak ada kemungkinan munculnya gaya antar molekul yang terjadi antara
pelarut dengan atom – atom karbon penyusun intan. Kalian tahu bahwa, melarutnya suatu zat
dalam pelarut disebabkan oleh adanya gaya antar molekul yang terjadi diantara kedua zat.

A. Grafit

Grafit adalah alotropi karbon yang kedua. Grafit memiliki struktur berlapis – lapis yang
sebenarnya cukup sulit digambar secara secara tiga dimensi. Perhatikanlah gambar di bawah
ini agar kalian bisa memahami lebih baik struktur dari grafit. Dapat kalian lihat padagambar
diatas, penampakan ikatan – ikatan karbon pada grafit hanya bisa kita lihat dari atas. Akan
sangat sulit menggambar bentuk struktur grafit dari samping karena hanya akan tampak
seperti lapisan-lapisan saja.

Pada grafik, jarak antara lapisan atom karbon yang satu dengan lapisan atom karbon yang
lain adalah sekitar dua setengah kali panjang ikatan atom – atom karbon yang berikatan
tunggal pada lapisan tersebut. Ikatan karbon – karbon dalam grafit.
Masing – masing atom karbon penyusun grafit akan menggunakan 3 buah elektronnya untuk
membentuk tiga ikatan kovalen tunggal dengan 3 atom karbon terdekatnya. Elektron keempat
yang dimiliki oleh atom karbon akan didelokasikan (dilepaskan keluar atom) sehingga dapat
bergerak bebas ke seluruh bagian lapisan grafit.
Walaupun setiap elektron keempat yang dimiliki atom karbon telah didelokasikan keluar
atom, tetapi elektron ini hanya bergerak bebas di lapisan – lapisan mereka sendiri. Tidak ada
kontak secara langsung antara elektron yang telah didelokasikan pada lapisan grafit yang satu
dengan yang lain. Lalu pertanyaan yang mungkin terlintas dibenak kita adalah, bagaimanan
lapisan – lapisan ini dapat terikat satu sama lain? Jawabnnya adalah karena antara lapisan
yang satu dengan lapisan yang lain pada grafit terdapat gaya dispersi Van der Waals. Gaya
ini muncul karena elektron yang didelokasikan dapat bergerak bebas ke seluruh bagian
lapisan, sehingga menciptakan kutub – kutub sesaat pada lapisan tersebut.

Lapisan dengan bagian kutub yang berbeda muatan akan saling tarik-menarik
sehingga mengikat lapisan-lapisan ini tetap bersatu. Sifat-sifat fisika dari grafit
Grafit juga memiliki titik leleh yang tinggi, mirip dengan intan. Untuk melelahlan grafit,
tidak cukup hanya dengan menghilangkan gaya Van der Waals yang ada pada setiap lapis,
tetapi ikatan kovalen yang terjadi antara atom-atom karbon juga harus diputus.

Grafit itu merupakan padatan yang lunak, berwarna hitam keperak- perakan dan
digunakan sebagai isian pensil atau sebagai pelumas kering. Ketika digunakan sebagai isian
pensil, grafit mudah tanggal dan lengket dikertas. Hal ini disebabkan karena ketika kita
menggesekkan grafit ke permukaan kertas, lapisan – lapisan grafit akan bergeser diatas yang
lain ke posisi baru yaitu di kertas. Hal ini terjadi karena gaya Van der Waals yang mengaja
lapisan-lapisan itu tetap bersatu tidak terlalu kuat.

Grafit memiliki kerapan yang rendah jika dibandingkan intan. Hal ini disebabkan
karena ketika atom – atom karbon berikatan, mereka akan membentuk struktur heksagonal
sehingga ada ruang – ruang kosng diantara strukturnya. Kalian bisa lihat lagi gambar
penampakan grafit diatas. Sama seperti intan, grafit juga tidak larut dalam air dan pelarut
organik lainnya. Alasannya juga sama bahwa tidak ada gaya yang tercipta antara atom – atom
karbon penyusun grafit dengan pelarut sehingga mereka tidak dapat larut dalam pelarut itu.

Berbeda dengan diamon, gafit dapat menghantarkan arus listrik. Tadi sudah
dijelaskan abhwa setiap atom karbon hanya menggunakan tiga buah elektronnya untuk
beriakatan dengan atom karbon lain. Sedangkan elektron yang keempat didelokasikan ke luar
sehingga dapat bergerak ke seluruh lapisan – laipsan grafit. Elektron yang bergerak bebas
inilah yang menyebabkan grafit dapat menghantarkan arus listrik.

B. Hidrida

Hidrida adalah senyawa biner suatu unsur dengan hydrogen.Berdasarka sifat


ikatannya,hidrida dapat dikelompokan menjadi tiga jenis hidrida,yaitu hidrida ionic,hidrida
kovalen,dan hidrida transisi.

1) Hidrida ionic

Hidrida ionik diperoleh dari reksi antara hydrogen dengan logam.Logam-logam yang
membentuk hidrida ionic dengan hydrogen adalah logam yang mempunyai harga energy
ionisasi rendah (bersifat sangat elektropositif) yaitu golongan alkali dan alkali tanah.Secara
umum reaksi ditulis sebagai berikut:

L (s) + H2 (g) à LH (s) (L = golongan alkali)

L (s) +H2 (g) à LH2 (s) (L = golongan alkali tanah)

Contoh:

Na (s) + H2 (g) à 2NaH (s)

Mg (s) + H2 (g) à MgH2 (s)

Pembentuakn senyawa hidrida umumnya berlangsung pada suhu 300ºC – 400ºC dan
menggunakan katalis.Hidrida ionic mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

a) Hydrogen dalan hidrida ionic bertindak sebagai donor pasangan electron yang
kuat (basa lewis) yaitu dalam bentuk ion H-
b) Hidrida ionic dalam keadaan lelehnya dapat menghantarkan arus listrik atau
bersifat elektrolit
c) Bila lelehan hidrida ionic dihidrolisis akan melepaskan gas H2 pada anode.
Contoh reaksi elektrolisis lelehan NaH sebagai berikut:
Reaksi ionisasi: NaH (l) à Na+ (l) +H-
Katode: 2Na+ (l) + 2é à Na (s)
Anode: 2H- (l) à H2 (g) + 2é
Reaksi kesuluruhan: NaH (l) à Na (s) + H2 (g)
d) Hidrida ionic merupakan reduktor kuat,sehingga sangat reaktif terhadap air dan
oksigen.Contihnya ; RbH dan CsH menyala spontan dalam udara kering,
2 RbH + O2 c2RbO + H2
Oleh karena zat tersebut harus disimpan di lingkungan yang bebas air dan
oksigen.Reaksi hidrida ionic dalam air adalah sebagai berikut:

LH + H2O à LOH +H2 (L = alkali)

LH2 + H2O à L (OH)2 + 2 H2 (L = alkali tanah )

Laju reaksi hidrida logam alkali dengan air lebih cepat dari pada hidrida alkali
tanah.Contoh:

NaH (s) + H2O (l) à NaOH (aq) + H2(g) (laju reaksi cepat)

CaH2 (s) + H2O (l) à Ca(OH)2 (aq) + 2H2(g) (laju reaksi sedang)

Reaksi NaH dengan air tersebut lebih cepat disbanding dengan logam Na
dengan air,sehingga dapat terjadi nyala atau ledakan. Oleh karena laju
reaksinya sedang,senyawa CaH2 berupa padatan berwarna abu-abu ini
digunakan sebagai sumber gas hydrogen yang mudah diangkut untuk mengisi
balon pengamat cuaca.Selain itu juga untuk memproduksi gas hydrogen
dalam skala laboratorium.

e) Hidrida ionic digunakan untuk membuat senyawa pereduksi lain,contohnya,


LiH untuk membuat LiAlH4 (litium aluminium hidrida); NaH untuk membuat
NaBH4 (natrium borohidrida).Senyawa LiAlH4 dan NaBH4 merupakan zat
pereduksi,karena mampu mendonorkan ion hidridanya.
2) Hidrida kovalen
Hidrida kovalen terbentuk dari hydrogen dengan unsur-unsur golongan
13,14,15,16,dan 17.Senyawa hidrida kovalen ini dibedakan dalam tiga kelompok,tergantung
pada harga keelektronegatifan unsurnya,dengan hydrogen (skala paulling = 2,1 ),yaitu
sebagai berikut.
a. Hidrida kovalen yang terjadi antara hydrogen dengan unsur-unsur non logam yang
keelektronegatifannya lebih tinggi,yaitu pada hidrida kovalen yang dibentuk dengan
unsur-unsur golongan 17 ; HF,HCl,HBr,HI,golongan 16 : H2O,H2S,H2Se,H2Te dan
golongan 15 : NH3,dan PH3.Senyawa hidrida ini bersifat kofalen polar,dimana atom
H pada hidrida bermuatan parsial positif (δ- ) dan dalam reaksi bertindak sebagai
donor H+ (asam bronsted) kecuali pada NH3,yang bertindak sebagai akseptor proton.
b. Hidrida kovalen yang terjadi antara hydrogen dengan unsur nonlogam yang
perbedaan keelektronegatifannya sangat kecil.contohnya pada metana CH4.senyawa
ini bukan asam atau basa,karena bersifat kovalen nonpolar.Tidak adanya pemisahan
muatan ,mengakibatkan dalam suatu reaksi hidrida ini bertindak sebagai donor atom
H melalui mekanisme reaksi radikal bebas.Muatan parsial H sama dengan nol atau
mendekati nol dan atom H pada hidrida ini berada dalam bentuk H. (radikal
hydrogen).
c. Hidrida kovalen yang terjadi antara hydrogen dengan unsur-unur yang
keelektronegatifannya lebih rendah,yaitu dengan unsur-unsur metalloid seperti
B,Al,As,Si dan Sn.Contohnya BH3 dab AlH3 yang lebih stabil dalam bentuk
dimer,yaitu B2H6 dan Al2H6.Senyawa hidrida ini bersifat kovalen polar,dimana
atom H pada hidrida bermuatan parsial negative H δ- dan dalam reaksi dapat
mendonorkan H- .Seperti halnya senyawa ionic,hidrida kelmopok ini merupakan
reduktor.Contohnya ; senyawa B2H6 (diboran) bereaksi secara spontan bila kontak
dengan udara,karena bereaksi dengab oksigen ;

B2H6 (s) + 3 O2 (g) à B2O3 (s) + 3 H2O

3) Hidrida transisi

Hidrida intersis atau transisi trjadi antara hydrogen dengan unsur-unsur logam
transisi.beberapa senyawa hidrida ini mempunyai senyawa kimia yang dapat dituliskan
dengan jelas,seperti NiH2,FeH2, dan UH2.Namun senyawa hidrida transisi lainnya
nonstoikiometrik atau rumusnya tidak jelas.Contohnya TiH1.7, ZrH1,9,PdHx
(x<1).Senyawa ini terlihat seperti larutan hydrogen dalam logam karena hydrogen termuat di
dalam kisi-kisi antara atom-atom (intersisi) dan masih mempunyai sifat konduktor.

Senyawa hidrida ini dalam reaksi lebih sering bertindak sebagai donor H2 dari pada
sebagai donor H+ ataupun H- .Hidrida intersisi seperti PdHx digunakan sebagai
penyimpanan bahan bakar gas H2.Ketika digunakan PdHx dipanaskan hingga gas hydrogen
terlepas.

C. Ikatan Senyawa Dengan Halogen


1. Pengertian Halogen

Nama halogen berasal dari bahasa Yunani yang artinya “pembentuk garam”. Dinamai
demikian karena unsure-unsur itu dapat bereaksi dengan logam membentuk garam. Misalnya
klorin bereaksi dengan natrium membentuk Natrium klorida (NaCl), yaitu garam dapur.
Dalam system periodic, unsure halogen terdapat pada golongan VIIA, mempunyai 7 elektron
valensi pada subkulit ns2 np5. Konfigurasi electron yang demikian membuat unsure-unsur
halogen bersifat sangat reaktif. Halogen cenderung menyerap satu electron membentuk ion
bermuatan negative satu.

Pada bagian berikut dibahas sifat-sifat, reaksi-reaksi serta senyawa-senyawa halogen.


Namun karena semua isotop astatine bersifat radioaktif dan berumur pendek, maka sifat-sifat
unsure itu banyak diketahui. Oleh karena itu pembahasan selanjutnya tidak meyertakan
astatine

2. Sifat-Sifat Halogen

Kereaktifan halogen berkurang dengan bertambahnya nomor atom.

Sifat-sifat fisis

Beberapa sifat fisis tertera pada table berikut:


3. Struktur Halogen

Dalam bentuk unsure, halogen (X) terdapat sebagai molekul diatomic (X2).
Kestabilan molekul X2 itu berkurang dari Cl2 ke I2. Hal itu sesuai dengan pertambahan jari-
jari atom sehingga energy ikatan dari F2 ke I2 berkurang. Kecilnya ikatan F – F berkaitan
dengan kereaktifan unsure itu, sehingga ikatannya cenderung putus. Pada pemanasan,
molekul X2 mengalami disosiasi menjadi atom-atomnya.

X2 (g) ------> 2X (g)

4. Wujud Halogen

Molekul halogen (X2) bersifat nonpolar, dengan demikian gaya tarik-menarik antar
molekul halogen merupakan gaya disperse (gaya London). Sebagaimana diketahui, gaya
disperse bertambah besar sesuai dengan perubahan masa molekul (Mr). Itulah sebabnya
mengapa titik cair dan titik didih halogen meningkat dari atas ke bawah. Pada suhu kamar,
fluorin dan klorin berupa gas, bromine berupa zat cair yang mudah menguap, sedangkan
iodine berupa zat padat yang mudah menyublim. Pada pemanasan, iodine tidak mencair
melainkan langsung menguap (menyublim).

5. Warna dan Bau


Halogen mempunyai warna dan bau tertentu. Fluorin berwarna kuning muda (kloros
berarti hijau), bromine berwarna merah tua, iodine padat berwarna hitam sedangkan uap
iodine berwarna ungu. Semua halogen berbau merangsang dan menusuk.

6. Kelarutan

Kelarutan dalam air berkurang dari fluorin ke iodine. Fluorin tidak sekedar larut
dalam air tetapi segera bereaksi membentuk HF dan O2. Jadi dalam larutan tidak terdapat
lagi molekul F2 melainkan HF. Melarutnya klorin dan bromine diikuti sedikit reaksi. Iodine
sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam larutan Iodida (I-) karena membentuk
poliiodida (I-3)

I2 (s) + I- (aq) ------> I-3 (aq)

Ion poliiodida mudah terurai kembali membentuk I2 sehingga larutan itu bersifat sebagai
larutan I2 biasa. Larutan halogen juga berwarna. Larutan klorin berwarna hijau muda, larutan
bromine berwarna coklat merah (makin merah makin pekat), sedangkan iodine berwarna
coklat.

Halogen lebih medah larut dalam pelarut nonpolar seperti karbon tetra klorida atau
klloroform. Dalam pelarut tak beroksigen seperti karbon tetra kllorida (CCl4) atau kloroform
(CHCl3), iodine berwarna ungu.

7. Sifat-sifat kimia

Hubungan Jari-Jari Atom, Afinitas Elektron dan kereaktifan Halogen. Kereaktifan


unsure nonlogam dikaitkan dengan kemampuannya menyerap electron membentuk ion
negative. Besaran yang menggambarkan sifat tersebut adalah afinitas electron. Afinitas
electron adalah energy yang menyertai penyerapan satu electron oleh suatu atom netral dalam
wujud gas, seingga terbentuk ion bermuatan negative satu. Jika penyerapan electron suatu
unsure disertai pembebasan energy, maka afinitas elektronnya diberi tanda negative,
sebaliknya jika penyerapan energy, maka afinitas electron diberi tanda positif. Jadi makin
negative nilai afinitas electron, menunjukkan makin besarnya kecendeerungan menyerap
electron, yang berarti kereaktifan bertambah.

Dalam golongan halogen, jika kita bergerak dari atas ke bawah (dari fluorin ke
iodine), jari-jari atom bertambah besar. Akibatnya afinitas electron berkurang. Pada table
terlihat, afinitas electron menurun dari klorin ke iodine, tetapi afinitas electron fluorin
ternyata lebih kecil dari pada fluorin. Penyimpangan itu disebabkan kecilnya volume atom
fluorin sehingga menurunkan energy potensial kerika fluorin menyerap electron relative
kecil. Penyimpangan nilai afinitas electron fluorin tidak berarti bahwa daya tarik elekton
fluorin lebih kecil daripada fluorin.

8. Reaksi-Reaksi Halogen

Halogen adalah golongan unsur yang sangat reaktif. Kereaktifan menurun dari fluorin
ke iodin. Fluorin bereaksi dengan hampir semua unsur, bahkan dengan unsur gas mulia.
Berbagai zat yang tahan api, seperti dan air asbe, terbakar dalam gas fluorin.

a. Reaksi dengan logam

Halogen bereaksi dengan kebanyakan logam.

Contoh:

2Al + 3Br2 -----> 2AlBr

2Fe + 3Cl2 ----> 2FeCl3

Cu + F2 -----> CuF2

Umumnya halida logam bersifat ionik (titik leleh tinggi dan lelehannya dapat
menghantarkan listrik). Akan tetapi senyawa itu akan kovalen dan semakin kovalen
jika tingkat oksidasi logamnya semakin tinggi, atau jika logamnya makin kecil.
Perhatikan beberapa contoh berikut:

b. Reaksi dengan hidrogen

Semua halogen bereaksi dengan hidrogen membentuk hidrogen halida (HX)

H2 + X2 -----> 2HX (X= halogen)

Fluorin dan klorin bereaksi dengan hebat disertai ledakan, tetapi bromin dan
iodin bereaksi lambat.

c. Reaksi dengan non logam dan metaloid tertentu

Halogen bereaksi dengan sejumlah nonlegam dan metaloid.

Contoh:

Si + 2X2 ------> SiX4

2B + 3X2 -----> 2BX3

Reaksi dengan fosforus, arsen dan antimon menghasilkan trihalida jika


halogennya terbatas, atau pentahalida jika halogennya berlebihan. Contoh:

P4 + 6X2 ----> 4PX3

P4 + 10X2 ----> 4PX5

Nitrogen tidak bereaksi langsung dengan halogen

d. Reaksi dengan hidrokarbon


Halogen umumnya bereaksi dengan hidrokarbon dengan menggantikan
(subtitusi) atom hidrogen. Fluorin bereaksi sangat hebat, tetapi iodin tidak
bereaksi.

Contoh:
CH4 + Cl2 -----> CH3Cl + HCl

e. Reaksi dengan air

Fluorin bereaksi hebat dengan air membentuk HF dan membebaskan oksigen


F2 + H2O ----> 2HF + ½ O2

Halogen yang lainnya mengalami reaksi disporporsionasi dalam air menurut


kesetimbangan berikut: X2 + H2O <=====> HX + HX

Dari klorin dan iodin, kesetimbangan diatas makin ke sebelah kiri makin sukar
larut. Seperti telah disebutkan sebelumnya, iodin sukar larut dalam air.

f. Reaksi dengan basa

Klorin, bromin dan iodin mengalami reaksi disporsionasi dalam basa.

Contoh:
Cl2 (g) + 2NaOH (aq) ----> NaCl (aq) + NaClO (aq) + H2O (l)

Jika larutan NaOH pada suhu kamar, maka akan bereaksi membentuk NaCl
dan NaClO3.

Cl2 (g) + 6NaOH (aq) ---> 5NaCl (aq) + NaClO3 (g) + NaClO3 (aq) + 3H2O (l)

g. Reaksi antarhalogen

Antarhalogen bereaksi membentuk senyawa antar halogen. Reaksi secara


umum dapat dinyatakan sebagai berikut:

X2 + nY2 ----> 2XYn


Dengan Y adalah halogen yang lebih elekt ronegatif dan n adalah bilangan
ganjil 1, 3, 5 atau 7. Senyawa antar halogen paling mudah terbentuk dengan fluorin.
Tipe XY7 hanya dibentuk oleh I dengan F, yaituIF7; bromine hanya membentuk
sampai BrF5; sedangkan klorin sampai ClF3.

D. Ikatan Senyawa Karbon Dengan Oksigen Dan Sulfur


1. Ikatan senyawa karbon dengan oksigen

Karbon monoksida, rumus kimia CO, adalah gas yang tak berwarna, tak
berbau, dan tak berasa. Ia terdiri dari satu atom karbon yang secara kovalen berikatan
dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen dan satu
ikatan kovalen koordinasi antara atom karbon dan oksigen.

Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran tak sempurna dari senyawa


karbon, sering terjadi pada mesin pembakaran dalam. Karbon monoksida terbentuk
apabila terdapat kekurangan oksigen dalam proses pembakaran. Karbon monoksida
mudah terbakar dan menghasilkan lidah api berwarna biru, menghasilkan karbon
dioksida. Walaupun ia bersifat racun, CO memainkan peran yang penting dalam
teknologi modern, yakni merupakan prekursor banyak senyawa karbon.

Kebanyakan logam akan membentuk kompleks koordinasi yang bersifat


kovalen dengan karbon monoksida. Hanya logam yang mempunyai keadaan oksidasi
yang lebih rendah yang membentuk kompleks dengan ligan karbon monoksida. Hal
ini dikarenakan oleh perlunya rapatan elektron yang cukup untuk memfasilitasi
donasi balik dari orbital dxz logam ke orbital molekul π* CO. Pasangan elektron
menyendiri dari atom karbon CO juga menyumbangkan rapatan elektron ke dx²−y²
logam membentuk ikatan sigma. Pada nikel karbonil, Ni(CO)4 terbentuk dari
kombinasi langsung karbon monoksida dan logam nikel pada temperatur ruangan.

Nikel karbonil dapat mengurai kembali menjadi Ni dan CO seketika


bersentuhan dengan permukaan yang panas. Proses ini juga pernah digunakan dalam
proses pemurnian nikel pada proses Mond.
Pada nikel karbonil dan karbonil-karbonil lainnya, pasangan elektron pada
karbon berinteraksi dengan logam; karbon monoksida menyumbangkan pasangan
elektronnya kepada logam. Dalam situasi ini, karbon monoksida disebut sebagai ligan
karbonil. Salah satu logam karbonil yang paling penting adalah besi pentakarbonil,
Fe(CO)5:

Banyak kompleks logam-CO dihasilkan dari dekarbonilasi larutan organik


dan bukannya dari CO. Sebagai contoh, iridium(III) klorida dan trifenilfosfina
bereaksi di metoksietanol mendidih atau dimetilformamida untuk menghasilkan
IrCl(CO)(PPh3)2.

2. Ikatan senyawa karbon dengan sulfur

Karbon disulfida, disebut juga ditiokarbonat anhidrida adalah cairan tak


berwarna dengan rumus kimia CS2. Senyawa ini memiliki bau yang menyenangkan,
seperti bau kloroform. Namun biasanya senyawa ini terdapat tidak dalam keadaan
murni, sehingga berbau busuk akibat senyawa sulfur lainnya, seperti karbonil sulfida
(COS).

Sejumlah kecil karbon disulfida ditemukan pada gas letusan gunung berapi.
Dulunya CS2 diproduksi dengan mereaksikan karbon (atau arang) dengan sulfur pada
temperatur sangat tinggi. Sekarang CS2 dihasilkan pada temperatur yang lebih
rendah, 600 °C, melibatkan gas alam bersama katalis kieselgel atau alumina.

CH4 + 1/2 S8 → CS2 + 2 H2S

E. Senyawa Silikon Dengan Oksigen


Silikon merupakan salah satu unsur metaloid dengan nomor atom 14 dan terdapat
pada periode 3 golongan IV A. Silikon membentuk 28% kerak bumi dalam jumlah berat, dan
merupakan unsur terbanyak kedua, setelah oksigen. Silikon tidak ditemukan bebas di alam.
Silikon terdapat dalam bentuk senyawa oksida silika SiO2, dan mineral yang disebut silikat.

Kristal SiO2 murni mudah kita jumpai yang dikenal dengan nama pasir atau kuarsa,
sedangkan Kristal SiO2 yang tidak murni (dengan runutan bahan kotoran, di antaranya adalah
agata (akik), oniks, opal, batu kecubung (ametis), dan flint. Granit, hornblende, asbestos,
feldspar, tanah liat, mica, dsb merupakan contoh beberapa mineral silikat.

Silikon memiliki 14 isotop yang setengah-hidup diketahui, dengan nomor massa 22-
36. Dari jumlah tersebut, tiga yang stabil, yaitu 28 Si (92.23%), 29Si (4.67%), dan 30Si
(3.10%). Sebab spin intinya I = 1/2, 29Si digunakan dalam studi NMR senyawa silikon
organik atau silikat (NMR padatan).

SilikSilikon murni berwujud padat seperti logam dengan titik lebur 14100C. silikon
dikulit bumi terdapat dalam berbagai bentuk silikat, yaitu senyawa silikon dengan oksigen.
Unsur ini dapat dibuat dari silikon dioksida (SiO2) yang terdapat dalam pasir, melalui reaksi:

SiO2(s) + 2C(s) → Si(s) + 2CO(g)

F. Oksida Dari Germanuim, Timah Dan Timbal


1. Germanium Oksida

Germanium dan germanium oksida tembus cahaya sinar infra merah dan digunakan
dalam spekstroskopi infra merah dan barang-barang optik lainnya, termasuk pendeteksi
infra merah yang sensitif. Index refraksi yang tinggi dan sifat dispersi oksidanya telah
membuat germanium sangat berguna sebagai lensa kamera wide-angle dan microscope
objectives. Bidang studi kimia organogermanium berkembang menjadi bidang yang
penting. Beberapa senyawa germanium memiliki tingkat keracunan yang rendah untuk
mamalia, tetapi memiliki keaktifan terhadap beberap jenis bakteria, sehingga membuat
unsur ini sangat berguna sebagai agen kemoterapi.
Germanium anorganik mampu melindungi tubuh dari pertumbuhan tumor dan kanker
ganas dengan jalan memperkuat sistem imun. Germanium dibutuhkan oleh tubuh, dalam
satu hari minimal 1 mg. Seperti halnya selenium, germanium juga termasuk ke dalam
golongan trace mineral.

Germanium organik melindungi diri dari akumulasi amyloid, suatu produk oksidatif
radikal bebas (berdasarkan riset pada tikus). Kelebihan amyloid akan menyebabkan
amyloidosis, yaitu suatu penyakit yang diakibatkan ketidakseimbangan dalam proses
pemecahan protein yang menyebabkan terakumulasinya amyloid. Amyloidosis diketahui
berhubungan dengan penyakit inflammatori kronis, kelainan sel plasma, deposisi
amyloid di organ neuroendokrin, dan defisiensi kongenital enzim (terutama enzim yang
berperan dalam penguraian prekursor amyloid). Selain itu, germanium organik juga
melindungi sistein (suatu asam amino sulfhidril) dari oksidasi.

2. Timah Oksida

Merupakan senyawa anorganik dengan rumus kimia SnO2. Oksida timah ini
merupakan oksida timah yang paling penting dalam pebuatan logam timah. SnO2
memiliki struktur kristal rutile dimana setiap 1 atom Sn berkoordinasi dengan 6 atom
oksigen. SnO2 tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam asam dan basa kuat. SnO2
larut dalam asam halide membentuk heksahalostanat seperti:

SnO2 + 6 HI -> H2SnI6 + 2 H2O

Atau jika dilarutkan dalam asam maka:

SnO2 + 6 H2SO4 -> Sn(SO4)2 + 2 H2O

SnO2 larut dalam basa membentuk stanat dengan rumus umum Na2SnO3. SnO2
digunakan bersama dengan vanadium oksida sebagai katalis untuk oksidasi senyawa
aromatic, dipakai sebagai pelapis, ataupun sebagai bahan pembuatan organotin.

3. Timbal Oksida
Ada tiga macam oksida timbal yang penting yaitu PbO-kuning, PbO2-coklat, dan
Pb3O4-merah meni. Timbal(II) oksida yang mempunyai struktur sama dengan timah(II)
oksida, dapat diperoleh dari pemanasan timbal dengan udara:

2 Pb (s) + O2(g) → 2 PbO (s)

Jadi, berbeda dari pemanasan timah dengan udara yang menghasilkan timah(IV)
oksida, tetapi pada pemanasan di atas 500 oC akan menghasilkan Pb3O4.

Timbal(IV) oksida dapat diperoleh dari oksida timbal(II) dalam larutan basa. Dengan
oksidator larutan natrium hipoklorit, NaClO, timbal(II) dapat diubah menjadi timbal(IV)
oksida; persamaan reaksinya yaitu sebagai berikut:

ClO-(aq) + H2O (l) + 2 e → Cl-(aq) + 2 OH-(aq)


Pb2+(aq) + 4 OH-(aq) → PbO2(s) + 2 H2O (l) + 2 e +
Pb2+(aq) + 2 OH-(aq) + ClO-(aq) → PbO2(s) + Cl-(aq) + 2 H2O (l)
Timbal(IV) oksida merupakan oksidator yang baik (dipakai sebagai katode pada aki),
misalnya dapat mengoksidasi asam klorida menjadi gas klorin:
PbO2 (s) + 4 HCl (aq) → PbCl2(s) + Cl2(g) + 2 H2O (l)
Pb3O4 dapat diperoleh dari oksida PbO dalam udara terbuka dengan pemanasan pada
temperatur sekitar 400 – 500 oC, menurut persamaan reaksi:
6 PbO (s) + O2 (s) → 2 Pb3O4 (s)
kuning merah

Dengan demikian, Pb3O4 dapat dipandang sebagai hasil oksidasi “tak sempurna”
dari PbO, dan oleh karena itu dapat dipandang tersusun oleh campuran timbal dengan dua
macam tingkat oksidasi, +2 dan +4. Maka, formula oksida ini mungkin dapat dituliskan
PbO2.2PbO. hal ini didukung oleh reaksinya dengan asam nitrat yang menghasilkan
timbal(II) nitrat dan endapan timbal(IV) oksida:
Pb3O4(s) + 4 HNO3(aq) → PbO2(s) + 2 Pb(NO3)2(aq) + 2 H2O (l)
Seperti halnya oksida-oksida alumunium dan timah, PbO dan PbO2 juga bersifat
amfoterik. Paralel dengan oksida-oksida timah, reaksinya dengan basa kuat menghasilkan
ion plumbit [Pb(OH)6]2-.
Apabila larutan basa alkali ditambahkan ke dalam larutan timbal(II), diperoleh
endapan putih Pb(OH)2. Basa ini pun bersifat amfoterik, oleh karena itu larut kembali dalam
basa alkali berlebihan dengan membentuk ion plumbit; demikian juga reaksinya dengan asam
menghasilkan kembali garam timbal(II). Ion stanit merupakan reduktor yang aktif, tetapi
tidak demikian halnya dengan ion plumbit, ia bukan reduktor yang baik.
G. Kabrida

Selain harus menunggu buah matang langsung dari pohonnya, orang-orang biasa
menggunakan cara tradisional dengan cara memeram buah dengan karbit (kalsium karbida).

Di dalam buah terdapat zat kimia yang disebut etilin, zat alami tersebut yang berperan
dalam proses pematangan buah. Sedangkan Karbit atau kalsium karbida (CaC2) yang bila
terkena air/uap yang mengandung air akan menghasilkan gas asetilin (tidak alami) yang
menghasilkan panas dan berfungsi sama seperti etilin sehingga buah cepat matang, dengan
cara buah ditempatkan di tempat tertutup.

Persamaan reaksi Kalsium Karbida dengan air adalah:


CaC2 + 2 H2O → C2H2 + Ca(OH)2
Karena itu 1 gram CaC2 menghasilkan 349ml asetilen. Pada proses las karbit, asetilen yang
dihasilkan kemudian dibakar untuk menghasilkan panas yang diperlukan dalam pengelasan.

H. Silika
1. Definisi Silika
Silika adalah senyawa kimia dengan rumus molekul SiO2 (silicon dioxsida)
yang dapat diperoleh dari silika mineral, nabati dan sintesis kristal. Silika mineral
adalah senyawa yang banyak ditemui dalam bahan tambang/galian yang berupa
mineral seperti pasir kuarsa, granit, dan fledsfar yang mengandung kristal-kristal
silika (SiO2) (Bragmann and Goncalves, 2006; Della et al, 2002). Selain
terbentuk secara alami, silika dengan struktur kristal tridimit dapat diperoleh
dengan cara memanaskan pasir kuarsa pada suhu 870°C dan bila pemanasan
dilakukan pada suhu 1470°C dapat diperoleh silika dengan struktur kristobalit
(Cotton and Wilkinson, 1989). Silika juga dapat dibentuk dengan mereaksikan
silikon dengan oksigen atau udara pada suhu tinggi (Iler, 1979). Karakteristik
silika amorf diperlihatkan dalam Tabel 2.1.

Silika nabati dapat ditemui pada sekam padi (Dahliana dkk, 2013) dan tongkol
jagung (Monalisa dkk, 2013). Silika nabati yang umumnya digunakan saat ini

adalah silika sekam padi (Siriluk and Yuttapong, 2005). Dalam mendapatkan

silika dari sekam padi dapat dilakukan menggunakan metode ekstraksi alkalis

(Kalaphaty et al, 2000; Ginting dkk, 2008) dan metode pengabuan (Haslinawati et

al, 2011; Shinohara and Kohyama, 2004). Silika yang diperoleh melalui metode

ekstraksi alkalis adalah berupa larutan sol dimana silika pada fase larutan adalah

fase amorf atau mudah reaktif. Sedangkan pada metode pengabuan, sekam padi

dibakar pada suhu diatas 200°C selama 1 jam untuk mendapatkan arang sekam

padi yang berwarna hitam (Haslinawati et al, 2011).

2. Klasifikasi Silika

Silika terbentuk melalui ikatan kovalen yang kuat serta memiliki struktur dengan
empat atom oksigen terikat pada posisi sudut tetrahedral di sekitar atom pusat

yaitu atom silikon. Gambar 2.1 memperlihatkan struktur silika tetrahedral.

Pada umumnya silika adalah dalam bentuk amorf terhidrat, namun bila
pembakaran berlangsung terus-menerus pada suhu diatas 650°C maka tingkat
kristalinitasnya akan cenderung naik dengan terbentuknya fasa quartz,
crystobalite, dan tridymite (Hara, 1986). Bentuk struktur quartz, crystobalite,
dan tridymite yang merupakan jenis kristal utama silica memiliki stabilitas
dan kerapatan yang berbeda (Brindley and Brown, 1980). Struktur Kristal
quartz, crystobalite, dan tridymite memiliki nilai densitas masing-masing
sebesar 2,65×103 kg/m3, 2,27×103 kg/m3, dan 2,23×103 kg/m3 (Smallman
and Bishop 2000). Berdasarkan perlakuan termal, pada suhu < 570°C
terbentuk low quartz, untuk suhu 570-870°C terbentuk high quartz yang
mengalami perubahan struktur menjadi crystobalite dan tridymite, sedangkan
pada suhu 870-1470°C terbentuk high tridymite, pada suhu ˃ 1470°C
terbentuk high crystobalite, dan pada suhu 1723°C terbentuk silika cair. Silika
dapat ditemukan di alam dalam beberapa bentuk meliputi kuarsa dan opal,
silika memiliki 17 bentuk kristal (Wikipedia A, 2006), dan memiliki tiga
bentuk kristal utama yaitu kristobalit, tridimit, dan kuarsa seperti
diperlihatkan pada Tabel 2.2.

Silika adalah keramik tahan terhadap temperatur tinggi yang banyak


digunakan dalam industri baja dan gelas (Smallman and Bishop, 2000).

Diketahui bahwa satuan struktur primer silika adalah tetrahedron SiO4,


dimana satu atom silika dikelilingi oleh empat atom oksigen (seperti terlihat pada
Gambar 2.1). Gaya-gaya yang mengikat tetrahedral ini berasal dari ikatan ionik dan
kovalen sehingga ikatan tetrahedral ini kuat. Pada silika murni tidak terdapat ion
logam dan setiap atom oksigen merupakan atom penghubung antara dua atom silikon
(Van and Lawrench, 1992).

Silika mengandung senyawa pengotor yang terbawa selama proses


pengendapan. Pasir kuarsa juga dikenal dengan nama pasir putih merupakan hasil
pelapukan batuan yang mengandung mineral utama seperti kuarsa dan feldsfar. Pasir
kuarsa mempunyai komposisi gabungan dari SiO2, Al2O3, CaO, Fe2O3, TiO2, CaO,
MgO,dan K2O, berwarna putih bening atau warna lain bergantung pada senyawa
pengotornya. Silika biasa diperoleh melalui proses penambangan yang dimulai dari
menambang pasir kuarsa sebagai bahan baku. Pasir kuarsa tersebut kemudian
dilakukan proses pencucian untuk membuang pengotor yang kemudian dipisahkan
dan dikeringkan kembali sehingga diperoleh pasir dengan kadar silika yang lebih
besar bergantung dengan keadaan kuarsa dari tempat 10 penambangan. Pasir inilah
yang kemudian dikenal dengan pasir silika atau silika dengan kadar tertentu (Anonim
C, 2013).

I. Senyawa Organosilikon Dan Organogermanium

Senyawa organosilikon menunjukkan variasi struktur. Kimia organosilikon


merupakan area riset dalam kima anorganik yang sangat aktif. Kimia silikon berkembang
dengan pesat sejak perkembangan proses industri untuk menghasilkan senyawa
organosilikon dengan reaksi langsung metil khlorida CH3Cl dengan kehadiran katalis
tembaga. Proses historis ini ditemukan oleh E. G. Rochow tahun 1945. Resin silikon,
karet silikon, dan minyak silikon digunakan di banyak aplikasi. Akhir-akhir ini, senyawa
silikon telah digunakan dengan meluas dalam sintesis organik selektif.

Walaupun silikon adalah unsur tetangga karbon, sifat kimianya sangat berbeda.
Contoh yang sangat terkenal kontras adalah antara silikon dioksida SiO2 dengan struktur
3-dimensi, dan gas karbon dioksida, CO2. Senyawa pertama dengan ikatan ganda silikon-
silikon adalah (Mes)2Si=Si(Mes)2 (Mes adalah mesitil C6H2(CH3)3) dilaporkan tahun
1981, kontras dengan ikatan rangkap karbon-karbon yang sangat banyak dijumpai.
Senyawa seperti ini digunakan untuk menstabilkan ikatan yang tidak stabil dengan
substituen yang meruah (kestabilan kinetik).

Propagermanium merupakan salah satu senyawa organogermanium


dikenal dengan nama β– atau bis– carboxyethylgermanium sesquioxide, Ge-132,
proxigermanium, germanium sesquioxide, SK-818 yang pertama kali dibuat di Coal
Research Institute di Jepang oleh Dr Kazuhiko Asai pada tahun 1967 (Aso dkk., 1985;
Ogwapit, 2011; Kamen, 1997).

Karakteristik sifat fisikokimia penting untuk diperhatikan, antara lain suhu lebur,
koefisien partisi, kelarutan, konstante disosiasi, stabilitas, dan sifat kristal bahan obat.
stabilitas obat juga merupakan bagian penting pada pengembangan sediaan obat.
Ketidakstabilan obat disebabkan terjadinya proses kimia atau fisikokimia dengan faktor-
faktor baik secara internal maupun eksternal yang mempengaruhi stabilitas obat
(Swarbrick dkk., 1990). Interaksi komponen obat dengan lingkungannya (termasuk
kemasannya) dapat menyebabkan degradasi obat. Hal ini dapat menyebabkan berbagai
dampak seperti obat menjadi tidak berefek akibat turunnya kadar obat atau produk yang
terdegradasi menjadi tidak berkhasiat .

J. Toksisitas Timah Dan Timbal

Toksisitas adalah tingkat merusaknya suatu zat jika dipaparkan terhadap organisme.
Toksisitas dapat mengacu pada dampak terhadap seluruh organisme, seperti hewan, bakteri,
atau tumbuhan, dan efek terhadap substruktur organisme, seperti sel (sitotoksisitas) atau
organ tubuh seperti hati (hepatotoksisitas). Secara metafora, kata ini bisa dipakai untuk
menjelaskan dampak beracun pada kelompok yang lebih besar atau rumit, seperti keluarga
atau masyarakat.

1. Toksisitas Timah (Sn)


a. Bahaya pada Kesehatan
 Mata dan kulit iritasi
 Headaches
 Sakit perut
 Penyakit dan pusing
 Berat berkeringat
 Sesak napas
 Masalah buang air kecil
 Efek jangka panjang adalah:
 Depresi
 Kerusakan hati
 Gangguan fungsi sistem kekebalan
 Kerusakan kromosom
 Kekurangan sel darah merah
 Kerusakan otak (menyebabkan kemarahan, gangguan tidur, pelupa dan sakit
kepala)
b. Bahaya pada Lingkungan
 Kaleng sebagai atom tunggal atau molekul tidak sangat beracun terhadap
beberapa jenis organisme, bentuk racun adalah bentuk organik
 Ada berbagai jenis timah organik yang dapat sangat bervariasi di toksisitas.
Tributyltins merupakan komponen timah paling beracun untuk ikan dan
jamur, sedangkan trifenyltin jauh lebih beracun bagi fitoplankton.
2. Toksisitas Timbal (Pb)

Efek timbal (Pb) terutama terhadap kesehatan terutama terhadap sistem


haemotopoetic (sistem pembentukan darah), adalah menghambat sintesis hemoglobin
danmemperpendek umur sel darah merah sehingga akan menyebabkan anemia.Pb juga
menyebabkan gangguan metabolisme Fe dan sintesis globin dalam seldarah merah dan
menghambat aktivitas berbagai enzim yang diperlukan untuksintesis heme.

Anak yang terpapar Pb akan mengalami degradasi kecerdasan alias idiot. Pada orang
dewasa Pb mengurangi kesuburan, bahkan menyebabkan kemandulan atau keguguran
pada wanita hamil, kalaupun tidak keguguran, sel otak tidak bisa berkembang. Dampak
Pb pada ibu hamil selain berpengaruh pada ibu juga pada embrio/ janin yang
dikandungnya. Selain penyakit yang diderita ibu sangat menentukan kualitas janin dan
bayi yang akan dilahirkan juga bahan kimia atau obat-obatan, misalnya keracunan Pb
organik dapat meningkatkan angka keguguran, kelahiran mati atau kelahiran premature.

Efek-efek Pb terhadap kesehatan dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

1) Efek terhadap terjadinya Anemia oleh Pb

Secara biokimiawi, keracunan timah hitam dapat menyebabkan:

 Peningkatan produksi ALA (Amino Levulinic Acid)

Timah hitam akan menghambat enzim hemesintetase, yang mengakibatkan


penurunan produksi heme. Penurunan produksi heme ini akan meningkatkan
aktivitas ALA sintetase, dan akhirnya produksi ALA meningkat. Peningkatan
produksi ALA ini dapat dilihat dari ekskresi ALA di urine.

 Peningkatan Protoporphirin
Perubahan protoporphirin IX menjadi heme, akan terhambat dengan adanya
timah hitam. Hal ini akan menyebabkan terjadinya akumulasi dari protoporphirin
IX yang dapat diketahui pada plasma dan feces.

 Peningkatan koproporphirin

Akumulasi dari protoporphirin akan meningkatkan akumulasi dari


koproporphirin III. Hal ini diketahui dengan didapatkannya koproporphirin III
pada urine dan feces.

2) Efek terhadap saraf (sistem saraf pusat)

Susunan saraf merupakan jaringan yang paling sensitif terhadap keracunan Pb.
Setelah pajanan tinggi dengan kadar Pb darah di atas 80 μg/dl dapat terjadi
ensefalopati. Terjadi kerusakan pada arteriol dan kapiler yang mengakibatkan
oedema (adanya cairan) otak, meningkatnya tekanan cairan serebrospinal, degenerasi
neuron dan perkembangbiakan sel glia. Secara klinis keadaan ini disertai dengan
menurunnya fungsi memori dan konsentrasi, depresi, sakit kepala, vertigo (pusing
berputar-putar), tremor (gerakan abnormal dengan frekuensi cepat), stupor
(penurunan kesadaran ringan), koma, dan kejang-kejang.

3) Ensefalopati

Ensefalopati merupakan bentuk keracunan Pb yang sangat buruk dengan sindrom


gejala neurologis yang berat dan dapat berakhir dengan kerusakan otak atau kematian.
Paling sering dijumpai pada anak kecil atau orang yang mengkonsumsi
makanan/minuman tercemar Pb. Anak-anak mempunyai resiko lebih besar terhadap
paparan Pb dari orang dewasa. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan
aktivitas metabolik internal.

Ensefalopati akut pada manusia sangat dipengaruhi oleh jumlah partikel Pb yang
terhisap, lama pemaparan, dan faktor-faktor lain. Yang ditandai dengan:

 Perubahan perilaku mental,


 Pelemahan pada daya ingat dan pada aktivitas untuk berkonsentrasi,
 Hyperirritabel (hal yang sangat mengganggu),
 Kegelisahan,
 Depresi,
 Sakit kepala,
 Vertigo dan tremor

Ensefalopati akut berkembang hanya pada dosis yang besar dan jarang terjadi pada
level Pb dalam darah dibawah 100 μg/ 100 ml, pernah dilaporkan terjadi pada tingkat
70 μg/ 100ml

4) Pendengaran

Kerusakan pada susunan saraf pusat dapat pula mengenai saraf kranial, kadar Pb
dalam darah 15 μg/dl dapat menyebabkan gangguan saraf pusat, pada kadar 1 – 18
μg/dl menyebabkan gangguan pendengaran. Beberapa penelitian pada anak-anak dan
dewasa memperlihatkan adanya hubungan paparan Pb dengan penurunan
pendengaran tipe sensorineural. Pada individu yang sensitif kadang-kadang
didapatkan adanya efek yang memburuk pada sistem tubuh, tetapi secara klinis efek
tersebut tidak jelas sampai dicapai kadar Pb yang lebih tinggi lagi

5) Efek terhadap ginjal

Keracunan berat Pb dalam waktu lama akan menyebabkan penyakit renal


progresif dan tidak dapat disembuhkan. Ada beberapa laporan berisi interstisial
nephritis kronis pada pekerja sering disertai dengan hasil yang fatal. Kebersihan suatu
industri akan mengurangi jumlah dan besarnya komplikasi renal pekerja yang
keracunan akan tetapi anak-anak yang menghirup Pb pada cat yang mengelupas dan
konsumen yang mengkonsumsi makanan yang tercemar Pb tetap mempunyai resiko.
Nephropati yang ditandai oleh gangguan fungsi ginjal progresif sering disertai
hipertensi. Kerusakan ginjal berupa fibriosis interstitialis kronis, degenerasi tubuler,
dan perubahan vaskuler pada arteri kecil dan arteriol. Ditemukan gambaran khas,
yaitu penuhnya badan inklusi intranuklear pada sel dinding tubulus. Badan inklusi
merupakan kompleks protein Pb yang kemudian di ekskresi melalui urine.
Degenerasi tubulus proksimal mengakibatkan menurunnya reabsorbsi asam amino,
glukosa, fosfat dan asam sitrat. Pada kasus yang berat dapat terjadi sindrom fanconi
yaitu hiperamino uria (air kencing mengandung asam amino berlebihan glukosuria
dan hipofosfat uria atau kadang-kadang hiperfosfat uria. Gangguan ginjal bersifat
tidak menetap. Saturnine gout adalah sebuah konsekuensi pengurangan fungsi tubuler
(ginjal tubulus glumerulus), Pb berpengaruh pada ekskresi urates. Maka meskipun
angka formasi mereka normal, level asam uric disimpan dalam persendian, hampir
menyerupai encok/ pegal.

6) Efek terhadap sistem cardiovascular

Pada keracunan Pb akut beberapa pasien menderita colic yang disertai


peningkatan tekanan darah. Kemungkinan timbulnya kerusakan miokard tidak dapat
diabaikan. Perubahan elektro cardiografi dijumpai pada 70 % penderita dengan gejala
umum berupa takikardia, disritmia atrium.

7) Efek terhadap sistem reproduksi

Telah diketahui bahwa Pb dapat menyebabkan gangguan reproduksi baik pada


perempuan maupun pada laki-laki, Pb dapat menembus jaringan placenta sehingga
menyebabkan kelainan pada janin. Peningkatan kasus infertil, abortus spontan,
gangguan haid dan bayi lahir mati pada pekerja perempuan yang terpajan Pb telah
dilaporkan sejak abad 19, walaupun demikian data mengenai dosis dan efek Pb
terhadap fungsi reproduksi perempuan, sampai sekarang masih sedikit.

Hubungan antara kadar Pb dalam darah dan kelainan yang diakibatkan terhadap
kelainan reproduksi perempuan adalah Kadar Pb darah 10 μg/dl dapat mengakibatkan
gangguan pertumbuhan. Kadar Pb darah 30 μg/dl mengakibatkan kelainan prematur.
Kadar Pb darah 60 μg/dl mengakibatkan komplikasi kehamilan. Senyawa teratogen
termasuk Pb dapat menembus janin dan dapat mengganggu pertumbuhan mulai dari
usia kehamilan pada minggu ke tiga hingga minggu ke 38. mulai minggu ke tiga
hingga pertengahan minggu ke enam dapat mengganggu pertumbuhan susunan saraf
pusat atau central nervous system (CNS), pada pertengahan minggu ke tiga sampai
minggu ke enam dapat mengganggu pertumbuhan jantung, pada minggu ke empat
hingga minggu ke delapan mengganggu pertumbuhan mata, lengan dan kaki, mulai
pertengahan minggu ke enam sampai minggu ke delapan dapat mengganggu
pertumbuhan gigi dan mulut, minggu ke Sembilan mengganggu pertumbuhan tekak
(langit-langit, mulai minggu ke tujuh sampai ke 12 menggangu pertumbuhan alat
kelamin bagian luar dan mulai minggu ke empat sampai minggu ke 12 mengganggu
pertumbuhan pendengaran.

Anda mungkin juga menyukai