Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PEMISAHAN

SUBLIMASI DAN ADSORPSI

DISUSUN OLEH:

ISNA ALMAULIA

1948201052

PRAKTIKUM 5C

DOSEN PENGAMPU:

LOVERA ANGGRAINI, M.

Si

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHTAN

UNIVERSITAS ABDURRAB

PEKANBARU

2021
PRAKTIKUM IV

SUBLIMASI DAN ADSORPSI

1. JUDUL
Sublimasi dan Adsorpsi

2. TUJUAN
a. Mahasiswa dapat memahami prinsip dasar sublimasi dan adsorpsi
b. Mahasiswa dapat mendeksripsikan cara melakukan pemurnian dengan
metode sublimasi

3. PRINSIP
a. Pada sublimasi memisahkan zat yang mudah menyublim dengan sebuah
sublimator sehingga menjadi gas atau uap.
b. Pada adsorpsi

4. DASAR TEORI
a. Sublimasi
Proses pemisahan dan pemurnian suatu zat dari zat lain yang tidak
diinginkan, merupakan proses yang sangat penting pada pembuatan
suatu senyawa. Ada berbagai cara pemisahan dan pemurnian suatu zat
dari campurannya secara fisik antara lain :
 Pemisahan cair-cair, dapat dilakukan dengan cara destilasi,
ekstraksi dan koagulasi
 Pemisahan padat-cair, dapat dilakukan dengan cara
dekantasi, filtrasi, adsorpsi dan destilasi.
Proses sublimasi dan adsorpsi, merupakan contoh proses yang
merepresentasikan proses perpindahan massa fase padat dan gas.
Sublimasi adalah perubahan wujud zat dari padat ke gas atau dari
gas ke padat. Bila partikel penyusun suatu zat padat diberikan kenaikan
suhu, maka partikel tersebut akan menyublim menjadi gas. Sebaliknya,
bilasuhu gas tersebut diturunkan, maka gas akan segera berubah
wujudnya menjadi padat. Cara yang dapat kita lakukan adalah
memisahkan partikel yang mudah menyublim tersebut menjadi gas. Gas
yang dihasilkan ditampung, lalu didinginkan kembali. Syarat pemisahan
campuran dengan menggunkan sublimasi adalah partikel yang
bercampur harus memiliki perbedaan titik didih yang besar, sehingga
kita dapat menghasilkan uap dengan tingkat kemurnian yang tinggi.
b. Adsorpsi
Adsorpsi merupakan suatu proses penyerapan oleh padatan tertentu
terhadap zat tertentu yang terjadi pada permukaan zat padat karena
adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat tanpa
meresap kedalam. Bila gas atau uap bersentuhan dengan permukaan
padatan yang bersih, maka gas atau uap tadi akan teradsorpsi pada
permukaan padatan tersebut. Permukaan padatan disebut sebagai
adsorben, sedangkan gas atau uap disebut sebagai adsorbat.
Adsorpsi biasanya digambarkan melalui isoterm , yaitu, fungsi
yang menghubungkan jumlah adsorbat pada adsorben . Distribusi logam
ion antara fase cair dan fase padat dapat dijelaskan oleh beberapa model
isoterm seperti Langmuir dan Freundlich . Langmuir isoterm
mengasumsikan adsorpsi monolayer ke permukaan yang mengandung
jumlah terbatas.Situasi 𝑛 > 1 adalah yang paling umum dan mungkin
karena distribusi pada permukaan atau faktor yang menyebabkan
penurunan interaksi adsorben-absorbat dengan meningkatkan densitas
permukaan.
5. ALAT DAN BAHAN
a. Sublimasi
- Alat
Corong gelas, kertas saring, kaki tiga, bunsen, cawan pengupan,
sand bath, kapas.
- Bahan
Naftalena, pasir, air
b. Adsorpsi
- Alat
12 buah erlenmeyer 250 mL, 4 buah gelas kimia 250 mL, 2 buah
buret 50 mL, 2 buah pipet volume 5 mL, 2 buah pipet volume 10
mL, 1 buah pipet ukur 5 mL, 1 buah pipet ukur 10 mL, 1 buah
hot plate, 1 buah shaker, 4 buah corong gelas, dan kertas saring.
- Bahan
Karbon aktif, larutan HCl 5%, larutan amilum, larutan asam
asetat, larutan standar NaOH 0,25 M dan indicator
phenolphthalein (PP).

6. CARA KERJA
a. Sublimasi
Sublimasi Naftalen
1) Pasir
Diletakan sejumlah pasir dalam sand bath dan cawan penguap
2) Naftalen
Dicampurkan bubuk naftalen dalam cawan penguapan berisi pasir.
b. Adsorpsi
Penentuan Daya Adsorpsi:
1) Disiapkan larutan asam asetat masing-masing dengan konsentrasi ;
1,0 M ; 0,8 M ; 0,6 M ; 0,4 M ; 0,2 M ; 0,1 M.
2) Diambil 5 mL untuk larutan asam asetat 0,6-1,0 M dimasukkan
kedalam Erlenmeyer 250 mL, dititrasi dengan NaOH 0,25 M dan 10
mL untuk konsentrasi 0,1-0,4 M.
3) Dicatat hasil titrasi sebagai konsentrasi asam asetat mula-mula.
4) Diambil setiap larutan sebanyak 25 mL masing-masing
ditambahnkan 1 g karbon aktif , kocok , tutup dan diamkan selama 1
jam.
5) Setelah 1 jam , masing-masing disaring dengan kertas saring,
diambil filtrat diambil 5 mL untuk larutan asam asetat 0,6-1,0 M dan
10 mL untuk konsentrasi 0,1-0,4 M dimasukkan kedalam
Erlenmeyer 250 mL .
6) Dititrasi dengan larutan NaOH 0,25 M menggunakan indicator PP
sehingga konsentrasi asam asetat sisa yang ada dalam larutan dapat
diketahui. Asam asetat diadsorpsi dapat dihitung.
7. HASIL PENGAMATAN
a. Sublimasi
Kristal naftalena : Putih
Pasir : Gelap
b. Adsorpsi
1) Titrasi dengan karbon
Konsentrasi (M) Volume NaOH (mL)
0.1 3.5
0.2 6.6
0.4 8.8
0.6 10.8
0.8 13.1
1.0 16.5

2) Titrasi tanpa Karbon


Konsentrasi (M) Volume NaOH (mL)
0.1 5.5
0.2 8.7
0.4 11.2
0.6 13.6
0.8 16.4
1.0 18.1
8. PEMBAHASAN

Sublimasi adalah proses pemurnian zat padat melalui pemanasan


sehingga zat tersebut dapat berubah fasa secara langsung, dari fasa padat ke
fasa gas dan kembali lagi ke fasa padat pada penampung yang disiapkan.

Berdasarkan percobaan sublimasi ini dilakukan proses sublimasi


dengan tujuan memurnikan naftalena dari pengotor-pengotor (dalam
praktikum ini pengotornya adalah pasir) dengan metode sublimasi serta
dengan prinsipnya yaitu berdasarkan perubahan fasa padat ke fasa gas tanpa
melalui proses pencairan begitupun sebaliknya.

Adsorpsi merupakan suatu proses penyerapan oleh padatan tertentu


terhadap zat tertentu yang terjadi pada permukaan zat padat karena adanya
gaya tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat tanpa meresap
kedalam. Peristiwa adsorpsi dipengaruhi oleh luas permukaan, sifat fisik dan
sifat kimia adsorben. Percobaan ini dilakukan untuk menentukan luas
permukaan spesifik secara sederhana berdasarkan bilangan iodin,
mempelajari sifat adsorpsi larutan oleh zat padat dan menentukan
persamaan adsorpsi pada suhu tetap.

Berdasarkan data hasil percobaan untuk menentukan daya adsorbsi,


didapatkan volume titrasi akhir (menggunakan karbon) lebih kecil dari
volume titrasi awal (tanpa karbon). Hal ini disebabkan karena adanya daya
adsorbsi dari karbon aktif yang mengikat asam asetat. Sehingga asam asetat
yang bereaksi dengan NaOH lebih sedikit. Menyebabkan volume NaOH
untuk mentitrasi menjadi lebih sedikit. Dalam hal ini, konsetrasi
mempengaruhi banyaknya volume NaOH yang digunakan. Semakin bessar
konsentrasi larutan maka semakin banyak jumlah zat terlarutnya yang dapat
diadsorbsi hingga tercapai kesetimbangan tertentu.

Karbon digunakan sebagai adsorben karena berbentuk amorf dengan


luas permukaan yang besar dan daya serapnya tinggi. Luas permukaan
merupakan sifat fisis yang paling penting dari karbon berpori, sehingga
memungkinkan dijadikan bahan adsorben.
Asam asetat akan berubah warna dari tidak berwarna menjadi pink
keunguan. Hal ini disebabkan karena indikator PP pada pH asam akan
menjadi tidak berwarna. Karena adanya penambahan NaOH, menyebabkan
pH larutan menjadi semakin basa. Hal ini mengubah asam asetat tidak
berwarna menjadi pink keunguan.

9. DAFTAR PUSTAKA
Bird, T. 2007. Kimia Fisik untuk Universitas. Jakarta : Gramedia.
Fitri., R. Y. 2012. Pemisahan Campuran Filtrasi, Sublimasi, Dan
Kristalisasi. Institut Agama Islam Negri (Iain) Syekh Nurjati:
Cirebon.
Handayani, Murni dan Eko Sulistiyono.2009. Uji Persamaan Langmuir dan
Freundlich Pada Penyerapan Limbah Chrom (VI) Oleh Zeloit.
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir. Bandung:
Pusat Penelitian Metalurgi – LIPI.
Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas
Indonesia Press.
Martin., Lindawati. 2018. Pengaruh Kecepatan Alir Udara dan Temperatur
Terhadap Nilai Koefisien Perpindahan Massa Padat dan Gas
(Bola Naftalena-Udara) dalam Sistem Kolom Akrilik. Fakultas
Teknik: Universitas Surya. Jurnal Integrasi Proses.
Tim Kimia Dasar. 2009. Penuntun Praktikum KIMIA DASAR 1. Surabaya:
Jurusan Kimia FMIPA UNESA
Yuliatin. Dkk. Adsorbsi Larutan oleh Zat Padat. Jurusan Kimia, Fakultas
MIPA: Universitas Brawijaya.

Anda mungkin juga menyukai