Anda di halaman 1dari 12

ISOTERM ADSORPSI

1. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa mampu memahami pengertian adsorpsi dan
klasifikasinya
2. Mahasiswa mampu menentukan fenomena yang terjadi dalam
proses adsorpsi melalui pendekatan isotherm adsorpsi Langmuir
dan isotherm adsorpsi freundlich
3. Mahasiswa mampu menggunakan persamaan isotherm adsorpsi
dalam pengolahan data mentah yang didapatkan dalam percobaan

2. BAHAN YANG DIGUNAKAN


2.1. Bahan yang digunakan
 HCl 1000 ml HCl 4 M
 NaOH 1000 ml NaOH 3 M
 Karbon aktif 500 gram
 Zeolit 500 gram
 Indicator pp
2.2. Alat yang digunakan
 Seperangkat alat pengendap yang terdiri dari 5 kolom pengendap
dan dilengkapi dengan pompa pengalir fluida
 Gelas kimia 500 ml
 Labu ukur 500 ml
 Neraca analitik
 Seperangkat alat titrasi

3. TEORI
a. Adsorpsi
Salah satu metode yang digunakan untuk menghilangkan zat
pencemar dari air limbah adalah adsorpsi. Proses adsorpsi diharapkan
dapat mengambil ion-ion logam berat dari perairan. Teknik ini lebih
menguntungkan daripada teknik yang lain dilihat dari segi biaya yang
tidak begitu besar serta tidak adanya efek samping zat beracun. Adsorpsi
merupakan proses akumulasi adsorbat pada permukaan adsorben yang
disebabkan oleh gaya tarik antar molekul atau suatu akibat dari medan
gaya pada permukaan padatan (adsorben) yang menarik molekul-molekul
gas, uap atau cairan. Sedangkan alberty and Daniel mendefinisikan
adsorpsi sebagai fenomena yang terjadi pada permukaan. Adsorpsi secara
umum didefinisikan sebagai akumulasi sejumlah molekull, ion atau atom
yang terjadi pada batas antara dua fase. Adsorpsi menyangkut akumulasi
atau pemusatan substansi adsorbat pada adsorben dan dalam hal ini dapat
terjadi pada antar muka dua fasa. Fasa yang menyerap disebut adsorben
dan fasa yang terserap disebut adsorbat. Kebanyakan adsorben adalah
bahn-bahan yang memiliki pori karena berlangsung terutama pada
dinding-dinding pori atau letak-letak tertentu didalam adsorben.
Gaya tarik-menarik dari suatu padatan dibedakan menjadi dua jenis
yaitu gaya fisika dan gaya kimia yang masing-masing menghasilkan
adsorpsi fisika dan adsorpsi kimia. Adsorpsi fisika adalah proses interaksi
antara adsorben dengan adsorbat yang melibatkan gaya-gaya antar molekul
seperti daya van der waals. Molekul terikat sangat lemah dan energy yang
dilepaskan pada adsorpsi fisika relative rendah sekitar 20Kj/mol.
Sedangkan pada adsorpsi kimia, interaksi adsorben dan adsorbat
melibatkan pembentukan kimia. Adsorpsi kimia terjadi diawali dengan
adsorpsi fisik, yaitu partikel-partikel adsorbat mendekat ke permukaan
adsorben melalui gaya van der waals atau melalui ikatan hydrogen.
Kemudian diikuti oleh adsorpsi kimia yang terjadi setelah adsorpsi fisika.
Dalam adsorpsi kimia partikel melekat pada permukaan dengan
membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen) dan cenderung mencari
tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasi dengan substrat.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi
Secara umum, proses adsorpsi dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain:
1. Sifat adsorbat
Besarnya adsorpsi zat terlatut tergantung pada kelarutannya dalam
pelarut. Kenaikan kelarutan menunjukan ikatan yang kuat antara zat
terlarut dan zat pelarut dan aksi sebaliknya terhadap adsorpsi oleh
adsorben. Makin besar kelarutannya, ikatan antara zat terlarut dengan
pelarut makin kuat sehingga adsorpsi akan semakin kecil karena sebelum
adsorpsi terjadi diperlukan energy yang besar untuk memecah ikatan zat
terlarut dengan pelarut.
2. Sifat adsorben
Luas permukaan adsorben sangat berpengaruh terutama untuk
tersedianya tempat adsorpsi. Adsorpsi merupakan suatu kejadian
permukaan sehingga besarnya adsorpsi sebanding dengan luas permukaan
spesifik. Makin besar luas permukaan makin besar pula adsorpsi yang
terjadi.
3. pH larutan
pH mempengaruhi muatan pada permukaan sehingga mengubah
kemampuannya menyerap senyawa dalam bentuk ion
4. konsentrasi adsorbat
pada umumnya adsorpsi akan meningkat dengan kenaikan adsorbat
tetapi tidak berbanding lurus. Adsorpsi akan konstan jika kesetimbangan
antara konsentrasi adsorbat yang diserap dengan konsentrasi yang tersisa
dalam larutan.
5. Temperature
Reaksi yang terjadi pada adsorpsi biasanya eksotermis, oleh sebab
itu adsorpsi akan besar jika temperature rendah.
6. Waktu kontak
Waktu kontak ynag cukup diperlukan untuk mencapai
kesetimbangan adsorpsi. Jika fase cairan yang berisi adsorben diam, maka
difusi adsorbat melalui permukaan adsorben akan lambat. Oleh karena itu
diperlukan pengocokan untuk mempercepat proses adsorpsi
b. Isoterm Adsorpsi
Adsorpsi merupakan fenomena dimana sejumlah kuantitas gas atau
larutan menetap pada suatu permukaan.sebagai contoh kontak antara gas
atau laurutan pada suatu logam.interaksi yang terjadi akan menyebabkan
sifat permukaan logam mengalami perubahan. Gas atau larutan yang
tertarik disebut adsorbat sedangkan permukaan logam disebut adsorben.
Model isoterm adsorpsi yang umum digunakan ada dua macam yaitu
isotherm Langmuir dan Isoterm Freunlich.
a. Adsorpsi Isoterm Langmuir
Langmuir mengembangkan suatu model kuantitatif untuk
menjelaskan fenomena isoterm adsorpsi dengan pendekatan kinetika.
Analog dari penurunan persamaan adsorpsi pada gas, langmuir
mengasumsikan bahwa pada permukaan adsorben terdapat situs-situs aktif
yang proporsional dengan luas permukaan. Model ini berdasarkan pada
beberapa asumsi yaitu :
1. Permukaan adsorben bersifat homogen sehingga energi adsorpsi
konstan pada seluruh bagian.
2. Tiap atom teradsorpsi pada lokasi tertentu dipermukaan adsorben
3. Tiap bagian permukaan hanya dapat menampung satu molekul
atau atom.
Penurunan persamaan isoterm adsorpsi langmuir sistem cair-padat
didasarkan pada kesetimbangan proses adsorpsi dan desorpsi adsorbat
dipermukaan padatan.
Model permukaan Langmuir dinyatakan sebagai berikut :
qc = Qb Ce………………………………………..(1)
1+bCe
Bentuk linear persamaan tersebut dinyatakan dalam :
Ce =1 + Ce……………………………………….(2)
qc Qb Q
Dimana qe adalah jumlah adsorbat yang teradsorpsi per unit berat
oleh adsorben (mg g-1),Ce adalah konsentrasi adsorbat dalam keadaan
setimbang (mg L-1),sedangkan Q dan b adalah konstan langmuir. Nilai
dari Q dan b dapat diperoleh dari intercept dam slope dari plot persamaan
Ce qe -1 Versus Ce.
qe

Ce
b. Adsorpsi Isotherm Freunlich
Isotherm freunlich digunakan untuk untuk model kinetika adsorpsi
pada permukaan adsorben yang heterogen. Model isoterm freunlich
menjelaskan bahwa proses adsorpsi pada bagian permukaan adalag
heterogen dimana tidak semua permukaan adsorben mempunyai daya
adsorpsi. Model isoterm freunlich menunjukkan lapisan adsorbat yang
terbentuk pada permukaan adsorben adalah multilayer. Hal tersebut
berkaitan dengan ciri-ciri dari adsorpsi secara fisika dimana adsorpsi dapat
terjadi pada bnayak lapisan (multilayer) (Husin and Rosnelly,2005)
Asumsi yang digunakan :
(i) Tidak ada asosiasi dan disosiasi molekul-molekul adsorbat
setelah teradsorpsi pada permukaan padatan.
(ii)Hanya berlangsung mekanisme adsorpsi secara fisis tanpa
adanya adsorpsi kimia.
(iii) Permukaan padat bersifat heterogen ( Noll et al,1992).
Bentuk linear dari persamaan freunlich dinyatakan dalam
persamaan berikut :
qe = Kf C1/n . . . . . . . . . . . . . ……. . . . (3)
Dimana Kf dan n adalah konstanta freunlich. Bentuk linear dari
persamaan freunlich dinyatakan dalam persamaan :
Log qe = log Kf +1/n Log Ce . . . . . . . . .(4)
Konstanta Kf dan n merupakan kapasitas adsorpsi dan intensitas
adsorpsi. Nilai Kf dan n diperoleh dari intercept dan slope dari plot grafik
antara log qe versus log Ce.
Log qe

Log Ca
4. PROSEDUR PERCOBAAN
 500 gram masing- masing adsorben dimasukkan kedalam kolom
pengendap.
 Buat larutan HCl 4 M sebanyak 1000 ml,masing-masing 500 ml
dimasukkan kedalam kolom pengendap.
 Buat larutan NaOH 3 M untuk titrasi.
 Adsorpsi berlangsung secara semi batch dengan mengelurakan sample
setiap 10 menit sebanyak 20 ml
 5 ml sampel keluaran adsorben dianalisa konsentrasinya dengan
memggunakan NaOH yang sebelumnya sudah ditambahkan indikator Pp.
 Catat data yang diperoleh, kemudian diolah perhitungannya, hasil
perhitungan dianalisa.

5. Data Pengamatan
1. Standarisasi NaOH dengan larutan Asam Oksalat
No Volume Analit Volume Titran (NaOH)
1. 25 ml 23,4 ml
2. 25 ml 25,2 ml
3. 25 ml 25,8 ml
Volume Rata-rata 24,8 ml

2. Titrasi HCl dengan NaOH


No Volume Analit Volume Titran (NaOH)
1. 25 ml 27,2 ml
2. 25 ml 26,4 ml
3. 25 ml 27,6 ml
Volume Rata-rata 27,1 ml
3. Titrasi HCl dengan NaOH setelah Adsorpsi
a. Selama 5 menit
No Volume Analit Volume Titran (NaOH)
1. 25 ml 4,7 ml
2. 25 ml 4,4 ml
3. 25 ml 4,3 ml
Volume Rata-rata 4,8 ml

b. Selama 10 menit
No Volume Analit Volume Titran (NaOH)
1. 25 ml 4,2 ml
2. 25 ml 4,5 ml
3. 25 ml 5,1 ml
Volume Rata-rata 4,6 ml

c. Selama 15 menit
No Volume Analit Volume Titran (NaOH)
1. 25 ml 2,6 ml
2. 25 ml 3,0 ml
3. 25 ml 3,1 ml
Volume Rata-rata 2,9 ml

d. Selama 20 menit
No Volume Analit Volume Titran (NaOH)
1. 25 ml 1,9 ml
2. 25 ml 2,4 ml
3. 25 ml 2,3 ml
Volume Rata-rata 2,2 ml
e. Selama 25 menit
No Volume Analit Volume Titran (NaOH)
1. 25 ml 1,8 ml
2. 25 ml 1,6 ml
3. 25 ml 2,0 ml
Volume Rata-rata 1,8 ml

f. Selama 30 menit
No Volume Analit Volume Titran (NaOH)
1. 25 ml 1,5 ml
2. 25 ml 1,6 ml
3. 25 ml 1,4 ml
Volume Rata-rata 1,5 ml

Data Titrasi HCl dan NaOH Setelah Adsorpsi


No Volume HCl Waktu Volume Titran
. (ml) (menit) (ml)
1. 5 ml 5 4,8
2. 5 ml 10 4,6
3. 5 ml 15 2,9
4. 5 ml 20 2,2
5. 5 ml 25 1,8
6. 5 ml 30 1,5

Data Konsentrasi Adsorbat Menggunakan Adsorben Arang

No. Waktu Adsorpsi Konsentrasi


(menit) Adsorbat (mol/L)
1. 5 0,096
2. 10 0,092
3. 15 0,058
4. 20 0,044
5. 25 0,036
6. 30 0,010
Grafik Hubungan Waktu (Menit) Terhadap Konsentrasi Adsorbat
(mol/L)
0.12 y = -0.0035x + 0.1172

Konsentrasi Adsorbat (mol/L)


R² = 0.9623
0.1

0.08

0.06 Konsentrasi Adsorbat


(mol/L)
0.04
Linear (Konsentrasi
0.02 Adsorbat (mol/L))

0
0 10 20 30 40
Waktu Adsorpsi (Menit)
Analisa Data
Pada percobaan kali ini, bertujuan untuk memahami proses adsorpsi dengan
bahan adsorpben adalah arang atau karbon aktif dan sampel yaitu larutan HCl.
Sebelum digunakan, arang dicuci dan dihaluskan terleebih dahulu serta diaktifkan
dengan cara dipanaskan.
Prinsip percobaan adsorpsi isoterm didasarkan pada teori frundlich, yaitu
banyaknya zat yang diadsorpsi pada temperatur tetap (isoterm) oleh suatu
adsorben tergantung dari konsentrasi, kereaktifan, dan sifat dari adsorben dan
sampel. Percobaan ini juga menggunakan sistem adsorpsi secara fisik dengan
adsorbat sehingga larutan yang diadsorpsi berubah wujud dan sifat, namun
komponen kimia di dalam sampel tidak terlalu berubah.
Langkah-langkah yang kami lakukan pada praktikum yaitu, pertama
menyiapkan arang atau karbon aktif yang sudah dicuci, dihaluskan, dan di
panaskan dengan tujuan daya serap lebih tinggi. Pada langkah/proses ini sangat
penting karena keberhasilan praktikum tergantung pada daya serap apsorben,
namun pada percobaan, kami melakukan kesalahan yaitu karbon aktif terlalu halus
sehingga karbon aktif tercampur ke sampel.
Setelah sampel di adsorpsi, hasil tersebut dititrasi dengan larutan NaOH dan
indikator PP agar mengetahui sifat dan hasil dari percobaan.
Dari data yang sudah diperoleh, dapat diketahui bahwa hubungan antara
lamanya proses adsorpsi dengan molaritas sampel yaitu semakin lama proses,
maka semakin kecil juga perubahan molaritas sampel, sehingga dari data dapat
dibuat grafik dengan nilai garis singgung y = -0.0035x + 0.1172 dan nilai R^2 =
0.9623.
Faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi adalah :
 pH, semakin tinggi asam asam mineral, maka semakin cepat adsorpsi.
 Waktu, waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan jumlah arang
 Sifat adsorben dan sampel
 Suhu, semakin tinggi suhu maka semakin cepat proses adsorpsi.
Kesimpulan
Pada praktikum kali ini, dapat ditarik kesimpulan :
 prinsip perccobaan pada praktikum kali ini didasarkan pada teori frundlich
 terjadi proses adsorpsi fisika saat proses yang menyebabkan perubahan
fisik sampel
 hubungan antara waktu dan konsentrasi adalah semakin lama proses maka
semakin kecil konsentrasi yang dihasilkan.
 Faktor yang mempengaruhi adalah pH, waktu, sifat dan suhu.
GAMBAR ALAT

Seperangkat Alat Pengendap

Anda mungkin juga menyukai