Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terhadap
dinding pemisah (jika aliran tidak bercampur), maupun kontak langsung antar
fluida (direct contact). Heat Exchanger sangat banyak diaplikasikan di industri-
industri seperti kilang minyak, pabrik kimia maupun petrokimia, industri
pengolahan gas bumi, refrigerasi, pembangkit listrik, dan industri lainnya. Contoh
sederhana heat exchanger pada kehidupan sehari-hari adalah pada radiator mobil
di mana cairan pendingin memindahkan panas mesin ke udara sekitar.
Regenerator
Rotary
Fixed Matrix Regenerator
Gambar 15. (a.) Pola Aliran Counterflow, dan (b) Distribusi Temperatur
Counterflow Exchanger
(i=inlet, o=outlet, t=temperatur fluida)
1.2.4.3 Crossflow Exchanger
Pola aliran ini terbagi menjadi tiga kodisi aliran berbeda, yaitu sebagai
berikut.
1. Kedua fluida tidak bercampur (Gambar 16.a)
2. Satu fluida tidak bercampur dan fluida lainnya bercampur (Gambar
16.b)
3. Kedua fluida bercampur (Gambar 16.c)
1.2.7.1 Kondensor
Umumnya, rute kondensasi fluida terbagi menjadi dua, yaitu aliran luar
pipa yang berisi water-cooled steam condenser dan bagian dalam pipa yang
berisi air-cooled condenser. Pada kondensor ini biasanya ditambahkan fin
untuk memperluas permukaan kontak.
1.2.7.2 Evaporator
Evaporator dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu fired system
dan unfired system.
1.2.7.2.1 Fired System
Pada tipe ini, terlibat pembakaran dari bahan bakar pada temperatur
yang sangat tinggi namun pada tekanan atmosferik (densitas rendah) dan
menghasilkan uap (steam). Alat penukar panas tipe ini sering disebut
dengan boiler yang berfungsi untuk mengubah seluruh fasa cair menjadi
fasa uapnya.
1.2.7.2.2 Unfired System
Tipe heat exchanger ini melibatkan range temperatur yang sangat luas,
dari temperatur tinggi seperti nuclear steam generator hingga temperatur
sangat rendah seperti cryogenic gasifiers dan liquid natural gas
evaporation. Alat tipe ini banyak diaplikasikan di industri pengolahan bahan
pangan untuk menguapkan pelarut, membuat konsentrat dari larutan, dan
aplikasi lainnya.
(T1−t2)−(T2−t1)
LMTD = (T1−t2)
ln((T2−t1))
Bagian 2
Algoritma Desain Heat Exchanger
Diagram alir proses algoritma desain Heat Exchanger terlampir pada halaman
berikutnya.
Mulai
Menghitung koefisien
perpindahan panas total
Identifikasi dengan faktor koreksi = Ucalc
Masalah
Mengestimasi biaya
Menentukan luas permukaan alat pembuatan alat penukar
penukar panas A=q/Utot∆Tm panas
YA
Menentukan banyaknya tabung
dan diameter kerangka Rancangan alat penukar panas
diterima
Mengestimasi nilai koefisen
perpindahan panas pada sisi
tabung
3
6 .
.
1 2
. .
4
5 .
.
Keterangan:
1 = Aliran umpan
2 = Aliran umpan pada keadaan saturated vapor
3 = Aliran atas stripper (output stripper)
4 = Aliran udara pendingin (input stripper)
5 = Aliran bawah stripper (furfural panas)
6 = Aliran furfural dingin
2.2.2 Kesetimbangan
Untuk dapat menyelesaikan permasalahan desain heat exchanger,
sebelumnya perlu dianalisis derajat kebebasan (ADK) dan neraca massa
komponen-komponen fluida kerja.
Tabel 1. Analisis Derajat Kebebasan Kolom Stripper Furfural
1 1 1 𝑑𝑜×ln(𝑑𝑜⁄𝑑𝑖 ) 𝑑𝑜 𝑑𝑜
= + + + +
𝑈𝑜 ℎ𝑜 ℎ𝑜𝑑 2𝑘𝑤 𝑑𝑖×ℎ𝑖𝑑 𝑑𝑖×ℎ𝑖
(T1−t2)−(T2−t1)
LMTD = (T1−t2)
ln((T2−t1))
Q = Utot A ∆TLM
Q = Ucalc A ∆TLM
|𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙𝑃𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛−𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖𝐴𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖|
Error = x 100%
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖𝐴𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖