Anda di halaman 1dari 15

PERCOBAAN V

(EXPERIMENT V)

KONTAMINASI LUMPUR PEMBORAN


(DRILLING MUD CONTAMINANT)

5.1 Tujuan Percobaan


1. Mempelajari sifat-sifat fisik lumpur akibat Kontaminasi Garam,
Gypsum dan Semen.
2. Memahami cara penanggulangan kontaminasi lumpur.

5.2 Teori Dasar


Sejak digunakan teknik rotasi drilling dalam operasi pemboran lapangan
minyak, lumpur pemboran menjadi faktor penting. Bahkan lumpur pemboran
menjadi salah satu pertimbangan dalam mengoptimalkan operasi pemboran. Oleh
sebab itu mutlaklah untuk memelihara atau mengontrol sifat - sifat fisik lumpur
pemboran agar sesuai dengan yang diharapkan.
Salah satu penyebab berubahnya sifat fisik lumpur adalah adanya material-
material yang tidak diinginkan (kontaminan) yang masuk ke dalam lumpur pada
saat operasi pemboran sedang berjalan. Kontaminasi yang sering terjadi adalah
sebagai berikut:
1. Kontaminasi Sodium Clorida
Kontaminasi ini sering terjadi saat pemboran menembus kubah garam
(salt dome), lapisan garam, lapisan batuan yang mengandung konsentrasi
garam cukup tinggi atau akibat air formasi yang berkadar garam tinggi dan
masuk ke dalam sistem lumpur. Akibat adanya kontaminasi ini, akan
mengakibatkan berubahnya sifat lumpur seperti viskositas, yield point, Gel
strength dan filtration loss. Kadang-kadang penurunan pH dapat pula terjadi
bersamaan dengan kehadiran garam pada sistem lumpur.
2. Kontaminasi Gypsum
Gypsum dapat masuk ke dalam lumpur pada saat pemboran menembus
formasi Gypsum, lapisan Gypsum yang terdapat pada formasi shale atau

73
74

limestone. Akibat adanya Gypsum dalam jumlah yang cukup banyak dalam
lumpur pemboran, maka akan merubah sifat-sifat lumpur tersebut seperti
Plastic Viscosity, Yield Point, Gel Strength dan Fluid Loss.
3. Kontaminasi Semen
Kontaminasi semen dapat terjadi akibat operasi penyemenan yang kurang
sempurna atau setelah pengeboran lapisan semen dalam casing, floatcollar
dan casing shoe. Kontaminasi semen akan merubah Plastic Viscosity, Gel
strength, Fluid Loss dan pH lumpur.
Selain dari ketiga kontaminasi di atas , bentuk kontaminasi lain yang dapat
terjadi selama operasi pemboran adalah :
a. Kontaminasi “Hard Water” atau kontaminasi oleh air yang mengandung
ion kalsium dan magnesium cukup tinggi.
b. Kontaminasi Carbon Diokside.
c. Kontaminasi Hydrogen Sulfide.
d. Kontaminasi Oxigen.
Dalam praktikum ini akan dipelajari perubahan sifat akibat kontaminasi
yang sering terjadi sekaligus cara penanggulangannya.

5.3 Alat dan Bahan


5.3.1 Alat
1. Fann VG meter.
2. Mud mixer.
3. Stopwatch.
4. Gelas ukur.
5. Timbangan digital
5.3.2 Bahan
1. Aquadest.
2. NaCl.
3. Gypsum.
4. Semen.
5. Monosodium phosphate.
75

6. Larutan Buffer pH 10.


7. Asam sulfat.
8. Bentonite.
9. Soda ash.
10. Caustic Soda.

Mud Mixer Fann VG Meter

Stopwatch Timbangan Digital


Gambar 5.1. Alat Percobaan Kontaminasi Lumpur Pemboran
76

5.4 Prosedur Percobaan


5.4.1 Kontaminasi NaCl
Prosedur kerja untuk kontaminasi NaCl adalah :
1. Membuat lumpur standar dengan komposisi 22,5 gr bentonite + 350 cc
aquadest. Mengukur pH, Viskositas, Gel strength, Fluid Loss dan
Ketebalan Mud cake.
2. Menambahkan NaCl sebanyak 1 gr kedalam lumpur standar.
Mengukur pH, Viskositas, Gel strength, Fluid Loss dan Ketebalan Mud
cake.
3. Melakukan langkah 2 dengan penambahan NaCl masing masing 3.5
gr, 7.5 gr dan 17.5 gr. Mengukur pH ,Viskositas, Gel strength, Fluid
Loss dan ketebalan Mud cake.
4. Membuat lunpur baru dengan komposisi : Lumpur standar + 7.5 gr
NaCl + 0.5 gr NaOH . Mengukur pH, Viskositas, Gel strength, Fluid
Loss dan Ketebalan Mud cake.
5. Melakukan langkah 4 dengan penambahan 1 gr NaOH. Ukur pH,
Viskositas, Gel strength, Fluid Loss dan Ketebalan Mud cake.
5.4.2 Kontaminasi Gypsum
1. Membuat Lumpur standar kemudian mengukur pH, Viskositas, Gel
strength, Fluid Loss dan ketebalan mud cake.
2. Membuat Lumpur baru dengan komposisi: Lumpur standard + 0,225 gr
Gypsum. Kemudian mengukur pH, Viskositas, Gel strength, Fluid Loss
dan ketebalan mud cake.
3. Melakukan langkah 2 dengan penambahan masing-masing 0,5 gr, 1 gr,
1,5 gr Gypsum. Kemudian mengukur pH, Viskositas, Gel strength,
Fluid Loss dan ketebalan mud cake.
4. Membuat Lumpur baru dengan komposisi: Lumpur standar + 1,5 gr
Gypsum, + 0,2 gr soda ash. Kemudian mengukur pH, Viskositas, Gel
strength, Fluid Loss dan ketebalan mud cake.
5. Melakukan langkah 4 dengan penambahan 1 gr soda ash.
77

5.4.3 Kontaminasi Semen


1. Membuat lumpur standar Ukur pH, Viskositas, Gel strength,Fluid
Loss dan ketebalan Mud cake.
2. Membuat lumpur baru dengan komposisi : lumpur standar + 0.225 gr
semen. Ukur pH, Viskositas, Gel strength,Fluid Loss dan ketebalan
Mud cake.
3. Melakukan langkah 2 dengan penambahan masing masing 0.5 gr ,1,0
gr dan 1,5 gr semen. Ukur pH, Viskositas, Gel strength, Fluid Loss dan
ketebalan Mud cake.
4. Membuat lumpur baru dengan komposisi: lumpu standar + 1,5 gr seen
+ 0,2 gr Monosodium Phosphate. Ukur pH, Viskositas, Gel strength,
Fluid Loss dan ketebalan Mud cake.
5. Melakukan langkah 4 dengan penambahan 1,0 gr Monosodium
Phosphate
78

5.5 Hasil Pengamatan


Tabel 5.1 Percobaan Kontaminasi Lumpur Pemboran
Lumpur
No Parameter L.S + NaCl
Standar

1 C600 28 21

2 C300 19 10

3 Yield Point (Yp) 10 lb/100ft2 -1 lb/100ft2

4 Plastic viscosity (µp) 9 Cp 11 cP

5 pH meter 9 10

Simpangan maksimum 10
6 3 9
detik (V”)

Simpangan maksimum 10
7 4 8
menit (V’)

8 Gel strength 0,75 Cp 1,12 cP

Lumpur L.S +
No Parameter
Standar Gypsum

1 C600 28 28

2 C300 19 21

3 Yield Point (Yp) 10 lb/100ft2 14 lb/100ft2

4 Plastic viscosity (µp) 9 Cp 7 cP

5 pH meter 9 9

Simpangan maksimum 10
6 3 12
detik (V”)

Simpangan maksimum 10
7 4 10
menit (V’)

8 Gel strength 0,75 Cp 1,2 cP

No Parameter Lumpur L.S + Semen


79

Standar

1 C600 28 13

2 C300 19 21

3 Yield Point (Yp) 10 lb/100ft2 29 lb/100ft2

4 Plastic viscosity (µp) 9 Cp -8 cP

5 pH meter 9 13

Simpangan maksimum 10
6 3 5
detik (V”)

Simpangan maksimum 10
7 4 8
menit (V’)

8 Gel strength 0,75 Cp 0,62 cP

5.6 Perhitungan
Lumpur Standar
Dik:
ph = 9
C600 = 28
C300 = 19
VI = 4
VII = 5
Dit :
a. µP
b. YP
c. Gel Strength
Jawab:
a. µP = C600 – C300
= 28-19
= 9 cP
b. YP = C300 - µP
= 19-9
80

= 10 cP
simpangan max 10 detik 3
c. Gel Strrength = = = 0,75
simpangan max 10 menit 4

Lumpur Standar + NaCl


Dik:
Ph = 10
C600 = 21
C300 = 10
VI = 9
VII = 8
Dit:
a. µP
b. YP
c. Gel Strength
Jawab:
a. µP = C600 – C300
= 21 - 10
= 11 cP
b. YP =C300 -µP
= 10 – 11
= -1 cP
simpangan max 10 detik 9
c. Gel Strength = = = 01,125
simpangan max 10 menit 8

Lumpur standar + Gypsum


Dik:
Ph = 9
C600 = 28
C300 = 21
VI = 12
VII = 10
81

Dit:
a. µP
b. YP
c. Gel Strength
Jawab:
a. µP = C600 – C300
= 28 – 21
= 7 cP
b. YP = C300 - µP
= 21 – 7
= 14 cP
simpangan max 10 detik 12
c. Gel Strength : = = 1,2
simpangan max 10 menit 10

Lumpur standar + Semen


Dik:
Ph = 13
C600 = 13
C300 = 21
VI = 5
VII = 8
Dit:
a. µP
b. YP
c. Gel Strength
Jawab:
a. µP = C600 – C300
= 13 - 21
= -8 cP
b. YP = C300 -µP
= 21 – (-8)
82

= 29 cP
simpangan max 10 detik 5
c. Gel Strength : = = 0, 625
simpangan max 10 menit 8

5.7 Pembahasan
Dalam suatu kegiatan pemboran, kontaminasi merupakan salah satu masalah
yang perlu untuk diperhatikan karena kontaminasi dapat terjadi saat proses
berlangsung maupun saat penyemenan berlangsung. dalam percobaan ini hal
tersebutlah yang menjadi tujuan kita mempelajari sifat-sifat fisik lumpur akibat
kontaminasinasi garam, gypsum, dan semen. serta untuk dapat memahami cara
penanggulangan kontaminasi lumpur pemboran.

Salah satu penyebab berubahnya sifat-sifat fisik lumpur pemboran adalah


adanya material-material yang tidak diinginkan (kontaminan) yang masuk ke
dalam lumpur pada saat operasi pemboran berjalan. hal ini di dukung oleh teori
adam,nel,j.(1985) dalam bukunya “drilling engineering” mengelompokan
kontaminasi saat proses pemboran memasuki lapisan garam dalam formasi
disebut sebagai kontaminasi sodium chloride, kontaminasi gypsum terjadi saat
formasi menembus formasi garam. sedangkan kontaminasi saat penyemenan
berlangsu ng , lumpur dikontaminasikan oleh semen dimana penyemenan kurang
sempurna.

Pada percobaan ini dilakukan pengujian kontaminasi lumpur dengan


menggunakan 3 sampel. sampel standar yaitu lumpur standard dengan komposisi
C600 sebasar 28cp , C300 sebesar 19cp dengan simpangan 10 detik diperoleh 4
dan simpangan 10 menit diperoleh 5. dari percobaan sampel standart memperoleh
plastik viscosity sebesar 9cp dan yield point sebsar 10lb/100ft2. untuk gel strength
diperoleh 0,75 lb/100ft2.

Sampel 1 yaitu lumpur standard + NaCL dengan komposisi C600 sebasar


21cp , C300 sebesar 10cp dengan simpangan 10 detik diperoleh 9 dan simpangan
10 menit diperoleh 8. dari percobaan sampel 1 diperoleh plastik viscosity sebesar
11cp dan yield point sebsar -1lb/100ft2. untuk gel strength diperoleh 1,125
lb/100ft2. Sampel 2 yaitu lumpur standard + gypsum komposisi C600 sebasar
28cp , C300 sebesar 21cp dengan simpangan 10 detik diperoleh 12 dan simpangan
10 menit diperoleh 10. dari percobaan sampel 2 diperoleh plastik viscosity sebesar
7cp dan yield point sebsar 14lb/100ft2. untuk gel strength diperoleh 1,2 lb/100ft2.
Sampel 3 yaitu lumpur standard + semen dengan komposisi C600 sebasar 13cp ,
C300 sebesar 21cp dengan simpangan 10 detik diperoleh 5 dan simpangan 10
83

menit diperoleh 8. dari percobaan sampel 3 diperoleh plastik viscosity sebesar


-8cp dan yield point sebsar 29lb/100ft2. untuk gel strength diperoleh 0,625
lb/100ft2.

Dalam sampel 1 kita menganalisis lumpur dengan kontaminasi NaCL. dimana


kita peroleh hasil yield point kontaminasi NaCL lebih kecil dari yield piont
lumpur standart. sedangkan plastik viscositi kontaminasi NaCL lebih besar dari
plastik viscosity lumpur standart. seperti yang di kemukaan oleh robinson,l,(2005)
sodium clorida yang masuk ke sitem lumpur basa akan bereaksi dengan ion OH-
dan membentuk ionn CL-. akibat adanya kontaminasi ini ,akan mengakibatkan
berubahnya sifat lumpur seperti viscositas, yield point, gel strength dan fluids
loss. Dalam sampel 2 kita menganalisis lumpur dengan kontaminasi gypsum.
dimana kita peroleh hasil yield point kontaminasi gypsum lebih besar dari
yield piont lumpur standart. sedangkan plastik viscositi kontaminasi gypsum
lebih kecil dari plastik viscosity lumpur standart. seperti yang di kemukaan oleh
borrero,f,j.(2012) gypsum yang masuk ke dalam sistem lumpur akan membentuk
ion sulfat sehingga dapat menurunkan PH yang akan menyebabkan peningkatan
laju korosif pada peralatan pemboran dan juga akan merubah sifat – sifat fisik
lumpur seperti viscositas, yield point, gel strength dan fluids loss. Dalam sampel
3 kita menganalisis lumpur dengan kontaminasi semen . dimana kita peroleh
hasil yield point kontaminasi semen lebih besar dari yield piont lumpur
standart. sedangkan plastik viscositi kontaminasi semen lebih kecil dari plastik
viscosity lumpur standart. seperti yang di kemukaan oleh rabiah, H, (2006)
kontaminasi ini mudah terdeteksi karena adanya peningkatan kalsium ,viscositas
dan ph zat kimia dari semen yang menyebabkan kerusakan lumpur adalah Ca
(OH2) atau biasa disebut kapur (lime) yang dapta menyebabkan flokulasi yang
parah.

penanggulangan kontaminasi yaitu:

A.kontaminasi NaCL (sodium clorida)

- menambah KOH.

B.kontaminasi gypsum

- menambah soda ASH atau barium karbonat.

C.kontaminasi semen

- menambah sodium acid pyrophoshate (SAPP) atau sodium bikarbonat.


Paragraf
84

Dalam keadaan dilapangan perubahan filtration loss tidak dikehendaki karena


filtration loss tidak dikehendaki karena filtration loss yang terlalu besar dapat
menyebabkan terjadinya pengurangan permeabilitas terhadapt batuan reservoir
(formation damage). dalam keadaan dillapangan perubahan tebal mud cake dapat
menjadi suatu masalah. hal ini karena apabila ud cake terlalu tebal maka
ditakutkan dapat menjepit pipa bor sehingga dapat mengganggu proses
pemboran ,sedangkan dalam keadaaan di lapangan gel strength yang terlalu besar
menyebabkan masalah untuk itu diperlukan thinner. dalam keadaaan dilapangan
PH lumpur pemboran yang baik berkisar antara 8,5-12 ,yaitu bersifat basa.

Discussion

In a drilling activity, contamination is a problem that needs to be considered


because contamination can occur during cementing. In this experiment, it is our
objective to study the physical properties of sludge due to contamination of salt,
gypsum, and semen. and to be able to understand how to deal with drilling mud
contamination.

One of the causes of changes in the physical properties of drilling mud is the
presence of unwanted materials (contaminants) that enter the mud during drilling
operations. This is supported by the theory of Adam, Nel, j. (1985) in his book
"drilling techniques" classifies the contamination when the drilling process enters
the salt layer in the formation known as sodium chloride contamination, gypsum
contamination occurs when the formation of salt formations. While contamination
during cementing is continuous, the sludge is contaminated by cement where the
cementation is less than perfect.

In this experiment, testing of sludge contamination was carried out using 3


samples. The standard sample is standard sludge with a composition of C600 as
wide as 28cp, C300 of 19cp with a deviation of 10 seconds obtained 4 and a
deviation of 10 minutes obtained 5. from the standard sample experiment
obtained a plastic viscosity of 9cp and a yield point of 10lb / 100ft2. for gel
strength obtained 0.75 lb / 100ft2.

Sample 1, namely standard sludge + NaCL with a composition of C600 as wide


as 21cp, C300 of 10cp with a deviation of 10 seconds obtained 9 and a deviation
of 10 minutes obtained 8.From sample 1 experiment obtained a plastic viscosity
of 11cp and a yield point of -1lb / 100ft2. for gel strength obtained 1.125 lb /
100ft2. Sample 2, namely standard mud + gypsum with a composition of C600 as
wide as 28cp, C300 of 21cp with a deviation of 10 seconds obtained 12 and a
85

deviation of 10 minutes obtained 10. From the experiment sample 2 obtained a


plastic viscosity of 7cp and a yield point of 14lb / 100ft2. for gel strength, 1.2 lb /
100ft2 was obtained. Sample 3, namely standard mud + cement with a
composition of C600 as wide as 13cp, C300 of 21cp with a deviation of 10
seconds obtained 5 and a deviation of 10 minutes obtained 8. From the
experiment sample 3 obtained a plastic viscosity of -8cp and a yield point of
29lb / 100ft2. for gel strength obtained 0.625 lb / 100ft2.

Iin sample 1 we analyzed sludge with NaCL contamination. where we get that
the NaCL contamination yield point is smaller than the standard sludge piont
yield. meanwhile, NaCL contamination viscosity plastic is greater than standard
mud viscosity plastic. as stated by Robinson, 1 (2005) sodium chloride which
enters the alkaline sludge system will react with OH- ions and form CL- ions. As
a result of this contamination, it will change the properties of the sludge, such as
viscosity, yield point, gel strength and fluids loss. In sample 2 we analyzed sludge
with gypsum contamination. where we get the yield point of gypsum
contamination is greater than the yield of standard sludge piont. Meanwhile,
gypsum contamination viscosity plastic is smaller than standard mud viscosity
plastic. As stated by Borrero, F, J. (2012) gypsum that enters the sludge system
will form sulfate ions so that it can reduce PH which will cause an increase in the
corrosive rate of drilling equipment and will also change the physical properties
of the mud such as viscosity, yield point, gel strength and fluids loss. In sample 3
we analyzed sludge with cement contamination. where we get the yield point of
cement contamination is greater than the yield of standard sludge piont.
meanwhile, cement contamination viscosity plastic is smaller than standard mud
viscosity plastic. As stated by Rabiah, H, (2006) this contamination is easily
detected due to an increase in calcium, viscosity and pH of the chemical
substance from cement which causes sludge damage is Ca (OH2) or commonly
called lime (lime) which can cause severe flocculation. .

countermeasures for contamination, namely:

A. Contamination of NaCL (sodium chloride)

- add to KOH

B. gypsum contamination

- add ASH soda or barium carbonate

C. Cement contamination

- add to sodium acid pyrophoshate (SAPP) or sodium bicarbonate


86

In a situation in the field, a change in filtration loss is undesirable because the


filtration loss is undesirable because too large a filtration loss can cause a
reduction in the permeability of reservoir rock (formation damage). in a situation
in the field changing the thickness of the mud cake can be a problem. This is
because if the ud cake is too thick, it is feared that it will clamp the drill pipe so
that it can interfere with the drilling process, while in a situation in the field the
gel strength is too large causing problems for that, a thinner is needed. In the
situation in the field, the PH of a good drilling mud ranges from 8.5-12, which is
alkaline.

5.8 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan yang dilakukan yaitu:
1. Dengan mengetahui sifat-sifat fisik lupur maka dapat di ketahui pula
karakteristik lumpur pemboran yang sesuai dengan keadaan formasi.
2. Semakin besar massa kontaminasi semakin besar harga viscosity, yield point,
gel strength, namun berkebalikan dengan fluid loss dan tebal mud cake.

5.9 Tugas
1. Apa hubungan peningkatan atau penurunan nilai pH pada kontaminasi lumpur
pemboran?
Jawab:
Jika PH yang digunakan dalam keadaan asam maka serbuk bor yang keluar
dari lubang bor akan halus dan hancur, sehingga tidak dapat di tentukan
batuan apa yang di tembus oleh mata bor, selain ituperalatan yang dilalui oleh
lumpur saat sedang sirkulasi maupun tidak, akan mudah berkarat.jika PH yang
digunakan terlalu basa juga tidak baik karena dapat menaikkan kekentalan dari
gel strength dari lumpur bor.
2. Apa yang terjadi jika lumpur pemboran terkontaminasi dengan gas? Dan
penanggulangan apa yang harus dilakukan terhadap proses tersebut ?
Jawab:
Kontaminasi CO2 :pada keadaan basa maka CO2 akan bereaksi dengan OH -
membentuk ion karbonat atau ion bikarbonat yang nantinya dapat menentukan
87

pH lumpur bersifat korosif sehingga mendapatkan viskositas yang tinggi


penanggulangan nya dengan mengeluarkan oksigen lewat Mud Gas Separator.
3. Jelaskan sistem sirkulasi lumpur pemboran ?
Jawab:
Skema sistem sirkulasi lumpur pemboran berawal dari lumpur pemboran yang
mengalir dari tangki pengisap dimana lumpur menuju pompa lumpur,
kemudian dari pompa lumpur mengalir melalui sambungan pipa menuju stand
pipa masuk ke dalam rangkaian pipa bor sampai ke pahat bor.

Anda mungkin juga menyukai