Anda di halaman 1dari 71

224

BAB VI
PENGOLAHAN, PENGUJIAN, PERHITUNGAN
dan ANALISA

Semua fungsi dari lumpur pemboran dapat berfungsi dengan baik apabila
dalam operasi pemboran sifat-sifat fisik lumpur pemboran dikontrol dan dijaga
dengan baik dan selalu diamati dan dicek secara terus menerus. Adapun sifat-sifat
fisik lumpur pemboran meliputi : berat jenis (densitas), sifat rheologi (plastic
Viscocity, yield point dan gel strength), filtration loss, ketebalan mud cake dan
pH. Hasil analisa yang dilakukan pada tanggal 05 Oktober - 05 November 2019
di Laboratorium Semen dan Lumpur Pemboran UPN Veteran Yogyakarta akan
dijelaskan pada bab ini.

6.1 DATA :
6.1.1 Alat dan Bahan
Peralatan laboratorium yang digunakan yang digunakan dalam penelitian
ini antara lain :
1. Mud Mixer 7. Fann VG viscometer
2. Cup 8. Filter Press LP-LH
3. Timbangan Elektrik 9. Stopwatch
4. Mud Balance 10. Gelas Ukur 1000 ml dan 25 ml
5. Fann VG Viscometer 11. pH paper
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini :
1. Air Tawar 3. KOH 5. PAC-R
2. Lempung 4. CaCO3 6. CMC
6.1.2. Komposisi Lumpur Pemboran
Pengujian lumpur pemboran yang dilakukan di laboratorium
menggunakan bahan-bahan antara lain : Air Tawar + Lempung + KOH + CaCO3
+ PAC-R + CMC. Dalam penentuan konsentrasi aditif ini diambil berdasarkan
batas standar training program LCG dari konsentrasi yang diperbolehkan untuk
218

ditambahkan ke dalam lumpur pemboran.

Parameter–parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah sebagai


berikut :
1. Densitas
2. Plastic Viscocity
3. Yield Point
4. Gel strength 10 detik
5. Gel strength 10 menit
6. Filtration Loss 30 menit
7. Mud Cake
8. pH
Komposisi lumpur berbahan dasar air yang diuji dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Lumpur Sampel A0
a. Air tawar = 350 ml
b. Lempung = 22,5 gr
c. KOH = 0,5 gr
d. CaCO3 = 0 gr
e. PAC-R = 0,5 gr
f. CMC = 0,5 gr
2. Lumpur Sampel A1
a. Air tawar = 350 ml
b. Lempung = 22.5 gr  
c. KOH = 0,5 gr
d. CaCO3 = 1 gr
e. PAC-R = 0,75 gr
f. CMC = 0,75 gr
3. Lumpur Sampel A2
a. Air tawar = 350 ml
b. Lempung = 22.5 gr
219

c. KOH = 0.5 gr
d. CaCO3 = 3 gr
e. PAC-R = 1 gr
f. CMC = 1 gr
4. Lumpur Sampel A3
a. Air tawar = 350 ml
b. Lempung = 22.5 gr
c. KOH = 0.5 gr
d. CaCO3 = 5 gr
e. PAC-R = 1,25 gr
f. CMC = 1,25 gr
Tabel 6.1 di bawah ini menunjukkan komposisi lumpur yang akan diuji
dan dianalisa di laboratorium.
Tabel 6.1. Komposisi Lumpur Pemboran21)
Komposisi Sampel
No Bahan Lumpur Pemboran Satuan
A1 A2 A3 A4
1 Air Tawar 350 350 350 350 ml
2 Lempung 22.5 22.5 22.5 22.5 gr
3 KOH 0,5 0 0,5 0,5 gr
4 CaCO3 0,5 1 0,75 0,75 gr
5 PAC-R 0,5 3 1 1 gr
6 CMC 0,5 5 1,25 1,25 gr

6.1.3 Spesifikasi Lumpur Pemboran


Dalam pengujian lumpur pemboran dibutuhkan standarisasi sifat–sifat
fisik lumpur sebagai acuan dimana harga dari masing-masing sifat fisik lumpur,
pada rentang harga tersebut lumpur dapat berfungsi dengan baik. Biasanya range
dari harga spesifikasi yang diminta didapat dari sejarah sumur-sumur pemboran
sekitar terhadap sumur baru yang akan dilakukan pengeboran. Sehingga pada
percobaan di laboratorium ini dapat mengetahui spesifikasi lumpur yang diminta.
220

Tabel 6.2 di bawah ini menunjukkan spesifikasi standar lumpur API 13A.

Tabel 6.2. Spesifikasi Standar Lumpur Pemboran API 13A19)


No Parameter Nilai Satuan
1 Mud Weigth > 8.6 ppg
2 Plastic Viscosity 10 - 15 cp
3 Yield Point 9 – 13 lb/100ft2
4 Gel Strength 10 Detik 2–4 lb/100ft2
5 Gel Strength 10 Menit 3-7 lb/100ft2
6 Filtration Loss 30 Menit < 13.5 ml
7 Mud Cake < 1.5 mm
8 pH 9 - 11

6.1.4. Data Sumur


1. Diameter Lubang Bor = 9,625 inch
2. OD – DP = 5 inch
3. ρp ( densitas partikel ) = 23 lb/gal
4. Dp ( diameter partikel ) = 0,15 inch
5. Qpompa = 300 gpm
6. Diameter Lubang Bor = 13 3/8 inch
7. OD Drill Pipe = 5 inch
8. ID Drill Pipe = 4.325 inch
9. Panjang Drill Pipe Total = 14000 ft
221

BAGAN ALIR
DATA

PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN DATA SUMUR


K

ALAT : BAHAN :
Mud Mixer, Cup, Fann VG Viscometer, Air Tawar
Filter Press LP-LH, Timbangan Elektrik, Lempung
Stopwatch, Mud Balance, Gelas Ukur 1000 KOH
ml dan 25 ml, Fann VG Viscometer, pH CaCO3
paper PAC-R
Mud Mixer, Cup, Fann VG Viscometer, CMC
Filter Press LP-LH, Timbangan Elektrik,
Stopwatch, Mud Balance, Gelas Ukur 1000
ml dan 25 ml, Fann VG Viscometer, pH
PENGOLAHAN SAMPEL
paper

SAMPLE A0 ( LUMPUR DASAR + KOH 0,5 gr + CaCO3 0 gr + PAC-R 0,5 gr + CMC 0,5 gr)

SAMPEL A1 SAMPEL A2 SAMPEL A3


(KOH 0,5 gr + CaCO3 1 gr + KOH 0,5 gr + CaCO3 06 gr + (KOH 0,5 gr + CaCO3 5 gr
PAC-R 0,75 gr + CMC 0,75 PAC-R 1 gr + CMC 1 gr) + PAC-R 1,25 gr + CMC
gr) 1,25 gr )

PENGUJIAN LUMPUR DAN PERHITUNGAN VSLIP metode “Chien


Correlation”

HASIL PENGUJIAN LUMPUR, PERHITUNGAN VSLIP DAN ANALISA(TERMASUK ANALISA


VARIAN UJI DUNCAN DAN VSLIP)

KESIMPULAN

SELESAI
222

6.2 Pengujian Sampel A0


Percobaan ini dilakukan dengan memakai additif KOH 0.5 gr, CaCO3 0 gr
PAC-R dan CMC 0,5gr dan diuji agar mendapatkan nilai spesifikasi properties
lumpur yang sesuai dengan spesifikasi lumpur pemboran API 13A.
6.2.1. Bahan Yang Digunakan
a. Air tawar = 350 ml
b. Lempung = 22,5 gr
c. KOH = 0,5 gr
d. CaCO3 = 0 gr
e. PAC-R = 0,5 gr
f. CMC = 0,5 gr
6.2.2. Hasil Pengukuran Densitas
Dalam operasi pemboran tekanan formasi harus diimbangi dengan tekanan
hidrostatis. Tekanan hidrostatis dari kolom lumpur ini merupakan fungsi dari
kedalaman dan berat jenis lumpur. Berat jenis ini diukur dengan menggunakan
timbangan lumpur yang biasa disebut Mud Balance. Tabel 6.3 di bawah ini
menunjukkan hasil pengukuran berat jenis (densitas) sempel lumpur.
Tabel 6.3. Hasil Pengukuran Densitas21)
Densitas, ppg Standar
No Sampel API 13A
I II III ∑ X
ppg
1 A0 8,6 8,5 8,7 25,8 8,6 >8.6
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Berdasarkan Tabel 6.3 di atas menunjukan harga densitasnya memenuhi


standar lumpur pemboran API 13 untuk harga Densitas adalah >8.6.
6.2.3. Hasil Pengukuran Plastic Viscocity
Partikel padatan yang non aktif dapat juga menimbulkan kenaikan
6skositas, maka untuk mengetahui pengaruhnya terhadap rheologi lumpur
diukurlah harga plastic Viscocity. Peran plastic viscosity sebagai suatu tahanan
aliran yang disebabkan adanya gesekan antara padatan di dalam lumpur.
223

Plastic viscocity sangat tergantung pada kandungan zat padat atau solid,baik
mengenai presentasi kandungan, ukuran dan bentuknya. Semakin banyak serbuk
bor (cutting) maka harga dari plastic Viscocity akan naik dan semakin tinggi
temperatur maka harga dari plastic Viscocity akan semakin turun, begitu juga
dengan kadar garam semakin tinggi maka harga dari plastic Viscocity akan turun.
Tabel 6.4 dan Tabel 6.5 di bawah ini menunjukkan hasil pengukuran dial
reading @600 RPM dan dial reading @300 RPM fan vg viscometer dari sampel
lumpur.
Tabel 6.4. Hasil Pengukuran Dial Reading @600 RPM21)
Dial Reading @600 RPM
No Sampel
I II III X
1 A0 11 10,9 11,1 11

Tabel 6.5. Hasil Pengukuran Dial Reading @300 RPM21)


Dial Reading @300 RPM
No Sampel
I II III X
1 A0 7 6,9 7,1 7

1. Perhitungan Plastic Viscocity


Pv A0 = @600 RPM - @300 RPM
= 11 – 7
= 4 cp
Hasil perhitungan plastic Viscocity di atas dihitung dengan hasil rata-rata
dial reading@600 RPM dan dial reading@300 RPM. Sedangkan hasil
perhitungan Plastic Viscocity dan pengujian ditunjukkan pada Tabel 6.6 di
bawah ini.
Tabel 6.6. Hasil Perhitungan Plastic Viscocity21)
Plastic Viscocity, cp Standar
No Sampel API 13A
I II III ∑ X
cp
1 A0 4 3,9 4,1 12 4 10-15
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.
224

Tabel 6.6 menunjukkan harga Plastic Viscocity 4 cp, sampel lumpur


pemboran yang diuji tidak memenuhi standar lumpur pemboran API 13A, standar
lumpur pemboran API 13A untuk harga Plastic Viscocity adalah 10 – 15 cp.

6.2.4. Hasil Pengukuran Yield Point


Pengukuran yield point (angka yang menunjukkan shear stress yang
diperlukan untuk mensirkulasikan lumpur kembali) sama seperti pengukuran
plastic Viscocity dari sampel lumpur dimana dicatat hasil pembacaan setelah
diputar pada dial Reading 600 RPM dan 300 RPM. Peran Yield Point
berhubungan dengan pola aliran, pengangkatan serpihan, kehilangan tekanan dan
kontaminasi.
2. Perhitungan Yield Point
Yp A1 = @300 RPM – PV
=7–4
= 3 lb/100ft2
Hasil perhitungan yield point di atas dihitung dengan hasil rata-rata dial
reading@300 RPM dikurangi Plastic Viscocity rata-rata sampel lumpur
pemboran. Sedangkan hasil perhitungan yield point sampel dan pengujian
ditunjukkan pada Tabel 6.7 di bawah ini.
Tabel 6.7. Hasil Perhitungan Yield Point21)
Yield Point, lb/100ft2 Standar
No Sampel API 13A
I II III ∑ X
lb/100ft2
1 A0 3 2,9 3,1 6 3 9-13
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Tabel 6.7 di atas menunjukkan hasil perhitungan harga yield point dari
lumpur. Harga yield point yaitu 3 lb/100ft 2, sampel lumpur pemboran tidak
memenuhi standar lumpur pemboran API 13A. Standar lumpur pemboran API
13A untuk harga yield point adalah 9 – 13 lb/100ft2.
225

6.2.5. Hasil Pengukuran Gel Strength


Gel strength adalah suatu daya pembentuk agar dari suatu fluida pada
kondisi statik, sifat ini menunjukkan kemampuan lumpur di dalam menahan atau
mengapungkan serbuk bor (cutting) pada saat tidak ada sirkulasi lumpur
pemboran. Saat sirkulasi lumpur pemboran dihentikan, lumpur harus mempunyai
gel strength yang dapat menahan serbuk bor dan material pemberat lumpur
pemboran agar tidak turun ke dasar sumur bor. Akan tetapi jika harga gel strength
terlalu tinggi akan menyebabkan kerja pompa lumpur bor terlalu berat untuk
memulai sirkulasi kembali. Gel strength 10 detik dan gel strength 10 menit
memiliki maksud yang berbeda yaitu kemampuan saat menahan serbuk bor dan
material pemberat lumpur bor pada saat pompa lumpur bor berhenti merupakan
fungsi dari gel strength 10 menit sedangkan kemampuan untuk menahan serbuk
bor dan material pemberat lumpur bor pada saat sirkulasi berhenti merupakan
fungsi dari gel strength 10 detik. Tabel 6.8 di bawah ini menunjukkan hasil
pengukuran Gel Strength 10 detik.
Tabel 6.8. Hasil Perhitungan Gel Strength 10 Detik21)
Gel Strength 10 Detik, lb/100ft2 Standar
No Sampel
I II III ∑ X API 13A
1 A0 2 1,9 2,1 6 2 2-4
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Berdasarkan Tabel 6.8 di atas dapat dilihat hasil pengukuran gel strength
10 detik. Harga gel strength 10 detik yaitu 2 lb/100ft2, Sampel lumpur pemboran
memenuhi standar lumpur pemboran API 13A. Standar lumpur pemboran API
13A untuk harga gel strength 10 detik adalah 2 – 4 lb/100ft 2. Tabel 6.9 di bawah
ini menunjukkan hasil pengukuran Gel Strength 10 Menit sampel lumpur.
Tabel 6.9. Hasil Pengukuran Gel Strength 10 Menit21)
Gel Strength 10 Menit, lb/100ft2 Standar
No Sampel
I II III ∑ X API 13A
1 A0 3 2,9 3,1 9 3 3-7
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.
226

Tabel 6.9 di atas menunjukkan hasil pengukuran gel strength 10 menit


pada lumpur pemboran. Harga gel strength 10 menit yaitu 3 lb/100ft2, sampel
lumpur pemboran memenuhi standar lumpur pemboran API 13A. Standar lumpur
pemboran API 13A untuk harga gel strength 10 menit adalah 3 – 7 lb/100ft2.

6.2.6. Hasil Pengukuran Filtration Loss


Lumpur pemboran harus mempunyai sifat yang dapat mengelurkan fluid
filtrate loss sedikit mungkin, hal ini dimaksudkan agar invasi filtrat lumpur
pemboran tidak terlalu dalam masuk ke dalam formasi. Invasi filtrat lumpur
pemboran akan mempengaruhi pembacaan kurva logging. Hal ini akan
mempersulit dalam menganalisa zona-zona pada formasi yang dianggap prospek.
Selain itu jika filtrat lumpur pemboran banyak yang hilang tentuka akan
berpengaruh terhadap densitas lumpur bor tersebut, densitas akan menjadi lebih
tinggi yang dapat mengakibatkan lost circulation.
Hasil perhitungan filtration loss 30 menit sampel dan pengujian
ditunjukkan pada Tabel 6.10 di bawah ini.
Tabel 6.10. Hasil Perhitungan Filtration Loss 30 Menit21)
Filtration Loss 30 Menit, ml Standar
No Sampel
I II III ∑ X API 13A
1 A0 16,8 16,6 17 50,4 16,8 < 13.5
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Berdasarkan Tabel 6.10 di atas menunjukkan harga filtration loss selama


30 menit. Harga filtration loss 30 menit yaitu sebanyak 16,8 ml, sampel lumpur
tidak memenuhi standar lumpur pemboran API 13A. Standar lumpur pemboran
API 13A untuk harga filtration loss 30 menit adalah kurang dari 13.5 ml.

6.2.7. Hasil Pengukuran Ketebalan Mud Cake


Tebal Ampas (mud cake) berfungsi menahan aliran fluida lumpur
pemboran masuk kedalam formasi. Namun mud cake yang terbentuk juga tidak
boleh terlalu tebal sebab hal ini bisa menyebabkan pipa terjepit.
Table 6.11 dibawah ini menunjukkan hasil pengukuran mud cake sempel lumpur.
227

Tabel 6.11. Hasil Pengukuran Ketebalan Mud Cake21)


Pengukuran Ketebalan Mud Cake, mm Standar
No Sampel
I II III ∑ X API 13A
1 A0 1.75 1.65 1.85 5,25 1,8 < 1.5
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Berdasarkan Tabel 6.11 di atas harga Ketebalan mud cake 1,8 mm, sampel
lumpur memenuhi standar lumpur pemboran API 13A, Standar lumpur pemboran
API 13A untuk harga Mud Cake adalah kurang dari 1.5 mm
.
6.2.8. Hasil Pengukuran pH
pH adalah ukuran nilai keasaman atau kebasahan suatu lumpur pemboran.
Keasaman memiliki nilai pH dari 1 sampai dengan 7. pH menyatakan konsentrasi
dari gugus hidroksil (OH¯) yang terdapat dalam lumpur pemboran yang
mempengaruhi kereaktifan bahan-bahan kimia yang digunakan dalam lumpur
pemboran. Sedangkan nilai pH = 7 adalah netral, lumpur bor harus bersifat basa
karena akan mudah bereaksi dibandingkan dengan lumpur saat bersifat asam.
Apabila lumpur bor bersifat asam akan menimbulkan korosi pada rangkaian pipa
bor serta alat-alat pemboran yang bersentuhan langsung dengan lumpur bor
tersebut. Jika pada peralatan pemboran terjadi korosi maka akan mengurangi usia
pemakaian peralatan pemboran tersebut. Pada Table 6.12 dibawah ini
menunjukkan hasil pengukuran pH sempel lumpur.
Tabel 6.12. Hasil Pengukuran pH21)
Ph Standar
No Sampel
I II III ∑ X API 13A
1 A0 9,5 9,4 9,6 28,5 9,5 9-11
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Berdasarkan Tabel 6.12 di atas harga pH yaitu 9,5, sampel lumpur


pemboran semua memenuhi standar lumpur pemboran API 13A yaitu 9-11.
228

6.3. Pengujian Sampel A1


Pengujian yang dilakukan sejauh mana pengaruh penambahan additif
terhadap sifat fisik lumpur pemboran dengan konsentrasi lumpur dasar dan
penambahan additif CaCO3,PAC-R dan CMC.

6.3.1. Bahan Yang Digunakan


a. Air tawar = 350 ml
b. Lempung = 22.5 gr  
c. KOH = 0,5 gr
d. CaCO3 = 1 gr
e. PAC-R = 0,75 gr
f. CMC = 0,75 gr

6.3.2. Hasil Pengukuran Densitas


Dalam operasi pemboran tekanan formasi harus diimbangi dengan tekanan
hidrostatis. Tekanan hidrostatis dari kolom lumpur ini merupakan fungsi dari
kedalaman dan berat jenis lumpur. Berat jenis ini diukur dengan menggunakan
timbangan lumpur yang biasa disebut Mud Balance. Tabel 6.13 di bawah ini
menunjukkan hasil pengukuran berat jenis (densitas) sempel lumpur.
Tabel 6.13. Hasil Pengukuran Densitas21)
Densitas, ppg Standar
No Sampel
I II III ∑ X API 13A
1 A1 8,6 8,5 8,7 25,8 8,6 >8.6
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Berdasarkan Tabel 6.13. diatas menunjukan harga densitasnya yaitu 8,6,


sampel pemboran tersebut tidak memenuhi standar lumpur pemboran. API 13A
adalah lebih dari 8.6 ppg. Tabel 6.14. di bawah ini menunjukkan perbandingan
pengujian densitas sampel A1 dengan sampel A2 dan Standard API 13A.
229

Tabel 6.14. Perbandingan Pengujian Densitas Sampel A0 dengan Sampel


A1 dan Standard API21)
Densitas, ppg
No Standart API 13A
Sampel A0 Sampel A1
1 8,6 8,6 >8.6
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A

Grafik Perbandingan densitas A1 vs A0

10
9 8.6 8.6

8
7
Densitas, ppg

6
5
4
3
2
1
0
A0 A1

Sampel Lumpur

Grafik 6.1. Grafik densitas sampel A0 vs A121)

Berdasarkan Grafik 6.1. nilai densitas sampel A0 dan A1 tetap sama


dengan penambahan additif CaCO3 1 gr, PAC-R 0,75 gr dan CMC 0,75 gr .
Sampel A0 dan A1 tidak masuk dalam standard API 13A harga yang di dapat
8,6 ppg.
6.3.3. Hasil Pengukuran Plastic Viscocity
Plastic Viscocity sangat tergantung pada kandungan zat padat atau solid,
baik mengenai presentasi kandungan, ukuran dan bentuknya. Semakin banyak
serbuk bor (cutting) maka harga dari plastic Viscocity akan naik dan semakin
tinggi temperatur maka harga dari plastic Viscocity akan semakin turun, begitu
juga dengan kadar garam semakin tinggi maka harga dari plastic Viscocity akan
turun. Tabel 6.15 dan Tabel 6.16 di bawah ini menunjukkan hasil pengukuran
dial reading @600 RPM dan dial reading @300 RPM fan vg viscometer dari
sempel lumpur.
230

Tabel 6.15. Hasil Pengukuran Dial Reading @600 RPM21)


Dial Reading @600 RPM
No Sampel
I II III X
1 A1 22 21,9 22,1 22

Tabel 6.16. Hasil Pengukuran Dial Reading @300 RPM21)


Dial Reading @300 RPM
No Sampel
I II III X
1 A1 13 12,9 13,1 13

3. Perhitungan Plastic Viscocity


Pv A1 = @600 RPM - @300 RPM
= 22 – 13
= 9 cp
Hasil perhitungan plastic Viscocity di atas dihitung dengan hasil rata-rata
dial reading@600 RPM dan dial reading@300 RPM. Sedangkan hasil
perhitungan plastic Viscocity setiap sampel dan setiap pengujian ditunjukkan
pada Tabel 6.17 dihalaman selanjutnya.
Tabel 6.17. Hasil Perhitungan Plastic Viscocity21)
Plastic Viscocity, cp Standar
No Sampel
I II III ∑ X API 13A
2 A1 9 8,9 9,1 27 9 10-15
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Berdasarkan Tabel 6.17. di atas menunjukan harga Plastic Viscocity yaitu


9 cp, sampel pemboran tersebut tidak memenuhi standar lumpur pemboran API
13A adalah 10-15 cp. Tabel 6.18. di bawah ini menunjukkan perbandingan
pengujian Plastic Viscocity sampel A0 dengan sampel A1 dan Standard API 13A.

Tabel 6.18. Perbandingan Pengujian Plastic Viscocity Sampel A0 dengan


Sampel A1 dan Standard API21)
No Plastic Viscocity, cp Standart API 13A
231

Sampel A0 Sampel A1
1 4 9 10-15
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A
Grafik Perbandingan PV A1 vs A0

10
9
9
Plastic Viscosity, Cp

8
7
6
5
4
4
3
2
1
0
A0 A1
Sampel Lumpur

Grafik 6.2. Plastic Viscocity sampel A0 vs A121)

Berdasarkan Grafik 6.2. terlihat bahwa, nilai Plastic Viscocity sampel


A1 dan A0 nilai yang beda yaitu A1 9 cp dan A0 4 cp, dengan penambahan
additive CaCO3 1 gr, PAC-R 0,75 gr dan CMC 0,75 gr ada perubahan harga
tetapi tidak masuk dalam standard API 13A.
6.3.4. Hasil Pengukuran Yield Point
Pengukuran yield point (angka yang menunjukkan shear stress yang
diperlukan untuk mensirkulasikan lumpur kembali) sama seperti pengukuran
plastic Viscocity dari sampel lumpur dimana dicatat hasil pembacaan setelah
diputar pada dial Reading 600 RPM dan 300 RPM. Peran Yield Point
berhubungan dengan pola aliran, pengangkatan serpihan, kehilangan tekanan dan
kontaminasi.

1. Yp A1 = @300 RPM – PV
= 13 – 9
= 4 lb/100ft2
Hasil perhitungan yield point di atas dihitung dengan hasil rata-rata dial
232

reading@300 RPM dikurangi plastic Viscocity rata-rata tiap sampel lumpur


pemboran. Sedangkan hasil perhitungan yield point sampel dan pengujian
ditunjukkan pada Tabel 6.19 dibawah ini.

Tabel 6.19. Hasil Perhitungan Yield Point21)


Yield Point, lb/100ft2 Standar
No Sampel
I II III ∑ X API 13A
1 A1 4 3,9 4,1 12 4 9-13
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Berdasarkan Tabel 6.19. di atas menunjukan harga Yield Point yaitu 4


lb/100ft2, sampel pemboran tersebut tidak memenuhi standar lumpur pemboran
API 13A adalah 9-13 lb/100ft2. Tabel 6.20. di bawah ini menunjukkan
perbandingan pengujian Yield Point sampel A1 dengan sampel A2 dan Standard
API 13A.
Tabel 6.20. Perbandingan Pengujian Yield Point Sampel A1 dengan
Sampel A2 dan Standard API21)
Yield Point, lb/100ft2
No Standart API 13A
Sampel A0 Sampel A1
1 3 4 9-13
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API
13A
Grafik Perbandingan Yp A1 vs A0

4.5
4
4

3.5
Yield Point, lb/100ft²

3
3

2.5

1.5

0.5

0
A0 A1
Sampel Lumpur

Grafik 6.3. Grafik Yield Point sampel A0 vs A121)


233

Berdasarkan Grafik 6.3. terlihat bahwa, nilai Yield Point sampel A0 3


lb/100ft2 dengan Yield Point sampel A1 4 lb/100ft2. Dengan penambahan
CaCO3 1 gr, PAC-R 0,75 gr dan CMC 0,75 gr mengalami kenaikan harga pada
harga Yield Point.

6.3.5. Hasil Pengukuran Gel Strength


Gel strength 10 detik dan gel strength 10 menit memiliki maksud yang
berbeda yaitu kemampuan saat menahan serbuk bor dan material pemberat
lumpur bor pada saat pompa lumpur bor berhenti merupakan fungsi dari gel
strength 10 menit sedangkan kemampuan untuk menahan serbuk bor dan material
pemberat, lumpur bor pada saat sirkulasi berhenti merupakan fungsi dari gel
strength 10 detik. Tabel 6.21 di bawah ini menunjukkan hasil pengukuran Gel
Strength 10 detik sempel lumpur pemboran.
Tabel 6.21. Hasil Perhitungan Gel Strength 10 Detik 21)
Gel Strength 10 Detik, lb/100ft2 Standar
No Sampel
I II III ∑ X API 13A
1 A1 3 2,9 3,1 9 3 2-4
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Tabel 6.21 di atas dapat dilihat hasil pengukuran gel strength 10 detik
yaitu 3 lb/100ft2, Sampel lumpur pemboran tersebut memenuhi standar lumpur
pemboran API 13A 2 – 4 lb/100ft2. Tabel 6.22 di bawah ini menunjukkan
pengukuran harga gel strength 10 menit dari lumpur pemboran.
Tabel 6.22. Hasil Pengukuran Gel Strength 10 Menit21)
Gel Strength 10 Menit (lb/100ft2) Standar
No Sampel
I II III ∑ X API 13A
1 A1 4 3,9 4,1 12 4 3-7
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.
Tabel 6.22 di atas dapat dilihat hasil pengukuran gel strength 10 menit
yaitu 4 lb/100ft2, Sampel lumpur pemboran tersebut memenuhi standar lumpur
pemboran API 13A 3 – 7 lb/100ft2. Tabel 6.23 dihalaman selanjutnya
234

menunjukkan perbandingan pengujian Gel Strength sampel A0 dengan sampel A1


dan Standard API 13A.
Tabel 6.23. Perbandingan Pengujian Gel Strength Sampel A0 dengan
Sampel A1 dan Standard API21)
Gel Strength, lb/100ft2
Sampel A0 Sampel A1 Standart
No
Gel Strength Gel Strength Gel Strength Gel Strength API 13A
10 Detik 10 Menit 10 Detik 10 Menit
2 3 2-4
1
3 4 3-7
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API
13A
Grafik Perbandingan Gelstrength 10" A1 dan A0

4.5
4
4

3.5
3
Densitas, ppg

2.5

1.5

0.5

0
A0 A1

Sampel Lumpur

Grafik 6.4. Gel Strength 10 Detik sampel A0 vs A121)

Berdasarkan Grafik 6.4. terlihat bahwa, nilai Gel Strength sampel A0 3


lb/100ft2 dan A1 4 lb/100ft2. Dengan penambahan additif PAC-R 0,5 gr,
CaCO3 1 gr dan CMC 1 gr ada perubahan harga dan harga sampel A0 3
lb/100ft2 masuk dalam standard API 13A dan harga sampel A1 4 lb/100ft2
masuk dalam standard API 13A.
235

Grafik Perbandingan Gelstrength 10' A1 vs A0

3.5
Gel Strength, lb/100ft² 3
3

2.5
2
2

1.5

0.5

0
A0 A1

Sampel Lumpur

Grafik 6.5. Gel Strength 10 Menit sampel A0 vs A121)

Berdasarkan Grafik 6.5. terlihat bahwa, nilai Gel Strength sampel A0 2


lb/100ft2 tidak sama dengan sampel A1 3 lb/100ft2. Dengan penambahan additif
CaCO3 1 gr, PAC-R 0,75 gr dan CMC 0,75 gr ada perubahan harga dan harga
sampel A0 2 lb/100ft2 masuk dalam standard API 13A dan harga sampel A1 3
lb/100ft2 masuk dalam standard API 13A.

6.3.6. Hasil Pengukuran Filtration Loss


Lumpur pemboran harus mempunyai sifat yang dapat mengelurkan fluid
filtrate loss sedikit mungkin, hal ini dimaksudkan agar invasi filtrat lumpur
pemboran tidak terlalu dalam masuk ke dalam formasi. Invasi filtrat lumpur
pemboran akan mempengaruhi pembacaan kurva logging. Hal ini akan
mempersulit dalam menganalisa zona-zona pada formasi yang dianggap prospek.
Selain itu jika filtrat lumpur pemboran banyak yang hilang tentuka akan
berpengaruh terhadap densitas lumpur bor tersebut, densitas akan menjadi lebih
tinggi yang dapat mengakibatkan lost circulation.
Hasil perhitungan filtration loss 30 menit sampel dan pengujian
ditunjukkan pada Tabel 6.24 di bawah ini.
236

Tabel 6.24. Hasil Perhitungan Filtration Loss 30 Menit21)


Filtration Loss 30 Menit, ml Standar
No Sampel
I II III ∑ X API 13A
1 A1 14,8 14,6 15 44,4 14,8 < 13.5
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Berdasarkan Tabel 6.4 di atas menunjukkan harga filtration loss selama 30


menit yaitu sebanyak 14,8 ml, sampel lumpur tidak memenuhi standar lumpur
pemboran API 13A. Standar lumpur pemboran API 13A untuk harga filtration
loss 30 menit adalah kurang dari 13.5 ml. Tabel 6.25 di bawah ini menunjukkan
perbandingan filtration loss sampel A1 dengan sampel A2 dan Standard API 13A.

Tabel 6.25. Perbandingan Pengujian Filtration Loss Sampel A0 dengan


Sampel A1 dan Standard API21)
Filtration Loss, ml
No Standart API 13A
Sampel A0 Sampel A1
1 16,8 14,8 < 13.5
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Grafik Perbandingan Filtration Loss A1 vs A0

17 16.8

16.5
Filtration Loss, ml

16

15.5

15 14.8

14.5

14

13.5
A0 A1

Sampel Lumpur

Grafik 6.6. Filtration Loss Sampel A0 vs A121)


237

Berdasarkan Grafik 6.6. terlihat bahwa, nilai Filtration Loss sampel A0


16,8 ml lebih tinggi dari pada sampel A1 14,8 ml, dengan penambahan additif
CaCO3 1 gr, PAC-R 0,75 gr dan CMC 0,75 gr ada penurunan harga dan tidak
masuk dalam standard API 13A.
6.3.7. Hasil Pengukuran Ketebalan Mud Cake
Tebal Ampas (mud cake) berfungsi menahan aliran fluida lumpur
pemboran masuk kedalam formasi. Namun mud cake yang terbentuk juga tidak
boleh terlalu tebal sebab hal ini bisa menyebabkan pipa terjepit. Table 6.26 di
bawah ini menunjukkan hasil pengukuran Tebal Ampas (mud cake).

Tabel 6.26. Hasil Pengukuran Ketebalan Mud Cake21)


Pengukuran Ketebalan Mud Cake, mm Standar
No Sampel
I II III ∑ X API 13A
1 A1 < 1.5
4,15 4,05 4,25 12,45 4,2
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Berdasarkan Tabel 6.26 di atas harga Ketebalan Mud Cake lumpur sampel
A0 yaitu 1,8 mm, sampel lumpur tidak memenuhi standar lumpur pemboran API
13A. Standar lumpur pemboran API 13A untuk harga Mud Cake kurang dari 1.5
mm. Tabel 6.27 dihalaman selanjutnya menunjukkan perbandingan Mud Cake
sampel A0 dengan sampel A1 dan Standard API 13A.

Tabel 6.27. Perbandingan Pengujian Mud Cake Sampel A0 dengan Sampel


A1 dan Standard API21)
Mud Cake, mm
No Standart API 13A
Sampel A0 Sampel A1
1 1,8 4,2 < 1.5
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.
238

Grafik Perbandingan Mud Cake A1 vs A0

4.5 4.2
4

3.5
Mud Cake, mm

2.5

2 1.8

1.5

0.5

0
A0 A1
Sampel Lumpur

Grafik 6.7. Mud Cake Sampel A0 vs A121)

Berdasarkan Grafik 6.7. terlihat bahwa, mud cake sampel A0 1,8 mm


tidak sama dengan sampel A1 4,2 mm, dengan penambahan additif additif CaCO3
1 gr, PAC-R 0,75 gr dan CMC 0,75 gr ada kenaikan harga dan tidak masuk dalam
standard API 13A.

6.3.8. Hasil Pengukuran pH


pH adalah ukuran nilai keasaman atau kebasahan suatu lumpur pemboran.
Keasaman memiliki nilai pH dari 1 sampai dengan 7. pH menyatakan konsentrasi
dari gugus hidroksil (OH¯) yang terdapat dalam lumpur pemboran yang
mempengaruhi kereaktifan bahan-bahan kimia yang digunakan dalam lumpur
pemboran. Sedangkan nilai pH = 7 adalah netral, lumpur bor harus bersifat basa
karena akan mudah bereaksi dibandingkan dengan lumpur saat bersifat asam.
Apabila lumpur bor bersifat asam akan menimbulkan korosi pada rangkaian pipa
bor serta alat-alat pemboran yang bersentuhan langsung dengan lumpur bor
tersebut. Jika pada peralatan pemboran terjadi korosi maka akan mengurangi usia
pemakaian peralatan pemboran tersebut. Pada Table 6.28 dibawah ini
menunjukkan hasil pengukuran pH sempel A1.

Tabel 6.28. Hasil Pengukuran pH21)


239

pH Standar
No Sampel
I II III ∑ X
API 13A
1 A1 9,5 9,4 9,6 2,85 9,5 9-11
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Berdasarkan Tabel 6.28 di atas harga pH yaitu 9,5, sampel lumpur


pemboran semua memenuhi standar lumpur pemboran API 13A yaitu 9-11. Tabel
6.29. dibawah ini menunjukkan perbandingan pH sampel A0 dan sampel A1
Standard API 13A.

Tabel 6.29. Perbandingan Pengujian pH Sampel A0 dengan Sampel A1 dan


Standard API21)
pH
No Standart API 13A
Sampel A0 Sampel A1
1 9,5 9,5 9 – 10
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.
240

Grafik Perbandingan pH A1 vs A0

10 9.5 9.5

9
8
7
6
pH

5
4
3
2
1
0
A0 A1
Sampel Lumpur

Grafik 6.8. Grafik pH sampel A0 vs A121)

Berdasarkan Grafik 6.8. terlihat bahwa, nilai pH sampel ada kenaikan


dengan penambahan additif CaCO3 3 gr, PAC-R 1 gr dan CMC 1 gr dan sampel
A0 dan A1 masuk dalam standard API 13A .

6.4. Pengujian Sampel A2


Pengujian yang dilakukan sejauh mana pengaruh penambahan additif
terhadap sifat fisik lumpur pemboran dengan konsentrasi lumpur dasar dan
penambahan additif CaCO3 PAC-R dan CMC.

6.4.1. Bahan Yang Digunakan


1. Air tawar = 350 ml
2. Lempung = 22.5 gr
3. KOH = 0.5 gr
4. CaCO3 = 3 gr
5. PAC-R = 1 gr
6. CMC = 1 gr
6.4.2. Hasil Pengukuran Densitas
241

Dalam operasi pemboran tekanan formasi harus diimbangi dengan tekanan


hidrostatis. Tekanan hidrostatis dari kolom lumpur ini merupakan fungsi dari
kedalaman dan berat jenis lumpur. Berat jenis ini diukur dengan menggunakan
timbangan lumpur yang biasa disebut Mud Balance. Tabel 6.30 dibawah ini
menunjukkan hasil pengukuran berat jenis (densitas) sempel lumpur.
Tabel 6.30. Hasil Pengukuran Densitas21)
Densitas, ppg Standar
No Sampel
I II III ∑ X API 13A
1 A2 8.7 8.6 8.8 26.1 8.7 >8.6
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.
Berdasarkan Tabel 6.30 di atas menunjukan harga densitasnya yaitu 8,7,
sampel A2 tersebut memenuhi standar lumpur pemboran API 13A lebih dari 8.6
ppg. Tabel 6.31 dihalaman selanjutnya menunjukkan perbandingan pengujian
densitas sampel A0 dengan sampel A2 dan Standard API 13A.

Tabel 6.31. Perbandingan Pengujian Densitas Sampel A0 dengan Sampel


A2 dan Standard API21)
Densitas, ppg
No Standart API 13A
Sampel A0 Sampel A2
1 8,6 8,7 >8.6
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A
242

Grafik Perbandingan densitas A2 vs A0

9 8.6 8.7

7
Densitas, ppg

0
A0 A2

Sampel Lumpur
.

Grafik 6.9. Grafik Densitas Sampel A0 vs A221)

Berdasarkan Grafik 6.9. terlihat ada kenaikan harga dimana nilai


densitas sampel A0 8,6 ppg dan A2 8,7 ppg, dengan penambahan additif CaCO3
3 gr dan CMC 1 gr ada perubahan dan masuk dalam standard API 13A.

6.4.3. Hasil Pengukuran Plastic Viscocity


Plastic Viscocity sangat tergantung pada kandungan zat padat atau solid,
baik mengenai presentasi kandungan, ukuran dan bentuknya. Semakin banyak
serbuk bor (cutting) maka harga dari plastic Viscocity akan naik dan semakin
tinggi temperatur maka harga dari plastic Viscocity akan semakin turun, begitu
juga dengan kadar garam semakin tinggi maka harga dari plastic Viscocity akan
turun. Tabel 6.32 dan Tabel 6.33 dihalaman selanjutnya menunjukkan hasil
pengukuran dial reading @600 RPMdan dial reading @300 RPM fan vg
viscometer dari sampel lumpur.
Tabel 6.32. Hasil Pengukuran Dial Reading @600 RPM21)
Dial Reading @600 RPM
No Sampel
I II III X
1 A2 33 32.9 33.1 33
243

Tabel 6.33. Hasil Pengukuran Dial Reading @30021)


Dial Reading @300 RPM
No Sampel
I II III X
1 A2 21 20.9 21.1 21

1. Perhitungan Plastic Viscocity


Pv A3 = @600 RPM - @300 RPM
= 33 – 21
= 12 cp
Hasil perhitungan plastic Viscocity di atas dihitung dengan hasil rata-rata
dial reading@600 RPM dan dial reading@300 RPM. Sedangkan hasil
perhitungan Plastic Viscocity setiap sampel dan setiap pengujian ditunjukkan
pada Tabel 6.34 dibawah ini.

Tabel 6.34. Hasil Perhitungan Plastic Viscocity21)


Plastic Viscocity, cp Standar
No Sampel
I II III ∑ X API 13A
1 A2 12 11.9 12.1 36 12 10-15
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Berdasarkan Tabel 6.34 di atas menunjukan harga Plastic Viscocity yaitu


12 cp, sampel pemboran tersebut memenuhi standar lumpur pemboran API 13A
adalah 10-15 cp. Tabel 6.35 dihalaman selanjutnya menunjukkan perbandingan
pengujian Plastic Viscocity sampel A1 dengan sampel A3 dan Standard API 13A.

Tabel 6.35. Perbandingan Pengujian Plastic Viscocity Sampel A0 dengan


Sampel A2 dan Standard API21)
Plastic Viscocity, cp
No Standart API 13A
Sampel A0 Sampel A2
1 4 12 10-15
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran I .
244

Grafik 6.10. Grafik Plastic Viscocity sampel A0 vs A221)

Grafik Perbandingan PV A2 vs A0

14
12
12
Plastic Viscosity, Cp

10

6
4
4

0
A0 A2
Sampel Lumpur

Berdasarkan Grafik 6.10. bahwa, nilai Plastic Viscocity sampel A0 4 cp


lebih rendah dari pada A2 12 cp, dengan penambahan additif CMC 1 gr ada
perubahan penigkatan harga dan tidak masuk dalam standard API 13A.

6.4.4. Hasil Pengukuran Yield Point


Pengukuran yield point (angka yang menunjukkan shear stress yang
diperlukan untuk mensirkulasikan lumpur kembali) sama seperti pengukuran
plastic Viscocity dari sampel lumpur dimana dicatat hasil pembacaan setelah
diputar pada dial Reading 600 RPM dan 300 RPM. Peran Yield Point
berhubungan dengan pola aliran, pengangkatan serpihan, kehilangan tekanan dan
kontaminasi.

2. Yp A2 = @300 RPM – PV
= 21 – 12
= 9 lb/100ft2
Hasil perhitungan yield point di atas dihitung dengan hasil rata-rata dial
reading@300 RPM dikurangi Plastic Viscocity rata-rata tiap sampel lumpur
pemboran. Sedangkan hasil perhitungan yield point sampel dan pengujian
245

ditunjukkan pada Tabel 6.36 dibawah ini

.
Tabel 6.36. Hasil Perhitungan Yield Point21)
Yield Point, lb/100ft2 Standar
No Sampel
I II III ∑ X API 13A
1 A2 9 8,9 9,1 27 9 9-13
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Berdasarkan Tabel 6.36 di atas menunjukan harga Yield Point yaitu 9


lb/100ft2, sampel pemboran tersebut memenuhi standar lumpur pemboran API
13A dimana ketentuannya adalah 9-13 lb/100ft2. Tabel 6.37 di bawah ini
menunjukkan perbandingan pengujian Yield Point sampel A0 dengan sampel A2
dan Standard API 13A.
Tabel 6.37. Perbandingan Pengujian Yield Point Sampel A0 dengan
Sampel A2 dan Standard API21)
Yield Point, lb/100ft2
No Standart API 13A
Sampel A0 Sampel A2
1 3 9 9-13
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Grafik Perbandingan Yp A2 vs A0

10
9
9
8
Yield Point, lb/100ft²

7
6
5
4
3
3
2
1
0
A0 A2
Sampel Lumpur

Grafik 6.11.Grafik Yield Point sampel A0 vs A221)


Berdasarkan Grafik 6.11. terlihat bahwa, nilai Yield Point sampel A0 3
246

lb/100ft2 lebih besar dari sampel A2 9 lb/100ft2. Dengan penambahan additif


CMC 1 gr ada perubahan penurunan harga tetapi A0 tidak memenuhi dalam
standard API 13A. sedangkan A2 masuk dalam standard API 13A.

6.4.5. Hasil Pengukuran Gel Strength


Gel strength 10 detik dan gel strength 10 menit memiliki maksud yang
berbeda yaitu kemampuan saat menahan serbuk bor dan material pemberat
lumpur bor pada saat pompa lumpur bor berhenti merupakan fungsi dari gel
strength 10 menit sedangkan kemampuan untuk menahan serbuk bor dan material
pemberat, lumpur bor pada saat sirkulasi berhenti merupakan fungsi dari gel
strength 10 detik. Tabel 6.38 di bawah ini menunjukkan hasil pengukuran Gel
Strength 10 detik sempel lumpur pemboran.

Tabel 6.38. Hasil Perhitungan Gel Strength 10 Detik 21)


Gel Strength 10 Detik, lb/100ft2 Standar
No Sampel
I II III ∑ X API 13A
1 A2 4 3,9 4,1 12 4 2-4
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Tabel 6.38 di atas dapat dilihat hasil pengukuran gel strength 10 detik
yaitu 4 lb/100ft2, Sampel lumpur pemboran tersebut memenuhi standar lumpur
pemboran API 13A 2 – 4 lb/100ft2. Tabel 6.39 di bawah ini menunjukkan
pengukuran harga gel strength 10 menit dari lumpur pemboran.

Tabel 6.39. Hasil Pengukuran Gel Strength 10 Menit21)


Gel Strength 10 Menit, lb/100ft2 Standar
No Sampel
I II III ∑ X API 13A
1 A2 5 4,9 5,1 15 5 3-7
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Tabel 6.39 di atas dapat dilihat hasil pengukuran gel strength 10 menit
yaitu 5 lb/100ft2, Sampel lumpur pemboran tersebut memenuhi standar lumpur
pemboran API 13A 3 – 7 lb/100ft2. Tabel 6.40 dihalaman selanjutnya
247

menunjukkan perbandingan pengujian Gel Strength sampel A2 dengan sampel A2


dan Standard API 13A.

Tabel 6.40. Perbandingan Pengujian Gel Strength Sampel A0 dengan


Sampel A2 dan Standard API21)
Gel Strength, lb/100ft2
Sampel A0 Sampel A2 Standart
No
Gel Strength Gel Strength Gel Strength Gel Strength API 13A
10 Detik 10 Menit 10 Detik 10 Menit
2 4 2-4
1
3 5 3-7
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.
Grafik Perbandingan Gelstrength 10" A2 dan A0

5
5
Gel Strength, lb/100ft²

3
3

0
A0 A2

Sampel Lumpur

Gambar 6.12. Grafik Gel Strength 10 Detik


Sampel A0 vs A221)

Berdasarkan Grafik 6.12. terlihat bahwa, nilai Gel Strength sampel A0


3 lb/100ft2 dan A2 5 lb/100ft2. Dengan penambahan additif CaCO3 1 gr, PAC-R
dan CMC 1 gr ada kenaikan harga dan sampel A0 dan sampel A2 masuk dalam
standart API 13A
248

Grafik Perbandingan Gelstrength 10' A2 vs A0

4.5
4
4
Gel Strength, lb/100ft²

3.5
3
2.5
2
2
1.5
1
0.5
0
A0 A2

Sampel Lumpur

Grafik 6.13. Grafik Gel Strength 10 Menit sampel A0 vs A221)

Berdasarkan Grafik 6.13. terlihat bahwa, nilai Gel Strength sampel A0 2


lb/100ft2 lebih kecil dari A2 4 lb/100ft2. Dengan penambahan additif CaCO3 1
gr, PAC-R dan CMC 1 gr ada kenaikan harga dan masuk dalam standard API
13A.

6.4.6. Hasil Pengukuran Filtration Loss


Lumpur pemboran harus mempunyai sifat yang dapat mengelurkan fluid
filtrate loss sedikit mungkin, hal ini dimaksudkan agar invasi filtrat lumpur
pemboran tidak terlalu dalam masuk ke dalam formasi. Selain itu jika filtrat
lumpur pemboran banyak yang hilang tentuka akan berpengaruh terhadap
densitas lumpur bor tersebut, densitas akan menjadi lebih tinggi yang dapat
mengakibatkan lost circulation.
Hasil perhitungan filtration loss 30 menit sampel dan pengujian
ditunjukkan pada Tabel 6.41 di bawah ini.
Tabel 6.41. Hasil Perhitungan Filtration Loss 30 Menit21)
Filtration Loss 30 Menit, ml Standar
No Sampel
I II III ∑ X API 13A
1 A2 12.4 12.2 12.6 37.2 12.4 < 13.5
249

□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Berdasarkan Tabel 6.41 di atas menunjukkan harga filtration loss selama


30 menit yaitu sebanyak 12,4 ml, sampel lumpur memenuhi standar lumpur
pemboran API 13A. Standar lumpur pemboran API 13A untuk harga filtration
loss 30 menit adalah kurang dari 13.5 ml. Tabel 6.42 di bawah ini menunjukkan
perbandingan filtration loss sampel A1 dengan sampel A3 dan Standard API 13A.
Tabel 6.42. Perbandingan Pengujian Filtration Loss Sampel A0 dengan
Sampel A2 dan Standard API21)
Filtration Loss, ml
No Standart API 13A
Sampel A0 Sampel A2
1 16,8 12,4 < 13.5
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Grafik Perbandingan Filtration Loss A2 vs A0

18 16.8
16
Filtration Loss, ml

14
12.4
12

10

0
A0 A2

Sampel Lumpur

Grafik 6.14. Grafik Filtration Loss sampel A0 vs A221)

Berdasarkan Grafik 6.14. terlihat bahwa, nilai Filtration Loss sampel A0


16,8 ml lebih tinggi dari pada sampel A2 12,4 ml, dengan penambahan additif
CaCO3 1 gr, PAC-R dan CMC 1 gr ada perubahan penurunan harga dan hanya A2
yang masuk dalam standard API 13A.

6.4.7. Hasil Pengukuran Ketebalan Mud Cake


Tebal Ampas (mud cake) berfungsi menahan aliran fluida lumpur
250

pemboran masuk kedalam formasi. Namun mud cake yang terbentuk juga tidak
boleh terlalu tebal sebab hal ini bisa menyebabkan pipa terjepit. Table 6.43
dihalaman selanjutnya menunjukkan hasil pengukuran Tebal Ampas (mud cake).
Tabel 6.43. Hasil Pengukuran Ketebalan Mud Cake21)
Pengukuran Ketebalan Mud Cake, mm Standar
No Sampel
I II III ∑ X API 13A
1 A2 4.32 4.22 4.42 12.96 4.3 < 1.5
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Berdasarkan Tabel 6.43 di atas harga Ketebalan Mud Cake lumpur sampel
A2 yaitu 4,3 mm, sampel lumpur tidak memenuhi standar lumpur pemboran API
13A.Standar lumpur pemboran API 13A untuk harga Mud Cake kurang dari
1.5mm. Tabel 6.44 di bawah ini menunjukkan perbandingan Mud Cake sampel
A0 dengan sampel A2 dan Standard API 13A.

Tabel 6.44. Perbandingan Pengujian Mud Cake Sampel A0 dengan Sampel


A2 dan Standard API21)
Mud Cake, mm
No Standart API 13A
Sampel A0 Sampel A2
1 1,75 4,32 < 1.5
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Grafik Perbandingan Mud Cake A2 vs A0

5
4.5 4.3

4
Mud Cake, mm

3.5
3
2.5
2 1.8

1.5
1
0.5
0
A0 A2
Sampel Lumpur
251

Grafik 6.15. Grafik Mud Cake sampel A0 vs A221)

Berdasarkan Grafik 6.15. terlihat bahwa, nilai Mud Cake sampel A0 1,75
mm lebih kecil dari pada sampel A2 4,32 mm, dengan penambahan additif CaCO3
1 gr, PAC-R dan CMC 1 gr ada kenaikan harga dan masuk dalam standard API
13A.

6.4.8. Hasil Pengukuran pH


pH adalah ukuran nilai keasaman atau kebasahan suatu lumpur pemboran.
Keasaman memiliki nilai pH dari 1 sampai dengan 7. pH menyatakan konsentrasi
dari gugus hidroksil (OH¯) yang terdapat dalam lumpur pemboran yang
mempengaruhi kereaktifan bahan-bahan kimia yang digunakan dalam lumpur
pemboran. Sedangkan nilai pH = 7 adalah netral, lumpur bor harus bersifat basa
karena akan mudah bereaksi dibandingkan dengan lumpur saat bersifat asam.
Apabila lumpur bor bersifat asam akan menimbulkan korosi pada rangkaian pipa
bor serta alat-alat pemboran yang bersentuhan langsung dengan lumpur bor
tersebut. Jika pada peralatan pemboran terjadi korosi maka akan mengurangi usia
pemakaian peralatan pemboran tersebut. Pada Table 6.45 di bawah ini
menunjukkan hasil pengukuran pH sempel lumpur yang telah dibuat dengan
komposisi penambahan additif Barite.
Tabel 6.45. Hasil Pengukuran pH21)
pH Standar
No Sampel
I II III ∑ X API 13A
1 A2 9,5 9,4 9,6 28,5 9,5 9-11
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Berdasarkan Tabel 6.45 di atas harga pH yaitu 9,5, sampel lumpur


pemboran semua memenuhi standar lumpur pemboran API 13A yaitu 9-11. Tabel
6.46 dibawah ini menunjukkan perbandingan pH sampel A0 dengan sampel A2
dan Standard API 13A.
Tabel 6.46. Perbandingan Pengujian pH Sampel A0 dengan Sampel A2 dan
Standard API21)
No pH Standart API 13A
252

Sampel A0 Sampel A2
1 9,5 9,5 9 – 10
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Grafik Perbandingan pH A2 vs A0

10 9.5 9.5

9
8
7
6
pH

5
4
3
2
1
0
A0 A2
Sampel Lumpur

Grafik 6.16. Grafik pH sampel A0 vs A221)

Berdasarkan Grafik 6.16. terlihat bahwa, nilai pH sampel A0 da A2


memiliki harga pH yang sama 9,5 . Dengan penambahan additifCaCO3 1 gr, PAC-
R dan CMC 1 gr A0 da A2 masuk dalam standard API 13A.

6.5. Pengujian Sampel A3


Pengujian yang dilakukan sejauh mana pengaruh penambahan additif
Barite terhadap sifat fisik lumpur pemboran dengan lumpur dasar.

6.5.1. Bahan Yang Digunakan


1. Air tawar = 350 ml
2. Lempung = 22.5 gr
3. KOH = 0.5 gr
4. CaCO3 = 5 gr
5. PAC-R = 1,25 gr
253

6. CMC = 1,25 gr

6.5.2. Hasil Pengukuran Densitas


Dalam operasi pemboran tekanan formasi harus diimbangi dengan tekanan
hidrostatis. Tekanan hidrostatis dari kolom lumpur ini merupakan fungsi dari
kedalaman dan berat jenis lumpur. Berat jenis ini diukur dengan menggunakan
timbangan lumpur yang biasa disebut Mud Balance. Tabel 6.47 di bawah ini
menunjukkan hasil pengukuran berat jenis (densitas) sempel lumpur.
Tabel 6.47. Hasil Pengukuran Densitas21)
Densitas, ppg Standar
No Sampel
I II III ∑ X API 13A
1 A3 8.7 8.6 8.8 26.1 8.7 >8.6
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Berdasarkan Tabel 6.47 di atas menunjukan harga densitasnya yaitu 8,7 ,


sampel pemboran tersebut memenuhi standar lumpur pemboran API 13 adalah
lebih dari 8,6 ppg. Tabel 6.48 di bawah ini menunjukkan perbandingan pengujian
densitas sampel A1 dengan sampel A4 dan Standard API 13A.
Tabel 6.48. Perbandingan Pengujian Densitas Sampel A0 dengan Sampel
A3 dan Standard API21)
Densitas, ppg
No Standart API 13A
Sampel A0 Sampel A3
1 8,6 8,7 >8.6
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.
254

Grafik Perbandingan densitas A3 vs A0

8.72
8.7
8.7

8.68
Densitas, ppg

8.66

8.64

8.62
8.6
8.6

8.58

8.56

8.54
A0 A3

Sampel Lumpur

Grafik 6.17. Grafik Densitas Sampel A0 vs A321)

terlihat bahwa, nilai densitas sampel A0 8,6 ppg lebih rendah dari pada
A3 8,7 ppg, dengan penambahan additive CMC 1,25 gr ada kenaikan harga dan
masuk dalam standard API 13A.

6.5.3. Hasil Pengukuran Plastic Viscocity


Plastic Viscocity sangat tergantung pada kandungan zat padat atau solid,
baik mengenai presentasi kandungan, ukuran dan bentuknya. Semakin banyak
serbuk bor (cutting) maka harga dari plastic Viscocity akan naik dan semakin
tinggi temperatur maka harga dari plastic Viscocity akan semakin turun, begitu
juga dengan kadar garam semakin tinggi maka harga dari plastic Viscocity akan
turun. Tabel 6.49 dan Tabel 6.50 di bawah ini menunjukkan hasil pengukuran
dial reading @600 RPM dan dial reading @300 RPM fan vg viscometer dari
sempel lumpur.
Tabel 6.49. Hasil Pengukuran Dial Reading @600 RPM21)
Dial Reading @600 RPM
No Sampel
I II III X
1 A3 40 39.9 40.1 40
255

Tabel 6.50. Hasil Pengukuran Dial Reading @300 RPM21)


Dial Reading @300 RPM
No Sampel
I II III X
1 A3 27 26.9 27.1 27

3. Perhitungan Plastic Viscocity


Pv A3 = @600 RPM - @300 RPM
= 40 – 27
= 13 cp
Hasil perhitungan plastic Viscocity di atas dihitung dengan hasil rata-rata
dial reading@600 RPM dan dial reading@300 RPM. Sedangkan hasil
perhitungan Plastic Viscocity setiap sampel dan setiap pengujian ditunjukkan
pada Tabel 6.51 dihalaman selanjutnya.

Tabel 6.51. Hasil Perhitungan Plastic Viscocity21)


Plastic Viscocity, cp Standar
No Sampel
I II III ∑ X API 13A
1 A3 13 12.9 13.1 39 13 10-15
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Berdasarkan Tabel 6.51 di atas menunjukan harga Plastic Viscocity yaitu


13 cp, sampel pemboran tersebut memenuhi standar lumpur pemboran standard
API 13A adalah 10-15 cp. Tabel 6.52 di bawah ini menunjukkan perbandingan
pengujian Plastic Viscocity sampel A0 dengan sampel A3 dan Standard API 13A.
Tabel 6.52. Perbandingan Pengujian Plastic Viscocity Sampel A0 dengan
Sampel A3 dan Standard API21)
Plastic Viscocity, cp
No Standart API 13A
Sampel A0 Sampel A3
1 4 13 10-15
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.
256

Grafik Perbandingan PV A3 vs A0

14 13

12
Plastic Viscosity, Cp

10

6
4
4

0
A0 A3
Sampel Lumpur

Grafik 6.18. Grafik Plastic Viscocity sampel A0 vs A321)

Berdasarkan Grafik 6.18. terlihat bahwa, nilai Plastic Viscocity sampel


A0 4 cp mengalami kenaikan dengan A3 13 cp, dengan penambahan additive
PAC-R 1,25 ada perubahan harga dan haya A0 yang tidak masuk dalam
standard API 13A. sedangkan A3 masuk dalam standard API 13A.

6.5.4. Hasil Pengukuran Yield Point


Pengukuran yield point (angka yang menunjukkan shear stress yang
diperlukan untuk mensirkulasikan lumpur kembali) sama seperti pengukuran
plastic Viscocity dari sampel lumpur dimana dicatat hasil pembacaan setelah
diputar pada dial Reading 600 RPM dan 300 RPM. Peran Yield Point
berhubungan dengan pola aliran, pengangkatan serpihan, kehilangan tekanan dan
kontaminasi.
1. Yp A3 = @300 RPM – PV
= 27 – 13
= 4 lb/100ft2
Hasil perhitungan Yield Point di atas dihitung dengan hasil rata-rata dial
reading@300 RPM dikurangi Plastic Viscocity rata-rata tiap sampel lumpur
pemboran. Sedangkan hasil perhitungan Yield Point sampel dan pengujian
ditunjukkan pada Tabel 6.53 dibawah ini.
257

Tabel 6.53. Hasil Perhitungan Yield Point21)


Yield Point, lb/100ft2 Standar
No Sampel I II III ∑ X API 13A
1 A3 14 13.9 14.1 42 14 9-13
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Berdasarkan Tabel 6.53 di atas menunjukan harga Yield Point yaitu 3,


sampel pemboran tersebut tidak memenuhi standar lumpur pemboran standar API
13A adalah 9-13 lb/100ft2. Tabel 6.54 di bawah ini menunjukkan perbandingan
pengujian Yield Point sampel A0 dengan sampel A3 dan Standard API 13A.

Tabel 6.54. Perbandingan Pengujian Yield Point Sampel A0 dengan


Sampel A3 dan Standard API21)
Yield Point, lb/100ft2
No Standart API 13A
Sampel A0 Sampel A3
1 3 14 9-13
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Grafik Perbandingan Yp A0 vs A3

16
14
14
Yield Point, lb/100ft²

12

10

4 3

0
A0 A3
Sampel Lumpur

Grafik 6.19. Grafik Yield Point sampel A0 vs A321)

Berdasarkan Grafik 6.19. terlihat bahwa, nilai Yield Point sampel A0 3


lb/100ft2 lebih rendah dari A3 14 lb/100ft2. Dengan penambahan additif PAC-R
258

1,25 ada kenaikan harga dan tidak masuk dalam standard API 13A.

6.5.5. Hasil Pengukuran Gel Strength


Gel strength 10 detik dan gel strength 10 menit memiliki maksud yang
berbeda yaitu kemampuan saat menahan serbuk bor dan material pemberat
lumpur bor pada saat pompa lumpur bor berhenti merupakan fungsi dari gel
strength 10 menit sedangkan kemampuan untuk menahan serbuk bor dan material
pemberat, lumpur bor pada saat sirkulasi berhenti merupakan fungsi dari gel
strength 10 detik. Tabel 6.55 di bawah ini menunjukkan hasil pengukuran Gel
Strength 10 detik sempel lumpur pemboran.

Tabel 6.55. Hasil Perhitungan Gel Strength 10 Detik 21)


Gel Strength 10 Detik, lb/100ft2 Standar
No Sampel
I II III ∑ X API 13A
1 A3 5 4.9 5.1 15 5 2-4
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Tabel 6.55 di atas dapat dilihat hasil pengukuran gel strength 10 detik
yaitu 5 lb/100ft2, Sampel lumpur pemboran tersebut tidak memenuhi standar
lumpur pemboran API 13A 2 – 4 lb/100ft2. Tabel 6.56 di bawah ini menunjukkan
pengukuran harga gel strength 10 menit dari lumpur pemboran.

Tabel 6.56. Hasil Pengukuran Gel Strength 10 Menit21)


Gel Strength 10 Menit, lb/100ft2 Standar
No Sampel
I II III ∑ X API 13A
1 A3 7 6.9 7.1 21 7 3-7
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Tabel 6.56 di atas dapat dilihat hasil pengukuran gel strength 10 menit
yaitu 7 lb/100ft2, Sampel lumpur pemboran tersebut memenuhi standar lumpur
pemboran API 13A 3 – 7 lb/100ft2. Tabel 6.57 dibawah ini menunjukkan
perbandingan pengujian Gel Strength sampel A0 dengan sampel A3 dan Standar
API 13A.
259

Tabel 6.57. Perbandingan Pengujian Gel Strength Sampel A0 dengan


Sampel A3 dan Standard API21)
Gel Strength, lb/100ft2
Sampel A0 Sampel A3 Standart
No
Gel Strength Gel Strength Gel Strength Gel Strength API 13A
10 Detik 10 Menit 10 Detik 10 Menit
2 5 2-4
1
3 7 3-7
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Grafik Perbandingan Gelstrength 10' A3 vs A0

5
Gel Strength, lb/100ft²

2
2

0
A0 A3

Sampel Lumpur

Grafik 6.20. Grafik Gel Strength 10 Detik sampel A0 vs A321)

Berdasarkan Grafik 6.20. terlihat bahwa, nilai Gel Strength 10 detik


sampel A0 2 lb/100ft2 lebih rendah di banding dengan sampel A3 5 lb/100ft2.
Dengan penambahan additif CMC dan PAC-R 1,25 gr ada kenaikan harga dan
sampel A0 masuk dalam standard API 13A tetapi sampel A3 tidak masuk dalam
standard API 13A
260

Grafik Perbandingan Gelstrength 10" A3 dan A0

8
7
7

6
Gelstrength 10' , lb/100ft²

4
3
3

0
A0 A3

Sampel Lumpur

Grafik 6.21. Grafik Gel Strength 10 Menit Sampel A0 vs A321)

Berdasarkan Grafik 6.21. terlihat bahwa, nilai Gel Strength sampel A0 3


lb/100ft2 lebih rendah dari pada sampel A3 7 lb/100ft2. Dengan penambahan
additif PAC-R dan CMC 1,25gr ada kenaikan harga tetapi masuk dalam
standard API 13A.

6.5.6. Hasil Pengukuran Filtration Loss


Lumpur pemboran harus mempunyai sifat yang dapat mengelurkan fluid
filtrate loss sedikit mungkin, hal ini dimaksudkan agar invasi filtrat lumpur
pemboran tidak terlalu dalam masuk ke dalam formasi. Selain itu jika filtrat
lumpur pemboran banyak yang hilang tentuka akan berpengaruh terhadap
densitas lumpur bor tersebut, densitas akan menjadi lebih tinggi yang dapat
mengakibatkan lost circulation.
Hasil perhitungan filtration loss 30 menit sampel dan pengujian
ditunjukkan pada Tabel 6.58 dihalaman selanjutnya.
Tabel 6.58. Hasil Perhitungan Filtration Loss 30 Menit21)
Filtration Loss 30 Menit, ml Standar
No Sampel
I II III ∑ X API 13A
1 A3 10.4 10.2 10.6 31.2 10,4 < 13.5
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.
261

Berdasarkan Tabel 6.58 di atas menunjukkan harga filtration loss selama


30 menit yaitu sebanyak 15 ml, sampel lumpur tidak memenuhi standar lumpur
pemboran API 13A. Standar lumpur pemboran API 13A untuk harga filtration
loss 30 menit adalah kurang dari 13.5 ml. Tabel 6.59 di bawah ini menunjukkan
perbandingan filtration loss sampel A0 dengan sampel A3 dan Standard API 13A.
Tabel 6.59. Perbandingan Pengujian Filtration Loss Sampel A0 dengan
Sampel A3 dan Standard API21)
Filtration Loss, ml
No Standart API 13A
Sampel A0 Sampel A3
1 16,8 10,4 < 13.5
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Grafik 6.22. Grafik Filtration Loss sampel A0 vs A321)

Berdasarkan Grafik 6.22. terlihat bahwa, nilai Filtration Loss sampel A0


16,8 ml lebih tinggi dari pada sampel A3 10,4 ml, dengan penambahan additif
CaCO3 5gr,PAC-R dan CMC 1,25gr ada penurunan harga dan hanya A3yang
masuk dalam standard API 13A.
Grafik Perbandingan Filtration Loss A3 vs A0

18 16.8
16
Filtration Loss, ml

14

12
10.4
10

0
A0 A3

Sampel Lumpur

6.5.7. Hasil Pengukuran Ketebalan Mud Cake


Tebal Ampas (mud cake) berfungsi menahan aliran fluida lumpur
pemboran masuk kedalam formasi. Namun mud cake yang terbentuk juga tidak
262

boleh terlalu tebal sebab hal ini bisa menyebabkan pipa terjepit.

Table 6.60 di bawah ini menunjukkan hasil pengukuran tebal mud cake.
Tabel 6.60. Hasil Pengukuran Ketebalan Mud Cake21)
Pengukuran Ketebalan Mud Cake (mm) Standar
No Sampel
I II III ∑ X API 13A
1 A3 4.5 4.4 4.6 13.5 4,5 < 1.5
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Berdasarkan Tabel 6.60 di atas harga Ketebalan Mud Cake lumpur sampel
A3 yaitu 4,5 mm, sampel lumpur tidak memenuhi standar lumpur pemboran API
13A. Standar lumpur pemboran API 13A untuk harga Mud Cake kurang dari 1.5
mm. Tabel 6.61 di bawah ini menunjukkan perbandingan Mud Cake sampel A0
dengan sampel A3 dan Standard API 13A.

Tabel 6.61. Perbandingan Pengujian Mud Cake Sampel A0 dengan Sampel


A3 dan Standard API21)
Mud Cake, mm
No Standart API 13A
Sampel A0 Sampel A3
1 1,75 4,5 < 1.5
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Grafik Perbandingan Mud Cake A0 vs A3

5
4.5
4.5
Grafik
4
6.23.
Mud Cake, mm

3.5
3 Grafik
2.5
2 1.75
Mud
1.5 Cake
1
sampel
0.5
0 A0 vs
A0 A3
Sampel Lumpur A321)
263

Berdasarkan Grafik 6.23. terlihat bahwa, nilai Mud Cake sampel A0 1,75
mm lebih rendah dari pada A3 4,5 mm, dengan penambahan additif CaCO3 5 gr
ada kenaikan harga dan tidak ada yang masuk dalam standard API 13A.

6.5.8. Hasil Pengukuran pH


pH adalah ukuran nilai keasaman atau kebasahan suatu lumpur pemboran.
Keasaman memiliki nilai pH dari 1 sampai dengan 7. pH menyatakan konsentrasi
dari gugus hidroksil (OH¯) yang terdapat dalam lumpur pemboran yang
mempengaruhi kereaktifan bahan-bahan kimia yang digunakan dalam lumpur
pemboran. Sedangkan nilai pH = 7 adalah netral, lumpur bor harus bersifat basa
karena akan mudah bereaksi dibandingkan dengan lumpur saat bersifat asam.
Apabila lumpur bor bersifat asam akan menimbulkan korosi pada rangkaian pipa
bor serta alat-alat pemboran yang bersentuhan langsung dengan lumpur bor
tersebut. Jika pada peralatan pemboran terjadi korosi maka akan mengurangi usia
pemakaian peralatan pemboran tersebut. Pada Table 6.62 di bawah ini
menunjukkan hasil pengukuran pH sempel lumpur yang telah dibuat dengan
komposisi penambahan additive barite.
Tabel 6.62. Hasil Pengukuran pH21)
pH Standar
No Sampel
I II III ∑ X API 13A
1 A3 9.5 9.4 9.6 28.5 9,5 9-11
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Berdasarkan Tabel 6.62 di atas harga pH yaitu 9,5, sampel lumpur


pemboran memenuhi standar lumpur pemboran API 13A yaitu 9-11. Tabel 6.63
di bawah ini menunjukkan perbandingan pH sampel A0 dengan sampel A3 masuk
dalam Standard API 13A.
264

Tabel 6.63. Perbandingan Pengujian pH Sampel A0 dengan Sampel A3 dan


Standard API21)
Ph
No Standart API 13A
Sampel A0 Sampel A3
1 9,5 9,5 9 – 11
□ Warna kuning memenuhi standar lumpur pemboran API 13A.

Grafik Perbandingan pH A3 vs A0

10 9.5 9.5

9
8
7
6
pH

5
4
3
2
1
0
A0 A3
Sampel Lumpur

Grafik 6.24. Grafik pH sampel A0 vs A321)

Berdasarkan Grafik 6.24. terlihat bahwa, nilai pH sampel A3 9,5 dengan s


ampel A0 9,5, sampel A0 dan sampel A3 masuk dalam standart API 13A
6.6. Analisa Varians Dan Uji Duncan
Analisis variansi (ANAVA) adalah suatu metoda untuk menguji hipotesis
kesamaan rata-rata dari tiga atau lebih sampel lumpur pemboran.
6.6.1. Analisa Varians Dan Uji Duncan Densitas
Untuk melihat ada dan tidaknya beda nyata perlakuan terhadap harga
densitas lumpur pemboran digunakan analisa varian.

1. CF
(   X ij2 ) =
(25,8+25,8+26,1+26,1 )2
 3x 4
kn
= 897,870
265

2 2 2 2
(25,8 ) +(25,8 ) +(26.1 ) +(26.1 )
2. SS Treatment 
n


T2  j
 CF = 3 – CF
j1 k
= 103,800 – 897,870
= 0,030
3. SS Total    X ij2  CF = (8,6²) + (8,6²) +.....’+(8,7²) + (8,7²) – CF
= 897,980 – 897,870
= 0,110
4. SS Error = SS Total – SS Treatment
= 0,110– 0,030
= 0,080

Tabel 6.64 Analisa Varians Densitas21)


Sumber Jumlah Derajat F
Kuadrat Rerata F0.95
Variasi Kuadrat Bebas Hitungan
SS
Treatmen SS Treatment / n-1 St² / Sp² =
n–1 = 3 Treatment 4.07
t = St² = 0,040 5,263
= 0,120
SS Error / n(k-1) =
SS Error =
Error n(k–1) = 8
0,061
Sp² = 0,008
SS Total =
Total nk-1 = 11
0,181

F hitungan > Ftabel, pada α = 5% menunjukan ada beda nyata.


Untuk mengetahui perlakuan yang menyebabkan beda nyata, diuji dengan
uji Duncan.
1. Urutan rata-rata perlakuan dari yang terkecil
A1 A2 A3 A4
8,6 8,6 8,7 8,7

2. Sx =

Sp²
k

=
√ 0.010
3
266

= 0.058
3. Harga R = (n-1) ; n(k-1)
R=2–4;8,5%
R = 3,26 ; 3,39 ; 3,47
4. Harga SSD = R x Sx
= 0,188 , 0,196 , 0,200
SSD = 0,200, 0,196, 0,188

No Sampel A0 A1 A2 A3
Sampel Nilai 8,6 8,6 8,7 8,7
A3 8,7 0,2 0,2 0 0
A2 8,7 0,2 0,2 0
A1 8,6 0 0
A0 8,6 0
A0 A1 A2 A3

6.6.2. Analisa Varians Dan Uji Duncan Plastic Viscocity


Untuk melihat ada dan tidaknya beda nyata perlakuan terhadap harga
plastic Viscocity lumpur pemboran digunakan analisa varian.

(   X ij2 ) ( 12 + 27 + 36+ 39 ) 2
1. CF =
 3x 4
kn
= 1083,000

2 2 2 2
n
T2  j (12 ) + ( 27 ) + ( 36 ) + ( 39 )
2. SS Treatment  
j1 k
 CF =
3
– CF

=3690– 114,000
= 147,000
2
3. SS Total    X ij  CF = (4²) + (9²) + …. + (122) + (13²) – CF
= 1230,080 – 114,000
= 147,080
4. SS Error = SS Total – SS Treatment
= 147,080 – 147,000
267

= 0,080

Tabel 6.65. Analisa Varians Plastic Viscocity21)


Sumber Jumlah Derajat F
Kuadrat Rerata F0.95
Variasi Kuadrat Bebas Hitungan
SS
Treatmen SS Treatment / n-1 St² / Sp² =
n–1 = 3 Treatment 4,07
t = St² = 49,000 4900,000
= 147,000
SS Error / n(k-1) =
SS Error =
Error n(k–1) = 8
0,080
Sp² = 0,010
SS Total =
Total nk-1 = 11
147,000

Fhitungan > Ftabel, pada α = 5% menunjukan ada beda nyata.


Untuk mengetahui perlakuan yang menyebabkan beda nyata, diuji dengan
uji Duncan.
1. Urutan rata-rata perlakuan dari yang terkecil
A0 A1 A2 A3
4 9 12 13

2. Sx =

Sp²
k

=
√ 0,010
3
= 0,006
3. Harga R = (n-1) ; n(k-1)
R=2–4;8,5%
R = 3,26 ; 3,39 ; 3,47
4. Harga SSD = R x Sx
= 0,019 , 0,020, 0,020
SSD = 0,020, 0,020, 0,019
268

No Sampel A0 A1 A2 A3
Sampel Nilai 4 9 12 13
A3 13 9 4 1 0
A2 3 0
12 8
A1 0
9 5
A0
4 0
A0 A1 A2 A3

6.6.3. Analisa Varians Dan Uji Duncan Yield Point


Untuk melihat ada dan tidaknya beda nyata perlakuan terhadap harga yield
point lumpur pemboran digunakan analisa varian.
2
( 9+ 12 + 27+ 42 )
5. CF =
3x 4
= 675,000

2 2 2 2
n
T2  j ( 9 ) + ( 12 ) + ( 27 ) + ( 42 )
6. SS Treatment  
j1 k
 CF =
3
– CF

=2718 – 675,000
= 231,000
2
7. SS Total    X ij  CF = (3²) + (4²) + …. + (92) + (12²) – CF
= 906,08 – 675,000
= 231,080
8. SS Error = SS Total – SS Treatment
= 231,080 – 231,000
= 0,080
269

Tabel 6.66. Analisa Varians Yield Point21)


Sumber Jumlah Derajat F
Kuadrat Rerata F0.95
Variasi Kuadrat Bebas Hitungan
SS
Treatmen SS Treatment / n-1 St² / Sp² =
n–1 = 3 Treatment 4,07
t = St² = 77,000 7700,000
= 231,000
SS Error / n(k-1) =
SS Error =
Error n(k–1) = 8
0,080
Sp² = 0,010
SS Total =
Total nk-1 = 11
231,080

Fhitungan > Ftabel, pada α = 5% menujukan ada beda nyata.


Untuk mengetahui perlakuan yang menyebabkan beda nyata, diuji dengan
uji Duncan.
1. Urutan rata-rata perlakuan dari yang terkecil
A0 A1 A2 A3
3 4 9 14

2. Sx =

Sp²
k

=
√ 0,010
3
= 0,006
3. Harga R = (n-1) ; n(k-1)
R=2–4;8,5%
R = 3.26 ; 3.39 ; 3.47
4. Harga SSD = R x Sx
= 0,019 , 0,020, 0,020
SSD = 0,020, 0,020, 0,019
270

No Sampel A0 A1 A2 A3
Sampel Nilai 3 4 9 14
A3 14 11 10 5 0
A2 6 5 0
9
A1 1 0
4
A0 0
3
A0 A1 A2 A3

6.6.4. Analisa Varians Dan Uji Duncan Gel Strength 10 Detik


Untuk melihat ada dan tidaknya beda nyata perlakuan terhadap harga gel
strength 10 detik lumpur pemboran digunakan analisa varian.
(   X ij2 ) (6 + 9+ 12 + 15 ) 2
1. CF  =
kn 3x 4
= 147,00
n
T2  j (6 2 ) + ( 92 ) + ( 122 )+ ( 152 )
2. SS Treatment  = – CF
j1 k
 CF 3
= 486– 147,00
= 15,00
3. SS Total    X ij2  CF = (2²) + (3²) + …. + (4²) + (5²) – CF
= 162,08– 147,00
= 15,08
4. SS Error = SS Total – SS Treatment
= 15,08 – 15,00
= 0,08
271

Tabel 6.67. Analisa Varians Gel Strength 10 Detik21)


Sumber Jumlah Derajat F
Kuadrat Rerata F0,95
Variasi Kuadrat Bebas Hitungan
SS
Treatmen SS Treatment / n-1 St² / Sp² =
n–1 = 3 Treatment 4,07
t = St² = 5,000 500,00
= 15,00
SS Error / n(k-1) =
SS Error =
Error n(k–1) = 8
0,08
Sp² = 0,010
SS Total =
Total nk-1 = 11
15,08

Fhitungan > Ftabel, pada α = 5% menunjukan ada beda nyata.


Untuk mengetahui perlakuan yang menyebabkan beda nyata, diuji dengan
uji Duncan.
1. Urutan rata-rata perlakuan dari yang terkecil
A0 A1 A2 A3
2 3 4 5

2. Sx =

Sp²
k

=
√ 0,10
3
= 0,006
3. Harga R = (n-1) ; n(k-1)
R=2–4;8,5%
R = 3.26 ; 3.39 ; 3.47
4. Harga SSD = R x Sx
= 0,019 , 0,020 , 0,020
SSD = 0,020, 0,020, 0,019
272

No Sampel A0 A1 A2 A3
Sampel Nilai 2 3 4 5
A3 5 3 2 1 0
A2 1 2 0
4
A1 2 0
3
A0 0
2
A0 A1 A2 A3

6.6.5. Analisa Varians Dan Uji Duncan Gel Strength 10 Menit


Untuk melihat ada dan tidaknya beda nyata perlakuan terhadap harga gel
strength 10 menit lumpur pemboran digunakan analisa varian.
(   X ij2 ) ( 9 + 12+ 15 + 21) 2
1. CF  =
3x 4
kn
= 270,75
2 2 2 2 ¿
T2  j = ( 9 ) + ( 12 ) + ( 15 ) + ( 21 ¿ 3 – CF
n
2. SS Treatment 
 j1
 CF
k
= 891 – 270,75
= 26,25
3. SS Total    X ij2  CF = (3²) + (4²) + …. + (5²) + (7²) – CF
= 297– 270,75
= 26,33
4. SS Error = SS Total – SS Treatment
= 26,33– 26,25
= 0,08
273

Tabel 6.68. Analisa Varians Gel Strength 10 Menit21)


Sumber Jumlah Derajat F
Kuadrat Rerata F0.95
Variasi Kuadrat Bebas Hitungan
SS
Treatmen SS Treatment / n-1 St² / Sp² =
n–1 = 3 Treatment 4,07
t = St² = 8,75 875,000
= 26,25
SS Error / n(k-1) =
SS Error =
Error n(k–1) = 8
0,08
Sp² = 0,010
SS Total =
Total nk-1 = 11
26,33

Fhitungan > Ftabel, pada α = 5% menunjukan ada beda nyata.


Untuk mengetahui perlakuan yang menyebabkan beda nyata, diuji dengan
uji Duncan.
1. Urutan rata-rata perlakuan dari yang terkecil
A0 A1 A2 A3
3 4 5 7

2. Sx =

Sp²
k

=
√ 0,010
3
= 0,006
3. Harga R = (n-1) ; n(k-1)
R=2–4;8,5%
R = 3.26 ; 3.39 ; 3.47
4. Harga SSD = R x Sx
= 0,019 , 0,020 , 0,020
SSD = 0,020 , 0,020 , 0,019
274

No Sampel A0 A1 A2 A3
Sampel Nilai 3 4 5 7
A3 7 4 3 2 0
A2 2 1 0
5
A1 1 0
4
A0 0
3
A0 A1 A2 A3

6.6.6. Analisa Varians Dan Uji Duncan Filtration Loss


Untuk melihat ada dan tidaknya beda nyata perlakuan terhadap harga
filtration loss lumpur pemboran digunakan analisa varian.
(   X ij2 ) (50,4 + 44,4+ 37,2 + 31,2 ) 2
1. CF  =
kn 3x 4
= 2219,52
2 (16,82 ) + ( 14,8 2 ) + ( 12,4 2 ) + (10,42 )
2. SS Treatment   T  j  CF =
n

j1 k 3
CF
= 763 – 2219,52
= 70,08
3. SS Total    X ij2  CF = (16,8²) + (14,8²) + …. + (12,4²) + (10,4²) –
CF
= 2294,200 – 246,61
= 74,68
4. SS Error = SS Total – SS Treatment
= 74,68 – 70,08
= 4,60
275

Tabel 6.69. Analisa Varians Filtration Loss21)


Sumber Jumlah Derajat F
Kuadrat Rerata F0.95
Variasi Kuadrat Bebas Hitungan
SS
Treatmen SS Treatment / n-1 St² / Sp² =
n–1 = 3 Treatment 4,07
t = St² = 23,36 40,63
= 70,08
SS Error / n(k-1) =
SS Error =
Error n(k–1) = 8
4,60
Sp² = 0,57
SS Total =
Total nk-1 = 11
74,68

Fhitungan > Ftabel, pada α = 5% menunjukan ada beda nyata.


Untuk mengetahui perlakuan yang menyebabkan beda nyata, diuji dengan
uji Duncan.
1. Urutan rata-rata perlakuan dari yang terkecil
A3 A2 A1 A0
10,4 12,4 14,8 16,8

2. Sx =

Sp²
k

=
√ 0,57
3
= 0,332
3. Harga R = (n-1) ; n(k-1)
R=2–4;8,5%
R = 3.26 , 3.39 , 3.47
4. Harga SSD = R x Sx
= 1,082 , 1,125, 1,125
SSD = 125, 1,125, 1,082
276

No Sampel A3 A2 A1 A0
Sampel Nilai 10,4 12,4 14,8 16,8
A0 16,8 6,4 4,4 2 0
A2 14,8
4,4 2,4 0
A1 12,4 2 0
A0 10,4 0
A4 A2 A3 A1

6.6.7. Analisa Varians Dan Uji Duncan Ketebalan Mud Cake


Untuk melihat ada dan tidaknya beda nyata perlakuan terhadap harga
ketebalan mud cake lumpur pemboran digunakan analisa varian.
(   X ij2 ) (5,25 + 12,45 + 12,96 + 13,5 )2
1. CF  =
kn 3x 4
= 162,509
( 1,752 ) + ( 4,152 ) + (4,322 ) + ( 4,52 )
2
2. SS Treatment    X ij  CF = –
3
CF

= 59 – 162,509
=15,1
2
n
T j
3. SS Total  
j1 k
 CF = (1,75²) + (4,15²) + . + (4,32²) + (4,5²) -CF
= 177,67 – 162,509
= 15,163
4. SS Error = SS Total – SS Treatment
=159,616– 15,1
= 0,080
277

Tabel 6.70. Analisa Varians Ketebalan Mud Cake21)


Sumber Jumlah Derajat F
Kuadrat Rerata F0.95
Variasi Kuadrat Bebas Hitungan
SS
Treatmen SS Treatment / n- St² / Sp² =
n–1 = 3 Treatment = 4,07
t 1 = St² = 5,028 502,780
15,083
SS Error / n(k-1)
SS Error =
Error n(k–1) = 8 = Sp² =
0,080
0,010
SS Total =
Total nk-1 = 11
15,083

Fhitungan > Ftabel, pada α = 5% menunjukan ada beda nyata.


Untuk mengetahui perlakuan yang menyebabkan beda nyata, diuji dengan
uji Duncan.
1. Urutan rata-rata perlakuan dari yang terkecil
A0 A1 A2 A3
1,8 4,2 4,32 4,5

2. Sx =

Sp²
k

=
√ 0,010
3
= 0,006
3. Harga R = (n-1) ; n(k-1)
R=2–4;8,5%
R = 3.26 , 3.39 , 3.47
4. Harga SSD = R x Sx
= 0,0188, 0,0196, 0,020
SSD = 0,020 , 0,0196,0,0188

No Sampel A0 A1 A2 A3
278

Sampel Nilai 1,8 4,2 4,32 4,5


A3 4,5 2,7 0,3 0,18 0
A2 0,23 0,19 0
4,32
A1 0,04 0
4,2
A0 0
1,8
A0 A1 A2 A3

6.6.8. Analisa Varians Dan Uji Duncan pH


Untuk melihat ada dan tidaknya beda nyata perlakuan terhadap harga
ketebalan mud cake lumpur pemboran digunakan analisa varian.
(   X ij2 ) ( 28,5 + 28,5 + 28,5 + 28,5 )2
1. CF  =
3x 4
kn
= 1083
2 2
n
T2  j ( 28,5 ) + ( 28,5 ) + ( 28 ,5 ) + ( 28 ,5 )
2. SS Treatment  
j1 k
 CF =
3

CF
= 1083 – 1083
=0
3. SS Total    X ij2  CF = (9,5²) + (9,5²) + …. + (9,5²) + (9,5²) – CF
= 1083 – 1083
=0
4. SS Error = SS Total – SS Treatment
=0–0
=0
279

Tabel 6.71. Analisa Varians pH21)


Sumber Jumlah Derajat F
Kuadrat Rerata F0.95
Variasi Kuadrat Bebas Hitungan
SS
Treatmen SS Treatment / n-1 St² / Sp² =
n–1 = 3 Treatment 4,07
t = St² = 0,6 0
=0
SS Error / n(k-1) =
SS Error =
Error n(k–1) = 8
0
Sp² = 0,010
SS Total =
Total nk-1 = 11
0

Fhitung < Ftabel, pada α = 5% menunjukan tidak ada beda nyata.


Untuk mengetahui perlakuan yang menyebabkan beda nyata, diuji dengan
uji Duncan.
1. Urutan rata-rata perlakuan dari yang terkecil
A0 A1 A2 A3
9,5 9,5 9,5 9,5

2. Sx =

Sp²
k

=
√ 0,010
3
= 0,006
3. Harga R = (n-1) ; n(k-1)
R=2–4;8,5%
R = 3.26 , 3.39 , 3.47
4. Harga SSD = R x Sx
= 0,019, 0,020, 0,020
SSD = 0,020, 0,020, 0,019
280

No Sampel A0 A1 A2 A3
Sampel Nilai 9,5 9,5 9,5 9,5
A3 9,5 0 0 0 0
A2 0 0 0
9,5
A1 0 0
9,5
A0 0
9,5
A1 A3 A2 A4

6.7 Analisa Slip Velocity Dalam Pengangkatan Serbuk Bor (Cutting)


Untuk mengetahui seberapa besar slip velocity (VS) dalam pengangkatan
serbuk bor (Cutting) yang terjadi selama proses pemboran dapat kita hitung
dengan dua metode, yaitu :
1. Rasio Transport Serbuk Bor (Cutting Transport Ratio)
2. Perhitungan Kondisi Slip Velocity Pengangkatan Serbuk Bor

6.7.1. Perhitungan Slip Velocity Dalam Pengangkatan Serbuk Bor (Cutting)


Lumpur A0

1. Diameter Lubang Bor = 9,625 inch


2. DO – DP = 3 inch
3. ID = 4,325 inch
4. ID Drill Pipe = 4.325 inch =
5. ρp ( densitas partikel ) = 23 lb/gal
6. Dp ( diameter partikel ) = 0,15 inch
7. Qpompa = 300 gpm
8. ρlumpur = 8,6 ppg
10.Plastic Viscosity (PV) = 4 cp
11.Yield Point (Yp) = 3 lb/100 ft2
281

6.7.1.1 Rasio Transport Serbuk Bor (Cutting Transport Ratio)


1. Menentukan kecepatan aliran lumpur di annulus
Q
V a=
2. 45 ( D 2−D 2 )
h p

300
V a=
2. 45 ( 9. 6252 −0 , 152 )
= 1.322084415 fpm

2. Menentukan kecepatan kritis lumpur di annulus

Vc = √
1,078 PV +1,078 PV ²+ 9,256 ( D h −D o DP ) YP ρm
2

ρ m .(Dh−D o DP )

1,078 4+1,078 √ 4²+ 9,256 ( 9,625−3 ) 2 8,6


2
Vc =
8,6 (9.625−3)

=2.048495562 fpm

6.7.1.2 Perhitungan Kondisi Slip Velocity Pengangkatan Serbuk Bor

1. Menentukan Aliran :
928 ρV d
NRe =
µ
928 x 8,6 x 1,32 x 4,325
4
=11409

2. Metode Chien Correlation :

√( ( ) ) ( )
PV 36.800 x dp D p− ρf
0,0075 x ( )[ x + 1−1]
Vs= ρf dp PV
2
ρf
ρf dp

√( ( ) ) ( )
4 36.800 x 0,15 23−8,6
0,0075 x ( )[ x +1−1]
Vs= 8,6 x 0,15 4
2
8,6
8,6 x 0,15

Vs = 0,70 fpm
282

Vs Va Vc
0,70 1,32 2.05

6.7.2. Perhitungan Slip Velocity Dalam Pengangkatan Serbuk Bor (Cutting)


Lumpur A1

1. Diameter Lubang Bor = 9,625 inch


2. OD – DP = 5 inch
3. ID =4,325 inch
4. ρp ( densitas partikel ) = 23 lb/gal
5. Dp ( diameter partikel ) = 0,15 inch
6. Qpompa = 300 gpm
7. ρlumpur = 8,6 ppg
8. Plastic Viscosity (PV) = 9 cp
9. Yield Point (Yp) = 3 lb/100 ft2

6.7.2.1 Rasio Transport Serbuk Bor (Cutting Transport Ratio)


1. Menentukan kecepatan aliran lumpur di annulus
Q
V a=
2. 45 ( D 2−D 2 )
h p

300
V a=
2. 45 ( 9. 6252 −52 )
= 1,32 fpm

2. Menentukan kecepatan kritis lumpur di annulus

Vc = √ 2
1,078 PV +1,078 PV ²+ 9,256 ( D h −D o DP ) YP ρm
ρ m .(Dh−D o DP )
283

1,078 9+1,078 √ 9²+ 9,256 ( 9,625−3 ) 2 8,6


2
Vc =
8,6(9.625−3)

= 2.493900888 fpm

6.7.2.2 Perhitungan Kondisi Slip Velocity Pengangkatan Serbuk Bor

1. Menentukan Aliran :
928 ρV d
NRe =
µ
928 x 8,6 x 1,32 x 4,325
9
=5070
2. Metode Chien Correlation :

(√ ( ) ) ( )
PV 36.800 x dp D p− ρf
0,0075 x ( )[ x + 1−1]
Vs= ρf dp PV
2
ρf
ρf dp

√( ( ) ( )
9 36.800 x 0,15 23−8,6
0,0075 x ( )[ x +1−1]
)
Vs= 9 x 0,15 9 2
8,6
8,6 dp

Vs= 0,67 fpm

Vs Va Vc fpm

0,67 1,366154 2.493900888

Vs < Vc, pada sampel lumpur A1

Berarti kondisi slip velocity sudah baik, karena kecepatan slip velocity lebih
rendah dari pada kecepatan rata-rata aliran lumpur di annulus dan kecepatan kritis
lumpur di annulus.

6.7.3. Perhitungan Slip Velocity Dalam Pengangkatan Serbuk Bor (Cutting)


Lumpur A2

1. Diameter Lubang Bor = 9,625 inch


284

2. DO – DP = 5 inch
3. ID = 4,325 inch
4. ρp ( densitas partikel ) = 23 lb/gal
5. Dp ( diameter partikel ) = 0,15 inch
6. Qpompa = 300 gpm
7. ρlumpur = 8,7 ppg
8. Plastic Viscosity (PV) = 12 cp
9. Yield Point(Yp) = 9 lb/100 ft2

6.7.3.1 Rasio Transport Serbuk Bor (Cutting Transport Ratio)

1. Menentukan kecepatan aliran lumpur di annulus


Q
V a=
2. 45 ( D 2−D 2 )
h p

310
V a=
2. 45 ( 9. 6252 −52 )
= 1,32 fpm

2. Menentukan kecepatan kritis lumpur di annulus

Vc = √
1,078 PV +1,078 PV ²+ 9,256 ( Dh −Do DP ) YP ρm
2

ρ m .(Dh−Do DP )

1,07812+1,078 √ 9²+9,256 ( 9,625−3 ) 9 8,7


2
Vc =
8,7(9,625−3)

= 3.672686637 fpm

6.7.3.2 Perhitungan Kondisi Slip Velocity Pengangkatan Serbuk Bor


1. Menentukan Aliran :
928 ρV d
NRe =
µ
928 x 8,6 x 1,32 x 4,325
12
=3847
285

2. Menurut Metode Chien Correlation

√( ( ) ( )
PV 36.800 x dp D p− ρf
0,0075 x ( )[ x + 1−1]
)
Vs= ρf dp PV 2
ρf
ρf dp

√( ( ) )
( )
PV 36.800 x dp D p− ρf
0,0075 x ( )[ x + 1−1]
Vs= ρf dp PV
2
ρf
ρf dp
Vs=0,65 fpm

Vs Va Vc

0,65 1,366154 3.672686

Vs <Vc, pada sampel lumpur A2

Berarti kondisi slip velocity sudah baik, karena kecepatan slip velocity lebih
rendah dari pada kecepatan rata-rata aliran lumpur di annulus dan kecepatan kritis
lumpur di annulus.

6.7.4. Perhitungan Slip Velocity Dalam Pengangkatan Serbuk Bor (Cutting)


Lumpur A3
1. Diameter Lubang Bor = 9,625 inch
2. DO – DP = 5 inch
3. ID = 4,325 inch
4. ρp ( densitas partikel ) = 25 lb/gal
5. Dp ( diameter partikel ) = 0,15 inch
6. Qpompa = 300 gpm
7. ρlumpur = 8,7 ppg
8. Plastic Viscosity (PV) = 13 cp
286

9. Yield Point(Yp) = 14 lb/100 ft2


6.7.4.1 Rasio Transport Serbuk Bor (Cutting Transport Ratio)

1. Menentukan kecepatan aliran lumpur di annulus


Q
V a=
2. 45 ( D 2−D 2 )
h p

310
V a=
2, 45 ( 9 , 6252 −52 )
= 1,32 fpm

2. Menentukan kecepatan kritis lumpur di annulus :

Vc = √
1,078 PV +1,078 PV ²+ 9,256 ( D h −D o DP ) YP ρm
2

ρ m .(Dh−D o DP )

1,07813+1,078 √ 13²+9,256 ( 9,625−3 ) 3 8,7


2
Vc =
8,7( 9,625−3)

= 4.523232093 fpm

6.7.4.2 Perhitungan Kondisi Slip Velocity Pengangkatan Serbuk Bor

1. Menentukan Aliran :

928 ρV d
NRe =
µ
928 x 8,6 x 1,32 x 4,325
= 4
=3551

2. Menurut Metode Chien Correlation

√( ( ) ) ( )
PV 36.800 x dp D p− ρf
0,0075 x ( )[ x + 1−1]
Vs= ρf dp PV 2
ρf
ρf dp

√( ( ) ) ( )
13 36.800 x 0,15 23−8,7
0,0075 x ( )[ x +1−1]
Vs= 8,7 x 0,15 13
2
8,7
8,7 0,15
Vs=0,64 fpm
287

Vs Va Vc

0,64 1,32 4.523232

Vs < Vc, pada sampel lumpur A3

Bearti kondisi slip velocity sudah baik, karena kecepatan slip velocity lebih
rendah dari pada kecepatan rata-rata aliran lumpur di annulus dan kecepatan kritis
lumpur di annulus.

Anda mungkin juga menyukai