Anda di halaman 1dari 38

SIMULASI VELOCITY SLIP DENGAN MENGGUNAKAN

METODE CHIEN CORRELATION BERDASARKAN


PENAMBAHAN KOH, CaCO 3, PAC-R, CMC
TERHADAP SIFAT FISIK LUMPUR BOR
BERBAHAN DASAR LEMPUNG BOYOLALI

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

IAN ZATULO DAELI

14.420.4100.830

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
2019
SIMULASI VELOCITY SLIP DENGAN MENGGUNAKAN
METODE CHIEN CORRELATION BERDASARKAN
PENAMBAHAN KOH, CaCO 3, PAC-R, CMC
TERHADAP SIFAT FISIK LUMPUR BOR
BERBAHAN DASAR LEMPUNG BOYOLALI

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Teknik Pada


Program Studi Teknik Perminyakan Fakultas Teknik
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

DISUSUN OLEH :
IAN ZATULO DAELI
14.420.4100.830

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PROKLAMASI 45
YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

SIMULASI VELOCITY SLIP DENGAN MENGGUNAKAN


METODE CHIEN CORRELATION BERDASARKAN
PENAMBAHAN KOH, CaCO 3, PAC-R, CMC
TERHADAP SIFAT FISIK LUMPUR BOR
BERBAHAN DASAR LEMPUNG BOYOLALI

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Teknik Pada


Program Studi Teknik Perminyakan Fakultas Teknik
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta

IAN ZATULO DAELI


14.420.4100.830

Disetujui oleh

Koordinator Skripsi Kepala Jurusan Teknik Perminyakan

(Wirawan Widya Mandala., S.T.,M.T) ( Lia Yunita., ST.,M.Pd)


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya, penyusun dapat menyelesaikan proposal Skripsi ini
dengan judul “SIMULASI VELOCITY SLIP DENGAN MENGGUNAKAN
METODE CHIEN CORRELATION BERDASARKAN PENAMBAHAN
KOH, CaCO 3, PAC-R,CMC TERHADAPSIFAT FISIK LUMPUR BOR
BERBAHAN DASAR LEMPUNG BOYOLALI”.Adapun maksud dan tujuan
dari proposal Skripsi ini untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh Gelar
Sarjana di Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknik,Universitas Poklamasi
45 Yogyakarta.

Pada kesempatan ini pula penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ir. Bambang Irjanto MBA, selaku Rektor Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta.


2. Syamsul Ma’arif ST., M.Eng., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta.
3. Aisyah Indah Irmaya, ST., MT., selaku Kepala Jurusan Teknik perminyakan
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta.
4. Wirawan Widya Mandala, M.T., selaku Koordinator Skripsi.
5. Segenap Dosen Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta.
6. Seluruh keluarga yang selama ini telah banyak membantu untuk menyelesaikan
tugas akhir ini, baik dari segi moril, ekonomi dan motivasi.
7. Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan bantuan hingga
terselesaikannya proposal Skripsi ini khususnya X-MastreeTeam.
Penyusun menyadari bahwa proposal Skripsi ini masih jauh dari sempurna,
oleh karenanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan. Penulis berharap, tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Yogyakarta, Oktober 201

Penulis
I. JUDUL
SIMULASI VELOCITY SLIP DENGAN MENGGUNAKAN METODE
CHIEN CORRELATION BERDASARKAN PENAMBAHAN KOH,CaCO 3,
PAC-R, CMC TERHADAP SIFAT FISIK LUMPUR BOR BERBAHAN
DASAR LEMPUNG BOYOLALI.

II. PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang
Dalam industri migas kegiatan operasi dibedakan menjadi dua yaitu
kegiatan operasi hulu dan kegiatan operasi hilir. Kegiatan operasi hulu atau
yang biasa dikenal dengan EP (eksplorasi dan produksi) adalah sutau
kegiatan operasi yang meliputi kegiatan eksplorasi dan produksi. Kegiatan
eksplorasi diawali dengan survey G&G (geologi dan geofisik) dan seismic,
setelah didapatkan suatu formasi batuan yang diperkirakan mengandung
cadangan migas barulah akan dilakukan kegiatan pemboran untuk
pembuktian secara real ada tidaknya cadangan migas dalam formasi batuan
tersebut. Pengeboran adalah kegiatan membuat lubang sumur dengan
diameter dan kedalaman tertentu. Pada sistem bor putar ini memiliki fungsi
utama yang mendukung operasi pengeboran, secara garis besar operasi
pemboran dibagi menjadi lima sistem utama, yaitu sistem angkat (hoisting
system), sistem putar (rotating system), sistem sirkulasi (circulating system),
sistem tenaga (power system) dan sistem pencegah sembur liar (Blow Out
Preventer). Pada perinsipnya kelima sistem ini saling mendukung satu sama
lain, Sistem sirkulasi merupakan salah satu sistem yang memegang peranan
penting didalam operasi pemboran untuk menahan tekanan formasi dan
mengangkat catting dari dasar sumur ke atas permukaan.
Fluida pemboran dapat didefinisikan sebagai suatu campuran dari
solid dan fluid, ( Gas, Minyak dan Air ) yang di pergunakan di dalam
operasi pemboran dengan membersihkan dasar lubang dari serpih bor dan
mengangkatnya kepermukaan dengan demikian pemboran dapat berjalan
dengan lancar. Lumpur pemboran merupakan salah satu faktor yang
mempunyai peranan sangat penting yang menentukan kelancaran dan
keberhasilan dalam operasi pemboran. Sedangkan pengelompokan lumpur
bor berdasarkan fasa fluidanya yaitu Gaseous drilling fluid, Oil base Mud,
dan Water base Mud. Fungsi lumpur dalam suatu operasi pemboran antara
lain mengontrol tekanan formasi, mengangkat cutting ke permukaan,
mendinginkan dan melumasi bit dan drillstring dsb. Dalam penelitian Tugas
Akhir ini penulis akan menguji penambahan KOH,CaCO 3, PAC-R, CMC
terhadap sifat fisik lumpur bor berbahan dasar bentonite.
Sifat-sifat fisik lumpur pemboran yang diukur dalam penelitian Tugas
Akhir ini meliputi berat jenis (densitas), viscositas, sifat rheology (plastic
viscocity, yield point dan gel strength), laju tapisan (fluid filtrate loss),
ketebalan ampas (mud cake) dan pH. Metodologi yang digunakan dalam
penelitian Tugas Akhir ini sesuai dengan standar American Petroleum
Institute (API 13A) yang meliputi bahan dan alat-alat yang digunakan,
prosedur pembuatan lumpur bor, prosedur pengujian sifat-sifat fisik lumpur
bor, perhitungan dan analisa. Pengujian dilakukan menggunakan empat
sampel lumpur bor dan tiga kali pengukuran. Bahan-bahan yang digunakan
antara lain fresh water, bentonite, KOH,CaCO 3, PAC-R, CMC. Peralatan
yang digunakan dalam percobaan antara lain ; mud mixer, mud balance,
fann vg viscometer dan standar filter press, pH paper, gelas ukur, cup,
jangka sorong dan stopwatch. Kemudian dari hasil pengolahan, pengujian,
perhitungan dan analisa dibanding dengan standar API 13A, apakah masih
memenuhi standar API 13A atau tidak. Kemudian dilakukan Analisa varians
dan uji Duncan untuk melihat ada atau tidak adanya beda nyata perlakuan
terhadap lumpur pemboran.

2.2 BATASAN MASALAH


Adapun batasan masalah dalam Penelitian Skripsi ini adalah
penambahan KOH,CaCO 3, PAC-R, CMC terhadap sifat fisik lumpur bor
berbahan dasar bentonite disertai analisa varians dan uji duncan untuk
melihat ada dan tidaknya beda nyata perlakuan terhadap lumpur pemboran.
2.3 MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun Maksud dan tujuan dilakukan penelitian Skripsi ini adalah
sebagai berikut :

2.3.1 Maksud
Maksud dari penelitian Skripsi ini adalah mendapatkan jenis
lumpur yang baik dan sesuai dengan karakteristik bentonite pada
lumpur pemboran.

2.3.2 Tujuan
Tujuan penelitian Skripsi ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh penambahan KOH,CaCO 3, PAC-R, CMC
terhadap sifat fisik lumpur bor.
2. Mengetahui tinjauan keberhasilan pemanfaatan KOH, CaCO 3,
PAC-R, CMC sebagai bahan dasar lumpur bor.

2.4 METODOLOGI PENELITIAN


Metodologi Penelitan yang digunakan dalam penyusunan laporan ini
melalui beberapa cara, yaitu :

2.4.1 Studi literatur


Mendapatkan data atau informasi yang mendukung laporan
Skripsi dari buku-buku penunjang dan media internet.

2.4.2 Pengambilan dan Pengumpulan data


Data yang kita peroleh berupa informasi dari laboratorium
mengenai apa yang kita praktekan di dalam laboratorium dan hasilnya
dijadikan sebagai acuan dalam studi kasus dan pembahasan serta
kesimpulan.

2.4.3 Pengolahan, Pengujian, Perhitungan dan Analisa


Data yang kita berupa sebuah analisa yang meyakinkan hasil
dari penelitian yang sedang kita lakukan untuk mendapatkan suatu
kesimpulan berupa data yang valid.
III. DASAR TEORI
Operasi pemboran merupakan suatu kegiatan yang terdiri dari
beberapa tahapan kegiatan-kegiatan. Sebelum operasi pemboran dapat
terlaksana, pertama-tama yang perlu dilakukan adalah apa yang disebut
dengan tahap persiapan. Tahap persiapan inipun terdiri dari beberapa
tahapan mulai dari persiapan tempat, pengiriman peralatan pada lokasi,
penunjukkan pekerja sampai pada persiapan akhir akhir.

Gambar 3.1. Sistem Pemboran17)

Pemboran adalah kegiatan membuat lubang dengan diameter dan


kedalaman tertentu bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya hidrokarbon.
Operasi pemboran dibagi menjadi lima sistem utama, yaitu sistem angkat
(hoisting system), sistem putar (rotating system), sistem sirkulasi
(circulating system), sistem tenaga (power system) dan sistem pencegah
sembur liar (Blow Out Preventer). Kelima sistem ini saling mendukung satu
sama lain.

3.1. SISTEM PEMBORAN


3.1.1.Sistem Tenaga (Power System)
Sebagian besar sistem tenaga dibutuhkan pada dua sistem utama pemboran
yaitu untuk pengangkatan (hoisting system) dan sirkulasi lumpur pemboran
(circulation system), selain itu juga digunakan untuk sistem penerangan disekitar
lokasi pemboran.
Gambar 3.2. Skema Sistem Tenaga17)

Gambar 3.3.Prime Mover17)

Total tenaga yang dibutuhkan pada sebuah rig pemboran secara umum
berkisar dari 1000 – 3000 HP untuk driling dan 350 - 500 HP untuk work over.
Rig modern sumber penggeraknya biasanya berasal dari internal–
combustiondiesel–enginedan secara umum diklasifikasikan menjadi :
1. Diesel–electrictype
2. Direct–drive type.
Penggunaaan nya tergantung dari metode yang di gunakan untuk
mentransmisikan daya tersebut ke berbagai sistem dalam rig
3.1.2.Sistem Angkat (Hoisting System)
Fungsi dari sistem pengangkat (hoisting system) adalah untuk
menyediakan fasilitas dalam mengangkat, menahan dan menurunkan drillstring,
casing string dan perlengkapan bawah permukaan lainnya dari dalam sumur atau
ke luar sumur.

Gambar 3.4. Skema Sistem Pengangkat17)

Sistem pengangkatan memegang peranan penting mengingat bahwa


sistem ini adalah sistem yang mendapat atau mengalami beban yang paling besar,
baik beban secara vertikal maupun beban horizontal. Beban vertikal berasal dari
beban menara, drillstring (drill pipe dan drill collar), casing string, tegangan dead
line, tegangan dari fast line serta tegangan dari block-block. Sedangkan beban
horizontal berasal dari tiupan angin serta drill pipe yang disandarkan pada
menara.Sistem angkat terdiri dari :

1. Struktur Penyangga
Substructure, lantai bor, dan menara pemboran.
2. Peralatan Pengangkat
Drawwork, overhead tools, drilling line.
3.1.3. Sistem Putar (Rotary System)
Fungsi utama system pemutar adalah untuk memutar rangkaian pipa
bor dan memberikan beratan diatas pahat membor suatu formasi batuan.

Gambar 3.5. Komponen Sistem Putar17)

Sistem pemutar terdiri dari tiga sub-komponen, yaitu :


1. Peralatan Putar
Meja putar, master bushing, kelly bushing, rotary slip.
2. Rangkaian pipa bor
Swivel, kelly, drill pipe, drill collar.
3. Mata bor
Drag bit, roller cone, diamond bit.

3.1.4. Sistem Sirkulasi ( Circulating System)


Ada dasarnya sistem sirkulasi sangat erat kaitannya dengan fluida
pemboran (drilling fluids) yang fungsi utamanya adalah mengangkat
material pahatan (cutting) hasil dari mata bor (drill bits) dari dasar sumur ke
atas permukaan melalui annulus.
Gambar 3.6. Sistem Sirkulasi Lumpur Pemboran17)

selain itu fluida pemboran juga berfungsi untuk menjaga


keseimbangan antara tekanan hidrostatik (hidrostaPtic pressure) dengan
tekanan formasi (formation pressure) agar tidak terjadi “kick”.

3.1.5.Sistem BOP (BOP System)


Lumpur pengeboran merupakan pencegah semburan liar (blow out)
yang utama atau primer, sedangkan blowout preventer (BOP) system
merupakan pencegah blow out sekunder. Apabila kick sudah terjadi, segera
penutupan sumur sesuai prosedur kemudian dilakukan sirkulasi untuk
mematikannya. Blowout merupakan hambatan dalam operasi pengeboran
yang paling banyak menimbulkan kerugian. Semburan liar (blow out) ini
adalah peristiwa mengalirnya fluida formasi dari dalam sumur secara tidak
terkendali. . Kejadian ini didahului dengan masuknya fluida formasi ke
dalam lubang bor, peristiwa masuknya fluida formasi kedalam lubang
Gambar 3.7. Skema BOP System17)
secara terkendali disebut well kick. Bila well kick tidak dapat diatasi maka
dapat terjadi semburan liar. Penyebab terjadinya well kick adalah karena
tekanan didalam lubang bor (hydrostatic pressure) lebih kecil dari tekanan
formasi, yang disebabkan oleh :
1. Lubang bor tidak penuh
2. Swabbing sewaktu trip
3. Lumpur yang kurang berat
4. Loss circulation
3.1.6.BOP Stack
Peralatan pencegah semburan liar ditempatkan pada kepala casing
atau kepala sumur langsung dibawah rotary table pada lantai bor.
Gambar 3.8. Rangkaian BOP17)
1. Annular preventer
Annular BOP didesain untuk menutup di sekeliling lubang sumur dengan
berbagai jenis ukuran dan bentuk peralatan yang sedang diturunkan ke dalam
lubang bor. Sehingga annular BOP ini dapat menutup annulus disekitar drillpipe,
drillcolar dan casing, juga dapat mengisolasi sumur dalam kondisi open hole.
Annular preventer berupa master valve yang umumnya ditutup pertama kali bila
sumur mengalami well kick, karena kefleksibelan karet penutup untuk
mengisolasi lubang bor.
2. Ram Preventer
Digunakan untuk menutup lubang annulus untuk ukuran pipa tertentu,
atau pada keadaan tidak ada pipa bor dalam lubang. Ram preventer dapat dibagi
menjadi empat tipe ram yaitu :
1. Pipe ram berfungsi untuk menutup lubang bor pada kondisi adanya
drill string. Penutup ini berupa dua block ram baja yang berbentuk
semi-circular, yang dilengkapi dengan dua pasang karet isolasi. Ram
ini dapat menutup di sekeliling drillpipe, tubing, drillcolar, kelly atau
casing tergantung dari ukuran rams yang dipilih.
2. Blind ram berfungsi untuk menutup lubang bor pada kondisi tidak
ada drill string.
3. Shear ram adalah ram yang berfungsi untuk menutup lubang sumur
pada saat ada atau tidaknya rangkaian drill string. Hampir sebagian
besar shear rams memerlukan 3000 psi untuk memotong pipa.
3. Drilling Spools
Apabila elemen-elemen BOP dipasang tanpa line-line untuk jalannya
lumpur, maka perlu dipasang suatu drilling spool yang ditempatkan dalam
susunan BOP, dimana line-line jalannya lumpur (choke dan kill line) menjadi
satu. API memberikan persyaratan bagi Drilling spool sebagai berikut :
1. Mempunyai tekanan kerja yang tinggi.
2. Mempunyai satu atau dua sisi lubang keluar yang diameter dalamnya
tidak kurang dari 2 in, dengan rate tekanan yang sesuai dengan
susunan BOP.
3. Mempunyai ukuran lubang vertikal paling sedikit sama dengan
maksimum lubang dari bagian atas casing head atau susunan BOP.

Di dalam Drilling spolls terdiri dari :


1. Choke dan Kill Line
Dalam operasi mematikan sumur, biasanya dilakukan sirkulasi fluida
yang turun lewat drill pipe kemudian naik melalui annulus dan terus naik
ke permukaan. Choke line membawa lumpur dan fluida kick dari susunan
BOP ke choke, sedangkan kill line membantu choke line. Choke line dan
kill line dapat digunakan untuk memompakan lumpur langsung ke dalam
annulus apabila diperlukan. Choke line dan kill line dapat dipasang ke
beberapa bagian dari susunan BOP. Hanya dalam kondisi yang ekstrem
dan tak begitu diharapkan, choke dan kill line dipasang ke casing head,
casing spool, atau bagian bawah dari ram. Choke dan kill lines harus
memiliki beberapa persyaratan berikut :
a. Rate tekanan dari line-line harus sesuai dengan susunan BOP.
b. Semua line yang ada minimum memenuhi persyaratan pengetesan
BOP.
c. Line-line harus memiliki ID yang sesuai untuk mengurangi erosi
pada titik dimana terjadi perubahan diameter.
d. Jumlah sudut defleksi dalam line-line harus dikurangi. Bila line-
line harus membuat beberapa perubahan sudut antara susunan dan
hoke manifold atau sebaliknya dapat digunakan tes dan crosses
untuk mengurangi erosi akibat arus turbulen pada titik tersebut.

3.1.7.Sistem pendukung(supporting sytem)


Sistem pendukung terdiri dari :
1. Casing Head (Wellhead)
Casing head merupakan tumpuan dari semua susunan BOP dan biasanya
merupakan komponen utama yang dipasang. Casing head dapat dilengkapi
dengan flens yang dilas atau susunan penahan yang hanya dibaut saja.
Casing head mempunyai persyaratan minimum berdasarkan standard
API, yaitu :
1. Mempunyai rate tekanan kerja yang sama atau melebihi tekanan
maksimum permukaan.
2. Sama atau melebihi kekuatan pembengkokan dari arah luar casing
yang ditempatkan.
3. Mempunyai sambungan dengan kekuatan mekanik dan kapasitas
tekanan yang sebanding dengan flens berdasarkan API atau pipa yang
ditempatkan.
4. Mempunyai kemampuan dan kekuatan untuk menahan casing
berikutnya serta berat tubing yang digantung di sana.
1. Accumulator
Ditempatkan sekitar seratus meter dari rig. Accumulator unit bekerja
pada BOP Stack dengan “high pressure Hydraulis” (saluran hidrolik
bertekanan tinggi). Pada saat terjadi “kick”, crew dapat menutup blowout
preventer dengan menghidupkan kontrol pada accumulator atau pada remote
panel yang terletak pada lantai bor.

3.2. Lumpur Pemboran


Lumpur pemboran dapat didefinisikan sebagai semua jenis fluida
(cairan-cairan berbusa, gas bertekanan) yang dipergunakan untuk membantu
operasi pemboran dengan membersihkan dasar lubang dari serpih bor dan
mengangkatnya kepermukaan, dengan demikian pemboran dapat berjalan
dengan lancar. Lumpur pemboran yang digunakan sekarang pada mulanya
berasal dari pengembangan penggunaan air untuk mengangkat serbuk bor.
Kemudian dengan berkembangnya teknologi pemboran, lumpur pemboran
mulai digunakan. Selain lumpur pemboran, digunakan pula gas atau udara
sebagai fluida pemboran.
3.2.1. Jenis Fluida Pemboran
Fluida pemboran dapat dibagi menjadi:
3.2.1.1. Newtonian Fluids
Newtonian fluids adalah fluida dimana viscositasnya hanya
dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur, misalnya air, gas dan minyak
yang encer. Fluida ini mempunyai perbandingan antara shear stress dan
shear rate yang konstan dinamakan μ (viscositas). Persamaan
matematisnya dapat dinyatakan dengan:
Gambar 3.9. Fluida Newtonian18)

−μ dVr
τ=
gc dr .............................................................................(3-1)
Keterangan :
Τ = gayashear per unit luas (shear stress), dyne/cm2.
dVr/dr = shear rate, sec-1.
gc = convertion constant, 32 ft/sec2.
Tanda negatif pada rumus diatas menunjukan bahwa dengan
bertambahnya jari – jari, maka kecepatan menurun.
3.2.1.2 Non Newtonian Fluids
Non Newtonian fluid adalah fluida yang perbandingannya antara
shear stress dengan shear ratenya tidak konstan. Jenis fluida ini
dibagi lagi menjadi:

Gambar 3.10. Fluida Non Newtonian18)


1. Bingham plastic
Fluida pemboran dianggap sebagai bingham plastic, dalam hal
ini sebelum terjadi aliran harus ada minimum shear stress yang
melebihi suatu harga minimum yield point, kemudian setelah yield
point dilampaui untuk penambahan shear stress lebih lanjut akan
menghasilkan shear rate sebanding dengan plastic viscosity untuk
bingham plastic,

Gambar 3.11.Bingham Model18)


μp (−dVr )
( τ −τy )=
gc dr ..........................................................(3-2)
Keterangan:
τ = shear stress, dyne/cm2.
τy = yield point, lb/100 ft2.
dVr/dr = shear rate, sec-1.
gc = convertion constanta, 32ft/sec2.

2. Power law fluid


Pendekatan power law dilakukan dengan menganggap kurva
hubungan shear stress terhadap shear rate pada kertas log-log
mengikuti garis lurus yang ditarik pada shear rate 300 rpm dan 600
rpm.Power law dinyatakan sebagai :
Gambar 3.12.Power Law Model18)

( )
n
−dVr
τ =K−
dr ...................................................................(3-3)
Keterangan :
τ = shear stress, dyne/cm2.
dVr/dr = shear rate, sec-1.
K = indeks konsistensi.
N = indeks aliran yang dibutuhkan.
Indeks aliran diartikan sebagai derajat (tingkat) pada fluida yang
non newtonian. Perhitungan indeks aliran dan indeks konsistensi
dapat menggunakan persamaan:

n=3. 32 log
[ ]
θ 600
θ 300
.................................................................(3-4)
θ 300
K=
511n ................................................................................(3-5)

Modifikasi ini digunakan dalam perhitungan cutting slip velocity


Moore.
Keterangan:
θ600 = dial reading pada 600 rpm, derajat.
θ300 = dial reading pada 300 rpm, derajat.
3.2.2. Komposisi Lumpur Pemboran
Lumpur pemboran merupakan suatu fluida yang terdiri dari
campuran beberapa material. Secara garis besar komposisi lumpur
pemboran terdiri dari :

1. Fasa Cair (Continous Phase)


Fasa cair ini bisa berupa minyak atau air. Fungsi dari fasa cair
adalah sebagai fasa dasar yang menyebabkan lumpur dapat mengalir.
Air dapat dibagi dua macam yaitu Air Tawar dan Air Asin. 75%
lumpur pemboran itu menggunakan air.
2. Fasa Padatan Yang Bereaksi (Reactive Solids)
Padatan yang bereaksi dengan air membentuk solid (clay) dalam
hal ini clay air tawar seperti bentonite menghisap air tawar dan
membentuk lumpur. Dalam hal ini bentonite mengabsorb air tawar
pada permukaan partikel_partikel hingga kenaikan volumenya sampai
10x atau lebih yang disebut swelling (mengembang).
3. Fasa Padatan Yang Tak Bereaksi (Inart Solids)
Dapat berupa barite yang digunakan untuk densitas lumpur
ataupun biji besi, inar solid dapat pula berasal dari formasi-formasi
yang dibor dan terbawa limpur seperti pasir atau clay, dan padatan-
padatan seperti ini bukan disengaja untuk menaikan densitas lumpur
dan perlu dibuang secepat mungkin, karena dapat mengabrasi dan
kerusakan pompa.

4. Fasa Kimia
Zat kimia atau additive adalah komponen penting dalam
mengontrol sifat-sifat lumpur, secara fisik maupun secara kimia.
Banyak sekali zat kimia yang digunakan untuk membuat suatu lumpur
atau drilling fluids, karena dilihat dari fungsinya masing-masing,
antara lain fungsinya adalah untuk menurunkan dan menaikkan
viscositas, mengontrol derajat keasaman, mengontrol rheology,
mengontrol filtrate, membuat mud cake dan menghambat korosi.
3.2.3. Fungsi Lumpur Pemboran
Lumpur pemboran merupakan faktor yang penting dalam
pemboran, kecepatan efisiensi, keselamatan dan biaya pemboran
sangat tergantung pada lumpur ini. Fungsi lumpur pemboran antara
lain adalah:

1. Mengontrol Tekanan Formasi


Mengontrol tekanan formasi merupakan hal yang sangat penting
dalam operasi pemboran untuk mencegah terjadinya semburan liar
(Blow Out) atau lost circulation. Blow out adalah berat lumpur lebih
kecil dari tekanan formasi yang ada. Lost circulation adalah kondisi
dimana berat lumpur terlalu besar dari tekanan formasi sehingga
lumpur masuk ke dalam formasi.
2. Membersihkan Dasar Lubang Bor
Lumpur mengalir melalui pipa pemboran masuk ke pahat dan
keluar melalui nozzle menimbulkan daya sembur yang sangat kuat
sehingga dasar lubang bersih dari serbuk bor. Dalam fungsi ini sangat
dibutuhkan perhitungan gpm pompa dan kekuatan formasi.
3. Mengangkat Cutting Ke Permukaan
Serbuk bor (Cutting) cenderung tidak terbawa oleh aliran lumpur
karena adanya beda tekanan, sehingga cutting akan bertumpuk pada
dasar lubang. Pencegahannya adalah mengurangi perbedaan tekanan
yang terlalu tinggi dan aliran lumpur yang merata ke seluruh lubang
bor sehingga serbuk bor dapat terangkat ke permukaan bersama
dengan lumpur. Sifat dasar lumpur juga tidak kalah penting dalam
proses pengangkatan serbuk bor, berat jenis (densitas) dan kekentalan
(viskositas) harus dikendalikan sehingga dapat mengangkat serbuk bor
dengan sempurna.

4. Pendingin dan Pelumas Mata Bor dan Rangkaian Pipa Bor


Kenaikkan suhu dan gesekan dengan dinding formasi akibat
proses pemboran dapat mengakibatkan rangkaian pipa bor mengalami
deprisiasi fungsi yang dapat menyebabkan tidak optimumnya operasi
pemboran. Oleh sebab itu, lumpur pemboran dapat dijadikan sebagai
peredam suhu sekaligus peredam gesekan yang terjadi selama operasi
pemboran berlangsung.
5. Memberi Dinding Pada Lubang Bor Dengan Mud Cake
Ini difungsikan untuk menahan caving atau keruntuhan didinding
lubang bor dengan adanya tekanan hidrostatik yang berguna untuk
menahan dan menjaga lapisan shale ke dalam lubang bor.
6. Melepaskan Pasir dan Cutting Di Permukaan
Untuk Menghindari sirkulasi ulang dari serbuk bor, maka serbuk
bor tersebut harus dibuang sebanyak-banyaknya dari permukaan, alat
yang digunakan adalah shale shaker, desander, deggager, desilter dan
centrifuge.
7. Menahan Sebagian Berat Drill Pipe dan Casing
Akibat adanya gaya apung yang disebabkan oleh fluida lumpur,
maka sebagian berat drill string maupun casing tergantikan oleh gaya
apung ini. Sehingga beban dorong (drung) antara rangkaian pipa bor
maupun casing dengan dinding formasi dapat diminimalisasi.
8. Mengurangi Efek Negatif Pada Formasi
Memperkecil kerusakan terhadap zona produktif, harus
dipertimbangkan adanya reaksi antara lumpur pemboran terhadap
formasi zona produktif yang dibor. Bila formasi yang permeable dibor
maka filter cake akan terbentuk didindingnya. Filter cake yang
berkualitas baik akan mengurangi penyusupan air tapisan ke zona
permeable tersebut.

9. Mendapatkan Info Maksimum Tentang Keadaan Lubang Bor


Setelah suatu lubang berhasil dibor, maka diperlukan data-data
untuk keperluan evaluasi. Keadaan lumpur harus dijaga secara optimal
setiap saat selama pemboran, logging dan saat penyelesaian sumur.
10. Media Logging
Sebagai media untuk mengatasi masalah didalam lubang sumur.

3.2.4. Jenis-jenis Lumpur Pemboran


Penamaan lumpur pemboran berdasarkan bahan dasar
pembuatannya, sehingga jenis lumpur pemboran dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1. Water Base Mud
Pada lumpur pemboran jenis bahan dasar yang digunakan adalah
air, bila airnya berupa air tawar maka disebut “fresh water mud” dan
apabila airnya berupa air asin disebut “salt water base mud”.
1. Fresh Water Mud (air tawar)
Fresh water mud adalah jenis lumpur bor dengan air tawar
sebagai fasa cairnya. Dengan kadar garam yang sangat rendah
(kurang dari 10.000 ppm = 1% berat garam). Jenis lumpur ini
mempunyai beberapa macam jenis yang digunakan pada kondisi
tertentu, antara lain: spud mud, bentonite treated mud, phospate
treated mud, organic colloid treated mud, gypsum treated mud,
serta calcium treated mud lainnya.
2. Salt Water Mud (air asin)
Salt water mud merupakan lumpur pemboran yang mengandung
air garam dengan konsentrasi diatas 10.000 ppm. Biasanya jenis
lumpur ini ditambah organic koloid yang berfungsi untuk
memperkecil filtrate loss dan mempertipis mud cake. Jenis lumpur
ini biasanya digunakan untuk mengebor lapisan garam.

2. Oil in Water Emultion Mud


Pada lumpur ini, minyak merupakan fasa terbesar (emulsi dan air
sebagai fasa kontinyu). Jika pembuatannya baik, filtratnya hanya air.
Air yang digunakan dapat Fresh Water atau Salt Water. Sifat-sifat
fisik yang dipengaruhi emulsifikasi hanyalah berat lumpur, volume
filtrat, tebal mud cake, dan pelumas. Setelah emulsifikasi filtrat loss
berkurang.
Keuntungan menggunkanan oil-in water-emultion mud yaitu:
 Bit lebih tahan lama
 Penetration rate naik
 Pengurangan korosi drillstring
 Perbaikan terhadap lumpur sifat-sifat lumpur (viskositas dan
tekanan pompa boleh dikurangi, water loss turun, mud cake tipis).
 Mengurangi balling (terlapisnya alat oleh padatan lumpur) pada
drillstring.
Pada umumnya oil-in-water-emultion mud dapat digolongkan
menjadi dua bagian:
1. Fresh Water Oil-in-Water-Emultion Mud
Fresh Water Oil-in-Water-Emultion mud yaitu lumpur yang
mengandung NaCl sampai 60.000 ppm. Lumpur emulsi ini
dibuatdengan menambahkan emulsifier (pembuat emulsi) ke water
base mud diikuti dengan sejumlah minyak (5-25% volume).
2. Salt Water Oil-in-Water-Emultion Mud
Lumpur ini mengandung paling sedikit (atau lebih besar
60.000 ppm NaCl dalam fasa cairnya). Emulsifikasi dilakukan
dengan emulsifier agent organic. Lumpur ini umunya mempunyi
pH dibawah 9, cocok digunakan untuk pemboran lapisan garam.
Kentungannya:
1. Densitanya kecil
2. Filtrat loss sedikit
3. Mud cake tipis
4. Lubrikasi lebih baik.
Foaming bisa dipecahkan dengan penambahan surface active
agent tertentu.
3. Oil Base Mud and Oil Base Emultion Mud
Oil-base mud mempunyai fasa kontinyu minyak, kadar air tidak boleh
lebih besar dari 5%, karena bila lebih besar sifat lumpur menjadi tidak
stabil.Untuk mengontol voskositas, menaikkan gel strength, dan
mengurangi efek kontaminasi air serta mengurangi filtrat loss perlu
ditambahkan zat-zat kimia.Oil-base-emultion mud mempunyai minyak
sebagai fasa kontinyu dan air sebagai fasa terbesar.
Umumnya mempunyai faedah yang sama dengan oil-base mud yaitu
filtratnya minyak, karena itu tidak menghidrat shale/clay yang sensitif.
Perbedaan utamanya dengan oil-base mud adalah bahwa air ditambahkan
sebagai tambahan yang berguna (bukan kontaminer).
4. Lumpur Polymer
Polimer yang dipanaskan terdiri atas polimer yang tidak larut dalam
air dan yang larut. Untuk polimer yang larut adalah yang sering
dipergunakan dalam operasi pemboran sebagai bahan penstabil sifat-sifat
lumpur. Karena fluida pemboran yang dipergunakan harus dalam bentuk
suspensi, maka semua bahan kimia penstabil harus mempunyai sifat
dispersi.

3.2.5. Sifat Fisik Lumpur Pemboran


Agar fungsi-fungsi yang diterangkan diatas dapat berjalan dengan baik
maka sifat-sifat lumpur bor harus dijaga dan diamati dengan teliti dalam
setiap operasi pemboran. Terdapat beberapa sifat fisik lumpur pemboran,
yaitu berat jenis (density), viskositas, gel strength, serta laju tapisan dan
lain-lain.
1. Berat Jenis (Densitas)
Berat jenis lumpur pemboran sangat besar pengaruhnya dalam
mengontrol tekanan formasi, sebab dengan naiknya berat jenis lumpur maka
tekanan lumpur akan naik pula. Berat jenis adalah berat fluida dibagi
volume pada temperatur dan tekanan tertentu. Satuan atau demensi yang
dipakai adalah kg/l, gr/cc dan lb/gal.
Densitas lumpur bor merupakan salah satu sifat lumpur yang sangat
penting karena sebagai penahan tekanan formasi. Adanya densitas lumpur
bor yang terlalu besar akan menyebabkan lumpur hilang ke formasi (lost
circulation), sedangkan apabila terlalu kecil akan menyebabkan kick. Maka
densitas lumpur harus disesuaikan dengan keadaan formasi yang akan dibor.
Pengukuran berat jenis lumpur dapat diukur dengan menggunakan mud
balance.
2. Viskositas
Viskositas adalah tahanan fluida terhadap aliran atau gerakan yang
disebabkan oleh adanya gesekan antara partikel pada fluida yang mengalir.
Pada lumpur bor, viskositas merupakan tahanan terhadap aliran lumpur
disaat dilakukan sirkulasi, hal ini dapat terjadi karena adanya pergeseran
antara partikel – partikel dari lumpur bor tersebut. Viskositas menyatakan
kekentalan dari lumpur bor, dimana viskositaslumpur memegang peranan
dalam pengangkatan serbuk bor makin baik. Bila lumpur tidak cukup kental
maka pengangkatan serbuk bor kurang sempurna dan akan mengakibatkan
serbuk bor tertinggal di dalam lubang bor.
3. Filtrasi
Ketika terjadi kontak antara lumpur pemboran dengan batuan porous,
batuan tersebut akan bertindak sebagai saringan yang memungkinkan fluida
dan partikel-partikel kecil melewatinya. Fluida yang hilang ke dalam batuan
tersebut disebut filtrate, sedangkan lapisan partikel-partikel besar tertahan
dipermukaan batuan disebut filter cake.
4. Derajat Keasaman (pH Paper)
Derajat keasaman (pH) dipakai untuk menentukan tingkat kebasaan dan
keasaman dari lumpur bor. pH dari lumpur yang dipakai berkisar 9-11.5.
Jadi lumpur bor yang digunakan adalah dalam suasana basa. Alat untuk
menentukan pH lumpur dapat kita gunakan pH meter dan pH paper.

5. Rheology
a. Plastic Viscosity
Plastic viscosity adalah sejumlah gaya yang diperlukan untuk dapat
menggerakan cutting. Plastic viscosity dipengaruhi oleh shear rate pada
sistem pemboran. Kecenderungan malasnya fluida untuk bergerak karena
terjadi gesekan dengan cutting yang dibawa yang menimbulkan friksi
karena densitasnya berbeda dengan fluida pemboran. Jadi saat sirkulasi,
cutting cenderung lebih lambat dari kecepatan fluida pemborannya.
Plastic viscosity bergantung kepada konsentrasi padatan, semakin
banyak padatan yang dibawa maka semakin tinggi nilai viscositasnya
kondisi ini tergantung dengan bentuk dan ukuran padatannya, semakin
besar permukaan total padatannya maka semakin besar friksinya. Jadi
semakin bulat dan semakin kecil maka plastic viscositas semakin besar.
b. Yield Point
Yield point adalah kemampuan suatu lumpur untuk dapat menahan
cutting pada saat sirkulasi berlangsung. Yield point dipengaruhi oleh shear
rate dan shear stress pada sistem lumpur pemboran.
Selain itu volume padatan juga mempengaruhi nilai yield point,
semakin besar volume maka luas permukaannya semakin besar. Akibatnya
akan semakin besar yield point. Kandungan ion fasa cair berpengaruh
karena dengan ion padatanlah yield poitn bekerja..
c. Gel Strength
Diwaktu lumpur bersikulasi besaran yang berperang adalah
viscositas, sedangkan diwaktu sirkulasi berhenti yang memegang peranan
adalah gel strength. Lumpur akan menjadi gel saat tidak ada sirkulasi. Hal
ini disebabkan oleh gaya tarik-menarik antara partikel-partikel padatan
lumpur.
Diwaktu lumpur berhenti bersikulasi, lumpur harus mempunyai gel
strength yang dapat menahan cutting dan material pemberat lumpur agar
tidak turun, sehingga padatan tidak menumpuk dan mengendap diannulus
dan mencegah pipa terjepit. Akan tetapi, jika gel strength terlalu tinggi
akan menyebabkan terlalu berat kerja lumpur untuk memulai sirkulasi
kembali. Walaupun pompa mempunyai daya yang kuat, pompa tidak boleh
memompakan lumpur dengan daya yang besar karena formasi bisa pecah.
6. Solid Content
Solid content adalah suatu sifat fisik untuk mengetahui kandungan
padatan pada lumpur pemboran.
7. Cl-
Cl-adalah suatu sifat fisik lumpur untuk menentukan besarnya
kandungan clorida dalam lumpur KCl polimer.

3.2.6. Jenis Fungsi Material Lumpur Berbahan Dasar Air


1. Bentonite
Bentonite digunakan untuk menambahkan viscositas dari lumpur KCL
polimer. Bentonite juga mempunyai SG 2.5 sedangkan packaging-nya 100
lbs/sack.
2. Pottasium Hidroksida (KOH)
Pottasium Hidroksida (KOH) ditambahkan untuk kontrol alkalinitas
pada lumpur KCL polimer, KOH mempunyai SG 2.04 dan kg/sack dalam
packaging.
3. PAC-L (Polyanionic Cellulose Low)
PAC-L adalah salah satu polimer yang digunakan sebagai filtration
loss control selain itu material ini juga dapat menghasilkan viscositas yang
rendah pada sistem lumpur PAC-L mempunyai SG1.55 dan 25 kg/sack
dalam packaging.
4. PAC-R (Polyanionic Cellulose Reguler)
Fungsi dari PAC-R hampir sama dengan PAC-L yaitu salah satu
polimer yang digunakan sebagai filtration loss control dan juga dapat
menghasilkan viscositas, akan tetapi penggunaan material ini dilakukan
bila kita menginginkan viscositas yang lebih tinggi pada sistem lumpur
PAC-R mempunyai SG 1.55 dan 25 kg/stack dalam packaging.

5. KCL
Lumpur KCL polimer merupakan sistem lumpur yang paling umum
digunakan dalam pemboran. Dasar dari sistem ini adalah anionic
pengkapsulan (encapsulating) polymer fluid yaitu polymer membungkus
serbuk bor (cutting) pada saat pembersihan lubang.
6. XCD
XCD yaitu jenis polimer yang digunakan untuk menaikkan viscositas
(viscosifier), viscositas ini dihasilkan dari air liur atau enzim yang
dihasilkan oleh bakteri, nama bakteri yang terdapat pada XCD adalah
santo monas. XCD juga dapat digunakan sebagai pengganti bentonite
untuk menghasilkan cairan kental namun tidak padat. XCD mempunyai
SG 1.5 dan 25 kg/stack dalam packaging.

3.2.7. RHEOLOGY (SIFAT ALIRAN)


Istilah rheology berasal dari bahasa Yunani, Rheo yang berarti aliran
dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. Rheology didefinisikan sebagai
ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang aliran dan perubahan bentuk
dari suatu jenis fluida, dimana sifat rheology ini dapat dijelaskan dengan
hubungan antara gaya dari suatu jenis fluida terhadap aliran dalam satuan
tekanan per satuan luas (shear stress) dengan besarnya laju perubahan
kecepatan aliran antara lapisan yang terjadi waktu fluida mengalir dalam
satuan kecepatan per satuan panjang (shear rate).

Gambar3.13. Diagram Shear Stres vs Shear Rate Fluida Newtonian 18).


Gambar3.14.Diagram Shear Stres vs Shear Rate FluidaN Newtonian 1)
Pengontrolan rheology diperlukan untuk pengangkatan serbuk bor
(cutting) pada saat pemboran berlangsung.Dalam terminologi lapangan
minyak, istilah sifat aliran (flow properties) dan viscositas adalah
merupakan pengungkapan umum yang digunakan untuk menggambarkan
perilaku lumpur pemboran dalam keadaan bergerak.
4. Pola Aliran
Jenis aliran fluida pada pipa, yaitu aliran laminer, turbulen dan plug flow.
1. Laminer
Aliran laminer yaitu suatu aliran dimana gerak aliran partikel-partikel
fluidanya pada kecepatan yang agak lambat, teratur dan sejajar dengan
arah aliran (dinding pipa).Partikel-partikel yang ada didekat dinding
hampir tidak bergerak, sementara partikel-partikel lain yang ada ditengah
bergerak lebih cepat.

Gambar 3.15. Aliran Laminer 4)

2. Turbulen
Aliran turbulen yaitu suatu aliran dimana fluida bergerak dengan
kecepatan yang lebih cepat.Partikel-partikelnya bergerak pada garis-
garisyang tidak teratur serta geseran yang terjadi juga tidak teratur
sehingga terjadi aliran berputar.

Gambar 3.16. Aliran Turbulen4).


3. Plug Flow
Plug flow yaitu aliran yang terjadi khusus untuk fluida plastic, dimana
gerak geser (shear) terjadi didekat dinding pipa, saja dan ditengah-tengah
aliran terdapat suatu aliran tanpa geseran (shear) seperti suatu
sumbat.Reynold Number digunakan dalam menentukan aliran itu laminar
atau turbulen :

928 ρV d
NRe = µ .................................................................. (3.6)

Keterangan:
P = Densitas fluida, ppg.
v =Kecepatan aliran, fps
d =Diameter pipa, in.

µ =Viskositas, cp.

NRe > 3000 menunjukkan bahwa aliran berbentuk turbulen sedangkan


NRe < 2000 merupakan aliran laminar, dan untuk harga diantaranya
memiliki pola aliran transisi.
Sifat aliran bisa juga diketahui dengan menentukan kecepatan rata-rata
dan kecepatan kritisnya.Aliran laminer ditandai dengan kecepatan rata-rata
lebih kecil dibandingkan dengan kecepatan kritisnya, sedangkan aliran
turbulen sebaliknya, dimana kecepatan rata-ratanya lebih besar
dibandingkan dengan kecepatan kritisnya.
Kecepatan rata-rata dari fluida dapat ditentukandengan persamaan
berikut :

v DP = ....................................................................(3-7)
Kecepatan di annulus, harga d-nya adalah :

d2 = ( ..............................................................(3-8)
Kecepatan kritis dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
a. Kecepatan kritis pada pipa

vc = (PV +

..........................................................(3-9)
b. Kecepatan kritis pada annulus

v c = (PV +

...............................................(3-10)
Keterangan :
vc = kecepatan krtitis, fps.
PV = plastic viscosity, cp.
untuk newtonian fluids µ = PV dan YP = 0.
dh = diameter lubang bor, in.
do = diameter luar pipa, in.
di = diameter dalam pipa, in.
YP = yield point, 1b/100 ft2.
IV. RENCANA TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan penulis, direncanakan berlangsung selama
kurang lebih satu bulan dengan lokasi penelitian skripsi bertempat di
LABORATORIUM PERMINYAKAN UPN “VETERAN”
YOGYAKARTA pada tanggal 25 September 2019 – 25 Oktober 2019 atau
disesuaikan dengan waktu yang telah ditentunkan oleh pembimbing dari
LABORATORIUM PERMINYAKAN UPN “VETERAN”
YOGYAKARTA.
Adapun rencana kegiatan Skripsi yang diusulkan selama satu bulan
(empat minggu) adalah sebagai berikut:

Waktu Minggu
1 2 3 4
Kegiatan

Orientasi Laboratorium

Praktek Laboratorium
dan Pengumpulan Data

Analisa Data

Pembuatan laporan

Dalam melakukan Skripsi ini, mahasiswa akan terjun langsung ke


bagian – bagian yang telah di tentukan perusahaan dan mengambil data
yang diperlukan.

V. PENUTUP
Demikian proposal Skripsi yang akan dilaksanakan. Besar harapan rencana
penelitian Skripsi ini mendapat sambutan yang baik dari perusahaan. Atas
perhatian dan bantuan yang diberikan, penulisa ucapkan terimakasih.

RENCANA DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................


HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
DAFTAR TABEL .............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................
1.1 Latar Belakang ............................................................................
1.2 Batasan Masalah .........................................................................
1.3 Maksud dan Tujuan ....................................................................
1.4 Metodologi Penelitian ................................................................
1.5 Sistematika Penelitian.................................................................
BAB II TINJAUAN UMUM.........................................................................
2.1 Profil Laboratorium.....................................................................
2.1.1 Program – Program Laboratorium.....................................
2.1.2 Fasilitas Laboratorium Lumpur dan Semen.......................
2.1.2.1 Visi dan Misi Laboratorium..................................
2.1.3 Struktur Organisasi............................................................
BAB III DASAR TEORI.................................................................................
3.1 Karakteristik Reservoir................................................................
3.1.1 Karakteristik Batuan Reservoir..........................................
3.1.2 Komposisi Kimia Batuan Reservoir..................................
3.1.3 Sifat Fisik Batuan Reservoir..............................................
3.1.3.1 Porositas................................................................
3.1.3.2 Permeabilitas.........................................................
3.1.3.3 Saturasi Fluida.......................................................
3.1.3.4 Tekanan Kapiler....................................................
3.1.3.5 Wettabilitas...........................................................
3.1.3.6 Kompresibilitas.....................................................
3.1.4 Karakteristik Fluida Reservoir...........................................
3.1.4.1 Sifat Fisik Gas.......................................................
3.1.4.2 Sifat Fisik Minyak.................................................
3.1.4.3 Sifat Air Formasi...................................................
3.1.5 Kondisi Reservoir..............................................................
3.1.4.1 Tekanan Reservoir................................................
3.1.4.1 Temperatur Reservoir...........................................
3.2 Operasi Pemboran.......................................................................
3.2.1 Sistem Tenaga ( Power System )........................................
3.2.2 Sistem Pengangkat ( Hoisting System ) .............................
3.2.3 Sistem Putar ( Rotary System )...........................................
3.2.4 Sistem Sirkulasi ( Circulating System ).............................
3.2.5 Sistem BOP ( BOP System )..............................................
3.3 Lumpur Pemboran.......................................................................
3.3.1 Jenis Fluida Pemboran.......................................................
3.3.2 Komposisi Lumpur Pemboran...........................................
3.3.3 Fungsi Lumpur Pemboran..................................................
3.3.4 Jenis – Jenis Lumpur Pemboran.........................................
3.3.5 Sifat Fisik Lumpur.............................................................
3.3.6 Jenis Fungsi Material Lumpur...........................................
3.3.7 Rheology............................................................................
3.4 Pengaruh Tem peratur Terhadap Lumpur Pemboran...............
3.4.1 Faktor yang mempengaruhi Viscositas..............................
3.4.2 Macam – Macam Hubungan Penyebaran Partikel.............
3.5 Rumus Dasar Varian Duncan......................................................
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN......................................................
4.1 Tujuan Penelitian.........................................................................
4.2 Metodologi Penelitian.................................................................
4.3 Bahan dan Alat Pengujian Lumpur.............................................
4.3.1 Bahan Pengujian Lumpur...................................................
4.3.2 Alat Pengujian Lumpur......................................................
4.4 Prosedur Pembuatan Lumpur......................................................
4.5 Prosedur Pengukuran Sifat Fisik Lumpur...................................
4.5.1 Pengukuran Densitas Lumpur............................................
4.5.2 Pengukuran Viscositas Lumpur.........................................
4.5.3 Pengukuran Gel Strength...................................................
4.5.4 Perhitungan Plastic Viscosity ( PV )..................................
4.5.5 Perhitungan Yield Point.....................................................
4.5.6 Pengukuran Volume Filtrat Loss dan Mud Cake...............
4.5.7 Penentuan pH Lumpur.......................................................
BAB V PENGOLAHAN, PENGUJIAN, DAN ANALISA.........................
5.1 Spesifikasi Lumpur Pemboran....................................................
5.2 Persiapan Alat dan Bahan............................................................
5.2.1 Komposisi Lumpur Pemboran...........................................
5.3 Pengujian Perhitungan Dan Hasil Analisa..................................
5.4 Analisa Varian Dan Uji Duncan..................................................
BAB VI PEMBAHASAN................................................................................
BAB VII KESIMPULAN..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

1. Adams, Neal J., “Drilling Engineering A Complete Well Planning


Approach”. Penn Well Publishing Co, Tulsa Oklahoma, 1985.

2. Adam T. Bourgoyne Jr, Keith K.M., Martin E.C., F.S. “Young,Applied


Drilling Engineering”,Society of Petroleum Engineers, Richardson,
Texas, USA,1986.

3. Ahmed, Tarek, “Reservoir Enginering Handbook”, Gulf Publishing


Company, Houston, Texas, 2000.

4. Amyx, J.W.Jr. Bass, M.D., Whiting, RI, “Petroleum Reservoir


Engineering”, Mc Graw Hill Book Company, New York, 1960.

5. Clark, Norman. J., “Elements of Petroleum Reservoir”, Resived Edition,


American Institute of Mining, Metallurgical and Petroleum Engineers.
Inc., New York, 1969.

6. Craft, B.C., Hawkins, M.F., “Applied Reservoir Engineering”, Prentice


Hall Inc., Englewood Clifts, New Jersey, 1972.

7. Gatlin, C., “Petroleum Engineering Drilling And Well Completion”,


Prentice Hall Inc., Englewood Clift, New Jersey, 1960.

8. Goins, W. C. Jr, Relay Sheffield : “Blowout Prevention Practical Drilling


Tecnology“, Vol I, Gulf Publishing, Co., Book Division, Houston,
Texas, 1983.
9. Koesoemadinata, R.P.; “Geologi Minyak Bumi dan Gas Bumi”, Jilid 1 dan
2, ITB, Bandung, 1980.

10. Mc. Cain M.D,”The Properties Petroleum Fluids’, Penn-Well Publishing


Co., New York, 1973.

11. Muskat, M. The Flow Homogenous Fluid Through Porous Media. First
Edition, Chief Of Physic Division Gulf Research and Development
Company. McGraw-Hill Book Company. 1946.
12. Nind, T.E.W. Principles of Oil Well Production.United States of America:
McGraw-Hill Inc. 1964.

13. Pattiradjawane, Helmi., “Laporan Resmi Praktikum Peralatan Bor dan


Produksi”, Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, 2011.

14. Patton, C., C., “Oilfield Water System”, Campbell Petroleum Seies,
Norman, Oklahoma, 1981.

15. Pettijhon, F.J., “Sedimentary Rock”, Second Edition, Harper and Brother
Publishing, New York, 1957.

16. Rubiandini, R., “Diktat Kuliah Teknik Pemboran I dan II” Jurusan Teknik
Perminyakan, ITB, 1993.

17. Rubiandini, Rudi, TeknikPemboran III, JurusanTeknikPerminyakan,


InstitutTeknologi Bandung, Bandung, 2010.

18. Tiab, Djebbar and C. Donaldson, Erle, “Petrophysics”. Second Edition,


Gulf Professional Publishing, Houston, Texas, 2004.

19. : “Model-70 High Pressure High Temperature Viscometer


Intruction Manual”, Fann Instrrument Co., Houston, Texas, USA.,
1995.

20. : “Recommended Practice Standard Procedure For


Laboratory Testing Drilling Fluids”, American Petroleum Institute,
API RP 13 I, Dallas, Texas, June 1986.

21. : Data Laboratorium Semen dan Lumpur Pemboran UPN


Veteran Yogyakarta. 2018.

22. http://ahlimigas.blogspot.co.id/

Anda mungkin juga menyukai