Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL PENELITIAN POYEK AKHIR

EVALUASI KINERJA ST. PENGUAPAN

DITINJAU DARI EFISIENSI PENGGUNAAN VAKUM

DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IX

PG. TASIKMADU, JAWA TENGAH

OLEH

NAMA : RIKA WULANDARI

NIM : 14.01.014

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA

POLITEKNIK LPP YOGYAKARTA

2017

Halaman Judul

i
Lembar Pengesahan

LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL PENELITIAN PROYEK AKHIR

EVALUASI ST. PENGUAPAN

DITINJAU DARI EFISIENSI PENGGUNAAN VAKUM

DI PG. TASIKMADU, JAWA TENGAH

DISUSUN OLEH :

NAMA : RIKA WULANDARI

NIM : 14.01.014

PROGRAM STUDI :TEKNIK KIMIA

Telah diperiksa dan disetujui

Yogyakarta, 28 April 2017

Mengetahui, Dosen Pembimbing


Ketua Program Studi Teknik Kimia

Fathur Rahman Rifai, S.T.,M.Eng Lestari Hetalesi S, S.T.,M.Eng


NIDN. 0514088001 NIDN. 0525108401

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul..........................................................................................................i
Lembar Pengesahan.................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan Penelitian..........................................................................................2
C. Manfaat Penelitian........................................................................................2
D. Keaslian Penelitian........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
A. Tinjauan Pustaka...........................................................................................4
B. Landasan Teori..............................................................................................8
C. Hipotesis........................................................................................................8
BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................9
A. Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................................9
B. Diagram Alur Penelitian...............................................................................9
BAB IV JADWAL PENELITIAN........................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pabrik Gula Tasikmadu adalah salah satu pabrik gula yang berada di
bawah pengelolaan PT Perkebunan Nusantara IX Jawa Tengah yang terletak di
Desa Ngijo Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar. Pabrik Gula
Tasikmadu mempunyai kapasitas giling sebesar 4000 ton tebu perhari.
Stasiun penguapan adalah salah satu stasiun di proses pembuatan gula
yang bertujuan untuk menguapkan sebagian besar air ±70% sehingga didapatkan
nira kental yang mendekati jenuh brix ±60%. Proses penguapan atau evaporasi ini
dilakukan dengan cara memanaskan nira dalam bejana pada kondisi hampa untuk
meminimalkan kehilangan (kerusakan) gula karena panas.
Selain itu, stasiun penguapan juga berfungsi untuk menghasilkan air
kondensat yang digunakan untuk air imbibisi dan penambahan air yang ada di
proses. Stasiun penguapan juga merupakan satu satunya stasiun yang dapat
menghasilkan uap selain stasiun ketel. Mengingat begitu besarnya peran dari
stasiun penguapan, sudah semestinya untuk ditingkatkan efisiensinya. Salah satu
cara untuk meningkatkan efisisensi stasiun penguapan adalah dengan
mengoptimalkan penggunaan vakum. Penggunaan vakum di stasiun penguapan
bertujuan untuk menurunkan titik didih nira, sehingga dapat menghindarkan nira
dari kerusakan sukorsa akibat inversi, destruksi monosakarida dan reaksi
pembentukan zat warna lainnya (reaksi karamelisasi, maillard, dan ikatan ferry -
phenol). Dengan adanya evaluasi terhadap penggunaan vakum ini, diharapkan
optimalisasi proses menjadi prioritas yang harus diutamakan, sehingga biaya
operasional proses dapat ditekan.

1
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari diadakannya penelitian adalah
a. Mengetahui efisiensi pengggunaan vakum di stasiun penguapan di PG
Tasikmadu
b. Mengetahui cara optimalisasi proses pengendalian vakum yang benar serta
mengetahui cara pengendalian proses penguapan.

C. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang akan dilakukan, antara lain:

a. Untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang pengawasan dan proses


di stasiun penguapan terutama yang berhubungan dengan evaporator

b. Untuk pengembangan penelitian di bidang kerusakan sukrosa dalam stasiun


penguapan

D. Keaslian Penelitian
Untuk mengetahui sub-kajian yang sudah ataupun belum diteliti pada
penelitian sebelumnya, maka perlu adanya upaya komparasi (perbandingan)
apakah terdapat unsure-unsur perbedaan ataupun persamaan dengan konteks
penelitian ini. Diantaranya hasil penelitian terdahulu yang menurut peneliti
terdapat kemiripan, yaitu :

a. Eggleston, G; Damms, M; Monge, A and Trevor Endres (2004) dengan judul


New Insight On Sucrose Losses Across Factory Evaporators And Juice And
Syrup Clarifiers membahas tentang wawasan baru yang diperoleh dari
penelitian perihal kehilangan sukrosa dalam nira mentah dan nira kental pada
suhu tinggi selama proses penguapan dan clarification. Studi komprehensif
dilakukan di pabrik yang ada di Lousiana untuk menentukan efek waktu
pembersihan terhadap evaporator tipe Robert dan tipe plate terhadap
kehilangan sukrosa dan kinerja evaporator secara keseluruhan. Secara umum,
untuk kedua pabrik, sebagian besar kerugian inversi sukrosa terjadi pada pre-

2
evaporator dan lebih merupakan fungsi suhu, permukaan pemanasan, Brix
dan pH daripada waktu retensi (R).

b. Schaffler, K.J.; Muzzell, D.J.; Schorn, P.M (1985) dengan judul An


Evaluation of Sucrose Inversion and Monosacharide Degradation Across
Evaporation at Darnall Mill. Penelitian ini membahas tentang efek uap
bertemperatur tinggi dan lamanya waktu terhadap kerusakan sukrosa dan
monosakarida. Penelitian dilakukan dengan cara uap bekas bertemperatur
180-1900C digunakan di gilingan Darnal. Gas kromatografi digunakan untuk
menentukan glukosa, fruktosa, dan sukrosa yang masuk dan keluar dari
evaporator. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa lamanya waktu lebih
berperan dalam kerusakan sukrosa dibandingkan dengan temperatur uap.
Pembentukan warna juga kelihatan dengan jelas, yang mana pembentukan
warna tersebut merupakan hasil dari kerusakan monosakarida.

Pada penelitian ini, dilakukan perbedaan dari penelitian-penelitian diatas,


yaitu pengaruh efisiensi vakum terhadap kerusakan sukrosa dan kinerja
stasiun penguapan secara keseluruhan. Dengan variabel yang digunakan
adalah Brix (neraca brix), HK, distribusi vakum dan suhu. Penelitian ini akan
dilaksanakan di PG. Tasikmadu, Karangayar Jawa Tengah.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka
Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul dalam
keadaan cair (contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air).
Proses evaporasi adalah kebalikan dari proses kondensasi. Umumnya penguapan
dapat dilihat dari lenyapnya cairan secara berangsur-angsur ketika terpapar pada
gas dengan volume signifikan. Adapun prinsip-prinsip evaporasi sebagai berikut:
a. Penguapan atau evaporasi merupakan perubahan wujud zat dari cair menjadi
uap

b. Penguapan betujuan memisahkan pelarut (solvent) dari larutan sehingga


menghsilkan larutan yang lebih pekat

c. Evaporasi merupakan proses pemisahan termal, dipakai secara luas untuk


merekatkan cairan dalam bentuk larutan, suspensi maupun emulsi dengan cara
menguapkan pelarutnya, umumnya air dan cairan.

d. Evaporasi menghasilkan cairan yang lebih pekat, tetapi masih berupa cairan
pekat yang dapat dipompa sebagai hasil utama reaksinya, kadang-kadang ada
pula cairan volatile yang menjadi hasil utama proses, misalnya selama
pemisahan pelarut.

Stasiun penguapan adalah salah satu stasiun di proses pembuatan gula


yang bertujuan untuk menguapkan sebagian besar air ±70% sehingga didapatkan
nira kental yang mendekati jenuh brix ±60%. Proses penguapan atau evaporasi ini
dilakukan dengan cara memanaskan nira dalam bejana pada kondisi hampa untuk
meminimalkan kehilangan (kerusakan) gula karena panas. Menurut Sartono
(1988) penguapan bisa disebut juga sebagai “persiapan pengambilan Kristal” yang
mana penguapan bertujuan untuk memisahkan air sedemikian banyaknya hingga
diperoleh nira pekat yang yang hampir jenuh akan gula. Pemisahan air di stasiun
penguapan dilakukan dengan cara fisika menggunakan sistem penguapan

4
berganda (multiple effect) dengan penguapan berganda 4 atau 5 ( Quadrupple
Effect atau Quintiple Effect). Sesuai prinsip Rillieux yang kemudian
mengembangkan unit penguapan yang terdiri dari tiga badan (triple), empat badan
(quadruple) dan lima badan (Quintiple). Rillieux juga mengemukakan penemuan
penggunaan uap nira sebagai bahan pemanas pada pan Kristalisasi. Dengan
kaidah-kaidah nya sebagai berikut :
a. Dalam penguap multiple maka setiap satuan bahan pemanas dapat
menguapkan air sebanyak jumlah bahan penguapnya.

b. Pada proses pengambilan uap nira (Vapour Bleeding), bila uap sejumlah (P)
diambil untuk badan no (M) berasal dari satu badan penguap terdiri dari (n)
badan maka penghematan uap bekas adalah:
MxP
e=
n

Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap kinerja stasiun penguapan adalah


sebagai berikut:
a. Vakum dan uap pemanas
b. Luas pemanas
c. Kontinuitas proses atau steady state
d. Temperature nira encer
e. Kebersihan bidang pemanaas baik sisi uap maupun sisi nira
f. Pengeluaran air konden dan gas tak termembunkan (amoniak)

Kehilangan sukrosa di evaporator (preevaporator + quadruple effect) sekitar


0,02 % sampai maksimum 0,2 % (Honig, 1963). Purchase, dkk (1987) melakukan
perhitungan kehilangan sukrosa dengan menganalisa rasio glukosa/sukrosa pada
quintiple effect evaporator. Dari hasil percobaannya diukur bahwa kehilangan
total sukrosa dalam quintuple evaporator sebesar 0.68 %, sedangkan Edye dan
Clarke (1995) dengan konsep yang sama menyatakan bahwa total kehilangan
sukrosa dalam evaporator sebesar 1,39 %. Sumber-sumber kehilangan sukrosa di
evaporator sebagai berikut :

5
a. Suhu Operasional Tinggi

Sukrosa akan mengalami kerusakan pada suhu > 120 0C, terutama pada
badan pertama atau pre evaporator. Dengan kadar brix yang masih tinggi,
operasional dengan suhu tinggi menyebabkan inversi dari sukrosa dan
perubahan warna. Panpae, dkk (2008) menyatakan bahwa suhu, pH dan
kandungan zat padat dari nira berpengaruh terhadap kehilangan sukrosa.

b. Sirkulasi Nira dalam Evaporator

Sirkulasi nira yang kurang baik menyebabkan suhu nira dalam evaporator
naik. Hal ini bisa disebabkan karena sirkulasi yang lambat dan terlalu banyak.

c. Inversi

Nira jernih yang diolah dalam evaporator mempunyai pH sekitar 7–7,32


tergantung dari proses pemurnian yang dilakukan sebelumnya. Pada beberapa
kasus dimana pH pada proses pemurnian tidak tercapai, nira jernih yang
diolah bisa mencapai nilai pH < 7. Pada kondisi ini sukrosa akan terinversi
menjadi gula reduksi. Eggleston, G  dan Monge, A (2005) menyatakan bahwa
untuk menekan kehilangan sukrosa dalam evaporator perlu dikontrol pH dari
nira jernih yang diolah dan nira kental pada evaporator badan akhir. pH nira
jernih yang bagus adalah 7–7,2 sedangkan nira kental pada badan akhir target
pH nya 6,3 – 6,5.

d. Waktu Tinggal yang Lama

Waktu tinggal yang lama di evaporator menyebabkan kehilangan sukrosa


lebih tinggi Schaffler (1985). Wong Sak Hoi dan Tse Chi Sum (1996) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa kehilangan sukrosa karena inversi
kebanyakan terjadi pada evaporator badan 3 dan badan akhir, dimana pada
kondisi ini banyak terdapat kerak pada pipa dan waktu tinggal yang lebih
lama.

6
e. Vakum yang Rendah

Kondisi vakum normal dari suatu sistem evaporator sekitar 60 cmHg. Apabila
vakum tidak mencapai angka tersebut maka titik didih dari nira akan naik
sehingga kemungkinan terjadi karamel dalam evaporator lebih besar.
Terjadinya karamel berdampak pada kehilangan gula.

f. Entrainment

Entrainment adalah terbawanya gelembung-gelembung nira pada uap yang


lolos ke kondensor. Pada setiap evaporator type robert kemungkinan
terjadinya entrainment cukup besar. Untuk mengurangi kehilangan ini di
dalam evaporator bisa dipasang entrainment separator. Kehilangan terbesar
pada badan akhir dengan kondisi vakum tinggi.

g. Kebocoran dari Peralatan

Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam sistem evaporator adalah adanya
kebocoran dari peralatan. Kebocoran dapat terjadi pada pipa, valve, dan
peralatan lain. Dengan maintenance rutin dan pengawasan yang baik
kebocoran dapat dikurangi, sehingga mengurangi kehilangan gula.

Kehilangan gula (sukrosa) dalam evaporator patut diperhatikan untuk


mengurangi inefisiensi dari proses. Kehilangan ini berkontribusi pada kehilangan
tak diketahui (undetermined losses). Dari pengamatan yang dilakukan di beberapa
pabrik gula di Afrika Selatan, kontribusi dari inversi sukrosa terhadap kehilangan
tak diketahui bervariasi antara 5 sampai dengan 75 % (Wong Sak Hoi dan Tse Chi
Sum 1996). Dengan menekan kehilangan gula maka semakin banyak gula yang
dapat diselamatkan sehingga perolehan gula dari PG juga meningkat.

7
B. Landasan Teori

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kinerja stasiun penguapan adalah
vakum dan uap pemanas atau bahan pemanas. Vakum dalam stasiun penguapan
berfungsi untuk menurunkan titik didih nira sehingga pemanasan atau proses
evaporasi dapat berlangsung secara cepat, efisien, dan eknomis (efisien waktu,
bahan, dan energi). Stasiun penguapan, identik dengan suhu tinggi yang
merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan kerusakan gula (sukrosa).
Suhu tinggi, pH rendah, dan waktu yang lama merupakan ketiga faktor utama
yang harus dihindari selama proses pembuatan gula. Maka dibuatlah suatu suatu
sistem penguapan bertingkat dan bejana penguapan yang dibuat vakum. sistem
penguapan bertingkat, untuk efisiensi bahan pemanas, vakum untuk menghindari
terjadinya reaksi karamelisasi oleh faktor suhu. Untuk itu, perlu diaadakan
pengkajian terhadap efisiensi penggunaan vakum tersebut. Sebab, vakum yang
rendah, menyebabkan titik didih nira menjadi lebih besar sehingga memperbesar
kemungkinan terjadinya reaksi karamelisasi. Tak hanya itu, vakum yang rendah
juga bisa menyebabkan stasiun penguapan menyedot atau membutuhkan banyak
uap /energy untuk menguapkan nira sehingga tercapai beaume 30 -32 0Be. Hal ini
adalah pemborosan uap. Dengan begitu, stasiun ketel akan bekerja lebih berat
daripada seharusnya.

C. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penellitian :

Efisiensi vakum sangat berpengaruh terhadap kinerja stasiun penguapan di PG.


Tasikmadu

8
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Pelaksanaan penelitian dilakukan di PG. Tasikmadu dan Kampus
Politeknik LPP Yogyakarta. Pelaksanaannya direncanakan dalam 2 tahap, yaitu
tahap pertama pengumpulan data sebagai studi literatur dan tahap kedua adalah
tahap pengumpulan serta pengolahan data dari pabrik hingga penelitian berakhir.

Studi literatur dilakukan pada tanggal 15 April sampai dengan 20 Mei 2017.
Sementara, pengumpulan dan pengolahan data, dilakukan pada tanggal 22 Mei
sampai dengan 28 Juli 2017.

B. Diagram Alur Penelitian


Alur penelitian yang akan dilaksanakan:

9
1. Studi Literatur

Studi literatur bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi


yang mendukung dari literatur maupun bahan-bahan penelitian yang
berhubungan dengan evaluasi stasiun penguapan, terutama yang
berhubungan dengan efisiensi penggunaan vakum.

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data dan


informasi yang dibutuhkan dalam mengevaluasi kinerja stasiun penguapan
di Pabrik Gula Tasikmadu. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan 2
macam cara yaitu :

a. Data Primer

Data Primer merupakan data yang didapat langsung dari sumbernya


dan merupakan data asli atau data baru. Metode yang digunakan untuk
mendapatkan data tersebut adalah dengan metode observasi atau
pengamatan secara langsung, Pada proyek ini data primer diperoleh
dari laporan harian, laporan periode, serta hasil wawancara dan diskusi
dengan para karyawan Pabrik Gula Tasikmadu periode Giling Tahun
2017.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data yang didapatkan secara tidak


langsung melalui studi literatur di berbagai referensi, seperti jurnal,
arsip, serta buku-buku yang berkaitan dengan penenlitian.

3. Pengolahan dan Perhitungan Data

Data yang telah dikumpulkan diolah untuk menghitung distribusi


tekanan di stasiun penguapan dan temperature tiap badan penguapan,
jumlah nira dan brix keluar tiapa badan pemananas, neraca massa dan
energi.

10
4. Pembahasan dan Kesimpulan

Penelitian ini membahas dan menyimpulkan apakah kinerja stasiun


penguapan telah bekerja secara efisien jika dilihat dari penggunaan vakum
yang terpasang berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dengan hasil
nyata selama musim giling.

11
BAB IV
JADWAL PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian direncakan dilakukan pada waktu 10 minggu,


terhitung dari tanggal 22 Mei sampai dengan 22 Juli 2017. Adapun barchat
penelitian dapat dilihat pada diagram dibawah ini :

Minggu ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Observasi Lapangan                    
Pengumpulan data (data
hasil analisa maupun
data fisik alat)                    
Analisa Data                    
Koreksi dan Evaluasi
hasil analisa                    
Finishing Laporan
Proyek Akhir                    

12
DAFTAR PUSTAKA

Akbar. 2012. Instrument-Evaporator.


http://akbarcules46.blogspot.co.id/2012/06/instrument-evaporator.html
[26 April 2017].

Anonim, 2016. Pengertian Data Primer dan Sekunder.


http://www.kanalinfo.web.id/2016/10/pengertian-data-primer-dan-data-
sekunder.html diunduh pada tanggal [26 April 2017]

Edye, L.A. and Clarke, M.A. 1995. Sucrose Loss and Color Formation in
Evaporators. ISSCT. pp 238 – 245.

Eggleston, G and Monge, Adrian.2005. Minimization Of Seasonal Sucrose Losses


Across Robert Type Evaporator In Raw Sugar Manufacture By Ph
Optimization. Pp: 6332 – 6339

Eggleston, G; Damms, M; Monge, A and Trevor Endres. 2004.  New Insight On


Sucrose Losses Across Factory Evaporators And Juice And Syrup
Clarifiers. SPRI Conference on Sugar Processing Research, pp : 349 – 369

Honig, P. 1963. Principle of Sugar Technology Vol III.Amsterdam: Elsevier


Publishing Company

Panpae, K, dkk. (2008). Minimization of Sucrose Losses in Sugar Industry by pH


and Temperature Optimization. The Malaysian Journal of Analytical
Science, vol 12 No 3. pp : 513 – 519.

Pratama, Prayoga Indra. 2016. Laporan Prkatek Kerja Lapang III Pengawasan
Proses Pengolahan Gula di PG Krebet Baru Malang Jawa Timur.
Politeknik LPP Yogyakarta: Yogyakarta.

Prianto, AD. 2015. Laporan Praktek Kerja Lapang II Proses Pengolahan Gula di
PG Semboro, PTPN XI. Politeknik LPP Yogyakarta:Yogyakarta.

13
Purchase, B.S. ; Day Lewis, C.M.J. and Schaffler, K.J.1987. A Comparative Study
of Sucrose Degradation in Different Evaporators. Proceeding os SASTA,
pp : 8 – 13.

Rifai, Fathur Rahman. 2013. Penguapan. LPP Yogyakarta: Yogyakarta.

Sartono, J. 1988. Dasar-Dasar Pabrikasi Gula. Lembaga Pendidikan Perkebunan:


Yogyakarta

Schaffler, K.J.; Muzzell, D.J.; Schorn, P.M. 1985. An Evaluation of Sucrose


Inversion and Monosacharide Degradation Across Evaporation at
Darnall Mill. Proceeding SASTA pp : 77 – 78

Wong Sak Hoi, L and Tse Chi Shum, S. 1996. Estimation of Sucrose Inversion in
Evaporators. Proceeding of SASTA. pp : 236 – 240.

14

Anda mungkin juga menyukai