Anda di halaman 1dari 24

Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia II

PENUNTUN PRAKTIKUM
OPERASI TEKNIK KIMIA II

Nama :.............................................................

Stambuk :.............................................................

Kelas/Kelompok :.............................................................

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2016

1
Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia II

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Dengan rahmat Allah SWT, kami mengucapkan puji syukur kehadirat-


Nya atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan
Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia ini dapat diselesaikan.

Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia ini diharapkan dapat


membantu mahasiswa dalam mengikuti kegiatan praktikum pada laboratorium
Operasi Teknik Kimia.

Dengan adanya buku penuntun ini bukan berarti mahasiswa tidak perlu
lagi mencari dan membaca buku-buku lainnya tetapi juga dibutuhkan informasi
dari beberapa referensi demi menambah pengetahuan sehingga mahasiswa dapat
betul-betul mendalami materi dari setiap judul percobaan yang akan dilakukan.

Penyusunan penuntun ini mengacu dari modul yang disusun oleh


perancang alat Laboratorium di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Kami menyadari dalam penyusunan penuntun ini masih terdapat banyak


kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi menyempurnakan penuntun ini dan penuntun-penuntun
selanjutnya.

Semoga penuntun praktikum ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Insya
Allah. Amin ya Rabbal alamin.

Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Makassar, April 2016

Tim Penyusun

Laboratorium Operasi Teknik Kimia

Universitas Muslim Indonesia

2
Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia II

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Dinamika Proses ..............................................................................................4

Ekstraksi Padat-Cair (Leaching) ..................................................................10

Pengeringan (Drying) ....................................................................................15

Destilasi .........................................................................................................20

3
Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia II

PERCOBAAN I

DINAMIKA PROSES

I. Tujuan Percobaan
1. Mengetahui Proses tunak (steady state) dan tak tunak (unsteady state)
dengan menentukan parameter parameter proses dalam sebuah model
matematik
2. Mengerti kelakuan dinamik proses, membangun model suatu proses
sederhana dan mensimulasikan proses tersebut

II. Dasar Teori


Dinamika proses adalah variasi prestasi kerja proses dari waktu ke waktu
sebagai respon terhadap gangguan dan perubahan beban proses.Dasar teori ini
akan ditinjau contoh pemodelan suatu proses sederhanaseperti terlihat pada
gambar yaitu suatu tangki dengan luas penampang tetap (A),diisi dengan air
pada ketinggian awal (ho). Kemudian tangki tersebut dikosongkandengan
cara mengalirkan air melalui lubang kecil (orifice) dibagian dasar
tangkidengan luas penampang orifice (Ao).

Untuk memperjelas situasi perlu ditetapkan simbol simbol berikut ini :


q = Laju alir volume cairan dari tangki, (ft3/detik, liter/detik, m3/detik)
A = Luas penampang tangki, (m2, ft2)
Ao= Luas penampang lubang kecil atau orifice, (m2, cm2, ft2)
ho= Ketinggian cairan pada awal waktu, (cm, m, ft)
h = Ketinggian cairan dalam tangki terhadap perubahan waktu, (ft, m, cm)
= Densitas cairan, (lb/ft3, kg/liter)
t = Waktu, (detik)
Massa cairan yang keluar tangki sama dengan perubahan massa di dalam
Tangki.

4
Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia II

Massa cairan adalah .A.h jadi perubahan massa tersebut adalah


d[ .A.h]/dt.
Perubahan massa dalam tangki = - (laju air massa keluar tangki)
Tanda negatif menyatakan bahwa aliran menghasilkan pengurangan massa
dalam
tangki, dimana dan A adalah tetap (konstanta).

Persamaan (2) adalah satu persamaan yang mempunyai dua variabel


yangtidak diketahui yaitu tinggi cairan, h dan laju alir volume, q. Karena satu
persamaan memiliki dua variabel yang tidak diketahui maka dibutuhkan
satupersamaan lagi yang berhubungan.Cairan dalam tangki dapat mengalir
disebabkan adanya perbedaan tekanandalam tangki yaitu (lebih besar) dari
tekanan luar, sehingga persamaan tersebut : q= q ( p). Penyebab perbedaan
tekanan tersebut adalah ketinggian cairan di dalam tangki, h. Sehingga
besarnya laju alir volume merupakan fungsi dari h. Untukmenyederhanakan
masalah diasumsikan bahwa q = c walaupun hal ini tidakseratus persen benar.
Untuk q = c maka persamaan 2 menjadi :

Untuk memperjelas keadaan ditentukan bahwa t1= 0 pada ho = tinggi cairan


aliran
awal, sedang t2 = disebut t merupakan waktu setiap keadaan, maka :

5
Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia II

Menurut persamaan diatas hubungan antara h dengan waktu t merupakan


persamaan garis lurus dengan intercept = ho dan gradien (slope) = - C /
A.Buktikan dari hasil pengamatan anda (mahasiswa) apakah
hubunganpersamaan (5) diatas merupakan garis lurus pada semua titik atau
hanya beberapatitik awal saja.Pada kenyataan membuktikan bahwa pada h
mencapai nol maka q juganol sehingga persamaan untuk waktu yang lama
adalah q = b h sehinggapersamaan (2) menjadi :

Untuk persamaan (9) didapat bahwa ho= intercept dan b/A adalah
gradien.Persamaan (10) membuktikan bahwa hubungan h terhadap t tidak
linier.

6
Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia II

III. Prosedur Percobaan


Alat yang digunakan
1. Alat Utama

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Dinamika Proses

2. Alat penunjang yang digunakan pada dinamika proses :


a. Gelas Ukur 500 ml
b. Stopwatch

Bahan yang digunakan


Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah air

Cara Kerja

Tangki di isi dengan air sampai overflow, kemudian di catat perubahan


ketinggiaan air dalam tangki setiap 5 detik untuk bukaan 1 tanpa gangguan
sampai dapat mencapai keadaan steady state, setelah steady state diukur laju
alir sebanyak 5 kali pengambilan data. Di beri gangguan bukaan lalu di
catat perubahan ketinggian air dalam tangki tiap 5 detik sampai mencapai

7
Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia II

keadaan steady state, di ukur laju alir sebanyak 5 kali pengambilan data. Kran
input ganguan di tutup, lalu di catat perubahan penurunan air dalam tangki 5
detik sampai air dalam tangki habis.

Prosedur di atas di ulang untuk variasi bukaan 2 tanpa gangguan dan


dengan gangguan bukaan.

IV. Daftar Pustaka

Coughnouwr and Kopel, (1984), Proses System Analisis and Control,


International Student Editions. Stephanosopulus , G.
Tim Laboratorium Instruksional I/II, Modul 1.12 Dinamika Proses,
Bandung : ITB,. Pdf. Diakses tanggal 28 Mei 2013
Tim Penyusun Laboratorium OTK, Modul Dinamika Proses Konduksi,
Bandung : ITB,. Pdf. Diakses tanggal 28 Mei 2013

8
Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia II

TABEL ASISTENSI

NAMA :
STAMBUK :
KELOMPOK :
KELAS :
ASISTEN :
JUDUL PENETAPAN :

NO HARI/TGL URAIAN PARAF KET

Makassar, 20

( )
ASISTEN

9
Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia II

PERCOBAAN II

EKSTRAKSI PADAT CAIR (LEACHING)

I. Tujuan Percobaan
- Untuk mengetahui fraksi NaOH dalam ekstrak dan air secara sistematis.
- Untuk mengetahui fraksi CaCO3 dalam rafinat secara sistematis.

II. Dasar Teori

Leaching adalah peristiwa pelarutan terarah satu atau lebih senyawaan


dari campuran padatan dengan cara mengontakkan dengan pelarut cair. Pelarut
melarutkan sebagian bahan padatan sehingga bahan terlarut yang diinginkan
dapat diperoleh.
Operasi ini sering dijumpai dalam farmasi dan industri, misalnya pada
pemisahan biji emas dan juga biji tembaga dari biji logam, industri perminyakan
didalam proses pada pemisahan minyak bumi serta produk dari bidang farmasi
dan itu berupa akar atau daun tumbuhan.
Metode yang dipergunakan untuk leaching biasanya ditentukan oleh
jumlah konstituen yang akan dilarutkan dan didistribusi konstituen di dalam
solid, sifat solid dan juga ukuran partikelnya. Ekstraksi padat cair (leaching)
merupakan salah satu unit operasi pemisahan tertua yang digunakan untuk
memperoleh komponen zat terlarut dari campurannya dalam padatan dengan
cara mengontakkannya dengan pelarut yang sesuai.
Sebuah contoh ekstraksi yang dapat kita lihat sehari-hari ialah pelarutan
komponen-komponen kopi dengan menggunakan air panas dengan biji kopi
yang telah di bakar atau di giling. Pada ekstraksi tidak terjadi pemisahan segera
dari bahanbahan yang akan di peroleh (ekstrak), melainkan mula-mula hanya
terjadi penggumpalan ekstrak (dalam pelarut).
Cara ini bertujuan mengembangkan ke dalam proses ekstraksi padat
cair yang dilakukan dalam unggun tetap. Tujuan ini dicapai melalui penurunan
model matematika yang disusun berdasarkan teori perkolasi serta percobaan
ekstraksi biji jarak menggunakan pelarut n-heksan di dalam kolom unggun tetap

10
Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia II

untuk menguji model tersebut. Persamaan model memberikan kurva sejarah


konsentrasi yang menggambarkan konsentrasi zat terlarut dalam cairan keluar
kolom terhadap waktu ekstraksi dalam besaran-besaran tak berdimensi. Besaran-
besaran yang divariasikan adalah laju alir pelarut dan tinggi unggun.

III. Prosedur Percobaan

Alat

1. Cawan 10. Erlemeyer 250 ml


2. Pipet volume 10 ml 11. Gelas piala 500 ml
3. Botol semprot 12. Piknometer 25 ml
4. Pengaduk 13. Labu Ukur 500 ml
5. Pipet Tetes 14. Gelas Ukur 250 ml
6. Bulb 15. Buret Asam 50 ml
7. Corong 16. Neraca Ohaus
8. Neraca Analitik 17. Desikator
9. Statif Buret 18. Oven
Bahan

1. Padatan Na2CO3
2. Padatan CaO
3. H2O
4. Larutan HCl 0,5 N
5. Indikator PP
6. Kertas Saring

Cara Kerja

Percobaan dapat dilakukan dengan untuk berbagai pasangan zat


terlarut inert-pelarut, tetapi dalam petunjuk ini dapat diuraikan penyeduhan
untuk memisahkan NaOH dari campurannya dengan CaCO3 yang
kandungannya diperoleh dengan reaksi kostitasi antara Na2CO3 dan Ca(OH)2.

11
Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia II

Dalam Percobaan ini pertama-tama yang dilakukan pada stage 1 adalah


mengontakkan antara pelarut (air) sebanyak 400 ml dan bahan padatan CaO
sebanyak 15,0076 gr dan Na2CO3 sebanyak 28,0345 gr lalu dilakukan
pengadukkan dalam jangka waktu 7 menit sehingga dianggap telah homogen
setelah itu didekantasi (didiamkan) dengan selang waktu 7 menit sehingga
campuran terbentuk menjadi dua bagian yaitu ekstrak dan rafinat selanjutnya
dipisahkan. Diukur berat rafinat dan volume ekstrak. Diambil 10 ml sampel
ekstrak untuk dititrasi dengan 0,5 M HCl dan ditambahkan indikator PP untuk
menentukan konsentrasi NaOH dalam ekstrak. Diambil sampel rafinat lalu
diukur berat rafinat total kemudian ditimbang berat rafinat basah, lalu
dimasukkan kedalam oven seama 15 menit setelah itu didinginkan di dalam
desikator selama 5 menit, kemudian ditimbang berat rafinat kering untuk
menentukan fraksi CaCO3 dalam rafinat. Rafinat pada stage 1 digunakan
kembali pada stage 2 dengan ditambahkan pelarut (air) 400 ml, kemudian
diaduk dan didekantasi dengan cara yang sama. Diukur berat rafinat dan
volume ekstrak. Diambil 10 sampel untuk di titrasi kemudian menentukan
konsentrasi NaOH dalam ekstrak. Rafinat pada stage 2 digunakan kembali
pada stage 4 dengan menambahkan pelarut. Dengan perlakuan yang sama
seperti pada stage 1. Pada stage 3 ditimbang kembali padatan CaO sebanyak
15,0076 gr dan Na2CO3 sebanyak 28,0345 gr kemudian dengan perlakuan
yang sama pada stage 1. Hasil ekstrak pada stage 4 digunakan kembali pada
stage 5 dengan menggunakan rafinat pada stage 3. Dilakukan perlakuan yang
sama pada 5 seperti pada stage 4. Proses pengadukan dan dekantasi dilakukan
dengan selang waktu 7 menit. Diukur berat rafinat dan volume ekstrak.
Diambil sampel 10 ml untuk dititrasi dengan 0,5 M HCl ditambahkan
indikator PP untuk menetralkan konsentrasi NaOH dalam ekstrak. Diambil
sampel rafinat lalu diukur berat rafinat basah dan berat rafinat kering untuk
menentukan fraksi CaCO3 dalam rafinat.

12
Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia II

IV. Daftar Pustaka

Gozan, Misri. 2006. Absorpsi, Leaching, dan Ekstraksi pada Industri Kimia.
Universitas Indonesia: Depok

Tim Penyusun, (2013), Buku Penuntun Praktikum OTK II, Universitas


Muslim Indonesia, Makassar Tahun 2013

Warren L, Mc Cabe, Julian C Smith, (1990), Operasi Teknik Kimia II,


Erlangga

13
Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia II

TABEL ASISTENSI

NAMA :
STAMBUK :
KELOMPOK :
KELAS :
ASISTEN :
JUDUL PENETAPAN :

NO HARI/TGL URAIAN PARAF KET

Makassar, 20

( )
ASISTEN

14
Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia II

PERCOBAAN KE III

DESTILASI

I. Tujuan Percobaan
Tujuan praktikum ini adalah agar praktikan mempelajari operasi
pemisahancampuran biner dengan metoda distilasi batch. Yaitu:
1. Menentukan karakteristik kolom fraksionasi: jumlah tahap
kesetimbangan teoretis, HETP, refluks minimum.
2. Menentukan volatilitas realtif campuran biner
3. Menentukan efiseiensi pemisahan.

II. Dasar Teori

Kolom distilasi adalah sarana melaksanakan operasi pemisahan


komponen-komponendari campuran fasa cair, khususnya yang mempunyai
perbedaan titik didih dantekanan uap yang cukup besar. Perbedaan tekanan
uap tersebut akan menyebabkan fasauap yang ada dalam kesetimbangan
dengan fasa cairnya mempunyai komposisi yangperbedaannya cukup
signifikan. Fasa uap mengandung lebih banyak komponen yangmemiliki
tekanan uap rendah, sedangkan fasa cair lebih benyak menggandung
komponenyang memiliki tekanan uap tinggi.
Kolom distilasi dapat berfungsi sebagai sarana pemisahan karena
system perangkat sebuah kolom distilasi memiliki bagaian-bagian proses
yang memiliki fungsi-fungsi:
1. menguapkan campuran fasa cair (terjadi di reboiler)
2. mempertemukan fasa cair dan fasa uap yang berbeda komposisinya
(terjadi di kolom distilasi)
3. mengondensasikan fasa uap (terjadi di kondensor)
Konsep pemisahan dengan cara distilasi merupakan sintesa pengetahuan
dan peristiwa-peristiwa:
1. kesetimbangan fasa
2. perpindahan massa

15
Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia II

3. perpindahan panas
4. perubahan fasa akibat pemanasan (penguapan)
5. perpindahan momentum
Konsep pemisahan secara distilasi tersebut dan konsep konstruksi heat
exchanger serta konstruksi sistem pengontak fasa uap-cair disintesakan,
menghasilkan system pemroses distilasi yang tersusun menjadi integrasi
bagian-bagian yang memiliki fungsi berbeda-beda.
Distilasi adalah sistem perpindahan yang memanfaatkan
perpindahan massa.Masalah perpindahan massa dapat diselesaikan dengan
dua cara yang berbeda. Pertamadengan menggunakan konsep tahapan
kesetimbangan (equilibrium stage) dan kedua atasdasar proses laju difusi
(difusional forces).Distilasi dilaksanakan dengan rangakaian alatberupa
kolom/menara yang terdiri dari piring (plate tower/tray) sehingga
denganpemanasan komponen dapat menguap, terkondensasi, dan
dipisahkan secara bertahapberdasarkan tekanan uap/titik didihnya. Proses
ini memerlukan perhitungan tahapkesetimbangan.
Batas perpindahan fase tercapai apabila kedua fasa mencapai
kesetimbangan danperpindahan makroskopik terhenti. Pada proses
komersial yang dituntut memiliki lajuproduksi besar, terjadinya
kesetimbangan harus dihindari. Distilasi pada satu tahapannyamemisahkan
dua komponen, yang terdapat dalam 2 fasa, sehingga derat kebebasannya 2.
Faktor-faktor penting dalam merancang dan mengoperasikan
kolom distilasiadalah jumlah tray yang diperlukan untuk mendapatkan
pemisahan yang dikehendaki,diameter kolom, kalor yang dikonsumsi
dalam pendidih, dan rincian konstruksi tray.Sesuai dengan asas-asas
umum, analisis unjuk kerja kolom distilasi tray didasarkan padaneraca
massa, neraca energi, dan kesetimbangan fasa.Kolom diumpani dengan F
(mol/jam) umpan yang berkonsentrasi xf, danmenghasilkan D (mol/jam)
distilat yang berkonsentrasi xd dan produk bawah yangberkonsentrasi xb.
Ada 2 neraca massa yang penting:
Neraca massa total:

16
Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia II

F = D + B (1)
Neraca komponen:
F.xf = D.xd + B.xb (2)

III. Prosedur Percobaan


Satu set perangkat modul distilasi yang terdiri dari:
a. labu didih (dilengkapi termometer dan alat pengambil sampel),
b. pemanas listrik (untuk labu didih),
c. Heating Mantle
d. kolom fraksionasi batch (kolom yang dipakai adalah tipe vigreux
yang dilengkapi dengan selubung pemanas listrik yang dapat diatur
dengan menggunakan pengatur tegangan listrik),
e. kondensor,
f. pengatur dan pembagi refluks,
g. penampung distilat

Gambar 11 Skema alat percobaan Modul Distilasi

Alat-alat pendukung:
1. Refraktometer

17
Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia II

2. Piknometer
3. Termometer
4. Stopwatch
5. Gelas ukur
6. Pipet ukur
7. Timbangan/ neraca
Bahan/ Zat Kimia
1. Solven organik seperti etanol, metanol, aseton
2. Aquadest

Cara Kerja
a. Kalibrasi refraktometer untuk menentukan hubungan antara komposisi
cairan biner terhadap indeks biasnya
b. Susun tata kerja untuk melakukan operasi distilasi dengan refluks total dan
rerfluks parsial
c. Catat data yang diperlukan guna menyelesaikan tugas yang diberikan

IV. Daftar Pustaka

Hanley, and Seader, Equilibrium Separation Operations in Chemical


Engineering, John Wiley and Sons, 1981, Chapter 9
Mc Cabe, W.L., Unit Operation of Chemical Engineering, 3rd Edition,
McGraw-Hill Book Co., New York, 1978, Chapter 19
McKetta, J.J., Unit Operations Handbook, Vol.1, Marcell Dekker, 1993,
Chapter 6
Perry, R., Green, D.W., and Maloney, J.O., Perrys Chemical Engineers
Handbook, 6th Edition, McGraw-Hill, Japan, 1984
Treybal, R.E., Mass Transfer Operations, McGraw-Hill, 1981 Chapter 9

18
Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia II

TABEL ASISTENSI

NAMA :
STAMBUK :
KELOMPOK :
KELAS :
ASISTEN :
JUDUL PENETAPAN :

NO HARI/TGL URAIAN PARAF KET

Makassar, 20

( )
ASISTEN

19
Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia II

PERCOBAAN IV

PENGERINGAN (DRYING)

I. Tujuan Percobaan
- Membuat grafik hubungan kecepatan pengeringan (N) dengan
kandungan H2O dalam padatan (x).
- Mengevaluasi nilai koefisien massa transfer massa uap H2O dari
permukaan padatan ke udara.

II. Dasar Teori


Pengeringan zat padat adalah pemisahan sejumlah kecil air atau zat
cair dari bahan sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat
padat itu sampai suatu nilai rendah yang dapat diterima. Pengeringan
biasanya merupakan langkah terakhir dari sederetan operasi dan hasil
pengeringan biasanya merupakan langkah terakhir dari sederetan operasi,
dan hasil pengeringan biasanya siap dikemas.
Proses pengeringan pada prinsipnya menyangkut proses pindah
panas dan pindah massa yang terjadi secara bersamaan (simultan). Proses
perpindahan panas yang terjadi adalah dengan cara konveksi serta
perpindahan panas secara konduksi dan radiasi tetap terjadi dalam jumlah
yang relative kecil. Pertama-tama panas harus ditransfer dari medium
pemanas ke bahan. Selanjutnya setelah terjadi penguapan air, uap air yang
terbentuk harus dipindahkan melalui struktur bahan ke medium sekitarnya.
Proses ini akan menyangkut aliran fluida dengan cairan harus di transfer
melalui struktur bahan selama proses pengeringan berlangsung. Panas
harus disediakan untuk menguapkan air dan air harus mendifusi melalui
berbagai macam tahanan agar dapat lepas dari bahan dan berbentuk uap air
yang bebas. Lama proses pengeringan tergantung pada bahan yang
dikeringkan dan cara pemanasan yang digunakan.
Pada pengeringan secara batch, misal pada tray dryer, bahan padat
basah dikontakkan dengan udara yang suhu dan kelembaban udaranya
tetap. Akibat penguapan cairan (misal air) maka kandungan cairan pada

20
Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia II

bahan padat (x, g air/ g padatan bebas air) berkurang dengan


bertambahnya waktu , kecepatan pengeringan (N, g air/waktu/luas)
dipengaruhi oleh kondisi udara pengering dan kandungan air tersisa dalam
padatan (x). Jika kondisi udara pengering tetap, maka kecepatan
pengeringan tergantung kandungan air dalam padatan, pada umumnya ada
4 periode pengeringan pada grafik hubungan N dan x.

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah


sebagai berikut:

1. Air bergerak melalui tekanan kapiler.

2. Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap


bagian bahan.

3. Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh absorpsi dari lapisan-


lapisan permukaan komponen padatan dari bahan.

4. Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan tekanan


uap.

III. Prosedur Percobaan


Alat

1. Alat Drying
2. Eksikator
3. Oven
4. Neraca Analitik
Bahan

- Sample (Buah)
Cara Kerja

Pertama-tama dilakukan kalibrasi udara dengan skala 2, 3, dan skala 4.


Kemudian diukur laju alir udara sebanyak 3 kali dengan menggunakan

21
Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia II

anemometer pada tiap skala. Setelah itu diambil buah melon dan dipotong
dengan ukuran panjang : 2 cm, lebar : 2 cm, dan tebal : 0,5 cm sebanyak 11
keping. Kemudian pemanas dinyalakan sampai mencapai suhu 40oC. Setelah
panasnya konstan, buah melon yang sudah dipotong ssebanyak 10 keping
dimasukkan ke dalam tray dryer lalu beratnya dicatat, kemudian dilakukan
pengamatan tiap selang waktu 20 menit dan setiap selang waktu tersebut berat
bahan dalam tray dryer dicatat dan dilakukan pengamatan sampai beratnya
konstan.

Untuk proses pengovenan pada buah melon yang dipotong dengan


ukuran 2 x 2 x 0,5 cm. Ditimbang beratnya, kemudian dipanaskan di oven
pada suhu 100 oC tiap selang waktu 20 menit ditimbang sampai berat bahan
konstan.

IV. Daftar Pustaka

Herman Ely. (2011). Proses Pengeringan

Septiadi Ady. (2009). Drum Dryer

Tim Laboratorium Instruksional I/II. Modul 2.02 Pengeringan 2.


Bandung : ITB,. Pdf. Diakses tanggal 22 Juni 2013

22
Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia II

TABEL ASISTENSI

NAMA :
STAMBUK :
KELOMPOK :
KELAS :
ASISTEN :
JUDUL PENETAPAN :

NO HARI/TGL URAIAN PARAF KET

Makassar, 20

( )
ASISTEN

23
Penuntun Praktikum Operasi Teknik Kimia II

24

Anda mungkin juga menyukai