Disusun oleh:
Martinah 11194761920099
Razmi 11194761920118
FAKULTAS KESEHATAN
BANJARMASIN
2019
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................3
A. Latar Belakang...................................................................................................3
B. Tujuan Praktikum...............................................................................................4
BAB V KESIMPULAN..............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembuatan tablet dipengaruhi oleh granul yang menyusunnya.
Kerusakan pada tablet sering menjadi hal yang tidak baik untuk terlihat
konsumen, hal ini menyebabkan sebelum terjun dalam pemasaran, granul dan
tablet yang diproduksi dalam industri harus dilakukan evaluasi terlebih
dahulu.
Pengeringan adalah proses penurunan kadar air bahan sampai
mencapai kadar air tertentu sehingga dapat memperlambat laju kerusakan
produk akibat aktivitas biologi dan kimia. Pengeringan pada dasarnya
merupakan proses pemindahan energi yang digunakan untuk menguapkan air
yang berada dalam bahan, sehingga mencapai kadar air tententu agar
memperlambat kerusakan bahan. Kelembaban udara ruang pengering harus
memenuhi syarat kelembaban udara yang diperlukan untuk pengeringan.
(Daud, 2004).
Hasil dari proses pengeringan adalah bahan kering yang mempunyai
kadar air setara dengan kadar air keseimbangan udara normal atau setara
dengan nilai aktivitas air yang aman dari kerusakan mikrobiologis, enzimatis
dan kimiawi. Proses pengeringan suatu material padatan dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain luas permukaan kontak antara padatan dengan
fluida panas, perbedaan temperatur antara padatan dengan fluida panas,
kecepatan aliran fluida panas serta tekanan udara. Proses ini akan menyangkut
aliran fluida dengan cairan harus disediakan untuk menguapkan air dan air
harus mendifusi melalui berbagai macam tahanan agar dapat lepas dari bahan
dan berbentuk uap air yang bebas. Lama proses pengeringan tergantung pada
bahan yang dikeringkan dan cara pemanasan yang digunakan. (Hartuti dan
Sinaga, 1997)
Tujuan dilakukannya proses pengeringan adalah untuk memudahkan
penanganan selanjutnya, mengurangi biaya transportasi dan pengemasan,
mengawetkan bahan, meningkatkan nilai guna suatu bahan atau agar dapat
memberikan hasil yang baik. Meskipun demikian ada kerugian yang
ditimbulkan selama pengeringan yaitu terjadinya perubahan sifat fisika dan
kimiawi bahan serta terjadinya penurunan mutu bahan.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan percobaan ini untuk mengetahui proses perubahan kandungan air dan
granul akibat perlakuan panas selama proses pengeringan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori
Pengeringan merupakan operasi pengurangan kadar air bahan padat
sampai batas tertentusehingga bahan tersebut bebas terhadap serangan
mikroorganisme, enzim, dan insekta yang merusak. Secara lebih luas,
pengeringan merupakan proses yang terjadi secara simultan(serempak) antara
perpindahan panas dari udara pengeringan ke bahan yang dikeringkan dan
terjadi penguapan uap air dari bahan yang dikeringkan. Pengeringan dapat
terjadi karena adanya perbedaan kelembapan (humidity) antara udara kering
dengan bahan yang dikeringkan (Wirakartakusumah, 1992).
Pengeringan adalah pemisahan air dari bahan yang mengandung air
dalam jumlah kecil dengan mengalirkan udara melalui bahan. Pengeringan
adalah mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan
pangandengan cara menguapkan sebagian air yang terkandung dalam bahan
pangandengan menggunakan energi panas. Penghilangan kadar air dengan
tingkat kadar air yang sangat rendah mendekati kondisi “bone dry”(Rohanah,
A. 2006)
Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air sampai batas
perkembangan mikroorganismedan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan
pembusukan terhambat atau terhenti. Dengan demikian bahan yang
dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lama. Kemampuan udara
membawa uap air keluar dipengaruhi oleh kelembapan relatif (RH).
Laju pengeringan ada 2 macam :
METODE PRAKTIKUM
B. Formulasi
1. Saccharum lactis 25 gr
2. Amilum pro tablet 25 gr
3. Musilgo amili 10 % 2,5 g
C. Prosedur Kerja
BAB IV
* Catatan
m = menit
h = hari
MC15
1. MC15 = = 4,44%
2. MC30 = = 7,33%
3. MC45 = = 7,14%
4. MC60 = = 5,98%
5. MC90 = = 5,98%
6. MC4 hari = = 0%
e. Kurva Laju Pengeringan
A. Pembahasan
Percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui proses perubahan kandungan
air dalam granul akibat perlakuan panas selama proses pengeringan. Pengeringan
yaitu penghilangan zat cair volatil yang terkandung dalam bahan atau granul
dengan pemanasan.
Pada proses pengeringan terjadi perpindahan panas dan perpindahan massa.
Panas dari oven masuk ke dalam partikel granul. Sedangkan perpindahan massa
berupa difusi air dari dalam solid ke permukaan granul, kemudian diikuti proses
penguapan atau evaporasi air dari permukaan garanul ke luar udara bebas.
Pengeringan ini dimaksudkan untuk mengurangi kandungan air dalam granul,
melindungi dari pengaruh mikroorganisme, memperkecil volume serbuk dan juga
memudahkan pulverisasi sehingga akan meningkatkan fluiditasnya. Pada
percobaan ini digunakan alat antara lain 6 petri berat granul yang dimasukkan ke
dalam setiap piring petri sama.
Pada percobaan ini juga dilakukan dengan cara metode granulasi basah (wet
granulation) dimana dilakukan pencampuran bahan pengisi dan dengan bahan
pengikat sampai terjadi masa granul yang baik. Bahan – bahan yang digunakan
adalah saccharum lactis 25 gram berfungsi sebagai pengisi yang digunakan untuk
memperbesar volume tablet lalu di campur dengan amilum pro tablet 25 gram
sebagai pengikat lalu ditambah mucilgo yang berfungsi sebagai pembasah dan
dibuat dengan menambahkan PGA 10% 2,5 gr dan 25 ml aquadest lalu di ambil
15 ml dan ditambahkan sedikit demi sedikit sampai terbentuk massa yang kental
dan bening. PGA 10% disini sebagai pengikat supaya didapatkan granul yang
tidak mudah retak dan pecah. Penambahan mucilago dilakukan sedikit demi
sedikit karena jika terlalu banyak akan menyebabkan lembek. Maksud dari
penambahan mucilago adalah agar kelembabannya tinggi yang dapat
menyebabkan luas kontak permukaan naik sehingga ikatan antar partikel kuat dan
terbentuk jembatan cair.
Setelah terjadi masa granul yang baik kemudian diayak dengan ayakan no.44
mesh. Langkah selanjutnya adalah menimbang petri kosong beserta tanpa tutup.
Pada saat penimbangan petri harus dalam keadaan kering agar berat yang didapat
adalah berat yang sebenarnya tanpa ada pengaruh faktor lain. Kemudian
ditimbang granul basah yang sudah jadi granul lalu dibagi menjadi enam kali dan
menghasilkan granul sebanyak 39,72 g artinya setiap piring petri mengandung
6,62 g granul basah. Tujuan dilakukan enam kali adalah untuk mengetahui
perubahan berat granul setelah dikeringkan dengan lama waktu yang berbeda-
beda. Setelah itu keenam petri dimasukkan dalam oven pada suhu 60 C. Dengan
tujuan agar air yang menguap dari granul dalam petri dapat tertarik oleh panas
dari oven dan untuk menghindari granul agar tidak rusak dan berjamur. Pada
pengeringan suhu harus dijaga, karena jika suhu terlalu tinggi akan berpenggaruh
terhadap gaya elektrostatistik antar partikel granul dan bila suhu terlalu rendah
maka laju pengeringan terlalu lama.
Setelah waktu 15 menit, 30 menit, 45 menit, 60 menit, 90 menit dan empat
hari. Piring petri dikeluarkan dari oven kemudian ditimbang. Berat granul selama
empat hari digunakan sebagai bobot konstan dan dicatat sebagai berat granul
kering. Laju pengeringan suatu granul dapat diketahui dengan meletakkan bahan
yang telah dikeringkan diatas timbangan kemudian mengamati perubahan berat
granul yang terjadi selama proses pengeringan berlangsung. Gambaran laju
pengeringan diperoleh dengan menghitung nilai kandungan lembab MC (moisture
content) sebagai fungsi waktu pengeringan kemudian dibuat kurvanya. Dengan
rumus MC yaitu berat air dalam cuplikan serbuk untuk setiap berat cuplikan
kering dikalikan 100% didapatkan hasil Pada praktikum yang kami kerjakan kami
mendapatkan hasil setelah pengeringan pada menit ke 15 berat granul= 5,41 g dan
MC15= 4,44%, menit ke 30 berat granul= 5,56 g dan MC30= 7,33%, menit ke 45
berat granul=5,55 g dan MC45= 7,14%, menit ke 60 berat granul= 5,49 g dan
MC60= 5,98%, menit ke 90 berat granul= 5,49 g dan MC 90= 5,98% dan dengan
waktu 4 hari mendapatkan berat granul= 5,18 g dan MC4h= 0%.
Semakin granul itu kering maka nilai MC atau kandungan lembab granul
tersebut kecil. Menurut teori semakin lama pengeringan maka kandungan air yang
terkandung dalam granul semakin sedikit dan harga MC yang didapat semakin
kecil pula. Pada proses pengeringan terjadi 5 tahap yaitu tahap awal, tahap laju
konstan, tahap laju penurunan pertama, laju penurunan kedua dan kandungan
lembab seimbang. Pada tahap awal zat padat yang basah berada pada temperatur
yang tinggi yang kemudian perlahan-lahan menjadi dingin. Pada tahap lembab
seimbang yang menguap dari permukaan digantikan oleh air yang berdifusi dari
bagian dalam zat padat pada laju yang sama dengan laju penguapan. Pada tahap
penurunan pertama jumlah dan daerah bintik-bintik kering terus tumbuh, dan laju
pengeringan turun teratur. Pada tahap penurunan kedua laju pengeringan turun
lebih cepat dari penurunan laju penurunan pertama. Pada tahap lembab seimbang
terjadi keseimbangan kelembaban, dan zat padat berada dalam kesetimbangan
dengan sekelilingnya yaitu temperatur dan kandungan lembab tetap konstan.
Pengeringan lebih lanjut setelah tahap ini hanya membuang waktu dan energi.
Pada kurva hubungan antara MC dengan T. (Shanmugam, 2015)
Dari data yang kami dapatkan setelah pengujian kami mendapatkan hasil yang
sesuai dengan teori bahwa semakin lama atau panjang waktu pengeringan
semakin menurun pula berat dan kandungan lembab (MC) pada granul. Hal
tersebut dapat terjadi karena selama proses pengeringan, kandungan air yang ada
dalam partikel granul menguap karena mempunyai sifat yang higroskopis yaitu
kemampuan untuk menarik air dalam uap atau cairan sehingga terjadinya
perpindahan masa yang disebabkan oleh berdifusinya air ke permukaan akibat
pemanasan dalam waktu yang cukup lama, hanya saja pada menit ke 15 hasil
yang didapatkan tidak sesuai hal ini terjadi karena pada saat stopwatch dijalankan
suhu yang didalam oven belum mencapai 60 C.
BAB V
KESIMPULAN
Sumatera Utara.
Wirakartakusumah, M.A., K. Abdullah, A.M. Syarief. 1992. Sifat Fisik Pangan. PAU
Pangan Gizi IPB, Bogor. Hal: 26-31.
Voigt, R. 1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V. diterjemahkan oleh S.N.
Soewandi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Jawaban pertanyaan.