Anda di halaman 1dari 98

BAB IV

TEORI DASAR

4.1. Operasi Pemboran


Pemboran adalah suatu kegiatan atau pekerjaan membuat lubang sumur
dengan diameter dan kedalaman yang sudah ditentukan untuk membuktikan ada
atau tidaknya hidrokarbon. Dalam pembuatan lubang untuk mencapai kedalaman
tertentu tersebut, yang harus diperhatikan adalah mempertahankan ukuran
diameter lubang. Pekerjaan terpenting yang lain adalah membawa serpihan batuan
(cutting) ke permukaan. Dalam dunia perminyakan kegiatan pemboran sangat
kompleks, dimana dalam kegiatan pemboran mempunyai dua buah parameter
yaitu :
a. Parameter Yang Tidak Dapat Diubah
Parameter ini tidak dapat diubah dalam kegiatan pemboran karena
berhubungan dengan kondisi fisik dari lokasi pemboran tersebut, sehingga
kita harus menyesuaikan. Parameter ini meliputi :
 Kondisi formasi, yang meliputi tekanan dan temperature suatu formasi.
 Sifat dan jenis formasi
b. Parameter Yang Dapat Diubah
Dimana parameter ini dapat diubah–ubah sesuai dengan formasinya atau
sesuai dengan keefektifan kegiatan pemboran. Parameter ini meliputi :
 Rate of Penetration.
 Weight on Bit.
Kegiatan pemboran dalam dunia perminyakan meliputi :
 Penambahan kedalaman.
 Mempertahankan diameter lubang bor.
 Mengangkat hasil pemboran kepermukaan.
Dalam pemboran yang harus benar–benar kita perhatikan adalah
effisiensinya, karena hal tersebut menyangkut faktor pembiayaan. Dalam bab ini
akan dibahas tentang perencanaan material–material dalam pemboran.

107
108

4.2. Perencanaan Pemboran


Untuk mendapatkan effisiensi yang besar dan hasil yang optimum, perlu
adanya perencanaan yang sangat matang dan cermat dalam suatu kegiatan
pemboran. Perencanaan yang dimaksud meliputi perencanaan peralatan pemboran
yang akan digunakan, perencanaan system lumpur dan hidrolikanya, perencanaan
casing, perencanaan penyemenan dan lain sebagainya.

4.3. Sistem Pemboran


Pada operasi pemboran, biasanya peralatan yang dipakai dibagi ke dalam
beberapa sistem. Pembagian system–system yang umum dilakukan oleh orang-
orang di industri perminyakan adalah sebagai berikut :
1. Sistem tenaga (Power System)
2. Sistem pengangkat (Hoisting System)
3. Sistem pemutar (Rotating System)
4. Sistem sirkulasi (Circulating System)
5. Sistem pencegah sembur liar (BOP System)
Sistem–sistem di atas mempunyai hubungan yang erat antara yang satu dengan
lainnya. Sistem–sistem tersebut saling tergantung satu dengan lainnya.

Gambar 4.1. Sistem Pemboran26)


109

4.3.1. Sistem Tenaga (Power System)


Sebagian besar sistem tenaga dibutuhkan pada dua sistem utama
pemboran yaitu untuk pengangkatan (hoisting system) dan sirkulasi lumpur
pemboran (circulation system), selain itu juga digunakan untuk sistem
penerangan disekitar lokasi pemboran. Total tenaga yang dibutuhkan pada
sebuah rig pemboran secara umum berkisar dari 1000 – 3000 HP untuk
driling dan 350 - 500 HP untuk work over. Rig modern sumber
penggeraknya biasanya berasal dari internal–combustion diesel–engine
dan secara umum diklasifikasikan menjadi :
1. Diesel–electric type
2. Direct–drive type
Penggunaannya Tergantung dari metode yang digunakan untuk
mentransmisikan daya tersebut ke berbagai sistem dalam rig.

Gambar 4.2. Skema Sistem Tenaga18)


Sebuah rig, tergantung ukurannya, integritas sistem, dan total
kedalaman yang dapat dibor akan memiliki satu atau lebih prime mover.
Rig besar memiliki tiga atau empat prime mover yang dirangkai menjadi
satu dan disebut engine generator packages yang dapat membangkitkan
sekitar 3000 atau lebih horsepower  kemudian dikirimkan ke bagian
110

komponen rig yang lain untuk keperluan operasional. Sistem tenaga dalam
suatu operasi pemboran terdiri dari dua subkomponen utama, yaitu :

4.3.1.1. Power Supply Equipment


Tenaga yang dibutuhkan pada suatu operasi pemboran
dihasilkan oleh mesin-mesin besar, yang dikenal dengan “prime
mover unit” (penggerak utama). Proses pembangkitan listrik di rig
menggunakan mesin internal combustion diesel sebagai sumber
tenaga utama atau prime mover. Pada mesin ini, panas kompresi
memanaskan campuran antara bahan bakar dan udara di dalam
mesin.

Gambar 4.3. Prime Mover18)


Letak prime mover tergantung dari beberapa faktor :
 Sistem tranmisi yang digunakan.
 Ruang yang tersedia, dsb.
Beberapa letak prime mover adalah :
 Di bawah rig.
 Di atas lantai bor.
 Di samping atau di sisi rig, baik di atas tanah
maupun di atas lantai bor pada struktur yang
terpisah.
 Jauh dari rig.
111

Jumlah unit mesin yang diperlukan :


 Dua atau tiga, pada umumnya operasi pemboran
memerlukan dua atau tiga mesin.
 Empat, untuk pemboran yang lebih dalam
memerlukan tenaga yang lebih besar sehingga mesin
yang diperlukan dapat mencapai empat mesin.
Jenis mesin yang digunakan :
 Diesel (compression) engines.
 Gas (spark ignition) engines.

4.3.1.2 Distribution (Transmission) Equipment


Berfungsi untuk meneruskan atau menyalurkan tenaga dari
penggerak utama, yang diperlukan untuk suatu operasi pemboran.
Sistim distribusi (transmisi) yang biasa digunakan ada dua macam,
yaitu sistim transmisi mekanis dan sistim transmisi listrik (electric).
Rig tidak akan berfungsi dengan baik bila distribusi tenaga yang
diperoleh tidak mencukupi. Oleh sebab itu diusahakan tenaga yang
hilang karena adanya transmisi atau distribusi tersebut dikurangi
sekecil mungkin, sehingga kerja mesin akan lebih efisien.
Rig dapat berfungsi dengan baik bila distribusi tenaga yang
didistribusikan dapat mencukupi semua kebutuhan tenaga yang
dibutuhkan. Sebagian besar tenaga yang dihasilkan didistribusikan
ke drawwork, rotary table, dan mud pump. Disamping itu perlu
untuk penerangan, rig instrument (driller’s console), serta air
conditioners. Tenaga transmisi dihasilkan oleh satu mesin atau lebih
dan harus diteruskan ke komponen utama rig yaitu hoisting system
, rotatry system dan circulation system. Sistem-sistem di atas dapat
ditunjukkan pada Tabel IV.1 dihalaman selanjutnya. Sistem
transmisi yang digunakan untuk distribusi tenaga dalam suatu
operasi pemboran ada dua jenis yaitu sistem mekanik (mechanical
112

power transmission) dan sistem listrik (electrical power


transmission).

Tabel IV.1. Sistem Utama Komponen Yang


Membutuhkan Tenaga18)
Sistem Utama Komponen

Hoisting System Drawwork, Driller Console dsb

Rotating System Rotary table


Circulating Mud Pump, Centrifugal Pump,
System Degasse dsb

1. Mechanical Transmission
Metode yang ditemukan pada sebagian besar rig kecil atau rig
model lama. Tenaga yang dihasilkan ditransmisikan melalui
serangkaian belts, chains, pulley, sockets, hydraulic couplings,
torque conventers dan gears. Rangkain chain dan pulley ini dikenal
sebagai compound karena menghubungkan beberapa mesin bersama-
sama sehingga mesin-mesin tersebut dapat digunakan sekaligus.
Compound selanjutnya mengirimkan tenaga melalui chain drive
tambahan ke hoisting dan lifting equipment.

Gambar 4.4. Sistem Transmisi Mekanis25)


113

Dalam proses distribusi tenaga dengan menggunakan sistem


transmisi mekanik, maka tenaga yang dihasilkan oleh mesin
diteruskan secara mekanis. Proses transmisi yang terjadi adalah
sebagai berikut :
 Tenaga yang dihasilkan oleh Prime Mover harus
diteruskan dan dihubungkan bersama-sama dengan
mesin-mesin yang lain untuk mendapatkan tenaga yang
diinginkan. Hal ini dilakukan dengan hidraulic coupling
(torque converter) yang dihubungkan bersama-sama.
 Tenaga ini kemudian diteruskan melalui elaborate
sproket chain linking (sistem rantai) yang secara fisik
mendistribusikan tenaga ke unit-unit yang membutuhkan
tenaga. Sistem ini sekarang banyak digantikan oleh
tenaga listrik.
2. Electrical Transmission
Metode yang banyak digunakan saat ini. Mesin diesel, pada
rig darat terletak pada ground level beberapa jauh dari rig,
mengontrol alternators besar. Alternator memproduksi listrik
tegangan AC yang dikirimkan melalui kabel ke electric switch dan
control gear. Dari sini, sebagian besar diubah menjadi listrik
tegangan DC kemudian dikirimkan melalui kabel ke electric motor
yang terpasang langsung pada peralatan operasional. dan chain drive.
Juga, mesinnya bisa ditempatkan jauh dari rig floor sehingga suara
bising mesin berkurang. 
114

Gambar 4.5. Sistem Transmisi Elektrik25)


Tenaga listrik yang biasa digunakan dihasilkan dari tenaga
diesel (diesel electrik). Pada sistem transimisi dengan diesel listrik,
mesin diesel digunakan tenaga listrik dari generator listrik yang di
depan block. Generator menghasilkan arus listrik, yang kemudian
dialirkan melalui kabel ke suatu “control unit”. Dari unit pengontrol
tersebut tenaga listrik diteruskan melalui kabel tambahan ke motor
listrik yang langsung dihubungkan ke sistem peralatan yang
membutuhkan tenaga listrik .
Keuntungan distribusi tenaga dengan menggunakan electric power
transmission antara lain adalah :
 Lebih fleksibel, terutama mengenai peletakan.
 Tidak memerlukan rantai (sabuk) penghubung.
 Bentuknya lebih kompak dan portable.
Untuk menentukan spesifikasi sistem tenaga yang sesuai
dengan kebutuhan diperlukan perhitungan-perhitungan yang sesuai
dengan fungsi-fungsi diatas, sebagai berikut :
a. Menghitung keperluan tenaga untuk fungsi angkat
Tenaga dari fungsi angkat dari motor melalui
transmisi, drawwork, drilling cable dan sistem takel yang
terdiri dari crown block dan travelling block diteruskan ke
rangkaian pipa bor.
Maka, rendemen total antara motor dan hook :
115

 Conventiser : 0,7 - 0,8


 Transmisi : 0,88
 Drawwork : 0,90
 Takel : 0,87 untuk 8 kabel ; 0,85 untuk 10 kabel
Sehingga, rendemen total untuk 10 kabel adalah :
0,75 x 0,88 x 0,90 x 0,85 = 0,505
Tenaga untuk fungsi pengangkatan harus mampu untuk
melayani pemboran sampai kedalaman limit pada kondisi
ekonomis.
b. Menghitung tanpa fungsi rotasi
Tenaga untuk fungsi rotasi dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
W
Pr = C x
75 ............................................................. (4-1)
dimana :
Pr = tenaga fungsi rotasi, pk
C = kopel dalam kgm
W = kecepatan sudut, rad/detik
Sehingga, secara empiris tenaga untuk fungsi rotasi dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan :

(
Pr = 10+ )( )( )
L N P
30 100 D .......................................... (4-2)
dimana,
Pr = Tenaga rotasi, pk
L = Kedalaman sumur, m
N = Putaran rotary table, rpm
P = Beratan pada pahat (WOB), ton
D = Diameter lubang bor, inch

c. Tenaga Hidrolik
Tenaga hidrolik dapat dirumuskan sebagai berikut :
116

p
Ph = Q x
450 .......................................................... (4-3)
dimana,
Ph = tenaga hidrolik, pk
Q = debit dalam liter/menit = D2 x 19
P = tekanan sirkulasi, kg/cm2
d. Tenaga Penerangan
Dengan effisiensi 70% tenaga listrik yang
diperlukan untuk berbagai keperluan seperti penerangan,
pemanas, shale shaker dan lain-lain biasanya berkisar
antara 30-48 Kw generator berkapasitas 75 Kw.

4.3.2. Sistem Pengangkatan (Hoisting System)


Fungsi dari sistem pengangkat (hoisting system) adalah untuk
menyediakan fasilitas dalam mengangkat, menahan dan menurunkan
drillstring, casing string dan perlengkapan bawah permukaan lainnya dari
dalam sumur atau ke luar sumur. Sistem pengangkatan memegang peranan
penting mengingat bahwa sistem ini adalah sistem yang mendapat atau
mengalami beban yang paling besar, baik beban secara vertikal maupun
beban horizontal. Beban vertikal berasal dari beban menara, drillstring
(drill pipe dan drill collar), casing string, tegangan dead line, tegangan dari
fast line serta tegangan dari block-block. Sedangkan beban horizontal
berasal dari tiupan angin serta drill pipe yang disandarkan pada menara.
Beban yang disebabkan oleh tiupan angin ini sangat mempengaruhi beban
sistem pengangkatan pada saat pemboran berlangsung dilepas pantai (off
shore), seperti dilapangan laut utara dimana kecepatan angin sangat besar
sekali. Komponen dari hoisting system dapat dilihat pada Gambar 4.6.
117

Gambar 4.6. Skema Sistem Pengangkat18)


Dua jenis kegiatan rutin yang sering menggunakan peralatan hoisting
system pada saat operasi pemboran adalah :
1. Menyambung rangkaian string (making connection).
Melaksanakan penyambungan berhubungan dengan proses
penambahan sambungan baru pada drillpipe untuk penembusan
yang makin dalam. Proses ini dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4.7. Making Connection18)


2. Mencabut dan menurunkan rangkaian string (tripping out dan
tripping in). Kegiatan ini meliputi proses pencabutan drillstring
dari lubang bor untuk mengganti kombinasi peralatan yang
digunakan dibawah permukaan (Bottom Hole Assembly) dan
kemudian menurunkan rangkaian string kembali ke dalam sumur
pemboran. Kegiatan ini biasanya dilakukan untuk mengganti bit
118

yang sudah mulai tumpul. Proses ini dapat dilihat pada Gambar
4.8 dihalaman selanjutnya.

Gambar 4.8. Making Trip18)


Sistem pengangkatan ini terdiri dari tiga sub komponen utama, yaitu
Derrick atau portable mast dan Substructure, block dan tackle; dan
drawwork.
4.3.2.1 Derrick dan Substructure
Derrick atau Portable Mast dan Substructure adalah
konstruksi menara kerangka baja yang ditempatkan diatas titik bor,
berfungsi untuk menyangga perlatan pemboran. Derrick atau
Portable Mast dan Substructure terdiri dari derrick atau portable
mast, substructure dan lantai bor (rig floor).
1. Derrick
Fungsi utama menara pemboran adalah untuk mendapatkan
ruang vertikal yang cukup untuk menaikkan dan menurunkan
rangkaian pipa bor dan casing ke dalam lubang bor selama operasi
pemboran berlangsung. Oleh karena itu tinggi dan kekuatannya
harus disesuaikan dengan keperluan pemboran. Menara ini jika
dilihat dari keempat sisinya akan memiliki konstruksi yang berbeda.
Sisi dimana drawwork berada selalu berlawanan dengan pipe ramp
119

maupun pipe rack. L.C. Moore, Ideco Worl Field, National Card
Well, mengemukakan bahwa ada dua tipe menara, yang pertama
adalah Tipe standart (derrick) dan berikutnya adalah Tipe portable
(mast).
Bagian-bagian menara yang penting :
 Gine pole : Merupakan tiang berkaki dua atau tiga yang
berada di puncak menara, berfungsi untuk memberikan
pertolongan pada saat menaikkan dan memasang crown block
(gine pole hanya dipasang menara tipe standard).
 Water table : Merupakan lantai di puncak menara yang
berfungsi untuk mengetahui bahwa menara sudah berdiri
tegak.
 Cross bracing : Berfungsi untuk menguatkan menara, ada
yang berbentuk k dan x.
 Tiang menara : Merupakan empat tiang yang berbentuk
menara, berbentuk segi tiga sama kaki, berfungsi sebagai
penahan terhadap semua beban vertikal dibawah menara dan
beban horizontal (pengaruh angin dsb).
 Girt : Merupakan sabuk menara, berfungsi sebagai penguat
menara.
 Monkey board : Tempat kerja bagi para derrickman pada
waktu cabut atau menurunkan rangkaian pipa bor. Serta
tempat menyandarkan bagian rangkaian pipa bor yang
kebetulan sedang tidak digunakan (pada saat dilakukan cabut
pipa). Monkey board terletak di tengah-tengah ketinggian
menara pemboran, crew yang bekerja di monkey board
disebut monkey man.
Menara tipe standar (derrick) tidak dapat didirikan dalam
satu unit, akan tetapi pendiriannya disambung bagian demi bagian.
Menara jenis ini banyak digunakan pada pemboran sumur dalam
dimana membutuhkan lantai yang luas untuk tempat pipa-pipa
120

pemboran. Untuk memindahkan derrick ini harus dilepas satu


persatu bagian kemudian dirangkai kembali disuatu tempat yang
telah ditentukan letaknya.
Menara tipe portable (mast) posisi berdirinya dari bagian
yang dikaitkan satu dengan lainnya dengan menggunakan las
maupun scrup. Tipe ini dapat juga didirikan dengan cara ditahan oleh
telescoping dan diperkuat oleh tali-tali yang ditambatkan secara
tersebar. Dibandingkan tipe derrick, tipe menara ini lebih murah,
mudah dan cepat dalam pendiriannya, transportnya murah, tetapi
dalam penggunaannya terbatas pada pemboran yang tidak terlalu
dalam.

Gambar 4.9. Tipe Menara Pemboran (Drilling Tower)18)


Menurut API menara yang terbuat dari besi baja tercantum
dalam standart 4A dan menara kayu tercantum standart 4B
sedangkan untuk tipe mast termasuk dalam 4D ukuran menara
pemboran yang penting ialah kapasitas, tinggi, luas lantai dan tinggi
lantai bor. Ukuran kekuatan derrick dibagi berdasarkan dua jenis
pembebanan, yaitu :
1. Compressive Load
2. Wind Load
121

Wind load dapat dihitung dengan rumus ;


p = 0.004 V2..................................................................... (4-4)
dimana :
p = wind loads, lb/ft2
V = kecepatan angin, mph
Sedangkan compressive load dapat dihitung dari jumlah berat
yang diderita hook ditambah dengan jumlah berat menara itu sendiri
(yang diderita oleh kaki-kaki pada substructure).
2. Substructure
Substructure adalah konstruksi kerangka baja sebagai
platform yang dipasang langsung diatas titik bor. Substructure
memberikan ruang kerja bagi peralatan dan pekerja diatas dan
dibawah lantai bor. Tinggi substructure ditentukan oleh jenis rig dan
ketinggian blow out preventer stock. Substructure mampu menahan
beban yang sangat besar yang ditimbulkan oleh derrick atau mast,
peralatan pengangkatan meja putar, rangkaian pipa bor (drill pipe,
drill collar dan sebagainya) dan beban casing.

Gambar 4.10. Substructure Rig26)

3. Lantai Bor (Rig Floor)


122

Lantai bor merupakan bagian penting dalam perhitungan


kedalaman sumur, karena titik nol pemboran dimulai dari lantai
bor. Lantai bor berada diatas substructure dan berfungsi untuk :
 Menampung peralatan-perlatan pemboran yang kecil-
kecil.
 Tempat berdirinya menara.
 Mendudukan drawwork.
 Tempat driller dan rotary helper (roughneck).
Susunan lantai bor terdiri dari :
 Rotary table : Memutar rangkaian pipa bor (drill pipe, drill
collar, bit).
 Rotary drive : Meneruskan (memindahkan) daya dari
drawwork ke meja putar (rotary table).
 Drawwork : Merupakan “hoisting mechanism” pada rotary
drilling rig.
 Drillers console : Merupakan pusat instrumentasi dari
rotary drilling rig.
 Make-up and break-out tongs : Kunci-kunci besar yang
digunakan untuk menyambung atau melepas bagian-
bagian drill pipe dan drill collar.
 Mouse hole : Lubang dekat rotary table pada lantai bor,
dimana drill pipe ditempatkan pada saat dilakukan
penyambungan dengan kelly dan rangkaian pipa bor.
 Rat hole : Lubang dekat kaki menara pada lantai bor
dimana kelly ditempatkan pada saat berlangsung “cabut
pasang pipa” (round trip).
 Dog house : Merupakan rumah kecil yang digunakan
sebagai ruang kerja driller dan penyimpanan alat-alat kecil
lainnya.
123

 Pipe ramp : Merupakan jembatan penghubung antara


catwalk dengan rig floor, berfungsi sebagai lintasan pipa
bor yang ditarik ke lantai bor.
 Cat walk : Merupakan jembatan penghubung antara pipe
rack dengan pipe ram, berfungsi untuk menyiapkan pipa
yang akan ditarik ke lantai bor lewat pipe ramp.
 Hydraulic catheat : Digunakan untuk menyambung dan
melepas sambungan jika dipasang drill pipe yang besar
atau drill collar akan ditambahkan atau dikurangkan dari
drill string pada saat “perjalanan” masuk atau keluar dari
sumur bor.

Gambar 4.11. Lantai Bor (Rig Floor)18)

4.3.2.2 Block dan Tackle


Block dan Tackle terdiri dari overhead tools dan drilling line.
1. Overhead Tools
Overhead Tools terdiri dari crown block, traveling block,
hook, dan elevator.
a. Crown block : Merupakan kumpulan roda yang
ditempatkan pada puncak menara (sebagai block yang
diam). Crown block berfungsi untuk melilitkan tali-tali
124

pemboran, dan sebagai katrol untuk membuat sistem


pengangkat dapat bekerja. Crown block berupa katrol-
katrol pada puncak menara, yang dihubungkan pada
travelling block dengan menggunakan drilling line, untuk
meringankan beban pengangkatan berbagai peralatan
pemboran. Travelling block merupakan susunan pul-pul
dimana tali baja dililitkan, hal ini memungkinkan
travelling block berjalan naik turun di bawah crown block
dan diatas rig floor.
b. Traveling block : Merupakan kumpulan roda yang
digantung di bawah crown block, di atas lantai bor yang
berfungsi sebagai block yang bergerak naik-turun untuk
mengangkat hook block.
c. Hook : Berfungsi untuk menggantungkan swivel dan
rangkaian pipa bor selama operasi pemboran berlangsung.
Hook terletak di bawah traveling block
d. Elevator : Merupakan klem (penjepit) yang ditempatkan
(digantungkan) pada salah satu sisi travelling block atau
hook dengan elevator links. Elevator berfungsi untuk
menjepit atau memegang drill pipe dan drill collar bagian
demi bagian sehingga dapat dimasukkan atau dikeluarkan
ke dan dari lubang bor.
125

Gambar 4.12. Peralatan Overheat Tools18)


2. Drilling Line
Drilling line berada di dekat drawwork. Drilling line
menghubungkan semua komponen dalam sistem pengangkatan,
karena tali ini dililitkan secara bergantian melalui crown block dan
puli travelling block, kemudian digulung pada revolving drum yang
berputar. Selain itu ada juga tali yang tidak bergerak yang
ditambatkan pada substructure (dead line). Drilling line sangat
penting dalam operasi pemboran karena berfungsi untuk menahan
atau menarik beban yang diderita oleh hook. Untuk menghindari
kecelakaan yang mungkin terjadi karena keausan maka dibuat “cut
off program”. Cut of program ini dibuat berdasarkan kekuatan kabel
terhadap tarikan dan dinyatakan dengan ton line yang diderita kabel.
Beban-beban berat yang diderita oleh drilling cable terjadi pada
saat :
 Cabut dan masuk drill string (round trip).
 Pemasangan casing (running casing).
126

 Operasi pemancingan (fishing job).


Susunan drilling line terdiri dari :
 Reveed “drilling line” : Tali yang melewati roda-roda
crown block dan roda-roda travelling block.
 Dead line : Tali tidak bergerak yang ditambatkan pada
substructure (tali mati).
 Dead line anchor : Biasanya ditempatkan berlawanan
(berseberangan dengan drawwork, diklem pada
substructure).
 Storage or supply : Biasanya ditempatkan pada jarak
yang dekat dengan rig.

Gambar 4.13. Susunan Drilling Line25)

4.3.2.3 Drawwork
Drawwork merupkan otak dari suatu unit pemboran, karena
melalui drawwork ini seorang driller dapat melakukan dan mengatur
operasi pemboran, sebenarnya drawwork merupakan suatu sistem
transmisi yang kompleks. Sebagai gambaran adalah seperti sistem
transmisi pada mobil (gear bock). Drawwork akan berputar bila
dihubungkan dengan prime mover (mesin penggerak). Drawwork
127

terletak di belakang derrick atau juga berada di dekat meja putar.


Fungsi utama drawwork adalah untuk :
1. Meneruskan tenaga dari prime mover (power system) ke
rangkaian pipa bor selama operasi pemboran berlangsung.
2. Meneruskan tenaga dari prime mover ke rotary drive.
3. Meneruskan tenaga dari prime mover ke catheads untuk
menyambung atau melepas bagian-bagian rangkaian pipa bor.
Komponen-komponen utama drawwork terdiri dari :
1. Revolling Drum : Merupakan suatu drum untuk menggulung
kabel bor (drilling line).
2. Breaking System : Terdiri dari rem mekanis utama dan rem
pembantu hidrolis atau listrik, berfungsi untuk memperlambat
atau menghentukan gerakan kabel bor.
3. Rotary Drive : Berfungsi untuk meneruskan tenaga dari
drawwork ke meja putar.
4. Catheads : Berfungsi untuk mengangkat atau menarik beban-
beban ringan pada rig floor dan juga berfungsi untuk
menyambung atau melepas sambungan pipa bor.

Gambar 4.14. Komponen-komponen Drawwork18)


128

Desain dari pada drawwork tergantung dari beban yang harus


dilayani, biasanya dideasin dengan horse power (HP) dan kedalaman
pemboran, dimana kedalamannya harus disesuaikan dengan drill
pipe-nya. Horse power output drawwork yang diperlukan untuk
hoisting (pengangkatan traveling block dan beban-bebannya)
adalah :
W . Vh 1
Hp= x
33000 e ............................................................. (4-5)
dimana :
W = hook load, lb
Vh = kecepatan naik traveling block, ft/min
E = effisiensi hook ke drawwork, umumnya 80% - 90%,
tergantung dari jumlah line dan kondisi bantalan kerekan
(sheave bearing).
1. Peralatan-peralatan Penunjang
a. Sand Line
Fungsi dan letak sand line hampir sama seperti drilling line.
Sand line menghubungkan semua komponen dalam sistem
pengangkatan, karena tali ini dililitkan secara bergantian melalui
crown block dan puli travelling block, kemudian digulung pada
revolving drum yang berputar. Selain itu ada juga tali yang tidak
bergerak yang ditambatkan pada substructure (dead line).

Gambar 4.15. Sand Line25)


129

b. Tong
Tong merupakan kunci pas, untuk mengencangkan dan
melonggarkan koneksi pada drill string / untuk membuka dan
menutup pada rangkaian pipa bor. Dalam kondisi standbye tong
harus berada di dekat lantai bor atau dog house.

Gambar 4.16. Tong25)

c. Dog House
Dog house berfungsi untuk memberikan tempat untuk para
driller beristirahat pada waktu istirahat atau jam makan siang.
Dog house berada di atas rig floor. Dog house merupakan rumah
kecil yang digunakan sebagai ruang kerja driller dan
penyimpanan alat-alat kecil lainnya.

Gambar 4.17. Dog House25)


130

d. Cat Walk
Cat walk merupakan wadah untuk meletakkan pipa-pipa
pemboran sebelum diletakkan di lereng pipa. Cat walk terletak di
depan rig. Cat walk ini menghubungkan antara piperack dan v-
door/drill floor. Pipa diletakkan diatas cat walk kemudian
disalurkan dengan menggunakan trolleys.

Gambar 4.18. Cat Walk25)


e. V-Ramp
V-ramp merupakan jembatan penghubung antara catwalk dan
rig floor.berfungsi sebagai lintasan drill pipe yang akan ditarik ke
rig floor. V-ramp terletak berdekatan dengan cat walk.

Gambar 4.19. V-Ramp25)


131

f. Link
Link berfungsi sebagai pengait antara hook dengan elevator,
dan berlokasi di dekat hook. Ruang kerja link adalah hanya
sebagai penggantung saja. Link dirangkai dengan elevator seperti
pada saat round trip.

Gambar 4.20. Link25)

4.3.3 Sistem Putar (Rotating System)


Fungsi utama system pemutar adalah untuk memutar rangkaian pipa
bor dan memberikan beratan diatas pahat membor suatu formasi batuan.
Sistem pemutar terdiri dari tiga sub-komponen, yaitu :
1. Peralatan putar (rotary assembly)
2. Rangkaian pipa bor
3. Mata bor (bit).
132

Gambar 4.21. Komponen Sistem Putar18)

4.3.3.1 Peralatan Putar (Rotary Assembly) 


Peralatan putar ditempatkan pada lantai bor di bawah crown
block diatas lubang, fungsinya adalah untuk memutar rangkaian pipa
bor selama operasi pemboran berlangsung dan menggantungkan
rangkaian pipa bor yaitu dengan slip yang dipasang (dimasukkan)
pada rotary table ketika disambung atau melepas bagian-bagian drill
pipe. Peralatan putar terdiri dari Meja Putar, Master Bushing, Kelly
Bushing dan Rotary Slip. Meja putar, master bushing dan kelly
bushing digunakan bersama-sama untuk memutar rangkaian pipa
bor. Sedangkan meja putar, master bushing dan rotary table
digunakan untuk menggantung rangkaian pipa bor di dalam lubang
pada saat menyambung/melepas section drillpipe dengan bantuan
“make-up and break-out tongs”.
1. Meja Putar (Rotary Table)
Rotary table (meja putar), dipasang diatas lantai bor di
dalamnya terdapat master bushing. Pada master bushing terdapat box
yang dimasuki oleh pin dari Kelly bushing. Sehingga bila rotary
133

table berputar, master bushing berputar, dan Kelly bushing akan


berputar. Meja putar berfungsi untuk :
 Meneruskan gaya putar dari drawwork ke rangkaian pipa
bor melalui Kelly bushing dan Kelly.
 Menahan pipa bor dalam lubang pada saat penyambungan
atau pelepasan pipa bor dilakukan. Kecepatan meja putar
dapat diatur oleh seorang driller man dengan beberapa
handle yang ada di drawwork.
Hubungan rotary table dengan prime mover ada dua macam :
 Hubungan langsung ke prime mover
 Hubungan dengan rantai ke drawwork

Gambar 4.22. Rotary Table Dengan Penggerak Prime Mover (a)


Rotary Table Dengan Penggerak Drawwork18)
Ukuran dan kapasitas beban rotary table berkisar antara 100
sampai 600 ton. Kecepatan putaran pengeboran berkisar antara 35
sampai 200 putaran permenit searah jarum jam. Kecepatan diatur
oleh Driller, tergantung pada tipe mata bor yang dipakai dan lapisan
yang ditembus.
2. Master Bushing  
Master bushing (bantalan utama) adalah alat yang dapat
dilepas dan diganti dengan ukuran yang sesuai dengan lubang pada
meja pemutar dan kebutuhan operasi. Alat ini menjadi tempat
kedudukan salah satu dari dua alat-alat perlengkapan pemutar yaitu
Kelly bushing atau rotary slip. Kelly dimasukkan melalui bantalan
kelly, bantalan utama dan meja putar. Kemudian tenaga putar
(gerakan berputar) diteruskan dari meja pemutar ke Kelly dan batang
134

bor dibawahnya. Apabila slips pemutar dimasukkan kedalam


bantalan utama, akan dapat dipakai untuk menggantung batang bor
pada saat penambahan atau pengurangan bagian-bagian dari batang
bor. Dapat menahan karena memiliki gigi-gigi yang tajam dan
bentuk yang tirus (dies). Rotary slips disisipkan kedalam bantalan
utama sekeliling batang bor sehingga batang bor tergantung bebas
didalam sumur bor. Ada dua tipe dasar dari master bushing (bantalan
utama), yaitu : tipe utuh (solid) dan tipe dua bagian atau tipe terbelah
(split).

Gambar 4.23. Tipe Solid (a) dan Tipe Split (b)25)

3. Kelly Bushing
Kelly bushing ini adalah alat yang dipasang masuk ke dalam
master bushing untuk menyalurkan gaya putar pada kelly dan batang
bor sewaktu mengebor sumur bor (lubang). Lubang pada kelly
bushing ini berbentuk sama dengan bentuk kelly yang dipakai
persegi, segitiga atau segi enam. Ada dua tipe dasar dari bantalan-
bantalan kelly :
 Pin Drive : Mempunyai empat pin yang dimasukkan
kedalam bagian atas dari master bushing.
 Square Drive : Mempunyai penggerak tunggal berbentuk
segi empat yang dimasukkan kedalam master bushing.
135

Gambar 4.24. Pin Drive (Kiri) dan Square Drive (Kanan)25)

4. Rotary Slip
Jika rotary slip dimasukkan ke dalam master bushing, maka
rotary slip akan berfungsi sebagai penggantung rangkaian pipa bor
pada saat dilakukan penyambungan atau pelepasan section
rangkaian pipa bor. Kunci utamanya adalah meja putar. Fungsi lain
alat ini adalah untuk menahan drill string yang menggantung ketika
melakukan koneksi, menaikkan dan menurunkan drill string ke drill
hole. Dijepitkan pada rangkaian drill string saat pemasangan atau
pelepasan, agar tidak terlepas ataupun jatuh kedalam lubang bor.

Gambar 4.25. Rotary Slip25)

5. Top Drive Drilling System


136

Merupakan sistem pemboran dengan memutar drill stem


mempergunakan pemutar yang dipasang langsung dibawah swivel
dan pemutar tersebut bergerak naik turun mengikuti gerakan
traveling block. Dengan sistem ini, kelly bushing dan kelly tidak
diperlukan karena drill stem diputar langsung dengan drilling motor
assembly yang digantung di traveling block. Berdasarkan sistem
kerjanya Top Drive terbagi menjadi dua sistem :
a. Top Drive Hydraulic System. Top drive tipe ini Drilling
Motor dan seluruh fungsi kerja lainnya (link tilt atau system
robotik) digerakan oleh hydraulic system. Contoh Top drive
seperti ini adalah merk Tesco.  
b. Top Drive Electric System. Drilling Motor (AC/DC) dan
beberapa fungsi lainya di gerakan oleh electric system. Namun
demikian beberapa fungsi pada Top Drive ini juga digerakan
oleh Hydrolik untuk system robotiknya. Contoh top drive
seperti ini Varco.
Kontruksi dari top drive ini terdiri dari :
a. Standard rotary swivel
b. Drilling motor assembly
c. Guide dolly system assembly
d. Pipe handler assembly
137

Gambar 4.26. Top Drive25)

4.3.3.2 Rangkaian Pipa Bor


Rangkaian pipa bor menghubungkan antara swivel dan mata
bor berfungsi untuk :
a. Menarik-turunkan mata bor
b. Memberikan beban diatas pahat untuk penembusan
(penetration)
c. Meneruskan putaran ke mata bor
d. Menyalurkan fluida pemboran yang bertekanan ke mata bor
e. Mata bor merupakan peralatan yang langsung menyentuh
formasi, berfungsi untuk menghancurkan dan menembus
formasi.
Rangkaian pipa bor terdiri dari swivel, Kelly, drill pipe dan
drill collar. Penyambungan rangkaian pipa satu dengan yang lainnya
digunakan tool joint dimana ulir tool joint ini menurut API dilbagi
menjadi tiga, yaitu regular, full hole dan internal flush. Ketirusan ulir
ini berkisar antara 16.66% - 25.0%. Kertirusan ulir yang cukup besar
dan jumlah ulir yang cukup sedikit dimaksudkaan untuk mendapat
ikatan yang besar dan mempercepat saat mengikat dan melepas
138

sambungan. Apabila dilihat dari rig floor dengan menghadap


kebawah, rangkaian akan berputar kearah kanan, oleh karena itu
semua sambungan ulir yang berada dibawah rotary table berulir
kekanan, sedangkan semua sambungan yang berada diatas rotary
table harus berulir kekiri.
Susunan rangkaian pipa bor berputar dari atas ke bawah
adalah swivel head – Kelly stop cock – Kelly – sub – drill pipe – sub
– drill collar – fload sub – bit. Namun demikian dalam prakteknya
dilapangan karena keperluannya, sering juga rangkaian pipa
pemboran ini dilengkapi dengan stabilizer atau reamer.
1. Swivel
Swivel adalah ujung teratas rangkaian pipa bor, yang
berfungsi untuk memberikan kebebasan kepada rangkaian pipa bor
untuk berputar dimana swivelnya sendiri tidak ikut berputar,
memberikan perpaduan gerak vertikal dengan gerak berputar agar
dapat bekerja bersama-sama. Juga sebagai penghubung antara rotary
hose (pipa karet) dengan Kelly sehingga memungkinkan lumpur bor
untuk sirkulasi tanpa mengalami kebocoran. Bagian-bagian dari
swivel terdiri dari :
a. Bail, merupakan bagian atas dari swivel yang berfungsi
sebagai penggantung swivel pada hook di bawah travelling
block
b. Goosneck, merupakan pipa yang berbentuk seperti huruf “U”
yang terletak di bagian atas dari swivel. Berfungsi untuk
menghubungkan rotary hose dengan swivel
c. Washpipe assembly (internal), terletak pada bagian atas
swivel bannet yang berfungsi untuk menghubungkan rotary
hose (dari goosneck) dengan rotating swivel stem. Washpipe
assembly dapat diambil dari swivel untuk dibersihkan.
d. Bonnet, merupakan metal yang berfungsi sebagai pelindung
washpipe assembly
139

e. Houshing, merupakan suatu baja yang berfungsi sebagai


pelindung washpipe dan sebagai rumah rotating stem
assemblies
f. Rotating swivel stem , merupakan poros perputaran pada
swivel
g. Pin, merupakan ulir pada bagian atas dari kelly cock.

Gambar 4.27. Swivel18)


2. Kelly
Kelly merupakan rangkaian pipa bor yang paling atas dimana
bentuk irisan luarnya dapat berbentuk segi tiga, segi empat, segi
enam. Kelly ini dimasukkan ke dalam kelly bushing. Kelly bushing
berfungsi untuk meneruskan gaya putar (torsi) dari meja putar ke
kelly dan selanjutnya keseluruh rangkaian pipa bor. Selama kelly ini
tidak dipergunakan (dilepas) misal pada waktu mencabut string,
maka kelly ini dimasukkan ke dalam rathole yang terdapat di lantai
bor. Dalam keadaan ini kelly bushing selalu ikut terbawa demikian
pula swivelnya.
Kelly merupakan bagian tunggal yang paling panjang di
antara bagian batang bor. Panjangnya total sekitar 40 ft, tapi ada juga
yang 43, 46, dan 54 ft. Kelly harus lebih panjang dari setiap satu
140

single pipa bor (yang kira-kira 30 ft panjangnya) karena pada waktu


penambahan joint (Batangan) pipa bor, kita harus menaikan pipa ini
sampai tingginya mencapai sebagian dari kelly, di atas pemutar. Hal
ini untuk menyediakan cukup tempat untuk mengebor ke bawah pipa
yang baru tersebut.
3. Upper Kelly Cock
Merupakan suatu valve yang dipasang diantara swivel dan
kelly. Fungsi utamanya (pada saat tertutup) adalah untuk menjaga
agar tidak terjadi tekanan dari lubang bor yang bertekanan tinggi.
4. Lower Kelly Cock (Mud Silver Valve)
Mempunyai valve otomatis atau manual berfungsi untuk
menahan cairan pemboran dalam kelly pada saat dilakukan
penyambungan.
5. Kelly Saver Sub
Ditempatkan diantara kelly dan drillstring, Sub ini digunakan
untuk memperpanjang umur kelly sehingga menghindari ulir bagian
bawah cepat aus/rusak. Saver sub ini memberikan sambungan antara
pin end dari kelly dengan box end pada drillstring, sub ini
dikorbankan agar cepat rusak.

Gambar 4.28. Perlengkapan Kelly25)


6. Drill Pipe (DP)
Drill pipe merupakan bagian rangkaian pipa bor yan
terpanjang, artinya jumlahnya paling banyak dalam satu rangkaian
141

pipa bor untuk mencapai kedalaman lubang bor yang diinginkan.


Saat digunakan, drill pipe terletak di atas drill collar atau HWDP
(heavy weight drill pipe). Rangkaian pipa bor satu sama lainnya di
hubungkan dengan tool joint dan disambung dengan drill collar
sehingga memungkinkan untuk diperpanjang dan diputar serta
menjadi jalan bagi cairan pengeboran agar mengalir dengan lancar
dari swivel ke dasar sumur. Fungsi utama drill pipe adalah untuk :
a. Menghubungkan kelly dengan drill collar dan mata bor di
atas lubang bor.
b. Memberikan rangkaian panjang pipa bor, sehingga dapat
menembus formasi yang lebih dalam.
c. Memungkinkan naik turunnya mata bor.
d. Meneruskan putaran dari meja putar ke meja bor.
e. Meneruskan aliran lumpur bor dari swivel ke mata bor.
 Penyambung Drill Pipe
Setiap section atau joint drill pipe standart mempunyai dua
bagian pokok, yaitu tube (pipe), dan tool joint pada kedua
ujungnya. Tool joint terdiri dari dua jenis :
1. Pin connection : tool joint pada bagian bawah drill pipe
(DP) dimana ulir dibuat pada bagian luar, disebut “PIN”.
2. Box connection : tool joint pada bagian atas drill pipe
(DP) dimana ulir dibuat pada bagian dalam, disebut
“BOX”.
 Karakteristik Drill Pipe
1. Tipe utama drill pipe, ada 2 macam :
a. Standart drill pipe : digunakan dari permukaan sampai
pada top drill collar. Pada umumnya drill pipe diikuti drill
collar di atas mata bor (bit).
b. Heavy weight drill pipe : digunakan pada kondisi khusus,
yaitu pada waktu terjadi down hole problem seperti pipa
terjepit, dan sebagainya. HWDP yang merupakan
142

rangkaian drillstring terletak di antara drill pipe dan drill


collar. Fungsinya adalah untuk menghubungkan dan
menambah panjang rangkaian pipa pemboran dan
menambah beban tekan pada drillstring.
2. Ukuran dan panjang :
a. Range 18’ – 22’ (jarang dijumpai)
b. Range 27’ – 30’
c. Range 39’ – 45’
3. Drill pipe joint biasanya disambung atau dilepas dari section
pipa bor. Section ini disebut “stand’. Jumlah joint dalam satu
stand ditentukan oleh tinggi menara dan ring drill pipe yang
digunakan.
4. Penyimpanan drill pipe : drill pipe disimpan bila tidak
digunakan pada dua rak pipe didekat rig. Rig storage bisa
dilepas dari rangkaian pipa bor, drill pipe joint ditempatkan
(disandarkan) pada rak pipa di sisi menara. Near Rig storage
drill pipe joint ditempatkan pada rak yang terletak di
seberang rig.
7. Drill Collar (DC)
Drill collar berbentuk seperti DP, tetapi diameter dalamnya
lebih kecil dan diameter luarnya sama dengan diameter luar tool
joint drill pipe. Jadi dindingnya lebih tebal dari pada drill pipe.
Dinding yang tebal ini memungkinkan dibuatnya grade pada dinding
tersebut sehingga tdak memerlukan tool joint. Pada drill collar juga
dapat dipasangkan alat-alat spesial sehingga hasil pengeboran
formasi dapat maksimal. Drill Collar yang merupakan rangkaian
pipa bor dan/atau bottom hole assembly (BHA) ditempatkan pada
rangkaian pipa bor bagian bawah diatas mata bor dan dibawah drill
pipe. Fungsi utama dari Drill Colar :
143

a. Sebagai pemberat (wight on bit = WOB), sehingga rangkaian


pipa bor dalam keadaan tetap tegang pada saat pemboran
berlangsung, sehingga tidak terjadi pembelokkan lubang.
b. Membuat agar putaran rangkaian pipa bor stabil
c. Memperkuat bagian bawah dari rangkaian pipa bor agar
mampu menahan puntiran.
d. Dengan demikian diharapkan akan berjalan dengan laju yang
besar, lubang bor lurus dan kerusakan DP kecil.
 Karakteristik Drill Collar
Perbedaan pokok antara drill pipe dengan drill collar
adalah ukuran, berat dan strength. Pada gambar terlihat drill
collar tidak mempunyai tool joint, karena drill collar dindingnya
tebal sehingga ulir cukup dibuat pada dindingnya sendiri.
Standart drill collar parts ukuran drill collar :
1. Biasanya mempunyai panjang 30 ft atau kurang
2. Tebal dindingnya 3 ½ inch atau lebih
3. Berat lebih dari 3 tons
4. Di bawah batang bor dapat dipakai 2 – 60 drill collar
 Jenis-jenis Drill Collar
1. Standart drill collar mempunyai permukaan yang halus
dengan box connection terletak pada tiap top dan pin
connection terletak pada bottom.
2. Spiraled drill colar mempunyai permukaan beralur seperti
spiral, digunakan pada kondisi khusus untuk mencegah
terjadinya differential wall sticking.
3. Zipped drill collar permukaannya terdapat ceruk (lekukan)
yaitu pada bagian ujung atas drill collar. Digunakan untuk
menjaga keseimbangan.
144

Gambar 4.29. Kelly, Jenis-jenis Drill Pipe Dan Jenis-jenis Drill


Collar18)
8. Bottom Hole Assembly
Bottom Hole Assembly adalah peralatan pemboran yang
termasuk perlengkapan khusus, yang dipakai pada kondisi operasi
pemboran tertentu.
a. Bit Subs adalah alat penyambung antara pahat bor dengan
alat diatasnya, dapat langsung dengan Drill Collar, Near Bit
Stabilizer, Down Hole Motor, Orienting Sub dan lain
sebagainya. Ukuran dan jenis thread disesuaikan dengan
pahat disatusisi dan disesuaikan dengan peralatan diatasnya
disisi lainnya. Bit Subs selalu dipakai dalam operasi
pemboran Vertikal maupun berarah.
b. Pup joints adalah pipa yang pendek, dipergunakan pada
susunan rangkaian pemboran vertical dan berarah. Gunanya
untuk memungkinkan penempatan stabilizer dan peralatan
lain pada waktu akan menambah/mengurangi sudut
kemiringan lubang bor.
c. Stabilizer meupakan alat penyambung diantara Drill Collar
namun tugas utamanya adalah : Membuat rangkaian bor lebih
kaku, sehingga lubang lurus; Mengurangi bahaya Differential
145

Pressure Sticking; Dengan pengaturan jarak penempatan di


sekitar pahat bor dan Drill Collar maka sudut kemiringan
lubang bor dapat dinaikkan atau diturunkan untuk mencapai
target tujuan pemboran; Menghindari lubang keyseat dan
dogleg.
d. Down Hole Motor adalah pemutar pahat bor yang berada
sedekat mungkin dengan pahat bor, sehingga rangkaian
pemboran tidak perlu berputar selama mengebor kecuali
pahat bor. Bekerjanya alat ini karena ada aliran cairan
pemboran; makin kuat aliran cairan pemboran akan
menambah kecepatan berputarnya pahat bor.
e. Drilling jar adalah suatu alat yang dapat dipasang pada
rangkaian pemboran, berfungsi untuk memberikan pukulan
keatas sewaktu terjadi jepitan pada rangkaian pemboran,
dalam usaha untuk melepaskan jepitan tersebut. Pada
umumnya drilling jar dipasang diantara Drill Collar dan Drill
pipe karena pada umumnya bagian yang terjepit dari
rangkaian pemboran ada Drill Collar dan Drill pipe, sehingga
Jar tidak ikut terjepit dan dapat bekerja dengan tarikan Drill
pipe. Ada dua macam drilling jar, yaitu mechanical dan
hydraulic drilling jar.
f. Hole Opener adalah suatu alat untuk memperbesar diameter
lubang bor. Konstruksinya seperti three cone rock bit tetapi
pada bagian tengah bawah terdapat ekor yang berdiameter
lebih kecil dari diameter lubang lama dan menjadi guidance
agar pembesaran lubang tidak menyimpang dari lubang lama.
g. Under Reamer adalah suatu alat untuk memperbesar lubang
bor dibagian bawah, misalnya dibawah shoe casing atau pada
formasi tertentu yang perlu diperbesar melebihi diameter
lubang bor diatasnya.
146

h. Shock absorber dipasang di atas bit karena bit mempunyai


kecenderungan bergetar keatas atau ke bawah di dasar lubang
ketika formasi berkecendurangan membentuk lubang
berbelok-belok selama mengebor atau sewaktu mengembor
dalam. Vibrasi ini akan merusak surface equipment dan akan
meurunkan optimasi WOB serta rotary speed, bengkoknya
drill stem, merusak bit.

Gambar 4.30. Peralatan Bottom Hole Assembly25)

4.3.3.3 Mata Bor (Bit)


Mata bor merupakan peralatan yang langsung menyentuh
formasi, berfungsi untuk menghancurkan dan menembus formasi,
dengan cara memberi beban pada mata bor. Bagian-bagian penting
dari mata bor antara lain :
147

 Shank : merupakan suatu alur (threaded pin), dimasukkan ke


dalam box connection pada bottom collar atau bit sub di
bawah collar.
 Bit lugs : merupakan peralatan yang berfungsi untuk dudukan
poros dan cones.
 Cones : merupakan roda-roda bergigi (gerinda) yang berputar
pada mata bor.
 Fluid passageway (jets) : merupakan nozzle yang terdapat
pada bottom untuk menyemprotkan lumpur bor langsung ke
formasi.
1. Jenis-jenis Mata Bor
a. Drag Bit
Drag bit ini tidak mempunyai roda-roda yang dapat
bergerak dan membor dengan gaya keruk dari blandenya. Pada
masa yang lampau, biasanya untuk pemboran permukaan (spud
in) dilakukan dengan bit ini, tetapi dewasa ini telah digeser oleh
roller- cone bit. Letak jet nozzle pada drag bit ini dirancang agar
supaya lumpur yang keluar dari rangkaian pipa bor langsung
menyemprot blandernya, hal ini dimaksudkan agar blandenya
tetap bersih pada waktu mengebor. Drag bit biasanya digunakan
untuk membor formasi-formasi lunak dan plastik (lengket).
Blande drag bit dibuat dari macam-macam baja paduan dan pada
bagian muka (faced) yang keras umumnya diperkuat dengan
tungsten carbide. Persoalan-persoalan yang timbul dalam
penggunaan drag bit adalah sebagai berikut :
 lubang bengkok
 lubang berdiameter kurang dari yang diminta
(undergauge)
 balling (dilapisi padatan) pada pemboran formasi shale
Lubang bengkok dapat dikurangi dengan pemakaian drill
collar, sedang undergauge dapat dikurangi dengan membuat
148

otomatis pada nozzle, dimana bila bitnya rusak, nozzle


bertumpu pada lubang dan tertutup secara otomatis, sehingga
menaikkan tekanan pompa dipermukaan. Balling dapat
dikurangi dengan menggunakan jet nozzle pada balandenya.
b. Roller-Cone (Rock Bit)
Roller-Cone adalah bit yang mempunyai kerucut (cone)
yang dapat berputar untuk menghancurkan batuan. Bit ini
pertama kali didesain oleh Howard R. Houghes (1909) dan
hingga sekarang banyak dilakukan untuk pemboran di lapangan
minyak. Pada masing-masing terdapat gigi-gigi. Jika
diperhatikan secara seksama maka bentuk gigi tersebut untuk
setiap bit berbeda. Gigi yang panjang dan jarang letaknya atau
sedikit jumlahnya digunakan untuk formasi batuan lunak.
Sedang gigi-gigi yang pendek dan rapat letaknya adalah
digunakan untuk formasi medium hard atau hard (keras).
Umumnya jumlah conner pada setiap bit adalah tiga, setiap
cones mempunyai sumbu yang berbeda, setiap asnya
berpotongan pada satu titik. Panjang jarak gigi-gigi serta pola
dari bit dibuat untuk memperoleh laju pemboran yang tertinggi
dengan minimum pengaruh balling pada gigi-gigi tersebut.
Roller cone bit ada dua macam, yaitu steel tooth bit dan insert
bit.
1. Steel tooth bit (Milled tooth bit)
Merupakan satu diantara jenis mata bor (bit) yang
paling banyak dipakai, dikenal dari gigi-gigi pemotongnya
yang dibentuk dengan jalan menggiling/memotong conenya,
sehingga menjadi gigi.
2. Insert bit (Tungsten carbite bit)
Gigi-gigi dibuat dari karbit tungsten yang tahan
keausan. Biasanya mata bor jenis ini digunakan untuk
menembus lapisan yang paling keras atau paling abrasif.
149

c. Diamond Bit
Pengeboran dengan diamond bit ini sifatnya bukan
penggalian (pengerukan) dengan gigi berputar, tetapi diamond
bit ini membor batuan berdasarkan penggoresan dari butir-butir
intan yang dipasang pada matrix besi (carbite) sehingga
menghasilkan laju pemboran yang relatif lambat. Kontak
langsung antara intan-intan dengan formasi menyebabkan
kerusakan yang cepat karena panas yang ditimbulkan.
Pemakaian intan dipertimbangkan karena intan merupakan zat
padat yang sampai sekarang dianggap paling keras dan abrasif.
Pada prakteknya diamond bit jarang/tidak selalu digunakan di
lapangan. Keistimewaan dari diamond bit ini adalah mempunyai
umur pemakaian yang relatif panjang (awet) sehingga
mengurangi frekuensi roundtrip, dengan demikian biaya
pemboran dapat biper kecil.

Gambar 4.31. Jenis-jenis Mata Bor (Bit)18)

4.3.4 Sistem Sirkulasi (Circulation System)


Pada dasarnya sistem sirkulasi sangat erat kaitannya dengan fluida
pemboran (drilling fluids) yang fungsi utamanya adalah mengangkat
material pahatan (cutting) hasil dari mata bor (drill bits) dari dasar sumur
ke atas permukaan melalui annulus, selain itu fluida pemboran juga
berfungsi untuk menjaga keseimbangan antara tekanan hidrostatik
(hidrostatic pressure) dengan tekanan formasi (formation pressure) agar
150

tidak terjadi “kick”. Tugas utamanya adalah membantu sistem pemutar


didalam “mengebor sumur” dengan menyediakan perlengkapan-
perlengkapan yang sesuai untuk mengatur bahan-bahan lumpur dan
tempat-tempat kerja untuk mempersiapkan, merawat dan mengganti fluida
pengeboran. Sistem sirkulasi tersusun oleh empat sub komponen utama,
yaitu :
1. Lumpur pengeboran (drilling fluid).
2. Tempat persiapan (preparation area).
3. Peralatan sirkulasi (circulating equipment).
4. Tempat pengkondisian lumpur (Conditioning area atau solid
control equipment).
Secara umum lumpur pengeboran dapat disirkulasikan dengan urutan
sebagai berikut: lumpur dalam steel mud pit dihisap oleh pompa - pipa
tekanan – stand pipe – rotary hose – swivel head – kelly – drill pipe – drill
collar – bit – annulus drill collar – annulus drill pipe – mud line/flow line,
shale shaker – steel mud pit – dihisap pompa kembali dan seterusnya. Hal
ini bisa dilihat pada Gambar 4.31 dihalaman selanjutnya.

Gambar 4.32. Sistem Sirkulasi Lumpur Pemboran10)


151

4.3.4.1 Lumpur Pemboran (Drilling Fluids)


Merupakan faktor yang penting dalam pengeboran. Lumpur
pengeboran pada mulanya hanya berfungsi sebagai pembawa serbuk
bor (cutting) dari dasar lubang bor ke permukaan. Lumpur
pengeboran mempunyai fungsi penting dalam operasi pengeboran,
antara lain :
a. Mengontrol tekanan formasi.
b. Mengangkat cutting ke permukaan.
c. Mendinginkan dan melumasi bit dan drill string.
d. Memberi dinding pada lubang bor dengan mud cake.
e. Menahan cutting saat sirkulasi dihentikan.
f. Mengurangi sebagian berat rangkaian pipa bor (Bouyancy
effect).
g. Melepas cutting dan pasir dipermukaan.
h. Mendapatkan informasi (mud logging, sample log).
i. Sebagai media logging.
Ada 2 (dua) hal penting dalam penentuan komposisi lumpur
pengeboran, yaitu :
a. Semakin ringan dan encer suatu lumpur pengeboran, semakin
besar laju penembusan.
b. Semakin berat dan kental suatu lumpur pengeboran, semakin
mudah untuk mengontrol kondisi bawah permukaan, seperti
masuknya fluida formasi bertekanan tinggi (dikenal sebagai
“kick”). Bila keadaan ini tidak dapat diatasi akan
menyebabkan terjadinya semburan liar (blow out).
Jenis-jenis lumpur pengeboran yang biasa digunakan antara lain :
a. Water based mud : Lumpur pengeboran yang paling banyak
digunakan adalah water-base mud (80%). Komposisi lumpur
ini terdiri dari air tawar atau air asin, clay dan chemical
additives. Komposisi ini ditentukan oleh kondisi lubang bor.
152

b. Oil based mud : Digunakan pada pengeboran dalam,


hotholes, formasi shale dan sebagainya. Lumpur ini lebih
mahal, tetapi mengurangi terjadinya korosi pada rangkaian
pipa bor, dsb.
c. Air or Gas based mud : Keuntungan dari lumpur jenis ini
terutama adalah dapat menghasilkan laju pengeboran yang
lebih besar. Karena digunakan kompressor, kebutuhan
peralatan dan ruang lebih sedikit.

Gambar 4.33. Material Lumpur Pemboran10)


4.3.4.2 Tempat Persiapan (Preparation Area)
Ditempatkan pada tempat dimulainya sirkulasi lumpur, yaitu
di dekat pompa lumpur. Tempat persiapan lumpur pengeboran terdiri
dari peralatan–peralatan yang diatur untuk memberikan fasilitas
persiapan atau treatment lumpur bor. Tempat persiapan ini meliputi
mud house, steel mud pits/tanks, mixing hopper, chemical mixing
barrel, water tanks dan reserve pit.
a. Rumah lumpur (mud house) Merupakan suatu gudang
penyimpan bahan lumpur tertutup. Terletak di samping
kolam lumpur dan di samping mixing hopper, di area tempat
mempersiapkan lumpur.Di dalam mud house ini terdapat
tumpukan karung berisi bahan-bahan lumpur yang kering
yang akan dipakai bila diperlukan didalam program
perawatan cairan pengeboran untuk suatu formasi yang
153

sedang dibor. Gudang ini biasanya diletakkan sama tingginya


dengan bagian atas dari tangki lumpur, untuk mempermudah
jalannya truk pengeboran dan agar bahan-bahan kimia
tambahan tersimpan dalam keadaan kering, sehingga
mempermudah untuk pencampuran bahan lumpur tersebut ke
sistem pencampuran.
b. Tangki lumpur (mud tank) Merupakan kotak-kotak baja
berbentuk segi empat yang dipakai untuk menampung dan
mengatur cairan pengeboran setelah keluar dari sumur bor.
Pada umumnya semua kolam lumpur adalah serupa kecuali,
yang dinamakan “shaker pit” atau “tangki pengendapan”
(settling tank). Shaker pit atau tangki pengendap atau settling
tank adalah tangki besi yang terletak dibawah shale shaker
dengan dinding – dinding yang miring 450 sehingga serbuk
bor ukuran kecil yang belum terbuang akan mengendap.
c. Mixing hopper Adalah peralatan ini berbentuk corong yang
dipakai untuk menambahkan bahan lumpur berbentuk tepung
ke dalam cairan pengeboran pada waktu perawatan lumpur di
tangki lumpur. Jenis yang banyak dipakai adalah Hopper Jet,
yang bekerja berdasarkan prinsip tekanan ruang hampa.
d. Chemical mixing barrel Merupakan sebuah tong yang berisi
bahan-bahan kimia yang akan dicampurkan dengan lumpur
pengeboran sebagi treatment. Hal ini dilakukan pada kondisi-
kondisi tertentu.
e. Bulk mud storage bins Adalah bejana tempat menyimpan
yang berbentuk corong yang terletak disamping kolam
lumpur daerah tempat mempersiapkan lumpur.Tangki-tangki
ini berisi bahan-bahan tambahan yang besar seperti bentonite
dan bahanbahan pemberat (barite). Bejana tempat
menyimpan bahan lumpur ini bekerja berdasarkan prinsip
gravitasi.
154

f. Tangki air (Water tank) Adalah sebuah bejana yang berisi


air yang digunakan sebagai bahan dasar lumpur
pengeboran.Dan juga dipakai sebagai pemenuhan kebutuhan
air selama operasi pengeboran berlangsung.

Gambar 4.34. Peralatan Mempersiapkan Lumpur Pemboran18)

4.3.4.3 Peralatan Sirkulasi (Circulating Equipment)


Merupakan komponen utama dalam sistem sirkulasi.
Peralatan ini berfungsi mengalirkan lumpur dari mud pit ke
rangkaian pipa bor dan naik ke annulus membawa serbuk bor ke
permukaan menuju ke solid control equipment, sebelum kembali ke
mud pits untuk disirkulasikan kembali. Peralatan ini terdiri dari mud
155

pit, mud pump, pump discharge and return line, stand pipe dan rotary
hose. Perlu diketahui bahwa konsumsi energi pompa dalam suatu
operasi pengeboran sekitar 70% sampai 85% dari seluruh tenaga
yang disediakan oleh prime mover.
a. Pompa lumpur (Mud pump) Merupakan jantung dari
circulating system. Fungsi utamanya adalah memindahkan
volume lumpur pemboran yang besar dengan tekanan yang
besar. Terdapat dua tipe mud pump: (1) Duplex, (2)
Triplex.Duplex bekerja double acting dan Triplex bekerja
dengan single acting.
b. Suction tank Merupakan tangki yang digunakan untuk
menampung lumpur pengeboran yang akan dipakai pada
operasi pengeboran.Terletak di depan pompa lumpur.
c. Suction line Merupakan pipa yang dipakai untuk
menghubungkan antara suction tank ke pompa lumpur. Pipa
ini harus dipasang selurus mungkin.
d. Discharge line adalah Pipa yang dipakai untuk menyalurkan
lumpur pengeboran keluar dari pompa lumpur.
e. Stand pipe Merupakan pipa baja yang ditegakkan dimenara
secara vertikal disamping dari derrick atau mast untuk
menghubungkan discharge line dengan rotary hose dan
gooseneck menyambung pada stand pipe.
f. Rotary hose adalah Suatu selang karet bertulang anyaman
baja yang lemas dan sangat kuat, yang menghubungkan stand
pipe dengan swivel. Selang ini harus elastic, untuk
memungkinkan swivel bergerak bebas secara vertikal.Selang
ini juga harus sangat kuat untuk tahan lama, karena
pekerjaannya yang sangat berat dalam memindahkan fluida
pengeboran yang kasar dan bertekanan tinggi itu (sampai
5.000 psi). Selang pemutar ini dapat diperoleh dengan ukuran
panjang sampai kurang lebih 75 feet.
156

g. Chiksen joint Merupakan sambungan yang digunakan untuk


menghubungkan stand pipe dengan rotary hose. Alat ini
mampu menahan tekanan sampai 5000 psi sehingga
sambungan tidak akan terlepas.
h. Return line adalah Pipa yang digunakan untuk menyaluran
lumpur pengeboran yang keluar dari lubang Annulus. Pipa ini
terhubung ke peralatan pengkondisi lumpur.

Gambar 4.35. Peralatan Sirkulasi Lumpur Pemboran18)

4.3.4.4 Tempat Pengkondisian Lumpur Pemboran (Conditioning


Area /Solid Control Equipment)
157

Ditempatkan di dekat rig. Area ini terdiri dari peralatan-


peralatan khusus yang digunakan untuk “clean up” lumpur bor
setelah keluar dari lubang bor. Fungsi utama dari peralatan ini adalah
untuk membersihkan lumpur dari cutting dan gas yang terikut. Ada
dua cara untuk memisahkan cutting dan gas, yaitu :
a. Menggunakan metode gravitasi, dimana lumpur yang telah
terpakai dialirkan melalui shale shaker dan settling tanks.
b. Secara mekanik, dimana peralatan–peralatan khusus yang
dipasang pada mud pits dapat memisahkan cutting dengan
gas. Peralatan pada conditioning area terdiri dari settling
tanks, reserve pits, mud gas separator, shale shaker, degasser,
desander dan desilter.
 Shale shaker merupakan peralatan yang memiliki ayakan
mekanis dan bekerja dengan cara digetarkan, yang
bertugas menyaring padatan (cutting) dari lumpur
pengeboran yang keluar dari dalam lubang pengeboran.
Alat ini memisahkan dan membuang serbuk bor yang
berukuran lebih besar dari lubang saringan dan serbuk.
 Degasser mempunyai tugas utama adalah untuk
mengeluarkan gas-gas dari dalam cairan lumpur
pengeboran secara terus menerus.Pembuang gas ini
biasanya ditempatkan di atas tanki lumpur. Alat ini harus
dinyalakan pada saat pengeboran berada pada zona yang
banyak mengandung gas dan juga pada terjadinya kick.
 Desander merupakan alat yang digunakan untuk
memisahkan partikel padatan lebih besar dari 30 – 60
micron yang ikut tersirkulasi bersama lumpur pengeboran.
Atau ukuran pasir.
 Desilter merupakan alat yang digunakan untuk
memisahkan partikel padatan lebih besar dari 15 – 30
micronyang ikut tersirkulasi bersama lumpur pengeboran.
158

Saat penambahan barite harus dimatikan agar barite yang


sedang digunakan tidak ikut terpisahkan.
 Mud Cleaners merupakan alat yang digunakan untuk
memisahkan padatan lebih besar dari 74 micronyang ikut
tersirkulasi bersama lumpur pengeboran pada Weighted
mud system.

Gambar 4.36. Peralatan Pengkodisi Lumpur Pemboran18)


4.3.5 Sistem Pencegah Semburan Liar (Blow Out Priventer System)
Lumpur pengeboran merupakan pencegah semburan liar (blow out)
yang utama atau primer, sedangkan blowout preventer (BOP) system
159

merupakan pencegah blow out sekunder. Apabila kick sudah terjadi, segera
penutupan sumur sesuai prosedur kemudian dilakukan sirkulasi untuk
mematikannya. Blowout merupakan hambatan dalam operasi pengeboran
yang paling banyak menimbulkan kerugian. Semburan liar (blow out) ini
adalah peristiwa mengalirnya fluida formasi dari dalam sumur secara tidak
terkendali. Kejadian ini didahului dengan masuknya fluida formasi ke
dalam lubang bor, peristiwa masuknya fluida formasi kedalam lubang
secara terkendali disebut well kick. Bila well kick tidak dapat diatasi maka
dapat terjadi semburan liar. Penyebab terjadinya well kick adalah karena
tekanan didalam lubang bor (hydrostatic pressure) lebih kecil dari tekanan
formasi, yang disebabkan oleh :
1. Lubang bor tidak penuh
2. Swabbing sewaktu trip
3. Lumpur yang kurang berat
4. Loss circulation
Setiap kick pasti didahului oleh tanda-tanda atau gejala-gejala di
permukaan. Maka pekerja bor sangat perlu untuk mengetahui tanda-tanda
ini. Karena kunci utama dari keberhasilan pencegahan semburan liar ini
adalah apabila para pekerja bor bisa mengetahui tanda-tanda kick secara
dini. Adapun tanda-tanda kick adalah :
1. Drilling break.
2. Bertambahnya kecepatan aliran lumpur.
3. Volume lumpur di dalam tangki bertambah.
4. Berat jenis lumpur turun.
5. Stroke pemompaan lumpur bertambah.
6. Tekanan sirkulasi lumpur turun.
7. Adanya gas cut mud.
Untuk keperluan penutupan sumur diperlukan suatu perlengkapan
khusus yang disebut peralatan pencegah semburan liar (blowout preventer
equipments). Peralatan ini harus memiliki dan memenuhi persyaratan serta
dapat melakukan beberapa tugas penting sebagai berikut :
160

 Dapat melakukan penutupan lubang sumur dalam keadaan lubang


kosong, atau ada pipa didalamnya dan dapat untuk melakukan
stripping.
 Dapat menahan tekanan sumur tertinggi yang akan timbul.
 Dapat dipergunakan untuk mengendalikan tekanan saat sirkulasi
mematikan kick.
 Dapat untuk menggantung drill pipe (hangging off), memotong
driil pipe pada keadaan darurat, dan dapat dengan mudah melepas
riser dari subsea BOP stack.
 Memiliki sistem peralatan cadangan (redundancy) apabila salah
satu rusak, khusus untuk pengeboran lepas pantai dengan subsea
BOP stack.

Gambar 4.37. Skema BOP System18)

Sistem pencegah semburan liar (BOP system terdiri dari 3


subkomponen utama yang meliputi :

4.3.5.1 BOP Stack


161

Peralatan pencegah semburan liar ditempatkan pada kepala


casing atau kepala sumur langsung dibawah rotary table pada lantai
bor.

Gambar 4.38. Rangkaian BOP25)

1. Annular preventer
Annular BOP didesain untuk menutup di sekeliling lubang
sumur dengan berbagai jenis ukuran dan bentuk peralatan yang
sedang diturunkan ke dalam lubang bor. Sehingga annular BOP ini
dapat menutup annulus disekitar drillpipe, drillcolar dan casing, juga
dapat mengisolasi sumur dalam kondisi open hole. Annular
preventer berupa master valve yang umumnya ditutup pertama kali
bila sumur mengalami well kick, karena kefleksibelan karet penutup
untuk mengisolasi lubang bor.
1. Ram Preventer
162

Digunakan untuk menutup lubang annulus untuk ukuran pipa


tertentu, atau pada keadaan tidak ada pipa bor dalam lubang. Ram
preventer dapat dibagi menjadi empat tipe ram.
 Pipe ram berfungsi untuk menutup lubang bor pada kondisi
adanya drill string. Penutup ini berupa dua block ram baja
yang berbentuk semi-circular, yang dilengkapi dengan dua
pasang karet isolasi. Ram ini dapat menutup di sekeliling
drillpipe, tubing, drillcolar, kelly atau casing tergantung dari
ukuran rams yang dipilih.
 Blind ram berfungsi untuk menutup lubang bor pada kondisi
tidak ada drill string.
 Shear ram adalah ram yang berfungsi untuk menutup lubang
sumur pada saat ada atau tidaknya rangkaian drill string.
Hampir sebagian besar shear rams memerlukan 3000 psi
untuk memotong pipa.
B. Drilling Spools
Apabila elemen-elemen BOP dipasang tanpa line-line untuk
jalannya lumpur, maka perlu dipasang suatu drilling spool yang
ditempatkan dalam susunan BOP, dimana line-line jalannya lumpur
(choke dan kill line) menjadi satu. API memberikan persyaratan bagi
Drilling spool sebagai berikut :
 Mempunyai tekanan kerja yang tinggi.
 Mempunyai satu atau dua sisi lubang keluar yang diameter
dalamnya tidak kurang dari 2 in, dengan rate tekanan yang
sesuai dengan susunan BOP.
 Mempunyai ukuran lubang vertikal paling sedikit sama
dengan maksimum lubang dari bagian atas casing head atau
susunan BOP.

C. Casing Head (Wellhead)


163

Casing head merupakan tumpuan dari semua susunan BOP


dan biasanya merupakan komponen utama yang dipasang. Casing
head dapat dilengkapi dengan flens yang dilas atau susunan penahan
yang hanya dibaut saja.
Casing head mempunyai persyaratan minimum berdasarkan
standard API, yaitu :
 Mempunyai rate tekanan kerja yang sama atau melebihi
tekanan maksimum permukaan.
 Sama atau melebihi kekuatan pembengkokan dari arah luar
casing yang ditempatkan.
 Mempunyai sambungan dengan kekuatan mekanik dan
kapasitas tekanan yang sebanding dengan flens berdasarkan
API atau pipa yang ditempatkan.
 Mempunyai kemampuan dan kekuatan untuk menahan casing
berikutnya serta berat tubing yang digantung di sana.
 Accumulator di bawah casing head
4.3.5.2 Supporting System
1. Choke dan Kill Line masuk di drilling spools
Dalam operasi mematikan sumur, biasanya dilakukan
sirkulasi fluida yang turun lewat drill pipe kemudian naik
melalui annulus dan terus naik ke permukaan. Choke line
membawa lumpur dan fluida kick dari susunan BOP ke
choke, sedangkan kill line membantu choke line. Choke line
dan kill line dapat digunakan untuk memompakan lumpur
langsung ke dalam annulus apabila diperlukan. Choke line
dan kill line dapat dipasang ke beberapa bagian dari susunan
BOP. Hanya dalam kondisi yang ekstrem dan tak begitu
diharapkan, choke dan kill line dipasang ke casing head,
casing spool, atau bagian bawah dari ram. Choke dan kill
lines harus memiliki beberapa persyaratan berikut :
164

a. Rate tekanan dari line-line harus sesuai dengan susunan


BOP.
b. Semua line yang ada minimum memenuhi persyaratan
pengetesan BOP.
c. Line-line harus memiliki ID yang sesuai untuk
mengurangi erosi pada titik dimana terjadi perubahan
diameter.
d. Jumlah sudut defleksi dalam line-line harus dikurangi.
Bila line-line harus membuat beberapa perubahan sudut
antara susunan dan choke manifold atau sebaliknya
dapat digunakan tes dan crosses untuk mengurangi
erosi akibat arus turbulen pada titik tersebut.
2 Accumulator
Ditempatkan sekitar seratus meter dari rig.
Accumulator unit bekerja pada BOP Stack dengan “high
pressure Hydraulis” (saluran hidrolik bertekanan tinggi).
Pada saat terjadi “kick”, crew dapat menutup blowout
preventer dengan menghidupkan kontrol pada accumulator
atau pada remote panel yang terletak pada lantai bor
4.4 Lumpur Pemboran
Pada mulanya orang hanya menggunakan air saja untuk mengangkat serpih
pemboran (cutting). Lalu dengan berkembangnya pemboran, lumpur mulai
digunakan. Untuk memperbaiki sifat-sifat lumpur, zat-zat kimia ditambahkan dan
akhirnya digunakan pula udara dan gas untuk pemboran walaupun lumpur tetap
bertahan.
4.4.1 Jenis Fluida Pemboran
Fluida pemboran dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu, fluida
Newtonian dan fluida Non Newtonian, berikut ini akan dijelaskan mengenai
kedua jenis fluida tersebut
:
165

4.4.1.1 Fluida Newtonian


Fluida Newtonian adalah fluida dimana viskositasnya hanya
dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur, misalnya air, gas dan
minyak yang encer. Fluida ini mempunyai perbandingan antara shear
stress dan shear rate yang konstan dinamakan µ ( viskositas ).
Persamaan matematisnya dapat dinyatakan dengan :
−μ dVr
τ=
gc dr ....................................................................... (4-6)
Keterangan :
τ = Gaya shear per unit luas ( shear stress ), dyne/cm2
dVr/dr = Shear rate, sec-1
gc = Convertion constant, 32ft/sec2
Tanda negatif pada rumus diatas menunjukkan bahwa dengan
bertambahnya jari-jari, maka kecepatan menurun.

Gambar 4.39. Fluida Newtonian1)

4.4.1.2 Fluida Non-Newtonian


Fluida Non-Newtonian adalah fuida yang perbandingannya
antara shear stress dan shear rate-nya tidak konstan. Jenis fluida ini
dibagi menjadi dua yaitu, bingham plastic dan Power Law. Fluida
pemboran dalam percobaan ini adalah lumpur pemboran. Lumpur
pemboran ini mengikuti model-model rheology Bingham Plastic,
Power Law dan Modified Power Law. Diantara ketiga model ini,
166

Bingham Plastic merupakan model yang sederhana untuk fluida Non-


Newtonian.

Gambar 4.40. Fluida Non Newtonian1)

1. Bingham Plastic
Fluida pemboran dianggap sebagai bingham plastic, dalam hal
ini sebelum terjadi aliran harus ada minium shear stress yang melebihi
suatu harga minimum yield point, kemudian setelah yield point
dilampaui untuk penambahan shear stress lebih lanjut akan
menghasilkan shear rate sebanding dengan plastic viscosity untuk
bingham plastic. Secara sistematis dapat dinyatakan dalam
persamaan :
μp (-dVr)
(τ−τy )=
gc dr .......................................................... (4-7)
Keterangan :
τ = Shear stress, dyne/cm2
τy = Yield point, lb/100ft2
dVr/dr = Shear rate, sec-1
gc = Convertion constant, 32ft/sec2
167

Gambar 4.41. Bingham Plastic1)

2. Power Law Fluid


Pendekatan power law dilakukan dengan menganggap kurva
hubungan shear stress terhadap shear rate pada kertas log – log
mengikuti garis lurus yang ditarik pada shear rate 300 rpm dan 600
rpm. Secara matematis dinyatakan dalam persamaan berikut :

( )
n
−dVr
τ =K−
dr .............................................................. (4-8)
Keterangan :
τ = Shear stress, dyne/cm2
dVr/dr = Shear rate, sec-1
K = Indeks konsistensi
n = Indeks aliran yang dibutuhkan

Gambar 4.42. Power Law Model1)


168

4.4.2 Jenis-jenis Lumpur Pemboran


ZABA dan DOHERTY (1970) mengklasifikasikan lumpur bor
terutama berdasarkan fasa fluidanya : air (water base), minyak (oil base)
atau gas, sebagai berikut :
4.4.2.1 Water Based Mud
Lumpur jenis ini yang paling banyak digunakan, karena
biayanya relatif murah. Lumpur ini terbagi atas fresh water mud dan
salt water mud.
1. Fresh Water Muds (Lumpur Air Tawar)
Adalah lumpur yang fasa cairnya adalah air tawar dengan
(kalau ada) kadar garam yang kecil (kurang dari 10000 ppm =
1% berat garam).
2. Salt Water Muds (Lumpur Air Asin)
Lumpur ini digunakan terutama untuk membor garam
massive (salt dome) atau salt stringer (lapisan formasi garam)
dan kadang-kadang bila ada aliran air garam yang terbor.
Filtrate lossnya besar dan mud-cakenya tebal bila tidak
ditambah organic colloid, pH lumpur dibawah 8, karena itu
perlu preservative untuk menahan fermentasi starch. Jika salt
mudnya mempu-nyai pH yang lebih tinggi, fermentasi terhalang
oleh basa. Suspensi ini bisa diperbaiki dengan penggunaan
attapulgite sebagai pengganti bentonite.
4.4.2.2 Oil-in-Water Emultion Muds (Emulsion Mud)
Pada lumpur ini minyak merupakan fasa tersebar (emulsi) dan
air sebagai fasa kontinu. Jika pembuatannya baik, filtratnya hanya air.
Sebagai dasar dapat digunakan baik fresh maupun salt water mud.
Sifat-sifat fisik yang dipengaruhi emulsifikasi hanyalah berat lumpur,
volume filtrat, tebal mud cake dan pelumasan. Segera setelah
emulsifikasi, filtrate loss berkurang. Keuntungannya adalah bit yang
lebih tahan lama, penetration rate naik, pengurangan korosi pada drill
string, perbaikan pada sifat-sifat lumpur (viskositas dan tekanan
169

pompa boleh/dapat dikurangi, water loss turun, mud cake turun, mud
cake tipis) dan mengurangi balling (terlapisnya alat oleh padatan
lumpur) pada drill string. Viskositas dan gel lebih mudah dikontrol
bila emulsifiernya juga bertindak sebagai thinner.
Umumnya oil-in-water emulsion mud dapat bereaksi dengan
penambahan zat dan adanya kontaminasi seperti juga lumpur asalnya.
Semua minyak (crude) dapat digunakan tetapi lebih baik bila
digunakan minyak refinery(refinery oil) yang mempunyai sifat-sifat
sbb:
1. Uncracked (tidak terpecah-pecah molekulnya), supaya
stabil.
2. Flash point tinggi, untuk mencegah bahaya api.
3. Aniline number tinggi (lebih dari 155) agar tidak
merusakkan karet-karet di pompa/circulation system.
4. Pour point rendah, agar bisa digunakan untuk bermacam-
macam temperatur.
Suatu keuntungan lainnya adalah bahwa karena bau serta
fluorescene-nya lain dengan crude oil (mungkin yang berasal dari
formasi), maka ini berguna untuk pengamatan cutting oleh geologist
dalam menentukan adanya minyak di pemboran tersebut. Adanya
karet-karet yang rusak dapat juga dicegah dengan penggunaan karet
sintetis.
1. Fresh Water Oil-In-Water Emulsion Muds
Fresh water oil-in-water emulsion muds adalah
lumpur yang mengandung NaCl sampai sekitar 60,000 ppm.
Lumpur emulsi ini dibuat dengan menambahkan emulsifier
(pembuat emulsi) ke water base mud diikuti dengan
sejumlah minyak yang biasanya 5 - 25% volume. Jenis
emulsifier bukan sabun lebih disukai karena ia dapat
digunakan dalam lumpur yang mengandung larutan Ca
tanpa memperkecil emulsifiernya dalam hal efisiensi.
170

Emulsifikasi minyak dapat bertambah dengan agitasi


(diaduk).
Pemeliharaannya terdiri dari penambahan minyak dan
emulsifier secara periodik. Jika sebelum emulsifikasi
lumpurnya mengandung persentase clay yang tinggi,
pengenceran dengan sejumlah air perlu dilakukan untuk
mencegah kenaikan viskositas. Karena keuntungan dalam
pemboran dan mudahnya pengontrolan maka lumpur ini
disukai orang.

2. Salt Water Oil-In Water Absorbtion Mud


Salt water oil-in water absorbtion mud mengandung
paling sedikit 60,000 ppm NaCl dalam fasa airnya.
Emulsifikasi dilakukan dengan emulsifier agent-organik.
Lumpur ini biasanya mempunyai pH dibawah 9, dan cocok
digunakan untuk daerah-daerah dimana perlu dibor garam
massive atau lapisan-lapisan garam, seperti di Kansas,
Rocky Mountain, Dakota dan Canada Barat. Emulsi ini
mempunyai keuntungan-keuntungan seperti juga pada fresh
water emulsion,yaitu :
1. Densitasnya kecil
2. Filtrate loss sedikit, mud cake tipis dan lubrikasi lebih
baik.
Lumpur demikian mempunyai tendensi untuk
foaming yang bisa dipecahkan dengan penambahan surface
active agent tertentu. Pemeliharaan lumpur ini sama seperti
pada salt mud biasa kecuali perlunya menambah emulsifier,
minyak dan surface active defoamer (anti foam).
4.4.2.3 Oil Base dan Oil Base Emulsion Mud
Lumpur ini mengandung minyak sebagai fasa kontinunya.
Komposisinya diatur agar kadar airnya rendah (3 - 5% volume).
171

Relatif lumpur ini tidak sensitif terhadap kontaminan. Tetapi airnya


adalah kontaminan karena memberi efek negatif bagi kestabilan
lumpur ini. Untuk mengontrol viskositas, menaikkan gel strength,
mengurangi efek kontaminasi air dan mengurangi filtrate loss, perlu
ditambahkan zat-zat kimia. Manfaat oil base mud didasarkan pada
kenyataan bahwa filtratnya adalah minyak karena itu tidak akan
menghidratkan shale atau clay yang sensitif baik terhadap formasi
biasa maupun formasi produktif (jadi ia juga untuk completion mud).
Kegunaan terbesar adalah pada completion dan workover sumur.
Kegunaan lain adalah untuk melepaskan drill pipe yang terjepit,
mempermudah pemasangan casing dan liner.
Oil base mud ini harus ditempatkan pada suatu tanki besi untuk
menghindarkan kontaminasi air. Rig harus dipersiapkan agar tidak
kotor dan bahaya api berkurang. Oil base emulsion dan lumpur oil
base mempunyai minyak sebagai fasa kontinu dan air sebagai fasa
tersebar. Umumnya oil base emulsion mud mempunyai manfaat yang
sama seperti oil base-mud, yaitu filtratnya minyak dan karena itu tidak
menghidratkan shale/clay yang sensitif. Perbedaan utamanya dengan
oil base mud adalah bahwa air ditambahkan sebagai tambahan yang
berguna (bukan kontaminan). Air yang teremulsi dapat antara 15 -
50% volume, tergantung densitas dan temperatur yang di inginkan
(dihadapi dalam pemboran). Karena air merupakan bagian dari lumpur
ini, maka lumpur ini mempunyai sifat-sifat lain dari oil base mud yaitu
ia dapat mengurangi bahaya api, toleran pada air, dan pengontrolan
flow propertisnya dapat seperti pada water base mud.
4.4.2.4 Gaseous Drilling Fluid
Digunakan untuk daerah-daerah dengan formasi keras dan
kering. Dengan gas atau udara dipompakan pada annulus, salurannya
tidak boleh bocor. Keuntungan cara ini adalah penetration rate lebih
besar, tetapi adanya formasi air dapat menyebabkan bit balling (bit
dilapisi cutting/padatan-padatan) yang merugikan. Juga tekanan
172

formasi yang besar tidak membenarkan digunakannya cara ini.


Penggunaan natural gas membutuhkan pengawasan yang ketat pada
bahaya api. Lumpur ini juga baik untuk completion pada zone-zone
dengan tekanan rendah. Suatu cara pertengahan antara lumpur cair
dengan gas adalah aerated mud drilling dimana sejumlah besar udara
(lebih dari 95%) ditekan pada sirkulasi lumpur untuk memperendah
tekanan hidrostatik (untuk lost circulation zone), mempercepat
pemboran dan mengurangi biaya pemboran.

4.4.3 Aditif Lumpur Pemboran


Didalam lumpur pemboran selain terdiri atas komponen pokok
lumpur, maka ada material tambahan yang berfungsi mengontrol dan
memperbaiki sifat-sifat lumpur agar sesuai dengan keadaan formasi yang
dihadapi selama operasi pemboran. Berikut ini akan disebutkan beberapa
bahan kimia tersebut, yaitu untuk tujuan: menaikkan berat jenis lumpur,
menaikkan viskositas, menurunkan viskositas, menurunkan filtration loss
dan lain-lain.
4.4.3.1 Material Pemberat (Weighting Material)
Bahan untuk menaikkan berat jenis adalah sebagai berikut :
1. Galena (PbS), mempunyai spesifik gravitasi 6.7 – 7.0 fungsi
utamanya adalah untuk mematikan sumur apabila tekanan dari
formasi yang besar.
2. Barite (BaSO4) ,mempunyai spesifik gravitasi antara 4.25 –
4.35 biasanya dipergunakan untuk operasi pemboran yang
melewati zona gas bertekanan tinggi yang dangkal.
3. Calcium Carbonat (CaCO3), mempunyai spesifik gravitasi
2.75 material ini digunakan untuk lumpur jenis oil base mud.
Kalsium karbonat biasanya dipergunakan untuk operasi pemb-
oran yang dalam.
173

4.4.3.2 Pengental (Viscosifier)


Bahan untuk menaikkan viskositas sebagai berikut :
1. Wyoming bentonite, merupakan material yang berfungsi untuk
menaikkan viskositas lumpur jenis fresh water mud, dimana
tiap penambahan material ini kedalam air sebanyak 20 lb/bbl
akan dapat memberikan viskositas sebesar kurang lebih 36 de-
tik mursh funnel.
2. Attapulgit, merupakan material clay yang berfungsi untuk
menaikkan viskositas pada lumpur jenis salt water base mud.
3. Extra high yield bentonite
4. High yield clay

4.4.3.3 Pengencer (Viscosity-Reducing Chemical)


Bahan-bahan untuk menurunkan viskositas, antara lain :
1. Calcium ligno sulfonate, sangat baik untuk dispersant pada
calcium treated muds ataupun lime treated muds.
2. Phospat, dipakai sebagai thinner pada low pH muds dimana
pada temperatur tidak lebih dari 180 0F, karena pada temper-
atur tersebut phospat akan pecah menjadi orthophospat dan
sering dipaaki untuk keadaan lumpur yang terkontaminasi den-
gan semen.
3. Sodium, Acid PyroPhospat (SAPP), mempunyai pH kurang
lebih 4, fungsinya untuk memperbaiki keadaan lumpur yang
terkontaminasi dengan semen serta dapat digunakan untuk
menurunkan viskositas.
4. Quebracho, dengan penambahan 2% dari volume lumpur dapat
memperbaiki air tapisan dan menurunkan viskositas lumpur.
5. Bahan penurunan viskositas yang lainnya antara lain : Chrome
ligno sulfonate, Processed lignite, Alkaline.
174

4.4.3.4 Fluid-Loss Reducer


Bahan-bahan untuk menurunkan filtration loss, antara lain :
1. Pregelatinized starch. Digunakan pada salt water muds pada
temperatur di bawah 200 oF dan diproduksi dari sari pati ja-
gung dan kentang.
2. Sodium carboxymethyl cellulose. Tersedia dalam beberapa
tingkatan tergantung dari derajat polymerazation, tahan
terhadap garam dan temperatur tapi tidak lebih dari 300oF.
3. Dispersants. Contohnya adalah lignites, lignosulfanates.
Mengurangi partikel clay menjadi jarak koloidal, dimana efekif
terhadap permeabilitas filter cake dan dapat digunakan pada
fresh water sistem, temperatur stabil bervariasi tergantung
pilihan
4. Emulsified. Tidak biasa digunakan untuk fluid loss reducer,
tetapi dapat digunakan untuk mengurangi permeabilitas cake,
temperatur bervariasi dengan kombinasi yang berbeda.

4.4.3.5 Material Loss Circulation


Bahan-bahan untuk mengatasi loss sirkulasi
1. Milmica, merupakan material mika yang tidak mengikis per-
alatan dan mempunyai bentuk yang kasar.
2. Kwik seal, material yang sangat efektif untuk mencegah hi-
langnya lumpur pada formasi porous.
3. Mill-plug, merupakan material berbentuk butir, yang mempun-
yai stregth sangat tinggi yang berfungsi untuk menutup for-
masi yang pecah. Bahan material yang lain, seperti : fiber,
wood fiber.

4.4.3.6 Pengontrol Korosi


1. Noxygen, berfungsi sebagai katalisator sodium sulfide yang
berupa tepung, digunakan untuk membersihkan oksigen yang
175

dapat menimbulakn korosi. Material ini biasanya dipakai se-


cara rutin pada operasi pemboran.
2. Noxigen L, berfungsi sebagai pembersih oksigen yang terdapat
dalam lumpur, adapun bentuk dari noxigen ini berupa larutan
dengan konsentrasi 11.2 lb/bbl ammoniumbi sulfide.
4.4.3.7 Pengontrol Ph
1. Caustic Soda (NaOH), mempunyai kadar alkohol yang tinggi
dan berfungsi mengontrol pH pada water base muds.
2. Soda Ash, adalah material kering yang dipergunakan untuk
mengendapakan ion Ca++ pada water base muds.

4.4.3.8 Bahan-bahan sebagai Fluccolant


Fluccolant adalah fasa kimia yang berfungsi untuk
mempercepat pengendapan serbuk bor. Fasa kimia tersebut adalah :
1. Fluxit (buatan Magcobar)
2. Baroflac (buatan Baroid)

4.4.3.9 Emulsifier
Emulsifier adalah fasa kimia untuk emulsi minyak dan air,
antara lain :
1. Mogco Mul (buatan Magcobar)
2. Trimulsi (buatan Baraoid)
3. Atlasol (buatan Mil White)
4. Imco – Ceox (buatan IMC)

4.4.4 Komposisi Lumpur Pemboran


Secara umum lumpur pemboran dapat dipandang mempunyai empat
komponen atau fasa :
4.4.4.1 Fasa Cair
Fasa cair ini bisa berupa minyak atau air. Fungsi dari fasa cair
adalah sebagai fasa dasar yang menyebabkan lumpur dapat mengalir.
176

Air dapat dibagi dua macam yaitu Air Tawar dan Air Asin. 75%
lumpur pemboran itu menggunakan air.
4.4.4.2 Reactive Solids (zat padat yang bereaksi)
Padatan yang bereaksi dengan air membentuk solid (clay)
dalam hal ini clay air tawar seperti bentonite menghisap air tawar dan
membentuk lumpur. Dalam hal ini bentonite mengabsorb air tawar
pada permukaan partikel_partikel hingga kenaikan volumenya sampai
10x atau lebih yang disebut swelling (mengembang).
4.4.4.3 Inert Solids (zat padat yang tidak bereaksi)
Biasanya berupa barite (BaSO4) yang digunakan untuk
menaikkan densitas lumpur, ataupun galena atau bijih besi. Inert
solids dapat pula berasal dari formasi-formasi yang dibor dan terbawa
lumpur seperti chert, pasir atau clay-clay non swelling, dan padatan-
padatan seperti ini secara tidak sengaja memberikan kenaikan densitas
lumpur dan perlu dibuang secepat mungkin (bisa menyebabkan abrasi,
kerusakan pompa dll).
4.4.4.4 Fasa Kimia
Zat kimia merupakan bagian dari sistem yang digunakan untuk
mengontrol sifat-sifat lumpur, misalnya dalam dispersion
(menyebarnya paritkel-partikel clay) atau flocculation (berkumpulnya
partikel-partikel clay). Efeknya terutama tertuju pada peng"koloid"an
clay yang bersangkutan. Banyak sekali zat kimia yang digunakan
untuk menurunkan viskositas, mengurangi water loss, dan mengontrol
fasa koloid (disebut surface active agent). Zat-zat kimia yang
mendispersi (thinner = menurunkan viskositas/mengencerkan),
misalnya :
 Quebracho (dispersant)
 Phosphate
 Sodium Tannate (kombinasi caustic soda dan tannium)
 Lignosulfonates (bermacam-macam kayu pulp)
 Lignites
177

 Surfactant (surface active agents)


Sedang zat-zat kimia untuk menaikkan viskositas misalnya adalah :
 C.M.C
 Starch
 Beberapa senyawa polimer
Zat-zat kimia bereaksi dan mempengaruhi lingkungan sistem
lumpur tersebut misalnya dengan menetralisir muatan-muatan listrik
clay, menyebabkan dispersion dan lain-lain.

4.4.5 Fungsi Lumpur Pemboran


Lumpur pemboran merupakan faktor yang penting dalam pemboran.
Kecepatan pemboran, efisiensi, keselamatan dan biaya pemboran sangat
tergantung pada lumpur ini. Fungsi lumpur antara lain adalah :
1. Mengontrol tekanan formasi.
Tekanan formasi terbagi atas 3 jenis yaitu :
 tekanan subnormal (< 0.433 psi/ft).
 tekanan normal (0.433-0.465 psi/ft).
 tekanan abnormal (>0.465 psi/ft).
Pada umumnya adalah di sekitar 0.465 psi/ft kedalaman. Pada
tekanan yang normal air dan padatan dipemboran telah cukup untuk
menahan tekanan formasi ini. Untuk tekanan yang lebih kecil dari
normal (subnormal), densitas lumpur harus diperkecil agar lumpur
tidak hilang ke formasi. Sebaliknya untuk tekanan yang lebih besar
dari normal atau abnormal(lebih dari 0.465 psi/ft), maka barite
kadang-kadang perlu ditambahkan untuk memperberat lumpur.
Tekanan yang diakibatkan oleh kolom lumpur pada kedalaman
tertentu (D, ft) dapat dihitung menggunakan rumus :
Pm=0 .052 d m D ................................................................... (4-9)

P=Ph +Ploss ........................................................................... (4-10)


dimana
178

Pm = Tekanan statik lumpur, psi


P = P dinamis
dm = Densitas lumpur, ppg
Ph = P hidrostatik
D = Kedalaman, ft.
Ploss = Kehilangan tekanan selama sirkulasi
Perlu diketahui, bahwa tekanan fluida dinamis (pada saat
mengalir) kepada formasi adalah tekanan statik (menggunakan rumus
diatas) ditambah pressure loss yg terjadi di sepanjang jalur sirkulasi.
2. Pengangkatan cutting ke permukaan.
Pengangkatan cutting ke permukaan tergantung dari :
a. Kecepatan fluida di annulus
b. Kapasitas untuk menahan fluida yang merupakan fungsi
dari densitas, aliran (laminer atau turbulen), viskositas.
Umumnya kecepatan 100 - 120 fpm telah cukup (kadang-
kadang perlu 200 fpm tetapi jarang).
3. Mendinginkan dan melumas bit dan drill string.
Panas dapat timbul karena gesekan bit dan drill string yang
kontak dengan formasi. Konduksi formasi umumnya kecil, sehingga
sukar menghilangkan panas ini. Tetapi umumnya dengan adanya
aliran lumpur volume maupun specific heat lumpur telah cukup untuk
mendinginkan sistem serta melumasi.
4. Memberi dinding pada lubang bor dengan mud cake
Lumpur akan membuat mud cake atau lapisan zat padat tipis di
permukaan formasi yang permeable (lulus air). Pembentukan mud
cake ini akan menyebabkan tertahannya aliran fluida masuk ke
formasi untuk selanjutnya. Adanya aliran yang masuk yaitu cairan
plus padatan menyebabkan padatan tertinggal/tersaring. Cairan yang
masuk ke formasi disebut filtrat. Sifat wall building ini dapat
diperbaiki dengan penambahan:
a. Sifat koloid drilling mud dengan bentonite.
179

b. Memberi zat kimia untuk memperbaiki distribusi zat padat


dalam lumpur, misalnya starch, CMC dan cypan, yang dapat
mengurangi filter loss dan memperkuat mud cake.

5. Menahan serpih/serbuk bor dan padatan lainnya jika sirkulasi


dihentikan.
Kemampuan lumpur bor untuk menahan atau menampung
serpih bor pada saat tidak ada sirkulasi tergantung sekali pada daya
agarnya (gel strengt). Daya agar adalah suatu sifat fluida thixotropis
yang mempunyai kemampuan mengental dan mengagar jika
didiamkan (staticcondition) dan kembali lagi mencari jika diaduk atau
digerak-gerakkan.
6. Melepaskan pasir dan cutting di permukaan
Kemampuan lumpur untuk menahan cutting selama sirkulasi
dihentikan terutama tergantung dari gel – strength. Pada saat fluida
pemboran menjadi gel, tahanan terhadap gerakan cutting ke bawah
dapat dipertinggi. Cutting perlu ditahan agar tidak turun kebawah,
karena dapat menyebabkan akumulasi cutting pada annulus dan pipa
akan terjepit (pipe sticking). Selain itu, pengendapan cutting di
annulus akan memperberat beban torsi pada saat rotasi permulaan dan
juga memperberat kerja pompa pada saat memulai sirkulasi kembali.
Akan tetapi gel strength yang terlalu besar juga tidak diinginkan
karena akan mempersulit proses pembuangan cutting di permukaan
(selain pasir). Penggunaan alat-alat seperti desander atau shale shaker
dapat membantu proses pemisahan cutting/pasir dari lumpur
dipermukaan. Sebagai tambahan, pasir harus dibuang dari aliran
lumpur karena sifatnya yang sangat abrasive (mengikis) pada pompa,
fitting (sambungan-sambungan) dan bit. Untuk ini biasanya kadar
pasir maksimal yang boleh adalah 2%.
180

7. Menahan sebagian berat drill pipe dan casing (Bouyancy


effect).
Akibat adanya gaya apung yang disebabkan oleh fluida lumpur,
maka sebagian berat drill string maupun casing tergantikan oleh gaya
apung ini. Sehingga beban dorong (drung) antara rangkaian pipa bor
maupun casing dengan dinding formasi dapat diminimalisasi.

8. Mengurangi efek negatif pada formasi.


Memperkecil kerusakan terhadap zona produktif, harus
dipertimbangkan adanya reaksi antara lumpur pemboran terhadap
formasi zona produktif yang dibor. Bila formasi yang permeable dibor
maka filter cake akan terbentuk didindingnya. Filter cake yang
berkualitas baik akan mengurangi penyusupan air lapisan ke zona
permeable tersebut.
9. Mendapatkan informasi (mud log dan sample log).
Dalam pemboran, kadang-kadang lumpur dianalisa untuk
mengetahui apakah lumpur mengandung hidrokarbon atau tidak (mud
log). Selain itu dilakukan pula sample log, yaitu proses analisa cutting
yang naik kepermukaan, untuk menentukan formasi yang sedang
dibor.
10. Media logging
Untuk penentuan adanya zona minyak atau gas serta juga zone-
zone air dan juga untuk korelasi dan maksud-maksud lain, diadakan
logging (pemasukan sejenis alat antara lain alat listrik atau gamma ray
/ neutron) seperti misalnya electric logging, yang mana memerlukan
lumpur sebagai media penghantar arus listrik di lubang bor.

4.4.6 Sifat Fisik Lumpur Pemboran


Komposisi dan sifat-sifat lumpur sangat berpengaruh pada pemboran.
Perencanaan casing, drilling rate dan completion dipengaruhi oleh lumpur
yang digunakan saat itu. Misalnya pada daerah batuan lunak pengontrolan
181

sifat-sifat lumpur sangat diperlukan tetapi di daerah batuan keras sifat-sifat


ini tidak terlalu kritis sehingga air biasapun kadang-kadang dapat
digunakan. Dengan ini dapat dikatakan bahwa sifat-sifat geologi suatu
daerah menentukan pula jenis lumpur yang harus digunakan.

4.4.6.1 Densitas Lumpur


Lumpur sangat besar peranannya dalam menentukan berhasil
tidaknya suatu operasi pemboran, sehingga perlu diperhatikan sifat-
sifat dari lumpur tersebut, seperti densitas, viskositas, gel strength,
atau filtration loss. Lumpur bor merupakan salah satu sifat lumpur
yang sangat penting, karena peranannya berhubungan langsung
dengan fungsi lumpur bor sebagai pengimbang tekanan formasi.
Lumpur dengan densitas yang terlalu besar akan menyebabkan lumpur
hilang ke formasi (lost circulation), sedang densitas yang terlalu kecil
akan menyebabkan "kick". Maka densitas lumpur harus disesuaikan
dengan keadaan formasi yang akan dibor.
Densitas lumpur dapat menggambarkan gradien hidrostatik
dari lumpur bor dalam psi/ft. Tetapi di lapangan biasanya dipakai
satuan ppg (pound per gallon) yang diukur dengan menggunakan alat
yag disebut dengan mud balance yang ditunjukkan Gambar 4.43 di
halaman selanjutnya. Dalam perhitungan harga densitas, asumsi-
asumsi yang digunakan :
1. Volume setiap material adalah additive :
V s +V ml=V mb .................................................................... (4-11)
2. Jumlah berat adalah additive, maka :
( ρ s×V s ) + ( ρml ×V ml ) =ρmb ×V mb ..................................... (4-12)
Keterangan :
Vs = Volume solid, bbl
V ml = Volume lumpur lama, bbl
182

V mb = Volume lumpur baru, bbl

ρs = Berat jenis solid, ppg


ρml = Berat jenis lumpur lama, ppg

ρmb = Berat jenis lumpur baru, ppg

Gambar 4.43. Mud Balance18)

dari persamaan (4-11) dan persamaan (4-12) didapat :


( ρmb −ρml ) ×V ml
V s=
( ρs −ρmb ) ....................................................... (4-13)
karena zat pemberat (solid) beratnya adalah :
W s=V s ×ρs ....................................................................... (4-14)
Dimasukkan ke dalam persamaan (4-13) :
( ρ mb−ρ ml)
W s= ×( ρ s×V ml )
( ρs −ρmb )
% Volume solid :
Vs ( ρ mb−ρ ml )
×100= ×100
V mb ( ρs −ρml ) ........................................... (4-15)
% Berat solid :
ρ s×V s ρ s ( ρmb −ρml )
×100= ×100
ρmb×V mb ρmb ( ρs −ρml )
............................. (4-16)
183

Maka bila yang digunakan sebagai solid adalah barite dengan


SG = 4.3, untuk menaikkan densitas dari lumpur lama seberat dml ke

lumpur baru sebesar


ρmb setiap bbl lumpur lama memerlukan berat
solid, Ws sebanyak :
( ρmb −ρml )
W s=684×
( 35 . 8− ρmb ) .................................................... (4-17)

Keterangan :
Ws = Berat solid/zat pemberat, kg barite/bbl lumpur.
Sedangkan jika yang digunakan sebagai zat pemberat adalah
bentonit dengan SG = 2.5, maka untuk tiap barrel
lumpur diperlukan :
( ρmb− ρml )
W s=398×
( 20 .8−ρmb ) .................................................... (4-18)
dimana
Ws = kg bentonite/bbl lumpur lama.

4.4.6.2 Viskositas
Pengukuran viskositas yang sederhana dilakukan dengan
menggunakan alat Marsh Funnel yang ditunjukkan Gambar 4.44
dihalaman selanjunya. Dalam perhitungan viskositas ini, didapatkan
waktu (detik) yang dibutuhkan lumpur sebanyak 0.9463 liter (1 quart)
untuk mengalir keluar dari corong Marsh Funnel. Bertambahnya
viskositas ini direfleksikan dalam bertambahnya apparent viscosity.
Untuk fluida Non-Newtonian, informasi yang didapat dengan Marsh
Funnel memberikan suatu Gambaran rheology fluida yang tidak
lengkap sehingga harga viskositas yang didapatkan biasanya
digunakan sebagai perbandingan antara fluida yang baru (awal)
dengan kondisi sekarang.
184

Gambar 4.44. Marsh Funnel18)

4.4.6.3 Plastic Viscocity


Plastic Viscosity suatu tahanan terhadap aliran yang
disebabkan oleh adanya gesekan-gesekan antara padatan di dalam
lumpur, padatan cairan dan gesekan antara lapisan cairan dimana
plastic viscosity merupakan hasil torsi dari pembacaan pada alat
viscometer.

4.4.6.4 Yield Point


Yield point adalah mengukur gaya elektrokimia antara padatan-
padatan, cairan-cairan, cairan padatan pada zat kimia dalam kondisi
dinamis yang berhubungan dengan pola aliran, pengangkatan
serpihan, kehilangan tekanan dan kontaminasi. Apparent Viscosity
adalah keadaan dimana fluida non-Newtonian pada shear rate tertentu
seolah-olah mempunyai kekentalan (viscositas) seperti pada fluida
newtonian.

4.4.6.5 Gel Strength


Gel Strength pada saat sirkulasi dihentikan maka lumpur akan
menjadi gel. Hal ini disebakan adanya gaya Tarik-menarik antara
185

partikel-partikel padatan lumpur, daya inilah yang disebut gel


strength. Pada saat sirkulasi berhenti lumpur harus mempunyai gel
strength yang dapat menahan serbuk bor tidak jatuh ke dasar lubang.
Apabila gel strength terlalu besar maka akan mengakibatkan kerja
pompa terlalu berat untuk memulai kembali sirkulasi.
Penentuan harga shear stress dan shear rate didapatkan dari
penyimpangan skala penunjuk (dial reading) dan kecepatan rotasi
(RPM) dari Fann VG Viscometer yang diolah menjadi harga shear
stress (dyne/cm2) dan shear rate (sec1). Dari harga shear rate dan shear
stress tersebut maka akan didapatkan harga apparent viscosity dalam
satuan cp (centipoise). Adapun persamaan tersebut sebagai berikut :
τ =5. 077×C ................................................................... (4-20)

γ=1 .704×N .................................................................. (4-21)


dimana:
τ = Shear stress, dyne/cm2
γ = Shear rate, detik-1
C = Dial reading, derajat
N = Rotation per minute RPM dari rotor

Penentuan viskositas nyata (


μa ) untuk setiap harga shear rate
dihitung berdasarkan hubungan :
186

Gambar 4.45. Skema Gambar Fann VG Viscometer18)


τ
μa = ×100
γ ................................................................... (4-22)
( 300×C )
μa =
N ................................................................ (4-23)

Untuk menentukan plastic viscosity (


μ p ) dan yield point
dalam field unit digunakan persamaan Bingham Plastic pada Gambar
4.40 berikut :
τ 600−τ 300
μp=
γ 600−γ 300 .............................................................. (4-24)

Dengan memasukkan persaman (4-21) dan persamaan (4-22)


ke dalam persamaan (4-24) didapat :
μ p =C 600−C 300 .............................................................. (4-25)
Y b =C300 −μ p .................................................................... (4-26)
dimana :
μp = Plastic viscosity, cp
Y b = Yield point Bingham, lb/100 ft2

C600 = Dial reading pada 600 RPM, derajat


C300 = Dial reading pada 300 RPM, derajat
Harga gel strength dalam 100 lb/ft2 diperoleh secara langsung
dari pengukuran dengan alat Fann VG. Simpangan skala penunjuk
akibat digerakkannya rotor pada kecepatan 3 RPM, langsung
menunjukkan harga gel strength 10 detik atau 10 menit dalam 100
lb/ft2.

4.4.6.6 Laju Tapisan (Filtration Loss)


Laju tapisan lumpur pemboran terdiri dari komponen padat dan
cair. Karena pada umumnya dinding lubang sumur mempunyai pori-
187

pori, maka komponen cair dari lumpur akan masuk ke dalam dinding
lubang bor. Dimana indikasi jumlah cairan yang masuk ke formasi
yang tergantung pada suhu, tekanan, dan padatan yang disebut laju
tapisan. Area yang terinfiltrasi lumpur disebut invaded zone
sedangkan zat cair yang masuk disebut filtrate. Kegunaan laju tapisan
adalah membentuk mud cake pada dinding lubang bor. Mud cake yang
baik adalah yang tipis untuk mengurangi kemungkinan terjepitnya
pipa bor dan kuat untuk membantu kestabilan lubang bor serta padat
agar filtrate yang masuk kedalam formasi tidak terlalu berlebih. Mud
cake yang tebal akan menjepit pipa pemboran sehingga sulit diangkat
dan diputar sedangkan filtrate yang masuk keformasi akan merusak
formasi dan dapat menimbulkan kerusakan pada formasi.
Di dalam proses filtrasi-nya, maka laju tapisan dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu :
1. Statik filtrasi, merupakan filtrasi yang terjadi pada saat lumpur
pada keadaan diam (tidak ada sirkulasi).
2. Dinamik filtrasi, filtrasi yang terjadi dalam keadaan ada
sirkulasi dan pipa bor berputar dan harus diamati ketika proses
pemboran berlangsung.
Cairan yang masuk kedalam formasi pada dinding lubang bor
akan menyebabkan akibat negatif, yaitu lubang bor akan runtuh, water
blocking, differential sticking.
 Dinding lubang bor akan runtuh
Bila formasi yang dimasuki oleh zat cair yang masuk tersebut
adalah air, maka ikatan antara partikel formasi akan lemah,
sehingga dinding lubang bor runtuh.
 Water Blocking
Filtrat yang berupa air akan menghambat aliran minyak dari
formasi ke dalam lubang sumur jika filtrate dari lumpur
banyak.
 Differential Sticking
188

Seiring dengan banyaknya laju tapisan maka mud cake dari


lumpur akan tebal. Di waktu sirkulasi berhenti ditambah
dengan berat jenis lumpur yang besar, maka drill collar akan
cenderung terjepit, karena mud cake akan menahan drill collar
yang terbenam di dalam mud cake. Laju tapisan yang besar
dapat menyebabkan terjadinya formation damage dan lumpur
akan kehilangan banyak cairan. Invasi filtrate yang masuk
kedalam formasi produktif dapat menyebabkan produktivitas
menurun. Perlu adanya pengaturan laju filtrasi, yaitu dengan
membatasi cairan yang masuk ke dalam formasi.
Standar prosedur yang digunakan dalam pengukuran volume
filtration loss dan tebal mud cake untuk static filtration adalah API RP
13B untuk LPLT (low pressure - low temperature) lihat Gambar 4.46.
Lumpur ditempatkan dalam silinder standar yang bagian dasarnya
dilengkapi kertas saring dan diberi tekanan sebesar 100 psi dengan
lama waktu pengukuran 30 menit. Volume filtrat ditampung dengan
gelas ukur dengan satuan cubic centimeter (cc).

Gambar 4.46. Rangkaian Peralatan Pengukuran Filtration Loss


LPLT18)
189

Persamaan untuk volume filtrat yang dihasilkan dapat


diturunkan dari persamaan Darcy, persamaannya adalah sebagai
berikut :

[ ]
1

Vf=A
( )
f sc
2k −1 tΔP
f sm
2

μ ............................................. (4-27)
dimana :
A = Filtration area, cm2
k = Permeabilitas cake, darcy

f sc = Volume fraksi solid dalam mud cake


f sm = Volume fraksi solid dalam lumpur
P = Tekanan Filtrasi, atm
t = Waktu filtrasi, menit
μ = Viscositas filtrat, cp
Pembentukan mud cake dan filtration loss adalah dua kejadian
dalam pemboran yang berhubungan erat, baik waktu maupun
kejadiannya maupun sebab dan akibatnya. Oleh sebab itu maka
pengukurannya dilakukan secara bersamaan.
Persamaan yang umum digunakan untuk static filtration loss
adalah:

()
0 .5
t2
Q 2 =Q1×
t1
............................................................. (4-28)
dimana :
Q1 = Fluid loss pada waktu t , cm3
1

Q2 = Fluid loss pada waktu t2, cm3


t = waktu filtrasi, min
190

4.4.6.7 Tebal Ampas (Mud Cake)


Tebal ampas berhubungan dengan presentasi padatan, sifat
kimia, dan kestabilan lumpur. Hal ini dapat menyebabkan gesekan,
torsi atau terjepitnya rangkaian serta berfungsi untuk melindungi
formasi dan melapisi formasi.

4.4.6.8 pH
pH dipakai untuk menentukan tingkat kebasaan dan keasaman
dari lumpur yang dipakai, berkisar antara 9 - 12. Jadi lumpur
pemboran yang digunakan adalah suasana basa. Jika lumpur yang
digunakan dalam suasana asam maka serbuk bor yang keluar dari
lubang bor akan halus dan hancur, sehingga tidak dapat ditentukan
batuan apa yang ditembus oleh mata bor selain itu peralatan yang
dilalui oleh lumpur saat sedang sirkulasi atau tidak akan mudah
berkarat. Kalau lumpur bor terlalu basa terlalu basa juga tidak baik
karena dapat menaikkan kekentalan dan gel strength dari lumpur.

Gambar 4.47. pH meter21)


191

4.4.7 Sifat-Sifat Lumpur pada Tekanan dan Temperatur Tinggi


Effisiensi operasi pemboran sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat
lumpur. Oleh sebab itu pemeliharaan dan mempelajari sifat-sifat lumpur
menjadi sangat penting. Kondisi lingkungan pemboran, dalam hal ini adalah
tekanan dan temperatur, dapat mempengaruhi sifat-sifat lumpur tersebut.
Dimana pada umumnya temperatur yang tinggi dapat mengurangi
efektivitas aditif yang ditambahkan kedalam lumpur sebagai pembentuk
sifat-sifat lumpur. Jika pada kondisi tersebut sifat-sifat lumpur tidak dapat
dikontrol, maka dapat menimbulkan masalah terhadap kecepatan pemboran,
bit dan hole cleaning, kestabilan lubang bor dan masalah-masalah lainnya
yang cukup serius.

4.4.7.1 Filtration Loss Pada Tekanan Dan Temperatur Tinggi


Salah satu sifat lumpur yang akan dipelajari dalam percobaan
ini adalah filtration/water loss pada tekanan dan temperatur tinggi.
Pengukuran fluid loss tersebut menggunakan High -Pressure dan
High-Temperature (HPHT) filter press yang mempunyai prinsip yang
sama dengan standart filter press Gambar 4.48. Untuk
mengindikasikan kecepatan filtrasi pada formasi permeabel yang
ditutupi oleh mud cake yang terbentuk setelah pemboran, maka
digunakan filter-paper standar, selain itu pembentukan mud cake
harus dibawah kondisi standar test. Dari penurunan persamaan Darcy,
maka didapat hubungan antara volume filtat yang terkumpul terhadap
waktu, yaitu :

( ( ))
0. 5
f sc
()
0. 5
t
V f = 2 kΔP −1 A
f sm μ
................................... (4-29)
Persamaan tersebut dapat ditulis sebagai :
0. 5
V f =c×t ...................................................................... (4-30)
dengan :
192

V f = volume filtrat lumpur yang terkumpul, cm3


k = Permeabilitas mud cake, darcy
P = Perbedaan tekanan yang melalui mud cake, atm

f sc = Fraksi volume solid pada mud cake


f sm = Fraksi volume solid pada Lumpur
μ = Viskositas filtrat, cp
A = Luas filter paper, cm2
t = Waktu, (menit)
c = Konstanta

Gambar 4.48. Skema Alat HP-HT Filter Press18)


Sifat filtration loss lumpur, dinyatakan dalam API water loss,
yaitu volume filtrat yang dikumpulkan selama 30 menit pada kondisi
standar test. Untuk pengukuran water loss dengan menggunakan
HPHT filter press, maka :
193

APIwaterloss = 2 x V 30 ................................................... (4-31)


dimana :
V 30=2 ( V 7 . 5−V sp ) +V sp

V 30 = volume filtrat yang dihasilkan selama 30 menit, cm3

V 7.5 = volume filtrat yang dihasilkan selama 7.5 menit, cm3

V sp = volume spurt loss, cm3

4.4.7.2 Rheologi Pada Tekanan Dan Temperatur Tinggi


Selain sifat water loss dari lumpur, percobaan ini juga mempelajari
pengaruh temperatur terhadap sifat rheology lumpur. Pada umumnya
kenaikan temperatur menyebabkan lumpur menjadi lebih encer, tetapi hal
ini tergantung dari tipe dan total solid di dalam lumpur tersebut. Hal ini
mengakibatkan plastic viscositas lumpur akan berkurang. Jika dibandingkan
dengan fasa liquidnya, dalam hal ini adalah air, maka penurunan PV
tersebut menunjukan trend yang sama sampai harga temperatur tertentu. Di
atas harga tersebut, PV tidak mengalami penurunan terhadap naiknya
temperatur. Keadaan ini diakibatkan oleh meningkatnya efek friksi/gesekan
dari fasa solid jika dibandingkan dengan kecepatan pengenceran dari fasa
liquidnya.
Alat yang digunakan untuk mengetahui sifat rheology adalah fann
VG Viscometer yang dilengkapi cup heater untuk menaikkan temperatur
lumpur. Lumpur yang akan di tes ditempatkan sedemikian rupa sehingga
mengisi ruangan antara Bob dan Rotor sleeve. Pada saat rotor berputar,
maka lumpur akan menghasilkan torque pada Bob sebanding dengan
besarnya viskositas lumpur.
194

Gambar 4.49. Fan VG Viscometer Dan Cup Heater HP-HT18)


Dari skala pembacaan yang dihasilkan,maka dapat dihitung sifat
rheology lumpur sebagai berikut :
a. µp = θ600 – θ300
b. Yp = θ300 - µp
c. µp = 0.5θ600
d. GS = θ3
dimana :
μp = Plastik Viscosity, cp
μa = Apparent Viscosity, cp
Yp = Yield Point, lb/100 ft2
θ300 = Dial Reading pada 300 RPM, derajat

θ600 = Dial Reading pada 600 RPM, derajat


GS = Gel Strength, lb/100 ft2
θ3 = Dial Reading pada 3 RPM, derajat
195

4.4.8 Pola Aliran


Jenis aliran fluida pada pipa, yaitu aliran laminer, turbulen dan plug
flow.
1. Laminer
Aliran laminer yaitu suatu aliran dimana gerak aliran partikel-
partikel fluidanya pada kecepatan yang agak lambat, teratur dan
sejajar dengan arah aliran (dinding pipa).Partikel-partikel yang ada
didekat dinding hampir tidak bergerak, sementara partikel-partikel lain
yang ada ditengah bergerak lebih cepat.

Gambar 4.50. Aliran Laminer 4)


2. Turbulen
Aliran turbulen yaitu suatu aliran dimana fluida bergerak dengan
kecepatan yang lebih cepat.Partikel-partikelnya bergerak pada garis-
garisyang tidak teratur serta geseran yang terjadi juga tidak teratur
sehingga terjadi aliran berputar.

Gambar 4.51. Aliran Turbulen 4).


196

3. Plug Flow
Plug flow yaitu aliran yang terjadi khusus untuk fluida plastic,
dimana gerak geser (shear) terjadi didekat dinding pipa, saja dan
ditengah-tengah aliran terdapat suatu aliran tanpa geseran (shear)
seperti suatu sumbat.Reynold Number digunakan dalam menentukan
aliran itu laminar atau turbulen :
928 ρV d
NRe = ...................................................................(4-32)
µ

Keterangan:
𝝆 = Densitas fluida, ppg.
v =Kecepatan aliran, fps
d =Diameter pipa, in.
µ =Viskositas, cp.
NRe > 3000 menunjukkan bahwa aliran berbentuk turbulen
sedangkan NRe < 2000 merupakan aliran laminar, dan untuk harga
diantaranya memiliki pola aliran transisi.Sifat aliran bisa juga
diketahui dengan menentukan kecepatan rata-rata dan kecepatan
kritisnya.Aliran laminer ditandai dengan kecepatan rata-rata lebih
kecil dibandingkan dengan kecepatan kritisnya, sedangkan aliran
turbulen sebaliknya, dimana kecepatan rata-ratanya lebih besar
dibandingkan dengan kecepatan kritisnya.
Kecepatan rata-rata dari fluida dapat ditentukandengan
persamaan berikut :

v DP =
.......................................................................(4-33)
Kecepatan di annulus, harga d-nya adalah :

d2 = (
....................................................................(4-34)
Kecepatan kritis dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
a. Kecepatan kritis pada pipa
197

vc= (PV +

...............(4-35)
b. Kecepatan kritis pada annulus

v c = (PV +

.....(4-36)
Keterangan :
Vc = kecepatan krtitis, fps.
PV = plastic viscosity, cp.
untuk newtonian fluids µ = PV dan YP = 0.
dh = diameter lubang bor, in.
do = diameter luar pipa, in.
di = diameter dalam pipa, in.
YP = yield point, 1b/100 ft2.

4.4.9 Kontaminasi Lumpur Pemboran


Sejak digunakannya teknik rotary drilling dalam operasi pemboran
lapangan minyak, lumpur pemboran menjadi faktor yang penting. Bahkan
lumpur pemboran menjadi salah satu pertimbangan dalam mengoptimasikan
operasi pemboran. Oleh sebab itu perlu dikontrol sifat-sifat fisik lumpur
pemboran agar sesuai dengan yang diinginkan. Salah satu penyebab
berubahnya sifat fisik lumpur adalah adanya material-material yang tidak
dinginkan (kontaminan) yang masuk kedalam lumpur pada saat operasi
pemboran sedang berjalan. Kontaminasi yang sering sekali terjadi adalah
sebagai berikut :
1. Kontaminasi Sodium Chlorida (NaCl)
198

Kontaminasi ini terjadi saat pemboran menembus kubah garam


(salt dome), lapisan garam, lapisan batuan yang mengandung
konsentrasi garam cukup tinggi atau akibat air formasi yang berkadar
garam tinggi dan masuk ke dalam sistem lumpur. Akibat adanya
kontaminasi ini, akan mengakibatkan berubahnya sifat lumpur seperti
viskositas, yield point, gel strength dan filtration loss. Kadang-kadang
penurunan pH dapat pula terjadi bersamaan dengan kehadiran garam
pada sistem lumpur.
2. Kontaminasi Gypsum.
Gypsum dapat masuk ke dalam lumpur saat pemboran
menembus formasi gypsum, lapisan gypsum yang terdapat pada
formasi shale atau limestone. Akibat adanya gypsum dalam jumlah
yang cukup banyak dalam lumpur pemboran, maka akan merubah
sifat-sifat fisik lumpur tersebut seperti viskositas plastik, yield point,
gel strength dan fluid loss.
3. Kontaminasi Semen
Kontaminasi semen dapat terjadi akibat operasi penyemenan
yang kurang sempurna atau setelah pengeboran lapisan semen dalam
casing, float collar dan casing shoe. Kontaminasi semen akan merubah
viskositas, yield point, gel strength, fluid loss dan pH lumpur.
Selain dari ketiga kontaminasi di atas, bentuk kontaminasi lain
yang dapat terjadi selama operasi pemboran adalah :
a. Kontaminasi "hard water", atau kontaminasi oleh air yang
mengandung ion kalsium dan magnesium cukup tinggi.
b. Kontaminasi Karbon Dioksida
c. Kontaminasi Hidrogen Sulfida
d. Kontaminasi Oksigen.

4.4.9.1 Kontaminasi Anhidrit dan Gypsum


Pada dasarnya anhydrite dan gypsum merupakan bentuk-
bentuk dari kalcium sulphat (CaSO4). Gypsum mengandung air dan
199

mempunyai rumus kimia CaSO4.2H2O, sedangkan anhydrite tidak


mengandung air dan rumus kimianya adalah CaSO4. Gypsum dapat
masuk ke dalam lumpur saat pemboran menembus formasi gypsum,
lapisan gypsum yang terdapat pada formasi shale atau limestone.
Gypsum yang masuk ke dalam sistem lumpur akan membentuk ion
sulfat sehingga dapat menurunkan pH yang akan menyebabkan
peningkatan laju korosif pada peralatan pemboran.
CaSO4.2H2O +2OH– → Ca(OH)2 + SO42- + 2H2O
Jika anhydrite dan gypsum kontak dengan air akan terionisasi
menjadi Ca2+ dan SO22-. Kehadiran ion Kalsium dalam konsentrasi
yang tinggi akan menyebabkan flokulasi clay, yang selanjutnya dapat
mengakibatkan naiknya plastic viscosity, yield point, filtrate loss dan
gel strength. Flokulasi adalah sebagai hasil dari penggantian Na+ pada
plat-plat clay oleh ion-ion calsium yang ikatannya lebih kuat, sehingga
dapat menurunkan tingkat pemisahan plat-plat clay. Pada umumnya
untuk membor formasi gypsum dan anhydrite, caustic soda dan
chrome lignosulfonate ditambahkan ke dalam lumpur agar dapat
mengurangi efek flokulasi. Lumpur yang terkontaminasi anhydrite
atau gypsum dapat diperbaiki dengan penambahan sodium karbonat
(Na2CO3) atau dapat dengan menggunakan barium karbonat (BaCO 3).
Bahan kimia ini dapat menarik kelebihan ion-ion kalsium, seperti
terlihat pada reaksi kimia berikut :
Na2CO3 + Ca(OH)2 + SO42-(aq) → CaCO3 + Na2SO4 + 2OH–
BaCO3 + Ca(OH)2 + SO42-(aq) → BaSO4 + CaCO3 + 2OH–
Jika konsentrasi kalsium yang hadir dalam lumpur sangat
tinggi, atau jika pemboran menembus anhidrit yang masif, maka
pengambilan kalsium sangat sukar dilakukan. Untuk mengatasi kasus
tersebut biasanya digunakan lumpur inhibitif.

4.5 Analisa Varians Dan Uji Duncan


200

Untuk mengolah data, dilakukan analisa statistik dengan uji Rancangan


Acak Lengkap (RAL) atau Completly Randomized Design (CRD) pada taraf
kepercayaan 95%. Untuk mengetahui adanya beda nyata antara dua rata-rata
sampel, digunakan analisa varians. Misalkan ada n sampel yang masing-masing
terdiri dari k ulangan sebagai berikut :

Sampel ke 1 Sampel ke 2 ........ Sampel ke n


X11 X12 ........ X1n
X21 X22 ........ X1n
  
  
Xk1 Xk2 Xkn
Total T.1 T.2 T.n
Rata-rata X .1 X .2 X .n

Yang dimaksud sum of square adalah ukuran dispersi dari anggota suatu
kelompok terhadap rata-rata kelompok tersebut.
( ∑∑ X ij )
2
CF (correlation factor ) =
k⋅n ............................................................. (4-37)
n 2
SST (sum of square antar sampel) = ∑ T k⋅j −CF
j=1 ................................ (4-38)
SSE (sum of square error ) = SS total - SST ................................................. (4-39)
SS (sum of square) total =∑ ∑ X ij −CF .................................................... (4-40)
2

Untuk melihat adanya beda nyata, dilakukan perhitungan nilai F, yang


dapat diatur sehingga membentuk tabel analisisa varians. Tabel IV.2 di bawah ini
contoh tabel analisa varians.
201

Tabel IV.2. Analisa Varians10)


Jumlah
Sumber Drajat Kuadrat F
kuadrat Fhit
variasi bebas tengah (MS) α= 5%
(SS)
2 (n - 1) ;
SST St
Treatmen n-1 SST =St 2 n (k - 1)
n−1 Sp
2
df
SSE 2
Error n (k - 1) SSE =Sp
n(k −1)
Total nk -1 SS total

Untuk mengetahui letak perbedaan antar perlakuan, dilakukan Uji Duncan


dengan cara :
1. Rata-rata treatmen diurutkan dari yang terkecil.
2. Dihitung standar error rata-rata treatmen, yaitu :

S x=
√ Sp 2
k ........................................................................................... (4-41)
dimana :
Sp2 = S error
k = banyaknya ulangan
3. Dicari angka R (p, v, ∂p, d) pada tabel Duncan.
p = jarak rata-rata treatmen yang dibandingkan
v = df error
202

∂p, d = protection level untuk sebanyak p treatmen dan % significant


level.
4. SSD = R ((p, v, ∂p, d) Sx
5. Bandingkan untuk setiap perbedaan pasangan rata-rata treatmen
dengan SSD masing-masing.
6. Untuk treatmen-treatmen yang tidak manunjukkan beda nyata, diberi
garis bawah.

4.6. Analisa Slip Velocity Dalam Pengangkatan Serbuk Bor (Cutting)


Untuk mengetahui seberapa besar slip velocity (VS) dalam pengangkatan
serbuk bor (Cutting) yang terjadi selama proses pemboran dapat kita hitung
dengan dua metode, yaitu :
1. Rasio Transport Serbuk Bor (Cutting Transport Ratio)
2. Perhitungan Kondisi Slip Velocity Pengangkatan Serbuk Bor

4.6.1. Rasio Transport Serbuk Bor (Cutting Transport Ratio)


Prosedur kerja untuk menganalisa serbuk bor oleh lumpur pemboran
dengan menggunakan metode Rasio Transport Serbuk Bor adalah sebagai
berikut :
1. Persiapan Data
Data yang diperlukan untuk analisa ini adalah kedalaman sumur, diameter
lubang bor (Dh), diameter pipa (Dp), laju alir pompa (Q), plastic viscosity
(PV), yield point (YP), diameter serbuk bor (D s), densitas partikel (ρp),
densitas lumpur (ρm).
2. Berdasarkan laju alir pompa dan ukuran pipa bor serta ukuran lubang bor,
maka menentukan kecepatan aliran lumpur di annulus, dengan persamaan :
Q
V a=
2. 45 ( D 2−D 2 )
h p

Keterangan :
Va = Kecepatan lumpur di annulus, ft/sc.
203

Q = Laju alir pompa, gpm.


Dh = Diameter lubang, inch.
Dp = Diameter partikel, inch.
Menurut Chien correlation,
3.

√( ( ) ( )
PV 36.800 x dp D p−ρf
vs=0,0075 x ( )[ x +1−1]
)
ρf dp PV
2
ρf
ρf dp

4.Menentukan Aliran Nre

928 ρV d
NRe =
µ
𝝆 = Densitas fluida, ppg.
v =Kecepatan aliran, fps
d =Diameter pipa, in.
µ =Viskositas, cp.

4.6.2. Perhitungan Kondisi Slip Velocity Pengangkatan Serbuk Bor


Untuk mengetahui kondisi slip velocity dalam pengangkatan serbuk bor
dilakukan dengan menghitung kecepatan kritis lumpur di annulus. Jika slip
velocity lebih kecil dari pada kecepatan kritis lumpur di annulus maka slip
velocity sudah baik.
Prosedur kerja perhitungan kecepatan kritis lumpur di annulus sebagai
berikut :
1. Menentukan kecepatan rata-rata aliran lumpur di annulus dapat dihitung
dengan menggunakan Persamaan :
Q
Va = ¿
2,448 ( D h ²−Do DP ²¿

2. Menentukan kecepatan kritis lumpur di annulus dapat dihitung dengan


menggunakan persamaan :
204

Vc = √ 2
1,078 PV +1,078 PV ²+ 9,256 ( Dh −D o DP ) YP ρm
ρm .(D h−Do DP )
Keterangan :
Va = kecepatan rata-rata aliran
Q = Q pompa
Dh = diameter lubang bor
Do DP = OD – DP
Vc = Kecepatan kritis aliran
PV = Plastic Viscosity, cp
YP = Yield Point, lb/100ft
Ρm = Densitas lumpur, ppg

Keterangan :

= Plastic Viscosity, cp
PV

p = Diameter partikel, inch.


D

Dh = Diameter lubang, inch.


Ρm = Densitas lumpur, ppg
= Diameter pipa
ID

Anda mungkin juga menyukai