Anda di halaman 1dari 11

NAMA : AL-FIAN FAY TIANOTAK

NIM : 17.1182

 Corrosio Problem
1. Korosi adalah kerusakan logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya, demana besi (Fe)
bereaksi membentuk senyawa hidroksida, karbonat atau sulfida yang rapuh dan mudah tererosi oleh
aliran. Sebagai akibatnya adalah penipisan dinding pipa, alat-lat produksi, yang akhirnya dapat
menimbulkan kebocoran-kebocoran.
            Penyebab korosi yang sering dijumpai di lapangan adalah CO2, H2S, asam-asam organik, HCl
dan oksigen yang terlarutkan di dalam air.

2.  Faktor-faktor penyebab terjadinya korosi antara lain :


      Pengaruh komposisi logam, dimana setiap logam yang berbeda komposisinya mempunyai
kecendrungan yang berbeda pula terhadap korosi.
·      Pengaruh komposisi air, dimana pengkaratan oleh air akan meningkat dengan naiknya
konduktivitas. Disamping itu pengkaratan oleh air juga akan meningkat dengan menurunnya pH air.
·      Kelarutan gas, dimana oksigen , karbondioksida atau hidrogen sulfida yang terlarut dalam air
akan menaikkan korosivitas secara drastis. Gas yang terlarut adalah sebab utama problem korosi.
Jika gas-gas tersebut dapat dibuat tidak memasuki sistem air dan air dipertahankan pada pH yang
netral atau pH yang lebih tinggi, maka kebanyakan sitem air akan mempunyai problem korosi
sedikit.
·      Akibat reaksi perubahan fase dan reaksi kimia secara langsung seperti pipa yang mengalami
perenggangan.
Syarat-syarat terjadinya korosi adalah :
1.      Anoda
 Anoda merupakan bagian dari logam yang terkorosi. Pada waktu logam larut maka atom
melepaskanelektronnya sehingga logam menjadi positif. Reaksinya adalah sebagai berikut :
           Fe                                         Fe++ +2e
2.      Katoda
Katoda merupakan logam yang tidak terlarut tetapi merupakan tempat yang dituju oleh gerakkan
elektron yang dalam perjalanannya bereaksi dengan ion yang ada dalam air. Proses ini disebut
reduksi, adapun reaksinya sebagai berikut :
             2 H+ + 2e                                    H2    
3.      Elektrolit
Proses korosi akan berjalan secara simultan jika ada penghantar listrik yang disebut elektrolit.
Dalam hal ini air merupakan zat elektrolit yang mempunyai sifat hantar listrik, ini akan naik jika
kadar garam dalam air itu bertambah.

3.   Beberapa macam korosi yang sering dijumpai anatara lain 


·        Sweet, Corrosion, yaitu korosi yang disebabkan oleh CO2 dan sam pekat serta tekanan
parsialnya (7-30 psi atau lebih). Adapun reaksi kimia yang terjadi sebagai berikut  :
CO2 + H2O                H2CO3
Fe + H2CO3               FeCO3 +2H
·        Sour Corrosion, yaitu korosi yang disebabkan oleh H2S (dan sejumlah kecil O2 dan CO2).
Pada baja biasanya membentuk serbuk hitam yang merupakan katode baja sehingga baja mudah
patah atau aus. Karena molekul H membuat celah atau retakan -retakan dan bila ada
mikroorganisme maka akan mempercepat terjadinya korosi. Adapun reaksi kimia yanga terjadi
sebagai berikut  :        
H2S +Fe             FeS +2H
·        Oxygen Corrosion, yaitu korosi yang disebabkan oleh udara atau air yang mengandung O2,
yang ditandai adanya FeO(OH) dan Fe2O3 . Adanya gas yang mengandung CO2 dan H2S atau air
garam dapat mempercepat lajunya korosi tersebut. Adapun reaksi kimia yang terjadi adalah
sebagai berikut :
  2Fe +  O2 + H2O                 Fe2O3 +H2O

·        Electrochemical Corrosion, yaitu korosi yang disebabkan kandungan anode, katode,


elktrolit dan konduktor. Ditinjau dari reaksi kimia-listriknya, maka terdapat  dua tipe yaitu : 
a.      Peristiwa pembalikan aliran listrik, bila dua keping logam yang berbeda dicelupkan pada
media elektrolit yang sama.
b.      Bila dua keping yang sejenis dilarutkan pada media salah satunya ditembuskan udara maka
yang tidak merngansdung udara menjadi katode, sebaliknya menjadi anode, Fe(OH) 2 dan
Fe(OH)3 akan mengendap saat ion besi (Fe++) bereaksi dan menghasilkan OH- pada katode.

4.   Cara pencegahan korosi antara lain dengan :


·            Mengontrol atau menurunkan kadar salinitas, H2S, CO3 dan O2 dalam semua proses yang
berhubungan dengan produksi minyak, sehingga pH dapat dinaikkan (tingkat keasaman
menurun).
·            Pelapisan khusus (coating) pada pipa  dengan memakai “polythylene” dan “poly-vinyl
chloride”.
Dalam pemakaiannya, coating harus bersifat :
a.      Mampu dan cukup kuat menahan tegangan dari perubahan suhu
b.     Berdaya ikat yang baik pada permukaan logam
c.      Bertahanan listrik tinggi setelah instalasi pipa dipasang
d.     Dalam waktu tertentu bereduksi lemah pada tahanan listriknya
·            Pemakaian “corrosion inhibitor” secara efektif
Dalam pemakaian “corrosion inhibitor” diharapkan selain menetralisir korosi, juga melindungi
dari elektrolit, yaitu :
a.      Pembentukan film (mengurangi difusi antara logam-elektrolit)
b.     Detergen (menjaga agar sistem tetap bersih)
c.      Demulsifer (menetralisir pembentukan emulsi-korosi inhibitor)
d.     Bakterisasi (mencegah pertumbuhan bakteri)
·            “Cathodic Pretection” yaitu memasukkan arus listrik ke dalam logam, yang
penggunaannya sesuai dengan:
a.      Resistivitas atau tanah sekeliling daerah tersebut
b.     Karakteristik pipa yang digunaka

 Problem Scale
1. Scale merupakan kristalisasi dan pengendapan mineral yang berasal dari hasil reaksi ion-ion yang
terkandung dalam air formasi. Pengendapan dapat terjadi di dalam pori-pori batuan formasi,
lubang sumur bahkan peralatan permukaan.
2. factor yang mempengaruhi terbentuknya endapan scale
a. Bercampurnya dua Jenis Air Yang Berbeda
Dua jenis air yang sebenarnya tidak mempunyai kecenderungan untuk membentuk scale, bila
bercampur kemungkinan membentuk suatu komponen yang tidak larut. Contoh yang umum adalah
pencampuran antara air injeksi dengan air formasi di bawah sumur, dimana yang satu mempunyai
kelarutan garam-garam barium yang tinggi, sedangkan yang lainnya mengandung larutan sulfate.
Pencampuran ini akan mengakibatkan pembentukan endapan barium sulfate (BaSO 4) yang dapat
menyumbat dan sulit untuk dibersihkan. Endapan carbonate dan sulfate akan menjadi lebih keras
dan makin bertambah apabila larutan mineralnya dalam keadaan bersentuhan (kontak) dengan
permukaan dalam waktu yang lama.
b. Penurunan Tekanan
Pada saat air formasi mengalir dari reservoir menuju lubang sumur, maka akan terjadi penurunan
tekanan. Penurunan tekanan ini dapat pula terjadi dari dasar sumur ke permukaan dari well head ke
tanki pengumpul. Penurunan tekanan ini akan menyebabkan terlepasnya CO 2 dan ion bikarbonat
(HCO3-) dari larutan.
Dengan terbebaskannya gas CO2 , sehingga akan menyebabkan berkurangnya kelarutan CaCO 3.
Hal ini berarti penurunan tekanan pada suatu sistem akan menyebabkan meningkatnya
kemungkinan terbentuknya scale CaCO3.
c. Perubahan Temperatur
Pada saat terjadi perubahan (kenaikan) temperatur, maka akan terjadi penguapan, sehingga terjadi
perubahan kelarutan, dan hal ini akan mengakibatkan terjadinya pembentukan scale. Temperatur
mempunyai pengaruh pada pembentukan semua tipe scale, karena kelarutan suatu senyawa kimia
sangat tergantung pada temperatur. Misalnya kelarutan CaCO 3 akan berkurang dengan kenaikan
temperatur dan kemungkinan terbentuknya scale CaCO 3 semakin besar.
2. Mekanisme Terbentuknya Scale
a.        Makin besar pH
Makin besar pH cairan, maka akan mempercepat terbentuknya scale. Scale biasanya terbentuk pada
kondisi basa (pH > 7).
b.Terjadinya agitasi (pengadukan)
Pengadukan atau goncangan akan mempercepat terbentuknya endapan scale. Scale biasanya
terbentuk pada tempat dimana faktor turbulensi besar, seperti sambungan pipa, valve dan daerah-
daerah penyempitan aliran.
c. Kelarutan zat padat
Kelarutan zat padat yang dikandung oleh air sangat berperan dalam pembentukan scale, sebab bila
kelarutan zat padat rendah atau kecil, maka kemungkinan untuk terbentuknya scale akan semakin
besar.

3. Jenis-jenis scale yang terjadi antara lain :


 Scale Calcium Sulfate (CaSO4)

Scale Calcium Sulfate terbentuk dari reaksi ion calcium dan ion sulfat reaksinya sebasgai berikut :
Ca++ + SO4=                            CaSO4
 Scale Barium Sulfate (BaSO4)

Scale Barium Sulfate dibentuk oleh kombinasi ion Ba++ dan ion SO4= dengan reaksi sebagai
berikut :
Ba++ + SO4=                             BaSO4
 Scale Kalsium Karbonate (CaCO3)

Scale ini terbentuk dari kombinasi ion kalsium dan ion karbonat atau bicarbonate, sesuai dengan
reaksi :
Ca++  + CO3=                                     CaCO3
Ca++ + 2(HCO3)                               CaCO3 + CO2 + H2O
Perubahan  kesetimbangan kimia ini menyebabkan terbentuknya scale yang dapat menghambat
atau menutup pori-pori batuan.

3. Cara mencegah terbentuknya scale :


 Menghindari tercampurnya air yang incompatible (tidak boleh campur)

 Mengubah komposisi air dengan water dilution (pengencer air ) atau mengontrol pH

 Menghilangkan zat pembentuk scale

 Penambahan scale control chemical

4.  Cara mengatasi problem scale


 Penambahan larutan EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetic)

 Acidizing (Penambahan larutan HCl atau HCl:HF 

 Parafin and asphaltene Problem


1. Parafin atau asphaltin adalah unsur-unsur pokok yang banyak terkandung dalam minyak mentah.
Jenis kerusakan akibat endapan organik ini umumnya disebabkan oleh perubahan komposisi
hidrokarbon , kandungan wax (lilin) di dalam crude oil   , turunnya temperatur dan tekanan,
sehingga minyak makin mengental (pengendapan parafinik) dan menutup pori-pori batuan.
Secara umum rumus parafin adalah CnH2n+2.
                Endapan parafin yang terbentuk merupakan suatu pesenyawaan hidrokarbon dan hidrogen antara
C18H38  hingga C38H78 yang bercampur dengan material organik dan inorganik lain.
            Kelarutan parafin dalam crude oil tergantung pada komposisi kimia minyak dan temperatur.
Pengendapan akan terjadi jika permukaan temperaturnya lebih rendah daripada crude oil.
Viskositas crude oil akan meningkat dengan adanya kristal parafin dan jika temperatur terus turun
crude oil akan menjadi sangat kental. Temperatur terendah dimana minyak masih dapat mengalir
disebut titik tuang (pour point).
2. Factor yang mempengaruhi :
·        Turunnya tekanan reservoir
·        Hilangnya fraksi ringan minyak
·        Pemindahan panas dari minyak ke dinding pipa dan diteruskan ke tempat sekitarnya.
·        Aliran cairan yang tidak tetap dan tidak merata.
·        Adanya partikel lain yang menjadi inti pengendapan.
·        Kecepatan aliran dan kekasaran dinding pipa.
·        Terhentinya aliran fluida
   Problem endapan organik ini dapat terjadi pada daerah :
·        Sepanjang zona perforasi
·        Pada tubing
·        Flow line
·        Separator
·        Di stock tank
3.  Cara mengatasi problem parafin
·        Mekanik (diresrvoir : hydroulic fracturing, di tubing dengan alat scraper dan cutter  dan di
flowline dengan alat pigging )
·        Kombinasi dengan pemakaian solvent (kerosen, kondensate, dan minyak diesel) dengan cara
pemanasan (pemakaian heater treater, steam stimulation atau thermal recovery seperti injeksi
uap)
·        Pemakaian larutan air + calcium carbide atau acethylene
·        Acidizing

Kedua faktor (endapan inorganik dan organik)  ini akan menghambat aliran fluida reservoir ke
sumur produksi dan membentuk daerah kerusakan atau “zona damage”. Penurunan produksi
dari sumur minyak tergantung dari banyaknya dan tempat di mana endapan tersebut berada.
 Other problems
1. Hydrate
Hidrat gas menyerupai es atau lumpur dan menyebabkan penyumbatan pada pipa atau pipa.
Mereka memerlukan tekanan yang relatif tinggi, suhu rendah, air dan gas dengan berat molekul
rendah seperti metana, etana, propana, butana, CO2, H2S, nitrogen atau klorin. Bahkan oksigen
dapat membuat hidrat.
Gas-gas membantu menstabilkan struktur kristal air, yang membantu mempromosikan bentuk
hidrat padat seperti es pada suhu di atas titik leleh air murni. Ada ketergantungan pada stabilitas
hidrat pada gas - campuran metana dan propana, misalnya, lebih stabil daripada metana murni.
Stabilitas hidrat (sekali lagi seperti es) tergantung pada salinitas air. Cairan pembentukan kadar
garam tinggi (dan selesai) menghambat pembentukan hidrat.
Namun dengan volume standar, 1 ft3 hidrat setara dengan 160-180 ft3 gas dan 0,8 ft3 air. Fitur
ini telah menyebabkan usulan hidrat sebagai metode menyimpan dan mengangkut gas alam ..
Kurva disassociation hidrat untuk gas hidrokarbon khas dicampur dengan air tawar dan satu
untuk air formasi (50.000 padatan total padatan) ditunjukkan pada Gambar. Kurva mewakili
kondisi tekanan dan suhu di mana hidrat terpisah menjadi air dan gas. Titik pembentukan hidrat
akan terletak di dalam kurva ini, yaitu, hidrat tidak akan segera terbentuk begitu kurva disasosiasi
dilintasi. Ada penundaan waktu durasi yang tidak diketahui, tetapi risiko aglomerasi hidrat
meningkat lebih jauh di dalam kurva. Kurva dibuat berdasarkan eksperimen atau, lebih mungkin,
prediksi numerik. Prediksi dapat relatif langsung dengan metode gravitasi gas sederhana dari
Katz, misalnya, hanya membutuhkan gravitasi gas sebagai input untuk sistem air tawar
(Østergaard et al., 2000).
Berguna untuk melakukan superimpose prediksi suhu cairan produksi pada kurva disassociation
hidrat. Sejumlah skenario patut dipertimbangkan: 1. Kasus produksi suhu rendah kondisi-mapan.
Ini kemungkinan berada pada tingkat rendah dengan pemotongan air yang rendah atau rasio gas
terhadap cairan yang tinggi.
2. Kasing tertutup dengan pertimbangan pemisahan fase.
3. Kasing start-up baik pasca konstruksi atau pasca tutup.
Hidrat mempengaruhi kedalaman pengaturan katup pengaman. ada dua strategi alternatif:
1. Posisikan katup pengaman di bawah titik pembentukan hidrat. Untuk sumur air yang lebih
dalam atau sumur bertekanan lebih tinggi, kedalaman pengaturan lebih besar dan desain katup
pengaman non-konvensional diperlukan (mis. Jalur kontrol seimbang).
2. Tempatkan katup pengaman di dalam wilayah hidrat, tetapi samakan katup dengan
menggunakan cairan yang dihambat hidrat seperti metanol. Katup penyetaraan sendiri
menimbulkan risiko hidrat karena penyetaraan gas melalui katup ke dalam air dingin di atas
mendorong hidrat. Akibatnya, katup harus diposisikan sedangkal mungkin untuk mengurangi
volume metanol (dan waktu) yang diperlukan untuk pemerataan. Dalam banyak kasus (terutama
sumur bawah laut), injeksi metanol akan tersedia di pohon untuk melindungi garis aliran selama
start-up.
Penghambatan dan pembuangan hidrat
Kelas umum bahan kimia yang terbukti efektif untuk menghilangkan es dan mengontrol hidrat
adalah alkohol. Alkohol terdiri dari gugus hidroksil (OH) yang memastikan kelarutannya dalam
air. Alkohol paling sederhana, metanol (CH3OH), tersedia secara luas dan digunakan; metanol
adalah produk kimia utama dari gas alam. Bobot molekulnya yang relatif rendah
memungkinkannya meresap menjadi hidrat dan efektif melarutkan hidrat. Namun demikian lebih
ringan daripada air (kepadatan sekitar 0,8 detik), Methanol dan, pada tingkat lebih rendah,
alkohol lain dapat meningkatkan kecenderungan penskalaan untuk skala karbonat dan barium
sulfat serta deposisi garam.
Glikol juga digunakan untuk menghambat hidrat. Dua glikol yang umum digunakan adalah
monoetilen glikol (MEG, HO-C2H4-OH) dan trietilen glikol (TEG, HO-C2H4-O-C2H4-O-
C2H4-OH). Kepadatan yang lebih tinggi dan viskositas yang lebih besar dibandingkan dengan
metanol dapat berguna untuk menghilangkan hidrat karena glikol yang disuntikkan di atas sumbat
hidrat dapat bermigrasi ke bawah tabung dan duduk di atas sumbat sebelum tersebar dalam air.
Glikol lebih mudah diperoleh kembali dalam sistem produksi daripada metanol (Brustad et al.,
2005).
Perhatikan bahwa nilainya tergantung pada komposisi gas dan air, jadi plot ini harus diperlakukan
sebagai prediksi tipikal dan bukan representasi sebenarnya dari kondisi aktual.
Hidrasi sebagai sumber daya?
Hidrat adalah tantangan utama, terutama tetapi tidak secara eksklusif, Distribusi luas hidrat alami
juga menjadikannya sumber daya potensial. Hidrat terjadi di semua provinsi sedimen laut dalam
atau Arktik utama. Jumlah gas (terutama metana) yang dikurung dalam hidrat alami sekitar 50
kali lebih besar daripada sumber daya konvensional gas alam (Milkov dan
Sassen, 2002). Hidrat stabil secara alami dalam kondisi tekanan tinggi (mis. Deepwater) atau
dingin (deepwater atau Arktik). Ada zona stabilitas hidrat, diperkirakan dengan tumpang tindih
kurva disosiasi hidrat untuk air laut dengan tekanan hidrostatik dan gradien suhu panas bumi,
meskipun keberadaan formasi memiliki peran. Contoh dari zona stabilitas hidrat ditunjukkan
pada Gambar untuk tiga kedalaman air yang berbeda.
Ada banyak diskusi dalam geologi dan teknik yang dapat digunakan termasuk pembubaran bahan
kimia dan aplikasi panas, mungkin menggunakan teknik yang mirip dengan produksi minyak
berat dingin. Teknik-teknik ini dapat digunakan dalam kombinasi dengan depresi.
Depressurisation saja tidak mungkin menghasilkan tingkat komersial. Eksploitasi hidrat tetap
merupakan area untuk ekspansi yang cukup besar dalam keahlian penyelesaian.
2. Fluid souring (Asam Cairan)
Asam (mengandung H2S) fluidsareamajorhazard untukanyoilorgaspembangunan. H2S beracun
dan sangat korosif, dan mengurangi nilai penjualan minyak dan gas. Peralatan penghilang H2S
yang mahal atau perawatan kimia mungkin diperlukan untuk dipenuhi
spesifikasi produk dan perjanjian penjualan gas. Meskipun H2S yang terjadi secara alami hadir di
banyak ladang minyak dan gas, konsentrasinya dapat diperburuk oleh operasi.
Mekanisme utama untuk souring adalah pengurangan sulfat (dari air laut dan air asin ladang
minyak) ke H2Seluruh kehadiran dan aktivitas bakteri pereduksi sulfat (SRB) dalam kondisi
dianaerobik (bebas oksigen). BPRS hadir dalam air laut, meskipun tidak aktif dalam pandangan
lingkungan pengoksidasi, tetapi ketika digunakan untuk air banjir, air laut biasanya
terdeoksigenasi dengan proyeksi pengeluaran, menciptakan kondisi selain untuk SRB untuk
mengaktifkan aktif. Sederhananya, SRB memperoleh energi untuk pertumbuhan dan reproduksi
dari oksidasi berbagai senyawa organik yang berfungsi sebagai sumber karbon.
3. Elemental Sulphur
Deposisi unsur sulfur (sulfur) merupakan masalah di beberapa lingkungan gas yang sangat asam.
Belerang dulunya bernilai komoditas sendiri. Namun peningkatan produksi dari ladang gas asam
oleh perusahaan seperti Shell dan Exxon telah menekan harga dengan produksi dari ladang gas
hingga 40% H2S (Marks dan Martin, 2007).
Belerang sekarang terutama merupakan produk sampingan dari produksi gas asam dan penjualan
belerang yang digunakan untuk mengimbangi sebagian biaya yang lebih tinggi
memproses gas asam. Deposisi belerang dapat terjadi dalam pipa atau formasi dalam bentuk cair
dan padat. Ada beberapa alotrop (bentuk yang berbeda) dari belerang yang ada pada suhu yang
berbeda (ortorombik, cincin S8, monoklinik, dll.). Jelas belerang padat lebih merupakan masalah
daripada belerang cair.Belerang dalam reservoir awalnya terutama dilarutkan dalam gas H2S.
Banyak reservoir gas asam jenuh dengan belerang. Kelarutan sulfur terutama tergantung pada
kandungan H2S, tekanan, suhu dan, pada tingkat lebih rendah, CO2, hidrokarbon dan air.
Larutan yang telahdilakukan inidapatmenangkal deposisiphurphur. Deposisi mimingsingulphur
dapat dicoba dengan mempertahankan tekanan dan suhu untuk sumur bertekanan tinggi. Untuk
sumur bertekanan rendah, aktifkan panas transfer mungkin bermanfaat. Mengingat bahwa
penipisan tekanan tidak bisa dihindari dalam ladang gas, masalah sulfur hanya bisa ditunda.
Sulfur dapat berhasil dihilangkan dengan berbagai pelarut, terutama - alkalisulphides (Ockelmann
dan Blount, 1973). Bahan kimia ini memiliki keuntungan mengikat secara kimia sulfur dalam
pelarut daripada hanya dalam larutan.- Pelarut lain seperti benzena dan toluena juga memiliki
beberapa solvabilitas dengan belerang dan mungkin berguna jika masalah asphaltene dan endapan
belerang gabungan ditemukan (Shedid dan Zekri, 2006).Pelarut-pelarut ini dapat di-bulhead
melintasi pipa dan masuk ke formasi jika perlu. Seperti halnya sebagian besar perawatan kimia,
melakukan perawatan perawatan kesehatan harus melengkapi penguncian yang diperlukan.
Karena belerang dapat mencair, hal ini dimungkinkan melakukan pencucian panas; meskipun
mengingat bahwa pengendapan belerang terjadi dalam sumur gas, ini dapat menyebabkan efek
penahanan cairan atau efek relatif. Jika masalahnya murni di tubing maka ganda
tali atau pelengkap dengan katup periksa berbentuk lingkaran dapat digunakan untuk
mensirkulasikan pelarut ke dasar tabung.

4. Nephthenates
Sampai relatif baru-baru ini banyak dari kita belum pernah mendengar tentang skala nafta.
Namun, ketika dicampur dengan air formasi mengandung terutama kalsium, mereka dapat
mengendap pada permukaan logam dan membentuk skala. Mereka juga efektif dalam
menstabilkan emulsi minyak-air, menjadi 'sabun' alami.
Banyak minyak mentah mengandung asam naphthenic. Mereka sering dikaitkan dengan minyak
biodegradasi TAN tinggi dengan kepadatan tinggi dan kandungan belerang. Namun, naftenat
telah dilaporkan dengan minyak mentah TAN rendah dan minyak mentah TAN tinggi tidak selalu
menyebabkan masalah
- Natrium naftenat (atau karboksilat yang lebih umum) bermigrasi ke antarmuka minyak-air,
menstabilkan setiap emulsi yang ada, dan penyeban pemisahan minyak-air seperti dehidrasi
minyak mentah dan deoiling air yang diproduksi. Dengan demikian, merupakan tahap utama
pemprosesan.

 Mechanical problem
  Problem mekanis yang terjadi pada suatu sumur perlu diperhatikan, karena hal ini akan
mempersulit pengontrolan sumurnya, sehingga apabila tidak diatasi sejak dini akan menimbulkan
kefatalan. Problem ini umumnya adalah :
a. Kebocoran casing/tubing
Penyebab terjadinya problem ini adalah proses korosi, collapse (sambungan pada casing. Korosi
pada casing disebabkan adanya kandungan H2S, CO2, HCl, mud-acid atau perbedaan
potensial/kontak dua macam fluida yang berbeda kegaramannya, sehingga menyebabkan
pengikisan kimiawi (non abrasi) pada dinding casing terutama bagian dalamnya, sehingga makin
lama makin tipis dan akhirnya bocor.
Kebocoran casing tesebut dapat mengakibatkan terjadinya komunikasi zona-zona lain dengan zona
produktif dan mengakibatkan laju produksi minyak turun.
b. Keruskan primary cementing
Primary cementing adalah penyemenan pertama yang dilakukan langsung setelah casing dipasang
begitu selesai pemboran .
Tujuan primary cementing adalah :
·        Memisahkan lapisan yang akan diproduksi dengan yang tidak
·        Mencegah mengalirnya fluida dari satu lapisan ke lapisan yang lain
·        Melindungi pipa dari tekanan formasi
·        Menutup zona loss circulation
·        Mencegah proses korosi pada casing oleh fluida formasi
Sebab-sebab terjadinya kerusakan primary cementing adalah adanya tekanan yang besar pada
operasi kerja ulang atau kualitas semen dan pengrejaannya yang tidak baik.
c. Keruskan peralatan produksi bawah permukaan
Keruskan peralatan produksi bawah permukaan antara lain :
·        Tubing atau packer bocor
·        Keruskan pada casing atau tubing
·        Kesalahan atau kerusakan pada artificial lift
·        Keruskan pada plug
Adapun problem di atas harus ditangani sejak dini dengan melakukan recompletion (komplesi
kembali secara keseluruhan sehingga baik/sempurna).

Anda mungkin juga menyukai