Scale merupakan kristalisasi dan pengendapan mineral yang berasal dari hasil reaksi ion-ion yang
terkandung dalam air formasi. Pengendapan dapat terjadi di dalam pori-pori batuan formasi, lubang sumur
bahkan peralatan permukaan.
Penyebab terbentuknya endapan scale antara lain :
a. Bercampurnya dua Jenis Air Yang Berbeda
Dua jenis air yang sebenarnya tidak mempunyai kecenderungan untuk membentuk scale, bila
bercampur kemungkinan membentuk suatu komponen yang tidak larut. Contoh yang umum adalah
pencampuran antara air injeksi dengan air formasi di bawah sumur, dimana yang satu mempunyai kelarutan
garam-garam barium yang tinggi, sedangkan yang lainnya mengandung larutan sulfate.
Pencampuran ini akan mengakibatkan pembentukan endapan barium sulfate (BaSO4) yang dapat
menyumbat dan sulit untuk dibersihkan. Endapan carbonate dan sulfate akan menjadi lebih keras dan makin
bertambah apabila larutan mineralnya dalam keadaan bersentuhan (kontak) dengan permukaan dalam waktu
yang lama.
b. Penurunan Tekanan
Pada saat air formasi mengalir dari reservoir menuju lubang sumur, maka akan terjadi penurunan tekanan.
Penurunan tekanan ini dapat pula terjadi dari dasar sumur ke permukaan dari well head ke tanki pengumpul.
Penurunan tekanan ini akan menyebabkan terlepasnya CO2 dan ion bikarbonat (HCO3-) dari larutan.
Dengan terbebaskannya gas CO2 , sehingga akan menyebabkan berkurangnya kelarutan CaCO3. Hal ini
berarti penurunan tekanan pada suatu sistem akan menyebabkan meningkatnya kemungkinan terbentuknya
scale CaCO3.
c. Perubahan Temperatur
Pada saat terjadi perubahan (kenaikan) temperatur, maka akan terjadi penguapan, sehingga terjadi
perubahan kelarutan, dan hal ini akan mengakibatkan terjadinya pembentukan scale. Temperatur
mempunyai pengaruh pada pembentukan semua tipe scale, karena kelarutan suatu senyawa kimia sangat
tergantung pada temperatur. Misalnya kelarutan CaCO3 akan berkurang dengan kenaikan temperatur dan
kemungkinan terbentuknya scale CaCO3 semakin besar.
Scale Calcium Sulfate terbentuk dari reaksi ion calcium dan ion sulfat reaksinya sebasgai berikut :
Ca++ + SO4= CaSO4
Scale Barium Sulfate (BaSO4)
Scale Barium Sulfate dibentuk oleh kombinasi ion Ba++ dan ion SO4= dengan reaksi sebagai berikut :
Ba++ + SO4= BaSO4
Scale Kalsium Karbonate (CaCO3)
Scale ini terbentuk dari kombinasi ion kalsium dan ion karbonat atau bicarbonate, sesuai dengan reaksi :
Ca++ + CO3= CaCO3
Ca++ + 2(HCO3) CaCO3 + CO2 + H2O
Perubahan kesetimbangan kimia ini menyebabkan terbentuknya scale yang dapat menghambat atau
menutup pori-pori batuan.
Mengubah komposisi air dengan water dilution (pengencer air ) atau mengontrol pH
.Korosi
Korosi adalah kerusakan logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya, demana besi (Fe)
bereaksi membentuk senyawa hidroksida, karbonat atau sulfida yang rapuh dan mudah tererosi oleh aliran.
Sebagai akibatnya adalah penipisan dinding pipa, alat-lat produksi, yang akhirnya dapat menimbulkan
kebocoran-kebocoran.
Penyebab korosi yang sering dijumpai di lapangan adalah CO 2, H2S, asam-asam organik, HCl dan oksigen
yang terlarutkan di dalam air.
1. Faktor-faktor penyebab terjadinya korosi antara lain :
· Pengaruh komposisi logam, dimana setiap logam yang berbeda komposisinya mempunyai kecendrungan
yang berbeda pula terhadap korosi.
· Pengaruh komposisi air, dimana pengkaratan oleh air akan meningkat dengan naiknya konduktivitas.
Disamping itu pengkaratan oleh air juga akan meningkat dengan menurunnya pH air.
· Kelarutan gas, dimana oksigen , karbondioksida atau hidrogen sulfida yang terlarut dalam air akan
menaikkan korosivitas secara drastis. Gas yang terlarut adalah sebab utama problem korosi. Jika gas-gas
tersebut dapat dibuat tidak memasuki sistem air dan air dipertahankan pada pH yang netral atau pH yang
lebih tinggi, maka kebanyakan sitem air akan mempunyai problem korosi sedikit.
· Akibat reaksi perubahan fase dan reaksi kimia secara langsung seperti pipa yang mengalami
perenggangan.
Memberikan tiga cara untuk membersihkan atau mengkontrol wax, yaitu: secara
termal, mekanis, dengan bahan kimia
Cara mekanis ini yang paling banyak di gunakan untuk membersihkan pipa dari
wax, dengan menggunakan wireline, scrapper,atau dengan cara flow line pigging.
Metode ini sangat efektif dalam membersihkan pipa asalkan lapisan wax yang menempel
tidak terlalu tebal dan usia pipa tidak terlalu tua, jika wax yang menempel terlalu tebal
maka pigging head akan macet di tengah pipa sehingga ada jadwal dan frekuensi tertentu
untuk melakukan kegiatan flow line piging. Selama masa pembersihan dengan cara ini
maka kegiatan produksi di hentikan sementara, dengan berhentinya produksi sementara
maka secara tidak langsung akan biaya tersendiri dalam operasi prouksi.
Chemical inhibitor yang saat ini umumnya di injeksikan ke waxy crude yang
tujuannya adalah memodifikasi laju deposit wax dan properti dari fluida seperti
(viskositas), Chemical inhibitor ini bisa juga disebut sebagai crystal modifiers, yaitu
mengkristalkan kristal wax dalam bentuk lain ke permukaan. Tetapi begitu kompleksnya
struktur wax dan prilakunya, maka chemical inhibitor yang di gunakan bergantung pada
jenis crude yang di injeksi.
Jika additif yang di gunakan adalah additif untuk memodifikasi viskositas dari crude
oil maka additif ini dikenal dengan istilah pour point despressants. Bagaimanapun juga,
aditif yang di perlukan bukan hanya mampu untuk memodifikasi pour point dari crude
oil, tetapi juga dapat memodifikasi viskositasnya karena hal ini berkaitan dengan
temperatur rendah laju alir.