Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KOROSI

Korosi adalah suatu kerusakan yang di hasilkan dari reaksi kimia antara

sebuah logam atau logam paduan dalam sebuah lingkungan .Fenomena korosi

merupakan reaksi kimia yang dihasilkan dari dua reaksi setengah sel yang

melibatkan elektron sehingga menghasilkan reaksi elektrokimia. Dari dua reaksi

setengah sel ini terdapat reaksi oksidasi pada anoda dan reaksi reduksi pada

katoda(alfin,2011)

Kebanyakan proses korosi bersifat korosif.Reaksi kimia pada proses korosi

yaitu:

M M 2 + Ne

Reaksi reduksi :

𝑂2 +4𝐻 + +2𝑒 − 2𝐻2 O Reduksi oksigen dalam asam

𝑂2+2𝐻2 O+4𝑒 − 4𝑂𝐻 − Reduksi oksigen dalam basa

2𝐻 + +2𝑒 − 𝐻2 Evolusi hydrogen dalam asam

2𝐻2 O+2𝑒 − 𝐻2 +2𝑂𝐻 − Evolusi hydrogen dalam basa

𝑀2 +2e- M Deposislogam

4
5

𝑀3+ +𝑒 − 𝑀2+ Reduksi ion logam

(Eka,2008)

2.1.1 Mekanisme terbentuknya Korosi

Secara umum mekanisme korosi yang terjadi di dalam suatu larutan

berawal dari logam yang teroksidasi di dalam larutan.dan melepaskan

electron untuk membentuk ion logam yang bermuatan positif. Larutan akan

bertindak sebagai katoda dengan reaksi yang umum terjadi adalah pelepasan

H2 dan reduksi O2, akibat dan H2O yang tereduksi. Reaksi ini terjadi

dipermukaan logam yang akan menyebabkan pengelupasan akibat pelarutan

logam kedalam larutan secara berulang-ulang (Alfin;2011)

Gambar 2.1 Mekanisme Korosi (Haryono; 2010)

Mekanisme korosi yang terjadi pada logam besi (Fe) dituliskan sebagai

berikut :
6

Fe (s) + H2O(l) + ½ O2(g) → Fe(OH)2 (s) …………..…………..(1)

Fero hidroksida [Fe(OH)2] yang terjadi merupakan hasil sementara yang

dapat teroksidasi secara alami oleh air dan udara menjadi feri hidroksida

[Fe(OH)3], sehingga mekanisme reaksi selanjutnya adalah :

Fe(OH)2(s) + O2 (g) + 2H2O(l) → 4Fe(OH)3 (s)………………...(2)

Ferri hidroksida yang terbentuk akan berubah menjadi Fe2O3 yang

berwarna merah kecoklatan yang biasa kita sebut karat. (Vogel, 1979).

Reaksinya adalah:

2Fe(OH)3 → Fe2O3 + 3H2O…………………………………………(3)

Besi membentuk dua deret garam yang penting yaitu :

1. Garam besi (II) oksida yang diturunkan dari besi (II) oksida (FeO)

garam besi mengandung kation Fe2+ (ion besi II) dapat dengan

mudah dioksidasikan menjadi Fe3+ (ion besi III) dalam suasana

netral,basa,atau bahkan dalam kondisi atmosfer yang mengandung

oksigen tinggi.

2. Garam besi (III) oksida yang diturunkan dari besi (III) oksida

(Fe2O3 ) Garam ini bersifat lebih stabil dibandingkan garam besi

(II) kation dari Fe3+ berwarna kuning muda, jika larutan

mengandung klorida, maka warna kuning yang dihasilkan di

permukaannya semakin kuat. Reaksi antara besi dengan asam

klorida menghasilkan garam-garam besi (II) dan gas

hydrogen,reaksinya yaitu :
7

𝑭𝒆 + 𝟐 𝑯+ → 𝑭𝒆𝟐+ + 𝑯𝟐(𝒈𝒂𝒔)

𝑭𝒆 + 𝟐𝑯𝑪𝑰 → 𝑭𝒆𝟐+ + 𝟐𝑪𝑰− + 𝑯𝟐(𝒈𝒂𝒔)

2.1.2 Jenis-Jenis Korosi

Adapun jenis-jenis korosi menurut mekanisme terjadinya korosi

adalah sebagai berikut:

1. Uniform corrosion

Korosi ini adalah korosi yang terjadi secara menyeluruh di

permukaan.Korosi ini mudah di prediksi karena kecepatan atau laju korosi

di setiap permukaan adalah sama.Dalam upaya pencagahan biasanya kita

dapat melakukan pelapisan (coating) di permukaan yang terpapar

lingkungan.

2. Galvanic Corrosion

Korosi ini terjadi akibat dua logam atau lebih yang memiliki

potensial reduksi yang berbeda baik di hubungkan atau

terhubung,berdasarkan deret galvanic material yang memiliki potensial

reduksi yang lebih kecil akan mengalami korosi.

3. Crevice Corrosion

Korosi ini terjaadi karena ada celah antara dua logam yang di

hubungkan,sehingga terbentuk kadar oksigen yang berbeda sehingga akan

menyebabkan korosi.
8

4. Pitting Corosion

Korosi yang terjadi akibat rusaknya lapisan pasif di suatu titik

karena pengaruh dari lingkungan korosif. Contoh lingkungan korosif

tersebut seperti air laut.Air laut yang mengandung Ion 𝐶𝐼 − akan

menyerang lapisan pasif pada logam.

5. Stress Corrosion Cracking (SCC)

Korosi terjadi karena adanya beban tarik pada suatu material di

lingkungan korosif. Sifat yang khas dari korosi adalah crack yang

terbentuuk akar serabut

6. Corrosion Fatigue Cracking(CFC)

Korosi ini terjadi karena adanya tegangan beban fatik pada suatu

material di lingkungan Korosif. Hal ini sewaktu –waktu akan

menyebabkan material tersebut akan terkena korosi pada satu titik yang

menyebabkan crack yang menjalar terbentuk tidak serabut.

7. Erosion Corrosionand Fretting

Korosi ini terjadi karena adanya fluida korosif yang mengalir pada

permukaan material. Fluida tersebut dapat berupa liquid(Erosion

Corrosion)maupun gas(Fretting Corrosion) dengan kecepatan

tinggi,karena kecepatan tinggi pada fluida korosif yang mengalir,terjadi

efek keausan mekanisme atau abrasi.

8. Hydogen Induced Cracking(HIC)

Korosi terjadi karena adanya tegangan internal pada suatu material

karena adanya molekul-molekul gas hydrogen yang berdifusi ke dalam

struktur atom logam.Hidrogen dapatterbentuk akibat reaksi dari asam.


9

9. Intergranular corrosion (Korosi batas Butir)

Korosi ini terjadi akibat adanya chrome pada sekitar batas butir

yang membentukpresipitat kromium karbida di batas butir.kemudian akan

terjadi crack yang menjalar sepanjang batas butir.

Pada penelitian ini saya menggunakan logam baja st42 yang di

rendam dalam larutan Hcl dan aquadest,dari penelitian ini saya dapat

menggolongkan dari jenis-jenis korosi Erosion Corrosionand Fretting

karena adanya fluida korosif yang mengalir pada permukaan materian dan

terjadilah korosi.

2.1.3 Faktor-faktor lingkungan yang menyebabkan Korosi

Beberapa factor lingkungan yang dapat mempengaruhi proses korosi

secara umum diantaranya adalah:

1. Suhu

Kenaikan suhu akan menyebabkan bertambahnya kecepatan reaksi

korosi.Hal ini terjadi Karena semakin tinggi suhu maka energy kinetik

dari partikel-partikel yang bereaksi akan meningkat sehingga

melampaui besarnya harga energy aktifasi dan akibatnya laju reaksi

korosi juga akan makin cepat,begitu juga sebaliknya(Fogler, 1992).

2. Kecepatan air fluida atau air kecepatan pengadukan


10

Laju korosi cenderung bertambah jika laju atau aliran kecepatan

fluida bertambah besar.Hal ini karena kontak antara zat pereaksi dan

logam akan semakin besar sehingga ion-ion logan akan semakin banyak

yang lepas sehingga logam akan mengalami kerapuhan(korosi).(Kirk

othmer,1965)

3. Konsentrasi bahan korosif

Hal ini berhubungan dengan pH atau keasaman dan kebasaaan suatu

larutan. Larutan yang bersifat asam sangat korosif terhadap logam

dimana logam yang berbeda di dalam media larutan asam akan lebih

cepat terkorosi karena merupakan reaksi anoda.Sedangkan larutan yang

bersifat basa akan menyebabkan korosi pada reaksi katodanya karena

reaksi katoda selalu serentak dengan reaksi anoda(Djaprie, 1995)

4. Oksigen

Adanya oksigen yang terdapat di dalam udara dapat bersentuhan

dengan permukaan logam yang lembab.Sehingga kemungkinan menjadi

korosi lebih besar.Di dalam air(lingkungan terbuka), adanya oksigen

menyebabkan korosi(Djaprie,1995)

5. Waktu kontak

Aksi indibitor diharapakan dapat membuat ketahanan logam

terhadap korosi lebih besar.Dengan adanya penambahan inhibitor

kedalam larutan ,makan akan menyebabkan laju reaksi menjadi lebih

rendah,sehingga waktu kerja inhibitor untuk melindungi logam menjadi


11

lebih lama.Kemampuan inhibitor untuk melindungi logam dari korosi

akan hilang atau habis pada waktu tertentu, hal ini di karenakan semakin

lama waktunya maka inhibitor akan semakin habis terserang oleh

larutan(Uhlig, 1958)

Pada penelitian ini factor lingkungan yang mempengaruhi laju

korosi sebagian besar disebabkan oleh konsentrasi bahan korosif dimana

larutan yang bersifat basa akan menyebabkan korosi pada reaksi

katodanya karena reaksi katoda selalu serentak dengan reaksi anoda.

2.1.4 Dampak Korosi

Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat

alamiah dan berlangsung spontan, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah

atau dihentikan sama sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau

diperlambat lajunya sehingga memperlambat proses kerusakannya. Banyak

sekali dampak yang diakibatkan oleh korosi ini, berikut beberapa dampak

negatif yang bisa ditimbulkan oleh proses korosi diantaranya adalah :

a. Patahnya peralatan yang berputar karena korosi, yang merugikan

dari segi materil dan mengancam keselamatan jiwa.

b. Pecahnya peralatan bertekanan dan/atau bersuhu tinggi karena

korosi, yang selain merusak alat juga membahayakan keselamatan

c. Hancurnya peralatan karena lapuk oleh korosi sehingga tidak bisa

dipakai lagi sebagai bahan konstruksi, dan harus diganti dengan

yang baru.
12

d. Hilangnya keindahan konstruksi karena produk korosi yang

menempel padanya.

e. Bocornya peralatan, seperti : tangki, pipa dan sebagainya, sehingga

tidak bisa berfungsi optimal. Peralatan yang bocor/rusak juga

mengakibatkan produk ataupun fluida kerja terkontaminasi oleh

fluida atau bahan-bahan lain, maupun oleh senyawa-senyawa hasil

korosi. Bocor/rusaknya peralatan juga merugikan dari segi

produksi, akibat hilangnya produk berharga. Kebocoran/kerusakan

bisa mengakibatkan terhentinya operasi pabrik, bahkan

membahayakan lingkungan akibat terlepasnya bahan berbahaya ke

lingkungan.

Dari penelitian ini dampak korosi yang sangat di rasakan adalah

terkikisnya bahan logam atau pengurangan berat logam yang lambat laun

akan mengakibatkan patahnya suatu logam karena larutan yang

mengandung asam.

2.1.5 Laju Korosi

Laju korosi adalah kecepatan rambatan atau kecepatan penurunan

kualitas bahan terhadap waktu. Dalam perhitungan laju korosi, satuan yang

biasa digunakan adalah mm/th (standar internasional) atau mill/year (mpy,

standar British).[Trethewey, 1991].Maka laju korosi dapat juga di hitung

dengan metode kehilangan berat atau weight gain loss (WGL), Laju korosi
13

dinyatakan dalam mpy (milli inch per year). Dengan menghitung massa

logam yang telah dibersihkan dari oksida dan massa tersebut dinyatakan

sebagai massa awal lalu dilakukan pada suatu lingkungan yang korosif

seperti pada air asam selama waktu tertentu. Setelah itu dilakukan

penghitungan massa kembali dari suatu logam setelah dibersihkan logam

tersebut dari hasil korosi yang terbentuk dan massa tersebut dinyatakan

sebagai massa akhir. Dengan mengambil beberapa data seperti luas

permukaan yang terendam, waktu perendaman dan massa jenis logam yang

di uji maka dihasilkan suatu laju korosi. Persamaan laju korosi dapat

ditunjukkan pada persamaan berikut :

𝐾𝑥𝑊
Corrosion Rate =𝐴 𝑥 𝑡 𝑥 𝑝

Sumber: Chodijah, Siti; 2008

Keterangan :

ν = laju korosi (mpy)

w = kehilangan berat (g)

ρ = berat jenis (g/cm3 )

A = luas sampel (cm2 )

t = waktu (jam)

k = Konstanta
14

Tabel 2.1 Konstanta Perhitungan Laju Korosi Berdasarkan

Satuannya

Satuan Laju Korosi / Corrosion Rate Konstanta

Mils per year (mpy) 3,45 𝑥 106

Inches per year (ipy) 3,45 𝑥 103

Milimeters per year (mm/y) 8,76 𝑥 104

Micrometers per year (µm/y) 8,76 𝑥 107

2.2Inhibitor

Korosi dapat di kurangi dengan cara menambahkan inhitor ke dalam media.

Inhibitor adalah senyawa yang bila ditambahkan dengan konsentrasi yang kecil

ke dalam lingkungan elektrolit akan menurunkan laju korosi,inhibitor dapat

dianggap merupakan katalisator yang memperlambat (retarding catalyst).Inhibitor

yang di tambahkan akan menyebabkan:

1) Meningkatkan polarisasi anoda

2) Meningkatkan polarisasi katoda

3) Meningkatkan bahan tahanan listrik dari sirkuit oleh pembentukan lapisan

tebal pada permukaan logam

Umumnya inhibitor korosi berasal dari senyawa-senyawa organic dan

anorganik yang mengandung gugus-gugus yang memiliki pasangan electron

bebas,seperti nitrit kromat,fosfat,urea,fenilalanin dan senyawa-senyawa anima.

Namun demikian Bahan kimia yang berbahaya harganya lumayan mahal,dan tidak
15

ramah lingkungan, maka sering industry kecil dan menengah jarang menggunakan

indibitor pada sistem pendinginan,sistem pemipaan,dan sistem pengolahan dan air

produksi mereka,untuk melindungi besi/baja dari serangan korosi.Untuk itu

penggunaan inhibitor yang aman,mudah di dapatkan, bersifat biodegradable, biaya

murah dan ramah lingkungan sangat diharapkan. Inhibitor dari ekstrak bahan alam

adalah solusinya karena aman dan ramahlingkungan, pada percobaan ini saya

menggunakan inhibitor ekstrak bahan alam dari kulit manggis.karena kandungan

kulit manggis selain bisa buat obat herbal disini kulit manggis bisa dijadikan

inhibitor reaksi korosi, penelitian mengenai penggunaan senyawa tanin sebagai

inhibitor reaksi korosi baja dalam larutan garam pernah dilakukan. Dari hasil

penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa senyawa tanin dapat

menginhibisi reaksi korosi baja dalam larutan garam. Kemudian Djaloeis pada

1998 juga telah menguji pengaruh tanin terhadap korosi baja dalam larutan asam,

didapatkan hasil bahwa tanin dapat juga berfungsi sebagai inhibitor.

2.2.1 Green Inhibitor

Dengan meningkatnya keprihatinan atas lingkungan di seluruh dunia,

sehingga berpengaruh terhadap pemilihan inhibitor di masa yang akan

mendatang.Persyaratan lingkungan masih di kembangkan akan tetapi beberapa

elemen sudah di setujui.

Biodegradation,atau biological oxygen demond (BOD) sekurang-kurangnya

60% dari inhibitor harus bebas racun(nontoxic).BOD mengukur inhibitor dengan

melihat seberapa lama inhibitor bertahan di lingkungan, oleh karena itu saat ini

sedang di kembangkan green inhibitor (inhibitor yang ramah lingkungan) yang


16

bersifat nontasik yang murah,tersedia di alam,dan mudah di perbaharui dan tidak

merusak lingkungan(El-Etree and abdallah,2000)

Green inhibitor ini biasanya dari tumbuh-tumbuhan atau biji-bijian,biasanya

tumbuhan yang di gunakan mengandung tanin,asam-asam organic maupun asam-

asam amino,dan alkaloid yang di ketahui mempunyai kemampuan yang

menghambat korosi(Ogozie 2007),Green inhibitor yang di gunakan biasanya

berbentuk ekstrak.Pada ekstrak kulit manggis kandungan sifat tanin dan antioksidan

inilah yang di manfaatkan untuk inhibitor,pada penelitian ini inhibitor yang di

gunakan adalah kulit manggis.Hal ini di karenakan tanaman manggis yang banyak

terdapat di Indonesia,kulit manggis juga mempunyai kandungan tanin yang besar

yaitu 16,8%(Ardly,dkk 2012)

Tanin merupakan komponen zat organic derivat polimer glikosida yang

terdapat dalam bermacam-macam tumbuhan terutama pada tumbuhan

berkeping dua dikotil,ekstrak tanin terdiri dari campran senyawa polifenol yang

sangat kompleks dan biasanya tergabng dengan karbohidrat rendah,oleh karena

adanya gugus fenol,maka tanin akan dapat berkondensasi dengan

formaldehida.Tanin terkondasasi sangat reaktif terhadap formaldehida dan

mampu membentk proses kondensasi,berguna untuk bahan perekat

thermosetting yang tahan terhadap air dan tahan panas.

2.2.2 Kulit manggis

Salah satu bahan alam yang banyak mengandung senyawa tanin adalah kulit

buah manggis (Garcinia mangostana L). Kulit buah manggis banyak mengandung
17

senyawa – senyawa organik seperti tanin, katechin, pektin, rosin, dan zat pewarna,

sehingga sering dimanfaatkan untuk bahan pembuat cat anti karat . Banyaknya

kandungan tanin di dalam kulit buah manggis ini menjadikan kulit buah manggis

kemungkinan dapat dipakai untuk menghambat laju reaksi korosi baja. Kemudian

kulit buah manggis sering hanya dibuang dan tidak bisa dimanfaatkan dengan

maksimal. Disamping itu harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan

inhibitor sintetik seperti tanin murni. Berdasarkan hal ini maka perlu dilakukan

suatu penelitian untuk mengetahui daya inhibisi ekstrak kulit buah manggis

terhadap laju reaksi korosi baja dalam larutan asam.

2.3 Baja ST 42

Baja ST42 merupakan baja karbon rendah, kadar karbon sampai 0,30% sangat

luas pemakaiannya, sebagai baja kontruksi umum, untuk baja profil rangka

bangunan, baja tulangan beton, rangka kendaraan umum, mur baut ,pelat, pipa dan

lain-lain.Struktur baja ST42 terdiri dari ferrit dan sedikit parlite, sehingga baja ini

kekutannya relatf relatih rendah,lunak namun keuletannya tinggi, mudah di bentuk

di machining. Baja ini dapat dikeraskan (kecuali dengan pengerasan permukaan).

Ada juga yang membagi lagi kelompok ini, yang kadar karbonnya sangat rendah,

kurang dari 0,15% sebagai dead mild steel, yang biasanya di gunakan untuk baja

lembaran, besi beton, besi strip dan lain-lain.


18

Anda mungkin juga menyukai