Anda di halaman 1dari 20

BAB IV

PERMEABILITAS

4.1 TUJUAN PERCOBAAN


• Menentukan harga permeabilitas absolut dari batuan reservoir dengan
menggunakan rangkaian liquid permeameter dan gas permeameter.
• Menentukan permeabilitas real (Kreal) akibat adanya Klinkenberg effect.
• Menentukan aplikasi lapangan dari pengukuran permeabilitas.

4.2 DASAR TEORI


Permeabilitas adalah kemampuan batuan untuk mengalirkan fluida melalui
pori – pori yang saling berhubungan tanpa menyebabkan perubahan susunan
partikel pembentuknya. Dasar yang digunakan dalam penentuan permebilitas
adalah dari percobaan yang dilakukan Darcy. Definisi permeabilitas dapat
dinyatakan sebagai berikut :
μ. Q . L
K = …………………………………………………………(4.1)
A.P

dimana :
K = Permeabilitas, darcy
µ = Viskositas fluida, cp
Q = Kecepatan aliran fluida, cc/sec
A = Luas penampang media berpori, cm2
P = Tekanan, psia
Rumus seperti di atas diperoleh dari rumus dasar aliran fluida di dalam
media berpori yang dikemukakan oleh Darcy, yaitu :
kA dp
q = × ……………………………………………..………...(4.2)
𝜇 dy

Jadi, pengertian satu darcy adalh bila fluida mengalir dengan kecepatan
aliran sebesar 1 cm/sec dan viscositas fluida 1 cp, pada atau dalam media berpori
yang mempunyai panjang 1 cm dan luas penampang 1 cm2 dengan gradient tekanan
sebesar 1 atm dan waktu alir 1 second.

33
34

Pengukuran permeabilitas dengan alat Liquid Permeameter, maka rumus


yang digunakan :
μ. V . L
K = ……………………………………………………….(4.3)
A . P.T

dimana :
K = Permeabilitas, darcy
µ = Viscositas fluida, cp
L = Panjang sampel, cm
V = Volume cairan yang dialirkan melaui pori, cm3
A = Luas penampang media berpori, cm2
P = Tekanan, psia
T = Waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan fluida melalui
sample, sec
Di dalam reservoir, fluida yang mengalir lebih dari satu macam, sehingga
permeabilitas dibagi menjadi :
1. Permeabilitas absolut
Permeabilitas absolut adalah permeabilitas apabila fluida yang
mengalir dalam media berpori terdiri hanya satu macam fluida.
Rumus yang digunakan menurut Darcy :
kA dp
q = × …………………………………………………(4.4)
𝜇 dx

dimana :
q = Volume flux, cc/sec
k = Permeabilitas, darcy
A = Luas penampang melintang batuan, cm3
µ = Viskositas fluida, cp
dp
= Gradient tekanan, atm/cm
dx

2. Permeabilitas Efektif
Permeabilitas efektif adalah permeabilitas apabila fluida yang
mengalir terdiri dari lebih dari satu macam fluida. Rumus yang
digunakan untuk permeabilitas efektif adalah :
35

𝑘𝑤 .A dp
𝑞𝑤 = × ……………………………………….…..(4.5)
𝜇𝑤 dx
𝑘𝑜 .A dp
𝑞𝑜 = × ……………………………………….…...(4.6)
𝜇𝑜 dx

dimana :
qw, qo = masing – masing debit air dan minyak, ss/sec
µw, µo = viskositas air dan viscositas minyak, cp
kw = permeabilitas untuk air, darcy
ko = permeabilitas untuk minyak, darcy
3. Permeabilitas Relatif
Permeabilitas relatif adalah perbandingan antara permeabilitas
efektif dengan permeabilitas absolut.
Rumus untuk permeabilitas relatif adalah :
𝐾𝑤
𝐾rw = …………………………………………………..(4.7)
𝐾
𝐾𝑜
𝐾ro = …………………………………………………...(4.8)
𝐾

dimana :
Krw = permeabilitas relatif terhadap air
Kw = permeabilitas air
Kro = permeabilitas relatif terhadap minyak
Ko = permeabilitas minyak
K = permeabilitas absolut
Oleh Klinkenberg, dinyatakan suatu persamaan untuk mengkoreksi
permeabilitas absolut sehingga didapat permeabilitas sebenarnya.
Persamaan tersebut adalah :
𝑏
𝐾𝑎 = K (1 + )…………………………………………..(4.9)
𝛲

dimana :
Ka = Permeabilitas terukur pada tekanan rata – rata
K = Permeabilitas sebenarnya dari batuan
B = Konstanta yang tergantung pada ukuran pori yang mana akan
mempengaruhi harga permeabilitas
p = Tekanan rata –rata
36

𝑝
= P atm + 2………………………….………….(4.10)

Koreksi Klinkenberg dilakukan dengan cara memplot Ka vs 1/ p , dimana

ekstrapolasi ke 1/ p = 0 akan menghasilkan permeabilitas yang sebenarnya.


Pengaruh ukuran butir dan sortasi terhadap permeabilitas yaitu, untuk butir
– butir kasar dengan sortasi (derajat pemilahan) bagus akan mempunyai harga
permeabilitas besar, sebaliknya butir – butir halus dengan sortasi buruk akan
mempunyai harga permeabilitas yang rendah.
Pengaruh jenis batuan terjadap permeabilitas :
1. Batu Pasir (Sandstone)
Sistem porinya merupakan tipikal intergranular yang mempunyai harga K = 10
– 1000 md.
2. Karbonat (Limestone, Gypsum, Dolomite, dll)
Sistem porinya merupakan individual atau merupakan gabungan dari tipikal
pori antar matriks, porositas sekunder, atau rekahan – rekahan alami.
37

4.3 ALAT DAN BAHAN


4.3.1 Alat
A. Rangkaian Gas Permeameter
• Triple Range Flowmeter
• Selector Valve
• Pengencang Core Holder
• Gas outlet
• Core Holder
• Pressure Regulator
• Termometer
• Gas inlet
• Pressure Gauge
B. Rangkaian Liquid Permeameter
• Special Lid and Over Flow Tube
• Core Holder
• Cut Off Valve
• Fill Connection
• Burette
• Discharge Fill Valve Assemble
• Pressure Gauge
• Pressure Regulator
• Gas Inlet
4.3.2. Bahan
A. Gas Permeameter
• Core sample
• Air
B. Liquid Permeameter
• Core sample
• Air
38

4.3.3 Gambar Alat

1
9

8
7

6
2
5

4
3

Keterangan :

1. Triple Range Flowmeter


2. Selector Valve
3. Pengencang Core Holder
4. Gas outlet
5. Core Holder
6. Pressure Regulator
7. Termometer
8. Gas inlet
9. Pressure Gauge

Gambar 4.1
Rangakaian Gas Permeameter
Sumber: Laboratorium Analisa Inti Batuan
39

2
1 8
9

Keterangan :

1. Special Lid and Over Flow Tube


2. Core Holder
3. Cut Off Valve
4. Fill Connection
5. Burette
6. Discharge Fill Valve Assemble
7. Pressure Gauge
8. Pressure Regulator
9. Gas Inlet

Gambar 4.2

Rangakaian Liquid Permeameter

Sumber: Laboratorium Analisa Inti Batuan


40

Gambar 4.3
Penjepit
Sumber: www.grainger.com

Gambar 4.4
Sample core
Sumber: www.azon.com
41

4.4 PROSEDUR PERCOBAAN


4.4.1 Prosedur Percobaan Dengan Gas Permeameter
1. Memastikan regulating valve tertutup, menghubungkan saluran gas pada
gas inlet.
2. Memasukkan core pada core holder.
3. Memutar flowmeter selector valve pada tanda “Large”.
4. Membuka regulating valve, memutarkan sampai pressure gauge
menunjukkan angka 0,25 atm.
5. Memilih range pembaca pada flowmeter antara 20 – 140 division.
6. Jika pembaca pada flowmeter dibawah range pembacaan grafik, putar
selector valve ke “Medium” dan menaikkan takanan sampai 0,5 atm.
7. Jika pembaca pada flowmeter dibawah range pembacaan grafik, putar
selector valve ke “Small” dan menaikkan takanan sampai 1 atm.
8. Jika flowmeter tetap tidak berada di range pembacaan grafik, hentikan
percobaan dan memeriksa core pada core holder (menentukan
kemungkinan – kemungkinan yang terjadi).
9. Jika flowmeter menunjukkan angka diatas 140 pada “Large Tube”, maka
permeabilitas core terlalu besar. Percobaan kita hentikan atau mencoba
menaikkan panjang core atau mengurangi cross sectional area dari core.
10. Mencatat temperatur, tekanan dan pembacaan flowmeter.
11. Mengubah tekanan ke 0,25 atm dengan regulator.
12. Mengulangi percobaan sebanyak 3 kali.
13. Perhitungan :
14. Rumus yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
μ. Q . L
K = A.P

4.4.2 Prosedur Percobaan Dengan Liquid Permeameter


1. Memasukkan core ke dalam core holder.
2. Mengisi burette dengan test liquid.
3. Membuka core holder valve dan burette akan terisi.
4. Menutup cut off valve jika burette sudah bterisi melalui batas atas.
5. Mengatur tekanan yang diinginkan pada pressure gauge dengan mengatur
42

pressure regulator.
6. Mengembalikan discharge fill valve ke discharge.
7. Mencatat waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan fluida dari batas atas
hingga batas bawah burette.
μ. Ql. L
8. Perhitungan = K = A . ΔP
43

4.5. HASIL PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN


4.5.1. Hasil Percobaan
A. Pengukuran permeabilitas absolut dengan Gas Permeameter
• Beda tekanan (P) = 0,25 atm
• Luas penampang (A) = 5,32 cm2
• Panjang core (L) = 1,7 cm
• Flow reading = 46 mm
• Laju alir (Q) = 17 cc/dt
• Viskositas gas () = 0,0183 cP
• Permeabilitas = 0,39765 darcy

• Beda tekanan (P) = 0,5 atm


• Luas penampang (A) = 5,32 cm2
• Panjang core (L) = 1,7 cm
• Flow reading = 87 mm
• Laju alir (Q) = 9 cc/dt
• Viskositas gas () = 0,0183 cP
• Permeabilitas = 0,10526 darcy

• Beda tekanan (P) = 1 atm


• Luas penampang (A) = 5,32 cm2
• Panjang core (L) = 1,7 cm
• Flow reading = 102 mm
• Laju alir (Q) = 0,98 cc/dt
• Viskositas gas () = 0,0183 cP
• Permeabilitas = 0,00573 darcy
• Permeabilitas real = 0,03458 darcy

B. Pengukuran permeabilitas absolut dengan Liquid Permeameter


• Beda tekanan (P) = 1 atm
44

• Diameter core = 2,6 cm


• Panjang core (L) = 3,1 cm
• Viskositas liquid () = 1 cp
• Waktu alir (T) = 51 detik
• Volume liquid (V) = 50 ml
• Luas core (A) = 3,23 cm2
• Q liquid = 0,98903 cc/s
• Kabs = 0,94 darcy

4.5.2. Hasil Perhitungan


A. Pengukuran permeabilitas absolut dengan gas permeameter
𝑄𝐿 0,0183.17.1,7
• K = = = 0,39765 darcy
𝐴𝑃 5,32.0,25
𝑄𝐿 0,0183.9.1,7
• K = = = 0,10526 darcy
𝐴𝑃 5,32.0,5
𝑄𝐿 0,0183.0,98.1,7
• K = = = 0,00573 darcy
𝐴𝑃 5,32.1

B. Pengukuran permeabilitas absolut dengan liquid permeameter


𝑉𝐿 1.0,98.30,1
• Kabs = = = 0,94093 darcy (sangatbaik)
𝐴𝑃𝑇 3,32.1

C. Klikenberg Effect
𝑃𝑖𝑛+𝑜𝑢𝑡 (0,25+1)
• Pm1 = = = 0,625 atm
2 2
1 1
= = 1,6 atm-1
𝑃𝑚1 0,625
𝑃𝑖𝑛+𝑜𝑢𝑡 (0,5+1)
• Pm2 = = = 0,75 atm
2 2
1 1
= = 1,33 atm-1
𝑃𝑚2 0,75
𝑃𝑖𝑛+𝑜𝑢𝑡 (1+1)
• Pm3 = = = 1 atm
2 2
1 1
= = 1 atm-1
𝑃𝑚3 1

D. Diketahui : y = 0,196x-0,2224
= mx + c
𝑦
• Tan  = = m = 0,196
𝑥
45

• Ka = c = -0,2224
tan  0,196
• b = = = -0,881
𝐾𝑎 −0,2224

E. Menghitung Kreal (K*)


 b 
• K* = Kabs x 1 + 
 P 
-0,881
• K*0,25 = -0,5615 x (1+ ) = 0,091 darcy
0,625
-0,881
• K*0,5 = -0,5615 x (1+ ) = 0,039 darcy
0,75
-0,881
• K*1 = 0,5615 x (1+ ) = -0,026 darcy
1

K *0,25 + K *0,5 + K *1
• K*rata-rata =
3
= 0,035 darcy (Baik)
4.5.3 Grafik
46

Grafik 4.1 Grafik Hubungan Antara Permeabilitas VS 1/Pm


47

4.6. PEMBAHASAN
Pada minggu ke 2 praktikum Analisa Inti Batuan (AIB) yaitu pengukuran
permeabilitas suatu sample core batuan . Tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu
untuk menentukan nilai permeabilitas absolute dari suatu sample core dengan
menggunakan Gas Permeameter dan Liquid Permeamete serta menentukan aplikasi
lapangan dari pengukuran permeabilitas. Permeabilitas memiliki definisi sebagai
kemampuan suatu batuan reservoir untuk dapat meloloskan fluida yang terkandung
didalamnya tanpa merusak molekul dari formasi batuan tersebut. Dalam suatu
reservoir, permeabilitas dibagi atas tiga macam, yaitu permeabilitas absolut,
permeabilitas efektif dan permeabilitas relatif. Dimana permeabilitas absolut adalah
fluida yang mengalir dalam media berpori hanya satu fasa. Permeabilitas efektif
adalah permeabilitas fluida yang mengalir lebih dari satu fasa. Sedangkan
permeabilitas relatif adalah perbandingan antara permeabilitas efektif dengan
permeabilitas absolut. Permeabilitas suatu batuan dipengaruhi oleh beberapa factor
yaitu bentuk dan ukuran batuan dimana jika suatu batuan oleh butiran yang
besar,pipih,dan seragam dengan dimensi horizontal lebih Panjang maka
permeabilitas horizontal akan lebih besar dan permeabilitas vertical ada dikategori
sedang-tinggi, sementasi dimana sementasi akan membuat permeabilitas menurun,
retakan dan pelarutan dimana pada batuan pasir, retakan tidak dapat menyebabkan
permeabilitas sekunder, kecuali pada batuan pasir yang interbedded dengan
shale,limestone dan dolomite.
Permeabilitas suatu batuan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian
menurut Koesoemadinata yaitu kurang dari 5 mD dikategorikan ketat (tight), 5-10
mD dikategorikan cukup (fair), 10-100 mD dikategorikan baik, dan 100-1000 mD
berada pada kategori baik sekali.Hubungan porositas dan permeabilitas sangat erat
kaitannya, dimana suatu batuan yang permeable sudah pasti porous, sedangkan
batuan yang porous belum tentu permeable, seperti halnya batuan shale memiliki
nilai porositas yang tinggi namun nilai permeabilitasnya kecil. Hubungan
permeabilitas dan saturasi yaitu berbanding lurus dimana apabila saturasi air besar
maka permeabilitas airnyapun akan besar namun sebaliknya untuk permeabilitas
48

minyak akan kecil karena pori-pori yang sebelumnya terisi oleh minyak tadi akan
diisi oleh air, begitu juga sebaliknya.
Suatu kecenderungan dari adanya fluida lain yang tidak saling tercampur
diesebut dengan wettability. Wettability dapat dibedakan menjadi 2 yaitu water wet
dan oil wet. Pada sistem water-wet (basah air) batuan yang terisi minyak dan air,
air akan menempati pori-pori terkecil dan membasahi sebagian besar permukaan
pada pori-pori yang lebih besar. Pada area yang memiliki saturasi minyak (oil
saturation) yang tinggi, minyak yang ada akan tertahan di atas air yang membasahi
dan menyebar pada permukaan. Jika permukaan batuan cenderung water wet dan
batuan tersebut jenuh minyak, air akan mengisi pori-pori terkecil, menggantikan
minyak apabila sistem tersebut dimasuki air, pada system water wet akan
membentuk sudut kontak antara fluida dengan batuan itu sendiri yaitu kurang dari
90°. Sedangkan jika permukaan batuan cenderung oil-wet (basah minyak), maka
akan dijenuhi oleh air, minyak akan masuk dan membasahi pori-pori terkecil
menggantikan air, pada system oil wet fluida akan membentuk sudut kontak dengan
batu lebih dari 90°. Terkait untuk keperluan eksplorasi maupun eksploitasi minyak
bumi, maka formasi yang bersifat water-wet lebih mudah untuk dilakukan oil
recovery. Hal ini disebabkan karena formasi yang bersifat water-wet memiliki
saturasi minyak yang tinggi, yang artinya, air membasahi dan memenuhi pori-pori
terkecil pada butir batuan dan minyaknya berada di atas air, yang mana minyak
lebih mudah bergerak dan tumpah karena tidak ada gaya adesi terhadap permukaan
batuan. Sehingga untuk oil recovery pada formasi dengan
reservoir sandstone dilakukan dengan injeksi air ke dalam formasi tersebut.
Dengan harapan menambah volume air dan mendorong minyak untuk keluar dan
diproduksi.
Pada proses pengukuran permeabilitas pada praktikum kali ini
menggunakan beberapa alat yaitu core holder, rangkaian gas permeameter,
rangkaian liquid permeameter,dan penjepit. Sedangkan bahan yang digunakan
yaitu sample core dan air
Percobaan ini dimulai dengan pengukuran menggunakan Gas Permeameter.
Pertama mempersiapkan sampel core ke dalam core holder dan dipasang pada gas
49

permeameter, kemudian mengalirkan gas. Kemudian putar flowmeter selector valve


pada tanda “large”. Buka regulating valve, putar hingga di pressure gauge
menunjukkan angka 0,25 atm, begitu juga dengan tekanan 0,5 atm dan 1 atm. Jika
pembacaan terhadap flowmeter di bawah angka 20, putar selector valve ke
“medium” pada tekanan 0,5 atm dan “small” pada tekanan 1 atm. Selanjutnya
melakukan pencatatan terhadap flowmeter dan tekanan untuk pembacaan harga Q
pada grafik gauge reading vs flowmeter reading vs flow rate. Harga Q akan
menentukan nilai permeabilitas. Setelah itu menentukan harga permeabilitas
dimasing-masing tekanan yaitu 0,25 atm,0,5 atm dan 1 atm.
Dari percobaan menggunakan gas permeameter diperoleh harga
permeabilitas pada beda tekanan 0,25 atm dengan laju alir 17cc/s didapatkan hasil
sebesar 0,398 darcy, pada beda tekanan 0,5 atm dengan laju alir 9 cc/s didapatkan
hasil sebesar 0,105 darcy dan pada tekanan 1,0 atm dengan laju alir 0,98 cc/s
diperoleh harga permeabilitas sebesar 0,006 darcy. Dalam percobaan menggunakan
gas permeameter, flowmeter selector valve terletak pada selector “medium” dimana
setelah diberikan tekanan skala flowmeter berada dibawah 20 kemudian pada setiap
tekanan akan didapat harga masing-masing “flowreading” pada flowmeter.
Proses menentukan harga Q atau laju alir didapatkan dari pembacaan grafik
permeabilitas dimana pada grafik dibagi menjadi 3 selector yaitu large,medium dan
small. Pada tekanan 0,25 atm harga flowreading yaitu 46 mm atau 4,6 cm dimana
berada pada selector large, setelah itu dengan menggunakan data flow reading yaitu
4,6 cm maka selanjutnya yaitu membaca grafik, sumbu x menunjukan Q dan sumbu
y menunjukan flow reading, pada sumbu y carilah angka 4,6 kemudian tarik garis
hingga menemukan titik potong dengan garis pada bagian large setelah menemukan
titik potongnya kemudian tarik garis ke bawah menuju sumbu x, angka yang berada
pada lurusan titik potong tersebut itulah yang menjadi Q atau laju alir sehingga
didapatkan Q sebesar 17 cc/s, lakukan hal yang sama pada tekanan 0,5 atm dengan
flowreading 87 mm atau 8,7 cm yang berada pada selector medium dan didapatkan
hasil Q yaitu 9 cc/s, kemudian pada tekanan 1 atm dengan flowreading102 mm atau
10,2 cm yang berada pada selector small dan didapatkan hasil Q yaitu 0,98 cc/s.
50

Nilai permeabilitas yang telah didapat bukanlah nilai permeabilitas yang


sebenarnya, hal ini disebabkan oleh adanya klinkenberg effect atau disebut juga gas
slippage, yaitu suatu keadaan dimana udara/gas dapat melalui ruang diantara core
dengan core holder, sehingga mempengaruhi harga permeabilitas.Untuk
mendapatkan nilai permeabilitas yang sebenarnya, maka diperlukan koreksi dengan
cara membuat grafik hubungan antara k dan 1/pm sehingga akan mendapatkan
persamaan trendline berupa y=mx+c,. Dimana dari grafik didapatkan persamaan
y=0,196x-0,2224. Dari trendline tersebut dilakukan perhitungan permeabilitas
sebenarnya dan diperoleh nilai permeabilitas sebesar 0,035 darcy. Berdasarkan
klasifikasi permeabilitas menurut Koesoemadinata, maka dapat dikatakan bahwa
permeabilitas ini baik karena ada pada range 10-100 mD
Metode yang selanjutnya adalah pengukuran permeabilitas dengan
menggunakan liquid parameter. Prosedur percobaan dari pengukuran permeabilitas
dengan liquid permeameter yang pertama yaitu memasukkan core ke dalam core
holder. Kemudian mengisi burette dengan test liquid, setelah itu membuka core
holder valve dan burette akan terisi. Menutup cut off valve jika burette sudah terisi
melalui batas atas. Kemudian mengatur tekanan yang diinginkan pada pressure
gauge dengan mengatur pressure regulator. Lalu mengembalikan discharge fill
valve ke discharge. Setelah itu mencatat waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan
fluida dari batas atas hingga batas bawah burette. Lalu melakukan perhitungan
permeabilitas absolute. Dari hasil perhitungan, didapat harga permeabilitas absolut
nya yaitu 0,94 darcy. Berdasarkan hasil ini dapat dikatakan bahwa menurut
Koesoemadinata permeabilitas batuan memiliki kualitas baik sekali (>100 mD)
Aplikasi lapangan pada percobaan ini yaitu ditinjau dari aspek produksi
yaitu untuk menentukan laju produksi yang tepat sehingga optimasi produksi dapat
tercapai. Ditinjau dari aspek pemboran, kaitannya dengan penentuan program
lumpur yang tepat dalam suatu operasi pemboran, sehingga dapat terhindar dari
problema pemboran. Dimana juga dapat mengetahui peforma, potensi ataupun
prospek lapisan reservoir. Suatu batuan dikatakan porous, tetapi belum tentu
permeable dan sebaliknya. Bila ditinjau dari aspek reservoir yaitu untuk
menentukan prospek atau tidaknya suatu reservoir untuk diproduksi.
51

4.8 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum acara pengukuran permeabilitas absolut,
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Tujuan dilakukannya percobaan pengukuran permeabilitas yaitu untuk
menentukan nilai permeabilitas absolute dari suatu sample core dengan
menggunakan Gas Permeameter dan Liquid Permeamete.
2. Permeabilitas memiliki definisi sebagai kemampuan suatu batuan reservoir
untuk dapat meloloskan fluida yang terkandung didalamnya tanpa merusak
molekul dari formasi batuan tersebut.
3. Dalam suatu reservoir, permeabilitas dibagi atas tiga macam, yaitu
permeabilitas absolut, permeabilitas efektif dan permeabilitas relatif
4. Permeabilitas suatu batuan dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu ukuran
batuan, sementasi dan retakan serta larutan.
5. Permeabilitas suatu batuan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian
menurut Koesoemadinata yaitu kurang dari 5 mD dikategorikan ketat
(tight), 5-10 mD dikategorikan cukup (fair), 10-100 mD dikategorikan baik,
dan 100-1000 mD berada pada kategori baik sekali.
6. Dari hasil percobaan, didapatkan hasil:
A. Dengan Gas Permeameter:
• K pada tekanan 0,25 atm = 0,398 darcy
• K pada tekanan 0,5 atm = 0,105 darcy
• K pada tekanan 1 atm = 0,006 darcy
• K sebenarnya = 0,035 darcy
B. Dengan Liquid Permeameter
K = 0,94 darcy
7. Berdasarkan hasil percobaan didapatkan hasil K sebenarnya pada
pengukuran dengan gas permeameter didapatkan hasil 0,035 darcy dimana
menurut Koesoemadinata dapat dikategorikan permeabilitas baik karena
ada pada range 10-100 mD , dan pada pengukuran permeabilitas absolute
dengan liquid permeameter didaptkan hasil 0,94 darcy dimana
52

permeabilitas ini ada pada kategori baik sekali karena ada pada range 100-
1000 mD.
8. Percobaan pada Gas Permeameter perlu diadakan koreksi karena adanya
Klikenberg Effect yaitu suatu keadaan dimana udara atau gas dapat melalui
ruang diantara core dan core holder sehingga mempengaruhi harga
permeabilitas sehingga memerlukan koreksi agar dapat harga permeabilitas
yang sebenarnya.
9. Aplikasi lapangannya adalah untuk menentukan laju alir sumur, dan
menentukan suatu sumur apakah ekonomis untuk diproduksikan
berdasarkan parameter yang diperoleh saat pengujian.

Anda mungkin juga menyukai