“PENCAMPURAN (MIXING)”
Dosen Pembimbing
Oleh
NIM : 161411043
2017
A. PRELIMINARY STUDY
Jenis Pengaduk
Pengaduk dalam tangki memiliki fungsi sebagai pompa yang menghasilkan laju
volumetrik tertentu pada tiap kecepatan putaran dan input daya. Input daya dipengaruhi oleh
geometri peralatan dan fluida yang digunakan. Profil aliran dan derajat turbulensi merupakan
aspek penting yang memengaruhi kualitas pencampuran. Rancangan pengaduk sangat
dipengaruhi oleh jenis aliran, laminer atau turbulen. Aliran laminer biasanya membutuhkan
pengaduk yang ukurannya hampir sebesar tangki itu sendiri. Hal ini disebabkan karena aliran
laminer tidak memindahkan momentum sebaik aliran turbulen (Walas, 1988). Pencampuran
di dalam tangki pengaduk terjadi karena adanya gerak rotasi dari pengaduk dalam fluida
tersebut dan dapat menimbulkan arus eddy yang bergerak keseluruhan sistem fluida tersebut.
Oleh sebab itu, pengaduk merupakan bagian yang paling penting dalam suatu pencampuran
fasa cair dengan tangki pengaduk. Pencampuran yang bak akan diperoleh bila diperhatikan
bentuk dan dimensi pengaduk yang digunakan, karena akan mempengaruhi keefektifan
proses pencampuran, serta daya yang diperlukan. Menurut aliran yang dihasilkan, pengaduk
dapat dibagi menjadi 3 golongan :
1. Pengaduk aliran aksial yang akan menimbulkan aliran yang sejajar dengan seumbu
putaran
2. Pengaduk aliran radial yang akan menimbulkan aliran yang berarah tangensial dan
radial terhadap bidang rotasi pengaduk. Komponen aliran tangensial menyebabkan
timbulnya vortex dan terjadinya pusaran, dan dapat dihilangkan dengan pemasangan
baffle atau cruciform baffle
3. Pengaduk aliran campuran yang merupakan gabungan dari kedua jenis pengaduk
diatas. Menurut bentuknya, pengaduk dapat dibagi jadi 3 yaitu : propeller, turbine,
paddles
Pola aliran
Pada tangki berpengaduk, pola aliran yang dihasilkan bergantung pada beberapa
faktor antara lain geometri tangki, sifat fisik fluida dan jenis pengaduk itu sendiri. Pengaduk
jenis turbine akan cenderung membentuk pola aliran radial sedangkan propeller cenderung
membentuk aliran aksial. Pengaduk jenis helical screw dapat membentuk aliran aksial dari
bawah tangki menju ke atas permukaan cairan.
Newtonian liquid viskositasnya konstan, tidak tergantung jumlah shear yang diterapkan
untuk suhu konstan. Cairan ini memiliki hubungan linier antara viskositas dan tegangan
geser. Contoh : air, mineral oil, gasoline, alkohol
Non newtonian liquid ketika shear diterapkan pada cairan non newtonian, viskositas cairan
berubah. Perilaku cairan dapat dijelaskan dengan 4 cara : dilatant(quicksand),
pseudoplastik(kecap), rheopectic(gypsum), thixotropic(cat, lem)
B. PENGOLAHAN DATA
200
150
100 Non-Newtonian
Newtonian
50
0
0.0000 1.0000 2.0000 3.0000 4.0000 5.0000
Kecepatan Pengadukan (rps)
Kurva Kecepatan Pengadukan
terhadap Mixing Time Factor
Blending Time Factor 60.0000
50.0000
40.0000
30.0000
Non-Newtonian
20.0000
Newtonian
10.0000
0.0000
0.00 20000.00 40000.00 60000.00 80000.00
NRe
80.00
Waktu (detik)
60.00
40.00 Non-Newtonian
Newtonian
20.00
0.00
0.0000 1.0000 2.0000 3.0000 4.0000 5.0000
Kecepatan Pengadukan (rps)
50.0000
40.0000
30.0000
Non-Newtonian
20.0000
Newtonian
10.0000
0.0000
0.0000 1.0000 2.0000 3.0000 4.0000 5.0000
Kecepatan Pengadukan (rps)
C. PEMBAHASAN
Dari praktikum yang kami lakukan, percobaan pencampuran (mixing) yaitu peristiwa
menyebarnya bahan-bahan secara acak dimana bahan satu menyebar ke bahan yang lain dan
sebaliknya, sedangkan bahan-bahan tersebut sebelumnya terpisah dalam dua fase atau lebih.
Prinsip percobaan pencampuran adalah berdasarkan pada peningkatan pengacakan dan
distribusi dan atau lebih komponen yang mempunyai sifat yang berbeda.
Pada percobaan kali ini kami menggunakan bahan kacang hijau untuk mengetahui
profil aliran, menggunakan indikator phenoptaelin, larutan H2SO4, Larutan NaOH, tepung
kanji untuk fluida pekat, air untuk fluida encer, dan untuk mengetahui jenis newtonian atau
non newtonian.
Pada percobaan kami menggunakan 2 larutan untuk perubahan warna yang terjadi.
Pada larutan encer menggunakan air kami memasukan air sebanyak 15 L kemudian di
teteskan indikator phenoptaelin lalu kami masukan larutan NaOH dan warna fluida berubah
menjadi pink dan kami mencatat waktu perubahan warna nya hingga merata, lalu kami
memasukan larutan H2SO4 sehingga warna fluida berubah menjadi warna bening kembali.
Faktor yang mempengaruhi pada praktikum mixing ini adalah komposisi bahan,
reaktor yang digunakan, kecepatan pengadukan, waktu pengadukan, densitas dan viskositas
bahan. Semakin lama pengadukan maka campuran akan semakin homogen. Homogenitas
campuran berpengaruh pada viskositas dan densitas campuran. Besar kecilnya viskositas
tergantung pada densitas.
Kami melakukan 5 run untuk masing-masing fluida encer dan fluida pekat. Untuk
fluida encer kami menggunakan air dengan variasi kecepatan 65,3 ; 123,2 ; 183,7 ; 232,2 ;
269,9 rpm diperoleh mixing factor berturut-turut yaitu 126; 126; 126; 126; 126. Untuk fluida
pekat kami menggunakan kanji dengan variasi kecepatan 67,1; 125,6; 179,3; 236,7; 273,8
rpm kami memeroleh mixing factor berturut-turut yaitu 190,54; 169,82; 154,88; 147,91;
144,54. Dari hal tersebut dapat dianalisis bahwa dengan kecepatan pencampuran yang cepat
waktu pencampuran akan semakin cepat pula. Kami juga memeroleh data Nre untuk
mengetahui pola aliran yang terjadi dengan indikator kacang hijau, didapatkan Nre rata-rata
fluida encer ialah 73929,9 dan Nre rata-rata untuk fluida pekat ialah 7612,13 terkategori pola
aliran turbulen.