Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

Nama :
1. Sinta Andriyani 5213414025
2. Wawan Budiyanto 5213414031
3. Herawati Nurzanah 5213414043
Prodi : Teknik Kimia
Kelompok : 11
Tanggal Praktikum : 26 September 2016
Materi Praktikum : Mixing

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dari percobaan tangki pengaduk ini adalah:
1. Mengetahui jenis pola alir dari berbagai impeller.
2. Menghitung torsi dari proses pengadukan.
3. Menghitung power dari proses pengadukan.
4. Menganalisis fenomena vorteks pada tangki pengaduk.
5. Menganalisis Froude Number.

B. ALAT DAN BAHAN


Alat:
1. Tangki pengaduk
2. Pengaduk jenis propeller dan disc turbine
3. Mixer
Bahan:
1. Air
2. Glitter
C. PROSEDUR KERJA

Air Glitter

MIXING

Disc Turbine Propeller

75 rpm 75 rpm

Radial Axial

150 rpm 150 rpm

Radial Axial

225 rpm 225 rpm

Radial Axial

300 rpm 300 rpm

Radial Axial

375 rpm 375 rpm

Radial Axial

Gambar I.1 Skema Kerja Mixing


D. DATA PENGAMATAN

Tabel I.1 Pola Aliran pada Disc Turbine

Kecepatan (Rpm) Impeller disc turbine


75 Aliran radial, glitter menyebar ke segala arah
150 Aliran radial, glitter menyebar kesegala arah
225 Aliran radial, glitter menyebar kesegala arah dan mulai terjadi
vorteks
300 Aliran radial, glitter menyebar kesegala arah dan vorteks lebih
besar
375 Aliran radial, glitter menyebar kesegala arah dan vorteks lebih
besar

Tabel I.2 Pola Aliran pada Propeller

Kecepatan (Rpm) Impeller propeller


75 Aliran axial, glitter sejajar dengan poros
150 Aliran axial, glitter sejajar dengan poros
225 Aliran axial, glitter sejajar dengan poros dan mulai terjadi
vorteks
300 Aliran axial, glitter sejajar dengan poros dan vorteks lebih besar
375 Aliran axial, glitter sejajar dengan poros dan vorteks lebih besar

E. ANALISIS DATA

Diketahui:
Diameter tangki = 10 cm = 0.1 m
Jari-jari ( r ) = 5 cm = 0.05 m
µ = 0.001 Kg/m.s
ρ = 1000 kg/m3
D Turbine = 0.05 m
D Propeller = 0.045 m
gc = 1
Tinggi larutan ( t ) = 1.1 x D
= 1.1 x 0.1
= 0.11 m
Jarak impeller ke dasar tangki ( R ) = ¼ x Tingg larutan
= ¼ x 0.11
= 0.0275 m
Ditanya : a. Torsi?
b. Power?
Jawab:
𝜏=𝐹𝑥𝑅
=𝑚𝑥𝑔𝑥𝑅
= 𝜌𝑥𝑉𝑥𝑔𝑥𝑅
= 𝜌 𝑥 𝜋 𝑥 𝑟 2𝑥 𝑡 𝑥 𝑔 𝑥 𝑅
𝑘𝑔 𝑚
= 1000 3
𝑥 3.14 𝑥 (0.05 𝑚)2 𝑥 0.11 𝑚 𝑥 10 2 𝑥 0.0275 𝑚
𝑚 𝑠
= 0.2374625 𝑘𝑔 𝑚2 /𝑠 2

a. Perhitungan power pada propeller


Keterangan:
(𝑛 𝑥 𝜌 𝑥 𝐷2 )
𝑁𝑟𝑒 =
𝜇
(𝑁𝑝 𝑥 𝜌 𝑥 𝑛3 𝑥 𝐷5 )
𝑃=
𝑔𝑐
Tabel I.3 Perhitungan power pada propeller
rpm rps Nre Np P ( Watt ) Fr
75 1.25 2531.25 6.9 0.002486805 0.0070313
150 2.5 5062.5 6.2 0.017876162 0.028125
225 3.75 7593.75 6 0.058385852 0.0632813
300 5 10125 5.95 0.137242793 0.1125
375 6.25 12656.25 5.8 0.261294708 0.1757813

b. Perhitungan power pada impeller disc turbine


Tabel I.4 Perhitungan power pada turbine
rpm rps Nre Np P (Watt) Fr
75 1.25 3125 1.3 0.0007935 0.0078125
150 2.5 6250 1.25 0.0061035 0.03125
225 3.75 9375 1.23 0.0202698 0.0703125
300 5 12500 1.22 0.0476563 0.125
375 6.25 15625 1.21 0.0923157 0.1953125

F. PEMBAHASAN
Mixing adalah peristiwa menyebarnya bahan-bahan secara acak dimana
bahan yang satu menyebar ke bahan yang lain dan sebaliknya, sedang bahan-
bahan itu sebelumnya terpisah dalam dua fasa atau lebih. Melalui percobaan
mixing dapat diketahui jenis pola alir, nilai torsi, power dan dapat menganalisis
fenomena vortekss dan Froude number.
Untuk mengetahui pola alir dapat dilakukan dengan cara mengamati
pergerakan glitter yang membentuk pola aliran. Pada percobaan ini digunakan
dua jenis pengaduk, yaitu impeller disc turbine dan propeller. Impeller disc
turbine dapat menghasilkan pola aliran radial. Sedangkan propeller
menghasilkan pola aliran axial karena aliran yang dihasilkan sejajar dengan
poros. Hal ini sesuai dengan literatur dari Didik Purwanto dalam Nasional
Aplikasi Sains dan Teknologi tahun 2008.
Dalam percoban ini, digunakan tangki dengan diameter 0.1 m. Untuk
menggerakkan fluida dalam tangki berdiameter 0.1 m dan tinggi larutan 0.11
dibutuhkan torsi sebesar 0.2374625 𝑘𝑔 𝑚2 /𝑠 2. Sedangkan power yang
dihasilkan dipengaruhi oleh kecepatan pengaduk, semakin besar kecepatan
pengaduk maka power yang dihasilkan semakin besar (Candrika dan Totok,
2013).

Gambar I.2 Grafik Power Number vs Reynold Number untuk Propeller


(Unit Opeation of Chemical Engineering, 1993)
Gambar I.3 Grafik Power Number vs Reynold Number untuk Turbine and un-
Baflle (Treybal, 1985)

Berdasarkan nilai bilangan Reynold diperoleh 3 pola aliran yaitu :


1. Aliran laminar (viscous flow) pada Nre < 10
2. Aliran transisi (transient flow) pada Nre 10-104
3. Aliran turbulen (Turbulen Flow) pada Nre > 104

Pada suatu aliran dapat terjadi vortekss, apabila Nre mencapai 104 atau
aliran turbulen. Namun pada percobaan ini, nilai Nre dibawah 104 sudah terjadi
vortekss. Hal ini karena dipengaruhi oleh Froude Number dan gravitasi. Froude
number bukan merupakan bilangan yang signifikan, melainkan hanya
diperhitungkan pada system pengadukan dalam tangki yang tidak bersekat
(baffle). Pada system ini, bentuk permukaan cairan dalam tangki akan
dipengaruhi oleh gravitasi sehingga dapat membentuk vortekss (Galleti, 2004).
Desain Tangki
Untuk membuat desain tangki yang efektif, maka perlu memperhatikan
pengadukan. Pengadukan yang efektif terjadi apabila pada saat pengadukan tidak
terjadi vorteks, karena vorteks dapat mempengaruhi efisiensi pengadukan itu
sendiri. Dalam percobaan ini, vorteks terjadi pada kcepatan 225 rpm. Jadi, tangki
yang digunakan pada praktikum ini efektif pada kecepatan 150 < n <225 rpm.

PENUTUP
Kesimpulan
1. Penggunaan pengaduk jenis disc turbine pada tangki tanpa sekat
menghasilkan pola alir radial, hal ini dapat dilihat dari pergerakan glitter yang
menyebar ke segala arah., sedangkan pengaduk jenis propeller menghasilkan
pola aliran axial, hal ini dapat dilihat dari pergerakan glitter yang sejajar
dengan poros.
2. Torsi yang didapatkan pada percobaan ini sebesar 0.2374625 𝑘𝑔 𝑚2 /𝑠 2.
3. Power yang dihasilkan berbanding lurus dengan kecepatan pengadukan.
4. Pada pengaduk propeller, vorteks pada tangki pengaduk terjadi pada
kecepatan 225 rpm dengan bilangan reynold 7593.75. Pada pengaduk disc
turbine, vorteks pada tangki pengaduk terjadi pada kecepatan 225 rpm dengan
bilangan reynold 9375. Vorteks dapat tarjadi akibat adanya pengaruh gaya
gravitasi.
5. Pada percobaan ini, saat kecepatan 225 rpm pada jenis propeller mampu
meghasilkan vorteks dengan Froude number sebesar 0.0632813, sedangkan
pada pengaduk disc turbine mampu meghasilkan vorteks dengan Froude
number sebesar 0.0703125.
Saran
1. Sebaiknya pola alir di setiap variabel kecepatan diamati dengan teliti agar
tidak terjadi kekeliruan dalam menentukan pola aliran.
2. Sebaiknya pengukuran diameter pengaduk, jarak dasar tangki dengan ujung
pengaduk, dan volume cairan dilakukan dengan akurat agar tidak terjadi
kekeliruan dalam perhitungan.
3. Hendaknya dalam menentukan interval kecepatan tidak terlalu besar, sehingga
dalam mengamati vorteks lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Galletti, C., Paglianti, A. Lee, K.C. Yianneskis, M., 2004, “Reynolds


Number and Impeller Diameter Effect on Instabilities in Stirred Vessles, AlChe
Journal, 50, pp.2050 – 2063
Mc. Cabe, W.L. 1985. “Unit Operation of Chemical Engineering”. Tioon
Well Finishing Co. Ltd. Singapura.
Purwanto, Didik. 2008. Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi
2008 – IST AKPRIND Yogyakarta. Hal 51-55.
Treybal, R.E. 1985. “Mass Transfer Operation”. 3th ed., Mc Graw Hill
Book Co. Singapore.
Yuwono, C. W., Totok Soehartanto. 2013. “Perancangan Sistem
Pengadukan pada Bioreactor Batch untuk Meningkatkan Produksi Biogas”.
Teknik Fisika ITS : Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai