Disusun oleh :
Nama : Deva Milenia Safitri
NIM : 18/424412/PN/15452
Kelompok/Golongan : 1/A3
Asisten Koreksi : Nabila Alfi Rosyida
LABORATORIUM AGROHIDROLOGI
DEPARTEMEN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tingginya penurunan biodiversitas vegetasi sebagai akibat adanya alih
fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian menjadi perhatian serius untuk upaya
pelestarian dan perlindungan agroekosistem. Biodiversitas tanah di penggunaan
lahan yang berbeda mempengaruhi kandungan bahan organic dan struktur tanah
melalui kegiatan organisme di dalam tanah. Hal tersebut berpengaruh terhadap
kapasitas tanah yang memiliki sifat yang berbeda-berbeda untuk melakukan
masing-masing fungsi tanah, karena sangat tergantung dari biodiversitas tanah
sebagai akibat penggunaan lahan yang berbeda dan infiltrasi merupakan indikator
yang baik hidrologi tanah (Endarwati et al, 2017 cit Thurow et al., 1986). Infiltrasi
merupakan proses masuknya air ke dalam tanah (Puspitasari,2017). Banyak hal
yang mempengaruhi infiltrasi diantaranya intensitas hujan, porositas tanah,
kerapatan massa tanah, kadar air tanah, tekstur tanah, struktur tanah, kepadatan
tanah, kemiringan lahan, kandungan bahan organik tanah, dan keadaan vegetasi
permukaan tanah (Puspitasari,2017).
Berdasarkan latar belakang yang ada maka dapat diketahui tujuan kegiatan
pengukuran laju infiltrasi yaitu:
Menghitung laju infiltrasi pada suatu lahan dan mempelajari faktor-faktor yang
mempengaruhi laju infiltrasi
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berikut hasil dari data sekunder dari pengukuran menggunakan Double
Ring Infiltromete.
Tabel 1.1. Laju Infiltrasi pada Lahan Vegetasi dan Non Vegetasi
15 10’ 75’ 4,9 3,5 4,5 3,4 1,4 1,1 11,20 8,80
Tabel 1.2. Laju Infiltrasi dengan Interval Waktu Lima Menit
Laju infiltrasi
Waktu Kumulatif Vegetasi Tanpa
(mm/jam) (mm/jam)
5’ 36 48
10’ 23,46 30,77
15’ 15,75 25,66
20’ 15,13 17,79
25’ 22,72 19,56
30’ 23,75 23,96
35’ 18,37 19,59
40’ 16,64 16,65
45’ 17,33 14,67
50’ 15,76 13,88
55’ 14,18 13,09
60’ 10,78 11,62
65’ 7,38 10,15
70’ 9,29 9,48
75’ 11,2 8,8
B. Pembahasan
Infiltrasi adalah suatu proses dimana terjadinya aliran air ke dalam tanah
dan menyebabkan peningkatan kadar air total yang dapat berkontribusi terhadap
variasi dalam partisi air dan respon hidrologi (Juwita & Santoso, 2019). Infiltrasi
penting dalam hidrologi karena berpengaruh dalam proses mengatur cadangan air
yang tersedia untuk mengisi air tanah ,mengendalikan limpasan air dan erosi
tanah. Selain itu, proses ini berperan besar dalam siklus air, yaitu sebagai sumber
air tanah dan air akifer. Proses infiltrasi dipengaruhi oleh dua gaya, yaitu gaya
grafitasi dan gaya kapiler. Sitem kerja gaya kapiler dalam infiltrasi yaitu
menyebarkan air ke arah lateral atau ke arah samping (horizontal). Sedangkan
untuk gaya gravitasi mengakibatkan bergeraknya air kea rah bawah. Air yang
dipermukaan tanah tidak semuanya mengalir ke dalam tanah, melainkan ada
sebagian air yang tetap tinggal di lapisan tanah bagian atas (top soil) untuk
kemudian diuapkan kembali ke atmosfer melalui permukaan tanah atau soil
evaporation (Asdak, 2004). Proses ini berkaitan erat dengan laju pemberian air
irigasi, agar air irigasi dapat diberikan secara efektif dan efisien.
Laju infiltrasi merupakan fluk aliran, atau disebut juga kecepatan infiltrasi.
Pada saat intensitas hujan atau irigasi melebihi laju infiltrasi, laju infiltrasinya
mencapai maksimum, yang biasa disebut kapasitas infiltrasi. Laju infiltrasi sangat
berhubungan dengan karakteristik fisik tanah meliputi tekstur, bahan organik,
total ruang pori dan kadar air. Laju infiltrasi (infiltrabilitas) menyatakan fluk
dimana profil tanah menyerap air melalui permukaan butir tanah dan menjaga
agar hubungan tersebut tetap berada dalam kondisi tekanan atmosfirnya.
Sepanjang laju pemberian air irigasi masih lebih kecil dari infiltrabilitas tanah, air
akan berinfiltrasi dengan laju yang sama dengan laju pemberian airnya. Pada
kondisi ini laju infiltrasinya ditentukan oleh fluk. Akan tetapi pada saat laju
pemberian air telah melebihi harga infiltrabilitas tanahnya, maka proses
infiltrasinya mulai ditentukan oleh profil tanah yang bersangkutan (Hillel, 1980).
Dalam kegiatan pertanian aspek mengenai infiltrasi sangat penting untuk
dipelajari, khususnya di lahan rawa pasang surut. Banyaknya air yang masuk ke
dalam tanah melalui proses infiltrasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
tekstur dan struktur tanah, kelembaban tanah awal, kegiatan biologi dan unsur
organik, jenis dan tebal serasah, tipe vegetasi dan tumbuhan bawah Infiltrasi
banyak mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor penyebabnya.
Menurut Irawan (2016), infiltrasi dipengaruhi oleh:
1. Sifat Fisik Tanah
Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah menjadi faktor penting dalam
mempengaruhi laju infiltrasi. Adapun faktor-faktor yang termasuk ke
dalam sifat fisik tanah yaitu tekstur dan struktur tanah, kerapatan massa,
permeabilitas, porositas, kandungan bahan organik dan kadar air tanah.
Struktur tanah mempengaruhi kapasitas infiltrasi tanah, dimana struktur
tanah granuler memiliki kerapatan tanah yang rendah sehingga tingkat
porositas tanah yang tinggi, maka akan meningkatkan kapasitas infiltrasi
tanah. permeabilitas memberikan pengaruh pada kemampuan tanah dalam
meloloskan air.
2. Vegetasi
Vegetasi dan lapisan serasah melindungi permukaan tanah dari
pukulan langsung tetesan air hujan yang dapat menghancurkan agregat
tanah yang dapat menyebabkan pemadatan tanah. Hancuran partikel tanah
akan menyebabkan penyumbatan pori tanah makro sehingga menghambat
infiltrasi air tanah. Dengan adanya vegetasi maka mendukung tebukanya
runag dalam tanah karena adanya akar tanaman. Hal tersebut dapat
mempercepat proses infiktrasi dalam tanah.
3. Sifat Hujan
Laju infiltrasi dapat dengan cepat terjadi maupun dapat berjalan secara
lambat. Laju infiltrasi berpengaruh terhadap kelengasan yang ada di dalam
tanah. Laju infiltrasi bisa mempengaruhi laju erosi. Semakin cepat laju infiltrasi
maka semakin lambat laju erosi. Hal tersebut dikarenakan pada saat laju
infiltrasi cepat, maka air yang masuk ke dalam tanah semakin banyak sehingga
mengurangi jumlah air yang mengalir di permukaan. Berkurangnya jumlah air
yang mengalir di permukaan akan mengurangi erosi karena partikel-partikel
tanah tidak hilang terbawa oleh partikel-partikel tanah. Apabila laju infiltrasi
semakin lambat, maka laju erosi semakin cepat. Hal tersebut dikarenakan
apabila laju infiltrasi lambat, air secara lambat masuk ke dalam tanah sehingga
air mengalir di permukaan tanah. Air yang mengalir di permukaan tanah
tersebut mengakibatkan terbawanya partikel-partikel tanah atas sehingga tanah
menjadi terkikis (erosi) (Nugroho et al., 2006).
Andara, A. 2018. Laju infiltrasi pada tegakan mahoni dan lahan terbuka di
universitas hasanuddin. Skripsi. Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang.
Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai: Cetakan
Ketiga. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Asdak, C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Endarwati, M. A., Wicaksono, K. S., & Suprayogo, D. 2017. Biodiversitas
vegetasi dan fungsi ekosistem: hubungan antara kerapatan, keragaman
vegetasi, dan infiltrasi tanah pada inceptisol lereng Gunung Kawi,
Malang. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan, 4(2), 577-588.
Hussain, M., & Raju, Y. K. 2019. Fitting infiltration equations using double ring
infiltrometer to design and evaluate irrigation methods. IJRTE, 8(4): 45-
64.
Hillel, D. 1980. Application of Soil Physics. Academic Press: New York.
Irawan, T., & Yuwono, S. B. 2016. Infiltrasi pada berbagai tegakan hutan di
arboretum universitas lampung. Sylva Lestari 4(3): 21-34.
Juwita, R.,and I.B. Santoso. 2019. Assesment of soil infiltration capability in
Balikpapan city. IPTEK Jurnal of Proseedings Series 5: 2354- 6026.
Puspasari, R. L. 2017. Studi Pengaruh Sifat Fisik Tanah Terhadap Karakteristik
Laju Infiltrasi. Doctoral dissertation, Universitas Brawijaya.
Nugroho, L.H., Purnomo & I. Sumardi. 2006. Struktur dan Perkembangan
Tumbuhan. Penebar Swadaya. Jakarta 81-119.
Sihag, P., Tiwari, N. K., & Ranjan, S. (2017). Estimation and inter-comparison of
infiltration models. Water Science 31(1): 34-43.
Utaya, Sugeng. 2008. Perubahan Tata Guna Lahan dan Resapan Air di
“Optimalisasi Resapan Air Dalam Pengelolaan Lahan Kota Malang”,
Disertasi S-3, Program Pasca Sarjana-Unibraw, Malang.
LAMPIRAN 1. PERHITUNGAN
Lampiran Perhitungan Tabel 1
Menghitung Infiltrasi (ΔH =H1-H2)
Vegetasi
2 ΔH =H1-H2 ΔH =H1-H2
= 8,2 – 7,9 = 13,5-13,3
=0,3 cm = 0,2 cm
3 ΔH =H1-H2 ΔH =H1-H2
= 7,9 – 7,6 = 13,3-12,9
= 0,3 cm = 0,4cm
4 ΔH =H1-H2 ΔH =H1-H2
= 7,6- 7,1 = 12,9-12,5
= 0,5 cm = 0,4cm
5 ΔH =H1-H2 ΔH =H1-H2
= 6,4- 5,9 = 12,5-12
=0,5 = 0,5 cm
6 ΔH =H1-H2 ΔH =H1-H2
=5,9-5,4 = 12-11,5
=0,5 cm = 0,5 cm
7 ΔH =H1-H2 ΔH =H1-H2
=10,5-9,3 = 11,5-10,7
= 1,2 = 0,8 cm
8 ΔH =H1-H2 ΔH =H1-H2
=9,3-8,3 = 10,7-10,2
=1 = 0,5 cm
ΔH =H1-H2 ΔH =H1-H2
=8,3 – 7 = 10,2- 9
= 1,3 = 1,2 cm
10 ΔH =H1-H2 ΔH =H1-H2
=7- 5,7 = 9- 7,9
= 1,3 = 1,1cm
11 ΔH =H1-H2 ΔH =H1-H2
=5,7- 4,9 = 7,9-6,8
= 0,8 = 1,1 cm
12 ΔH =H1-H2 ΔH =H1-H2
=4,9 – 3,5 = 6,8-5,6
= 1,4 = 1,2 cm
13 ΔH =H1-H2
= 5,6-4,5
= 1,1cm
14 ΔH =H1-H2
= 4,5-3,4 Menghitu
= 1,1 cm ng Laju
Infiltrasi
Dengan Vegetasi
WK 1’ = (0,1) x 10 x 60 = 60 mm/jam
1
WK 2’ = (0,2) x 10 x 60 = 60 mm/jam
2
WK 3’ = (0,3) x 10 x 60 = 60 mm/jam
3
WK 5’ = (0,3) x 10 x 60 = 36 mm/jam
5
WK 7’ = (0,5) x 10 x 60 = 42,86 mm/jam
7
WK 9’ = (0,4) x 10 x 60 = 26,67 mm/jam
9
WK 13’ = (0,3) x 10 x 60 = 13,85 mm/jam
13
WK 17’ = (0,5) x 10 x 60 = 17,65 mm/jam
17
WK 21’ = (0,5) x 10 x 60 = 14,29 mm/jam
21
WK 29’ = (1,2) x 10 x 60 = 24,83 mm/jam
29
WK 37’ = (1) x 10 x 60 = 16,22 mm/jam
37
WK 45’ = (1,3) x 10 x 60 = 17,33 mm/jam
45
WK 55’ = (1,3) x 10 x 60 = 14,18 mm/jam
55
WK 65’ = (0,8) x 10 x 60 = 7,38 mm/jam
65
WK 75’ = (1,4) x 10 x 60 = 11,20 mm/jam
75
Tanpa Vegetasi
Dengan Vegetasi
1.
2.
3.
4.
Y = 15,13
5.
Y = 22,72
6.
Y = 23,75
7.
Y = 18,37
8.
Y = 16,64
9.
10.
Y = 15,76
11.
12.
Y = 10,78
13.
14.
Y = 9,29
15.
Tanpa Vegetasi
1.
2.
1x( ) = 4 (y – 33,33)
Y = 30,77
3.
2x( ) = 4 (y-23,08)
10,32=4y-92,32
102,64=4y
Y = 25,66
4.
3x ( )= 4( y-28,24)
-41,82= 4y-112,96
4y= 71,14
Y = 17,79
5.
4x =8(
42,16=8y- 114,32
156,48=8y
Y=19,56
6.
1x ( =8 (y-24,83)
-6,99= 8y -198,64
191,65= 8y
Y = 23,96
7.
6x ( = 8(y-24,83)
-41,94=8y- 198,64
156,7= 8y
Y =19,59
8.
3x ( =8 (
-9,51= 8y- 142,72
133,21=8y
Y = 16,65
9.
10.
5x( =10(
-7,9= 10y -146,7
138,8=10 y
Y = 13,88
11.
12.
5x( )=10 (
-14,7= 10 y-130,9
116,2=10y
Y = 11,62
13.
14.
5x( =10 (
-6,75= 10y-101,5
94,75=10y
Y =9,48
15.
LAMPIRAN 2. JURNAL