Anda di halaman 1dari 5

Laporan Praktikum Fisiologi tumbuhan dasar (BIO241)

KURVA SIGMOID PERTUMBUHAN

Nama : Fahrul Adrian Kelompok/Parallel : 5/P6

NIM : A24190026 Program Studi : Agronomi dan Hortikultura

A. Pendahuluan
Pertumbuhan merupakan salah satu ciri dari makhluk hidup termasuk
tumbuhan atau tanaman. Pertumbuhan merupakan perubahan yang tidak dapat balik
pada tumbuhan/tanaman yang dapat diamati dengan melihat ukuran dua dimensi
seperti panjang, lebar dan luas, maupun volume serta bobot/masa tumbuhan baik
dalam bentuk bobot basah maupun bobot kering. Tumbuhan adalah makhluk hidup
yang dapat menggunakan energi dari sinar matahari untuk membuat zat makanan
(fotoautotrof) melalui proses fotosintesis (Cronquist, 1981).
Menurut Sitompul dan Guritno (1995), Pertambahan ukuran tubuh tumbuhan
secara keseluruhan merupakan hasil dari pertambahan jumlah dan ukuran sel. Laju
pertumbuhan dari organ atau tumbuhan secara utuh mengikuti pola yang disebut
sebagai kurva sigmoid pertumbuhan atau kurva “S” (Nugraheni et.al, 2018). Pola dari
kurva pertumbuhan sebagaimana digambarkan sebagai kurva S terjadi karena pada
awalnya pertumbuhan relatif lambat kemudian dengan berjalannya waktu
pertumbuhan mulai cepat, kemudian mengalami peningkatan laju yang tinggi dan
linier sampai waktu atau fase tertentu kemudian melambat kembali dan akhirnya
berhenti. Pola ini berlaku pada semua organ misalnya suatu daun, bunga atau buah,
maupun struktur tumbuhan secara utuh. Meskipun cakupan waktunya berbeda-beda
tergantung dari usia organ atau tumbuhan tersebut.
Kurva sigmoid biasanya berlaku universal baik untuk satuan pajang atau luas
daun maupun bobot keringnya. Karena pertumbuhan biasanya selaras antara ukuran
dan bobot. Kurva sigmoid juga bisa digunakan untuk memprediksi kapan suatu buah
memiliki tingkat pertumbuhan maksimum yang biasanya akan diikuti dengan
kematangan buah.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan mengamati kurva sigmoid pertumbuhan suatu tanaman.

C. Hasil analisis dan interpretasi data


Mingu Tinggi tanaman Jumlah daun Jumlah polong
pengamatan (cm) (lembar) (Buah)
1 3 6 0
3 10 10 0
5 21 15 0
7 45 22 0
9 71 38 0
11 105 52 0
13 121 61 4
15 132 64 16
17 137 66 21
19 140 67 36

Tabel 1. . Data sekunder pengamatan tinggi, jumlah buah, dan jumlah daun tanaman kedelai

hari Daun 1 Daun 2 Daun 3 Daun 4


pengamatan (cm) (cm) (cm) (cm)
panjang lebar panjang lebar panjang lebar panjang Lebar
1 9.6 7.4 10.7 8.65 9.7 8.7 8.25 7.2
2 9.7 7.55 10.8 8.7 9.8 8.85 8.3 7.25
3 9.75 7.6 10.95 8.8 9.9 8.95 8.4 7.3
4 9.8 7.7 11.0 8.9 10.0 9.0 8.5 7.4
5 9.9 7.75 11.05 9.0 10.05 9.1 8.65 7.5
6 10.0 7.8 11.15 9.15 10.15 9.2 8.75 7.55
7 10.05 7.9 11.2 9.2 10.25 9.3 8.8 7.65

Tabel 2. . Data Primer pengamatan panjang dan lebar daun tanaman kacang panjang
KURVA TINGGI TANAMAN KEDELAI
Y-Values

160
17, 137 19, 140
15, 132
140
13, 121
TINGGI TANAMAN (CM)

120 11, 105


100

80 9, 71

60 7, 45
40
5, 21
20 3, 10
1, 3
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
MINGU PENGAMATAN

Gambar 1. Grafik kurva tinggi tanaman kedelai.

KURVA JUMLAH DAUN DAN JUMLAH


POLONG TANAMAN KEDELAI
jumlah daun (lembar) jumlah polong (buah)

80

70
17, 66 19, 67
15, 64
60 13, 61

11, 52
50

40
JUMLAH

9, 38
19, 36
30

7, 22 17, 21
20
5, 15 15, 16
10 3, 10
1, 6
13, 4
0 1, 0 3, 0 5, 0 7, 0 9, 0 11, 0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
-10
MINGGU OENGAMATAN

Gambar 2. Grafik kurva jumlah daun dan jumlah polong


KURVA PENGAMATAN PANJANG DAN LEBAR
DAUN KACANG PANJANG
panjang daun 1 lebar daun 1 panjang daun 2 lebar daun 2
panjang daun 3 lebar daun 3 panjang daun 4 leber daun 4
12

10
PANJANG DAN LEBAR DAUN (CM)

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
HARI PENGAMATAN

Gambar 2. Grafik kurva panjang dan lebar daun kacang panjang

Dari hasil pengamatan data primer dan data sekunder, tidak semua data
pengamatan membentuk kurva sigmoid. Data yang membentuk kurva sigmoid adalah
data sekunder tinggi tanaman kedelai dan jumlah daun pada tanaman kedelai, pada
data jumlah polong kedelai dan pada data primer tidak membentuk kurva sigmoid.
Kurva sigmoid dibagi 3 fase utama yaitu fase logaritmik (pertumbuhan cepat), fase
linear (pertumbuhan konstan), dan fase penuan (penurunan tumbuh). pada data
sekunder tinggi tanaman kedelai dan jumlah daun kedelai memenuhi ketiga fase
tersebut. Data jumlah polong memenuhi fase logaritmik pada minggu 13 hingga 15,
memasuki fase linear pada miggu 15 hingga 17, namun kembali ke fase logaritmik
pada inggu 17 hingga 19. Sedangkan pada data primer kurvanya hanya menunjukkan
fase linear, hal ini mungkin disebabkan oleh biasnya hasil pengamatan karena
keterbatasan peralatan pengamatan praktikan serta jarak pengamatan yang jauh lebih
pendek dibanding dengan data sekunder. Dari hasil ini kita tidak dapat menerapkan
kurva sigmoid pada pertambahan volume biji polong polongan karena grafiknya
sendiri tidak menunjukkan kurva sigmoid sehingga dibutuhkan metode lain untuk
mengukur dan memperkirakan pertambahan volume biji tanaman polong-polongan
seperti kedelai ini.

D. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa kurva sigmoid dapat
menunjukkan dan meramalkan laju pertumbuhan pada tanaman. Namun
pengamatannya memerlukan waktu agar kurva data pengamatannya membentuk
kurva sigmoid seperti pada grafik data sekunder.

E. Daftar Pustaka
Cronquist, Arthur. 1981. An Integrated System of Classification of flowering plants.
New York: Columbia University
Nugraheni FT, Haryanti S Dan Prihastanti E. 2018. Pengaruh Perbedaan Kedalaman
Tanam dan Volume Air terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan
Benih Sorgum (Sorghum Bicolor (L.) Moench). Buletin Anatomi dan
Fisiologi. 3(2): 223-232. Semarang (ID)
Sitompul SM dan Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM Press.
Yogyakarta (ID)

Anda mungkin juga menyukai