Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE

Disusun Oleh :
Nama : Bastian Bani Satria
NIM : 23352
Kelas : SMOP
Kelompok : 3 (Tiga)
Acara II : Pola Pembasahan
Co. Ass : Afdhal Abadi
Dosen Pengampu : Ir. Nuraeni Dwi Dharmawati, MP.

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2023
I. ACARA II : Pola Pembasahan

II. HARI, TANGGAL : Jumat, 15 September 2023

III. TUJUAN :

1. Mempelajari proses gerakan air dalam tanah setelah adanya proses


infiltrasi.

2. Dapat mengetahui bagaimana perbedaan gambar gerakan air dengan


media yang berbeda.

IV. DASAR TEORI


Semakin meningkatnya kebutuhan air, ketersediaan air yang terbatas,
dan perhatian terhadap kualitas air, menyebabkan penggunaan air secara
efektif menjadi sangat penting. Sistem irigasi pertanian harus bias
menyediakan air dalam tingkat, jumlah, dan waktu yang dibutuhkan. Sistem
irigasi harus direncanakan, dirancang, dan operasikan secara efisien sehingga
memerlukan suatu pemahaman menyeluruh tentang hubungan tanaman,
tanah, persediaan air, dan kemampuan sistem irigasi. Irigasi tetes merupakan
metode irigasi yang efektif dan efisien untuk sebagian besar tanaman pada
daerah dengan curah hujan rendah. disamping itu, irigasi tetes juga sangat
efisien dalam mengontrol proses seperti ketersediaan dan penyerapan air dan
unsur hara. Penggunaan irigasi tetes yang tepat dapat menghemat penggunaan
air, mengurangi kontaminasi air tanah, meningkatkan efisiensi penggunaan
air, mengurangi penyebaran penyakit. Daerah yang terbasahi tergantung pada
jenis tanah, kelembaban tanah, dan permeabilitas tanah (Pairunan, et al.,
2017).
Aliran dapat diatur secara manual atau dipasang secara otomatis untuk
menyalurkan volume yang diinginkan, air untuk waktu yang telah ditetapkan,
dan air apabila kelembaban tanah menurun untuk satu jumlah tertentu.
Banyaknya jumlah intensitas pemberian air yang ideal adalah sejumlah air
yang dapat membasahi tanah di seluruh daerah perakaran sampai keadaan
kapasitas lapang. Berdasarkan uraian diatas maka dilakukanlah penelitian
pada pola pembasahan oleh tetesan pada berapa tekstur tanah. Kemampuan
dan pola pergerakan air pada setiap penggunaan lahan berbeda
(Sudaryono.,2022).
Air tanah adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan tanah
dan berada di dalam ruang antar butir atau rekahan-rekahan serta celah-celah
batuan pada zona jenuh air. Terdapatnya air tanah di bawah permukaan tanah
dapat dibagi dalam daerah jenuh dan daerah tidak jenuh. Dalam daerah jenuh
semua rongga terisi oleh air di bawah tekanan hidrostatik. Sedangkan daerah
tidak jenuh terdiri atas rongga-rongga yang berisi sebagian oleh air, sebagian
oleh udara. Daerah tidak jenuh terletak di atas daerah jenuh hingga ke
permukaan tanah dan bagian bawah daerah jenuh dapat dibatasi oleh batas
lapisan jenuh atau lapisan kedap air bisa berupa tanah liat atau batuan dasar
(bedrock). Air yang berada di dalam daerah jenuh dinamakan air tanah dan air
yang berada di dalam daerah tidak jenuh dinamakan air mengambang atau air
dangkal. Daerah tidak jenuh dibagi menjadi daerah dangkal, daerah antara
dan daerah kapiler (Pawirosemadi, M., 2019).
V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Kotak Kaca Berskala : 2 buah
2. Penetes Air (emitter, spray, dll) : 2 buah
3. Pena : 1 buah
4. Kertas Milimeter blok : 2 buah
5. Stopwatch : 1 buah
6. Gelas Ukur : 1 buah
7. Penggaris : 1 buah
B. Bahan
1. Tanah Berdebu : secukupnya
2. Tanah berpasir : secukupnya
3. Air : 1000 ml
VI. CARA KERJA
1. Dilakukan proses infiltrasi dengan waktu 1 menit dengan
menggunakan emmiter dan ditampung pada wadah yang berskala.
2. Menghitung beberapa tetes yang didapatkan setelah satu menit, dan
berepa milliliter tetesan yang didapatkan.
3. Memasukkan tanah kedalam kotak kaca berskala, kemudian diratakan.
4. Meletakkan penetes (emitter/dripper) di tengah permukaan tanah.
5. Menjalakan penetes.
6. Membuat tanda pada kertas yang ditempatkan pada dinding kotak kaca
berskala setiap 1 menit dan kelipatannya 5 kali.
7. Mencatat waktunya dan ukurlah jarak pembasahannya kearah vertikal,
horisontal dan diagonalnya.
8. Mengisikan data pada tabel terlampir.
9. Membuat grafik pola pembasahan pada kertas millimeter.
VII. HASIL PENGAMATAN

1. Tabel Pengamatan
Jenis Tanah = Tanah Berdebu
Volume 10 mm
Debit = =
Waktu 60 s
= 0,16 ml/s
No Ulangan Interval Horisontal Akumulasi Vertikal Akumulasi
(menit) (cm) Horisontal (cm) Vertikal
(cm) (cm)
1 1 1 3,5 cm 3,5 cm 2 cm 2 cm
2 2 1 5 cm 8,5 cm 2,5 cm 4,5 cm
3 3 1 6 cm 14,5 cm 3 cm 7,5 cm
4 4 1 8cm 22,5 cm 3,5 cm 11 cm
5 5 1 9 cm 31,5 cm 3,7 cm 14,7 cm
∑ 5 31,5 80,5 14,7 39,7

Jenis Tanah = Tanah Berpasir


Volume 10 ,5 ml
Debit = =
Waktu 60 s
= 0,175 ml/s
No Ulangan Interval Horisontal Akumulasi Vertikal Akumulasi
(menit) (cm) Horisontal (cm) Vertikal
(cm) (cm)
1 1 1 10 cm 10 3,5 cm 3,6
2 2 1 12 cm 22 4,5 cm 8,1
3 3 1 11 cm 33 5 cm 13,1
4 4 1 11,5 cm 44,5 5,5 cm 18,6
5 5 1 12 cm 56,5 6 cm 24,6
∑ 5 56,5 166 24,5 68
2. Grafik Pengamatan
A. Tanah Berdebu

Gambar 2.2.1 Hasil Pola Pembasahan Tanah Berdebu.

B. Tanah Berpasir

Gambar 2.2.2
Hasil Pola Pembasahan Tanah Berpasir.
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan praktikum acara ke II dengan
judul acara pola pembasahan yang berlokasi di kampus I instiper lebih
tepatnya disamping pilot plant. Praktikum ini kita akan melakukan tetes air
ke tanah yang bertujuan untuk mengetahui lebar dan kedalaman pada
rembesan air di tanah dengan waktu yang sudah ditentukan. Pertama tam
akita menyiapkan alat- alatnya terlebih dahulu agar tidak ada kerusakan
pada alat kita lakukan pengecekan alat yang akan kita gunakan seperti pecah
atau tidaknya kaca, akurat atau tidaknya, dan terdapat retakan atau tidak
pada alat yang kita gunakan untuk keselamatan kita semua. Seetelah semua
alat kita siapkan yang selanjutnya kita lakukan yaitu menyiapkan bahan
yaitu berupa air bersih dan tanah untuk nanti kita lihat hasil dari praktikum
kali ini. Sebelum mulai praktikum kita berdoa terlebih dahulu dan jangan
sampai ada gangguan atau seenaknya sendiri saat praktikum sedang
berlangsung. Yang pertama kita lakukan aalah kita memasukkan tanah pada
kotak kaca berskala yang sudah kita sediakan, saat memasukkan tanah
kedalam kotak kaca kita harus melakukan dengan hari hati dan perlakan
jangan sampai ada kotoran didalam kotak tersebut seperti batu, ranting, akar,
dan sampah-sampah lainnya. Selanjutnya kita ratakan tanah usahakan
jangan sampai tanah kita tekan agar tanah rata pada kotak kaca tersebut.
Lanjut kita lakukan proses infiltrasivdenganvwaktu 1menit dengan
menggunakan emmiter dan selanjutnya kita tampunga pada wadah
berbenyuk tabung yang memiliki garis ukur atau sering disebut wadah
berskala. Pada saat itu kita lakukan perhitungan jumlah tetesan, berapakah
mililiter jumlah tetesan air yang kita dapatkan setelah satu menit melakukan
penetesan.
Langkah selanjutnya yaitu meletakkan alat penetes yang bernama
Emmiter atau dripper di tengah tenagah kaca yang langsung mengenai
Tengah dari tanah yang kita teliti. Selanjutnya menjalankan penetes dengan
cara mengendorkan pengunci langjut kita tunggu sampai 5 menit lamanya
dan kita ulangi sampai. Besarnya kadar air tanah dan angka pori tanah
sangat mempengaruhi laju infiltrasi. Besarnya kadar air tanah akan
mengurangi kapasitas infiltrasi, besarnya angka pori akan mempercepat laju
infiltrasi. Pada percobaan infiltrasi, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
jenuh sampai ke dasar sampel. ebagian besar air yang dikandung adalah air
bebas dan air kapiler. jika pada pengamatan praktikum ini berada dalam
keadaan normal, jelas ini memiliki angka pori yang besar dan akibatnya
apabila diberi pembebanan akan mengalami fase konsolidasi primer yang
besar. Pengurangan tekanan air pori berlangsung sangat cepat dan beban
dipindahkan ke struktur organis pada suatu tahapan yang sangat dini.
IX. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pada praktikum kali ini penetesan yang dilakukan akan menghasilkan


pola pembasahan oleh air dapat membentuk pola pada tanah

2. Pada penetesan pertama menghasilkan pola pembasahan dengan


diameter horizontal dari penetesan yang pertama ialah 3.5cm dan
vertical bernilai 2cm.

3. Pada kecepatan perubahan pembasahan tanah dengan perubahan


horizontal tekstur tanah berdebu adalah yang paling tinggi sedangkan
pada kecepatan perubahan pembasahan tanah dengan perubahan
vertikal tekstur tanah berpasir adalah yang paling tinggi.

4. Pada saat penetesan air ke tanah diusahakan jangan sampai air yang
ada didalam wadah plastik kita tekan, karena hal itu menyebabkan
perbadaan data dari setiap penelitian.

5. Faktor yang sangat mempengaruhi daya resap tanah yaitu selain pada
tanah terdapat banyak pori- pori kondisi tanah juga sangat
berpengaruh.

B. Saran

Pada praktikum kali ini belum ada saran untuk para Co.Ass, di
karenakan pada pelaksanaan praktikum acara kedua tentang pola
pembasahan tanah ini sudah cukup baik pada pelaksanaannya
dilapangan.
DAFTAR PUSTAKA

Pairunan A.K., Nanere J.L., Samosir S.S.R., Tangkaisari J.R., dan Ibrahim H.A.,
(2017). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi
Negeri Indonesia Timur. Makassar. Diakses pada tanggal 19 September
2023, pukul 20.00 WIB.
Sudaryono, (2022). Pengaruh pemberian lapisan lempung terhadap
peningkatan lengas tanah pada lahan marginal berpasir. Jurnal Teknologi
Lingkungan. 2 (7) : 198-205. Diakses pada tanggal 19 September 2023,
pukul 19.00 WIB.
Pawirosemadi, M. (2019).Dasar-dasar teknologi budidaya tebu dan pengolahan
hasilnya. Universitas Negeri Malang. Malang: UM Press. pp 39-545.
Diakses pada tanggal 19 September 2023, pukul 21.00 WIB.

Yogyakarta, 21 September 2023

Mengetahui
Co. Ass Praktikan

(Afdhal Abadi) (Bastian Bani Satria)

Anda mungkin juga menyukai