Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR DASAR ILMU TANAH

ACARA 3 PENETAPAN TEKSTUR TANAH

DISUSUN OLEH :
NAMA : MUHAMAD SAFI’I
NIM : C1G020162
KELAS :D

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini disusun dan disahkan sebagai salah satu bukti telah
menyelesaikan praktikum.

Mataram, 3 Juni 2021

Penyusun,
Menyetujui,
Asisten Praktikum

MUHAMAD SAFI’I RIA REZKIA SEFIANA


NIM : C1G020162 NIM : CB016042

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tanah memiliki beberapa sifat-sifat fisik, salah satunya adalah struktur tanah.
Struuktur tanah merupakan salah satu sifat morfologi tanah yang dapat diamati
secara langsung. Morfologi tanah adalah dekskripsi tubuh tanah yang
menunjukkan kenampakan-kenampakan. Ciri-ciri morfologi ttanah merupakan
petunjuk dan proses-proses yang pernah dialami suatu jenis tanah selam
pelapukkan, pembentukkan dan perkembangan. Perbedaan faktor-faktor
pemebentukkan tanah akan meninggalkan ciri dan sifat tanah yang berbeda juga
pada profil tanah.

Struktur tanah merupakan fisik yang menggambar susunan ke ruangan


partikel-partikel tanah yang bergabung menjadi satu dengan yang lain membentuk
agregat. Struktur tanah sangat penting untuk diketahui karena hala ini
mempengaruhi beberapa hal penting lain dalam pengolahan tanah. Hal-hal
tersebut diantaranya adalah pergerakan air, ukuran pematangan agregat,
konsistensi dan porositas. Porositas atau jumlah ruang pori yang dipengaruhi
tanah semakin padat dan keras struktur tanah maka porositasnya semakin banyak.

Tanah yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah tanah
yang berstruktur mantap dapat terjadi karena adanya interaksi berimbang dari
berbagai faktor antara lain butiran tanah, bahan pengikat dan aktivitas biologi.
Dikarenakan struktur tanah mampu menggambarkan tingkat kesuburan tanah,
sehinngga struktur tanah yang strukturnya kurang baik dipakai upaya dalam
mendapatkan hasil pertanian yang optimal. Berdasarkan uraian diatas, maka
diadakan praktikum dasar-dasar ilmu tanah tentang struktur tanah

1.2 Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk menetapakan yaitu sebagai berikut:


a) Menetapkan kerapatan butir tanah (BJ)
b) Menetapkan kecepatan massa tanah (BV)
c) Menhitung porositas tanah (n)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Struktur tanah merupakan gumpalan kecil butiran-butiran tanah. Dimana


gumpalan ini terjadi karena butiran-butiran pasir, debu dan lempung yang terikat
satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organic, oksidasi besi dan lain
lain. Gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran dan kemantapan yang
berbeda-beda. Tanah dikatakan tidak bertekstur melekat menjadi satu kesatuan
yang padu disebut pejal. Struktur tanah sangat berpengaruh terhadap proses vital
dalam ruang lingkup tanah dann tanaman, yakni melalui gerakan air, udara, dan
perkembangan akar (Agus, 2010).

Tanah yang terbentuk didaerah curah hujan tinggi umumnya ditentukan


struktur tanah atau granula lapisan atas (top soil) yaitu horizon A dan struktur
horizon B atau tanah lapisan bawah (sub soil) struktur dapat berkembang dari
butiran-butiran tunggal atau kondisi massiv (tidak berstrktur). Dalam rangka
menghasilkan agregat-agregat diman harus terdapat mekanisme dalam partikel-
pratikel tanah mengkelompokkan bersama menjadi doster. Pembentukkan ini
kadang-kadang sampai ke tahap perkembangan struktur yang mantap.
Berdasarkan tipenya struktur tanan dapat diuraikan menjadi 7 yakni lempung,
pilar, tiang, gumpal bersudut, gumpal membulat, kersai dan remah (Madjid, 2009)

Struktur tanah yang baik adalah tanah yang kadungan udara dan airnya dalam
jumlah yang cukup dan seimbang. Hal semacam ini hanya terdapat pada struktur
tanah yang ruang pori-porinya besar. Denga perbandingan yang sama antara pori-
pori makro serta tannah terhadap pukulan tetesan-tetesan air hujan. Dikatakan
juga struktur tanah yang baik itu apabila perbandingannya sama antara padatan
dan udara. Struktur tanah yang baik juga adalah bentuknya bulat (Suhardi, 2014).
Struktu tanah lapisan olah pada tanah kering aalah granulaer sampai
membuat, berukuran halus sampai sedang dengan tingkat perbandingan yang
masih lemah. Pada tanah yang disawahkan lapisan olah menjadi tidak berstruktur
(massiv). Perubahan sifat fisik tanah yang mula-mula terjadi pada tanah sawah
merupakan akkibat perlumpuran. Perlumpuran dilakukan dengan pengolahan
tanah dalam keadaan bergemang. Ketika tanam dibajak kemudian digarap
sehingga agregat tanah hancur menjadi lumpur yang sangat lunak (Rahayu dkk,
2014).

Dalam tinjauan edafologi, sejumlahh faktor yang berkaitan dengan struktur


tanah jauh lebih penting dari sekedar kontak dan ukuran agregat. Dalam
hubungan tanam-tanaman agihan ukuran pori, stabilitas agregat, kemampuan
teragrogasi kembali saat kering dan kekerasan agregat jauh lebih penting dari
ukuran dan bentuk agregat itu sendiri. Strukutru tanah berpengaruh terhadapa
gerakan air, udara, suhu tanah dan hambatan mekanik perkecambahan biji serta
penetrasi akar tanaman. Karena kompleksnya peran struktur, maka pengukuran
struktur tanah didekati dengan jumlah parameter antara lain bentuk dan ukuran
agregat, agihan ukuran agregat, stabilitas agregat, presentase agregasif, porositas
(bv,bs), agihan ukuran pori dan kemampuan menahan air (Hanndayani, dkk,,
2002)
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari senin, 31 mei 2021 dimulai dari jam
12.00 sampai selesai dan bertempat di laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Mataram

3.2 Alat dan Bahan

A. Kerapatan Butir Tanah(BJ)


Alat : Piknometer, kawat pengaduk dengan ketelitian 0.1C, botol
pemancar air, corong gelas kecil, timbangan analitik, dan kertas
potongan untuk lap
Bahan : contoh tanah halus (diameter 2 cm) kering udara
B. Kerapatan Massa(BV)
Alat ; Cawan pemanas lilin, lampu spritus penumpu kaki 3, gelas ukur,
pipet ukur 10 ml, penimbang analitik, thermometer, kuas, 2 buah
penimbang, oven, kesilator, 2 tuas benang halus dan lilin
Bahan : contoh tanah asli
C. Porositas Total Tanah(n)

3. 3 Prosedur Kerja

A. Kerapatan Butir Tanah (BJ)


1. Timbang piknometer kosong, bersih, bersumbat (a gram)
2. Isilah piknometer dengan air suling (sampai tanda pada pipa
kapiler dalam sumbatnya)
3. Timbang piknometer penuh dengan air (b gram) kemudian
ukur temperature air dalam piknometer dengan pembulatan.
Kurang dari 0.5 C dibulatakan kebawah, lebih dari 0.5C
dibulatkan ke atas (misal t1 C). lihat dalam daftar yang
tersedia berapa BJ air pada temperature itu ( missal BJ 1)
4. Air dalam piknometer dibuang, bersihkan semua tetesan air
yang mungkin ada dibagian luar piknometer dengan lap
kemudian keringkan bagian dachilnya dengan cara sebagai
berikut: tuangkan sedikit alcohol, goyangkan piknometer
sampai semua tetesan air larut, lalu dibuang. Sisia alcohol
dihilangkan dengan eter, dengan cara seperti tadi dan setelah
dibuang piknometer dibiarkan tegak terbuuka beberapa menit
untuk meluapkan eter yang tersisa (periksa dengan
dibau/dicium).
5. Isilah piknometer dengan tanah menggunakan corong gelas
kecil kira-kira sebesar 5 g (dasar piknometer tertutup selapis
tanah setebal kira-kira ¾ cm kalau piknometer 25 cc). pasang
sumbatnya dan timbang ( c gram).
6. Isi piknometer dengan air kira-kira setengahnya. Tanah diaduk-
aduk kuat dengan menggunakan kawat pengaduk halus untuk
menghilangkan udara yang terserap dalam tanah. Pengeluaran
gelembung udara ini dibantu dengan mengoyang-goyangkan
piknometer. Setelah itu piknometer seutuhnya dibiarkan
semalam dengan sumbat terpasang (supaya tidak kemasukkan
kotoran atau debu).
7. Keesokkan harinya penghilangan gelembung udara yang
mungkin masih tertinggal di ulang kembali, kemudian
dibiarkan sebentar untuk mengendapkan sebagian besar
tanahnya lalu ditambahkan denga air suling sampai penuh (cara
seperti langkah kedua). Penambahan air ini diusahakan agar
suspense tanah tidak teraduk untuk mejaga agar tidak ada
butir-butir yang ikut hilang dengan air kelebihan yang harus
dihilangkan.
8. Timbang piknometer berisi tanah penuh dengan air (d garam).
Untuk temperature air dalam piknometer (misal t2C). lihat
dalam daftar berapa BJ air dalam temperature itu ( misal BJ2).

B. Kerapatan Massa ( BV)


1. Ambil sebongkah contoh tanah sedemikaian rupa sehingga
dapat masuk kedalam tabung ukur dengan longgar. Bersihkan
hati-hati butir tanah yang menempel lemah dipermukaan
dengan kuas, lalu ikat dengan benang secara hati-hati sehingga
dapat digantung. Timbang bongkah tanah ini (a gram).
2. Cairkan lilin dalam wajan pemanas sampai encer. Api
dimatikan dan temperature lilin cair diukur dengan hati-hati
jangan sampai melewati daya ukur thermometer, karena
thermometer akan pecah, setelah temperature turun sampai
60C bongkah tanah seluruhnya dicelupkan kedalam nya
sebentar, terus diangkat dan dibiarkan tergantung sampai
lapisan lilin yang yang meliputinya membeku. Periksa apakah
lapisan lillin merata menutupi permukaan bongkah tanah.
Kalua masih ada bagian lapisan yang belum tertutup sempurna
pencelupan diulangi setelah lilin dalam pemanas dicairkan lagi
sampai temperature 60C, kalau lebih dari itu lilin menjadi
terlalu encer dan dapat meresap kedalam pori-pori tanah
3. Setelah selaput lilin cukup keras (waktu pemeriksa jangan
terlalu ditekan tekan) sehingga waktu diletakkan atas piring
timbangan tidak melekat. Bongkah tanah berlilin ditimbang (b
gram).
4. Isilah tabung dengan air sampai volume tertentu dengan tepat
(misal p ml). bongkah tanah berlilin ditenggelamkan kedalam
air yang menyebabkan permukkan air akan naik. Sedangkan
menggunakan pipet menggunakan pipet ukur air (berat). Air
dittambah sampai permukaannya tepat garis tanda volume
tertentu (misal q ml). catat berapa ml air yang telah
ditambahkan dari pipet (misal r ml).
5. Ambil bongkah tanah yang sejenis dan tetapkan kadar
lengasnya seperti pada acara kadar lengas tanah untuk
mendapatkan berat tanah ringann mutlak. Menejlang
dimasukkan kedalam penimbang bongkah tanah dipecahkan
untuk memudahkan penguapan air selama dipanasi dalam
oven.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

A. Hasil perhitungan BV

Tabel data bv (ring)

sampel a gram b gram c gram vol ring bv


KLU 42.8 362.32 309.4  264.074 1,009
Loteng 36.17 376.28 284.81  264.074  0,941

Perhitungan
Diketahui : Tinggi ring = 10cm
Diameter ring = 5,8 cm ( r = 2,9)
Rumus : Volume ring ( V=3,14. r2.t)
Berat volume =( c-a)/vol ring

Volume ring KLU dan Loteng


V = 3,14. r2.t
= 3,14. 2, 92. 10
=264.074
(c−a)
Berat Volume KLU =
vol Ring
3 09.4−42.8
=
264.074
= 1,009

(c−a)
Berat Volume LOTENG =
vol ring
284.81−36.17
=
264.074
=0,941

B. Hasil Perhitungan BJ

Sampel A B C D Kadar BJ1 BJ2 BJ


lengas
KLU 28,53 78,09 33,61 81,01 2,61 0,996 0,996 0,099
LOTENG 20,32 68,48 25,25 72,68 3,78 0,996 0,996 0,098
Tabel data BJ (Piknometer)

Perhitungan

100 ( c−a ) BJ 1 . BJ 2
Rumus Berat Jenis Tanah (BJ) =
( 100+ KL ) :BJ 2 ( b−a ) −BJ 1( d−c)

100 ( 33,61−28,53 ) 0,996 . 0,996


BJ KLU =
( 100+2,61 ) :0,996 ( 78,09−28,53 )−0.996 (81,01−33,61)

503 ,944
=
5058,564
= 0,099

100 ( 25,25−20,32 ) 0,996 .0,996


BJ LOTENG =
( 100+3 ,78 ) : 0,996 ( 68,48−20,32 )−0,996(72,68−25,25)

489,06 3
=
4970,876

=0,098

C. Hasil Perhtiungan Porositas tanah(n)

BV
Porositas = (1 )×100%
Bj

BV
Porositas KLU= (1 )×100%
Bj

1,009
= (1 )×100%
0,099

= 10,191

BV
Porositas LOTENG= (1 )×100%
Bj

0,941
= (1 )×100%
0,098

=9,60

4.2 Pembahasan

A. Kecapatan Massa (BV)


Berdasarkan tabel hasil pengamatan yang dilakukan terhadap berat
volume tanah, tanah KLU menghasilkan BV lebih besar daripada
tanah daerah LOTENG yaitu sebesar 1,009 g/cm dann LOTENG
sebesar 0,941 g/cm. hasil yang berbeda tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor, bahan organic, struktur, topografi dan kerapatan butir
tanah. Semakin tinggi kerapatan butir tanah, maka kerapatan massa
tanah tersebut semakin rendah. Pengaruh topografi dalam kepadatan
yaiut apabila topografinya curam, maka tanah akan lebih susah untuk
menyerap air, sedangkan yang berada pada topografi datar, maka daya
serap tanah terhadap air akan lebih besar.
Keragaman berat volume tanah sangat berpengaruh pada jenis
penyusun tannah termasuk tekstur tanah. Tanah yang bertekstur
jarang biasanya mempunyai berat volume yang lebih rendah
dibandingkan dengan tanah yang agak pejal. Pertumbuhan akar akan
terhambat pada tanah yang mempunyai berat volume lebih dari 1,009
g/cm
Maka dari BV yang diperoleh dapat diketahui bahwa tanah KLU dan
tanah LOTENG masih cocok dan layak untuk ditanami dan akar akan
dapat tumbuh. Diketahui pila bahwa tanah LOTENG bertekstur jarang
dan lebih luas disbanding tanah KLU.
B. Kerapatan Butir Tanah (BJ)
Pada praktikum yang telah dilakukan, diperoleh nilai BJ pada tanah
KLU adalah 0,099 g/cm dan 0,098 untuk tanah LOTENG. Sementara
itu berat jenis rata-rata butiran tanah dan mineral. Tanah mineral
mempunyai kisaran berat jenis 2,6-2,9 g/cm dan tanah bahan organic
jauh lebih kecil yaitu 0,5-0,8 g/cm. Berat jenis tanah dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu kandungan bahan organic dan komposisi
bahan mineral tanah. Bahan organic berperan dalam merekatkan tanah.
Apabila semakin banyak kandungan bahan organiknya maka berat
jenis semakin rendah.
Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui bahan tanah KLU dan
tanah LOTENG cenderung merupakan mineral karena bahan
organiknya rendah sehingga nillai BJ nya tinggi. Semakin tinggi berat
jenis tanah maka kepadatan tanah semakin besar sehingga tanah di
daerah LOTENG sedikit lebih padat dari pada tanah KLU

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Kerapatan Massa Tanah (BV) KLU senilai 1.009 g/cm lebih besar dari tanah
LOTENG senilai 0,941 g/cm dan lebih pejal.
2. Kerapatan Butir Tanah (BJ) KLU sebesar 0.099 lebih besar dari tanah
LOTENG sebesar 0.098

5.2 Saran

Dalam memilih tanah yang sesuai bagi tanaman, kita harus memilih struktur
tanah yang stabil dan pori-pori tanah yang seusai pori mikro yang terisi air dan
pori makro yang berisi udara.
DAFTAR PUSTAKA

Agus C. 2010. Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas


Gadjah Mada Yogyakarta

Handayani, Suci, dan Bambang Hendro Sunarminto. 2002 Jurnal Kajian Struktur
Tanah Lapisan Oleh: Agihan Ukuran dan Dispersitas Agregat Fakultas
Pertanian. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Madjid, Abdul. 2009. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Bahan Kuliah Fakultas Pertanian.
Yogyakarta.

Rahayu, Ayyu, Sri Rahayu Utami dan Mochtar Luthfi Rayes. 2014. Karakteristik dan
Klarifikasi Tanam Pada Lahan Kering dan Lahan yang Disawahkan Di
Kecamatan Perak Kabupaten Jombang. Fakultas Pertanian. Universitas
Brawijaya

Suhardi. 2014. Klasifikasi Tanah. Akademika Pressisndo Jakarta

Anda mungkin juga menyukai