Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR

ILMU TANAH
(Praktikum IV Struktur Tanah)

OLEH
NAMA : WAHYU MUHAMAD AZHAR
NIM :D1D121026
KELAS :A
KELOMPOK : 2(A)
ASISTEN : -JULIAN RENDI MUHARAM
-MUH.AFRISAL SAPUTRA

JURUSAN ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah
SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan laporan ini ,dengan judul “Laporan Lengkap Dasar-Dasar
Ilmu Tanah”..

Dengan selesainya laporan lengkap praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah, saya


tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada koordinator asisten, asisten pembimbing
dan semua pihak atas segala bimbingan, petunjuk,saran-saran yang sangat berharga
kepada saya sejak pelaksanaan praktikum sampai dengan penulisan laporan lengkap
ini. Dalam penulisan dan penyusunan laporan ini mungkin masih banyak kekurangan
dan kesalahan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan dan kemampuan saya. Saya
menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Kendari, 13 Desember
2021

Wahyu Muhamad Azha


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Alat adalah benda yang di gunakan untuk mengerjakan sesuatu yang


fungsinya adalah untuk mempermudah pekerjaan. Alat disebut juga sebagai perkakas
atau perabotan.
Pada saat melakukan survey, diperlukan alat-alat survey untuk mempermudah
proses kerja. Adapun alat-alat survey seperti Bor tanah (auger core), cangkul,meteran
rol, pisau lapang, gunting, ring sampel, alat pengukur PH, penetrometer, gps,
kamera/handphone, air galon, kantung plastic bening, spidol permanen, alat tulis,
sekop, karung, tali rafia, meteran kain, kertas label, patiba, lakban bening, penutup
galon.
Tanah terdiri dari partikel pecahan batuan yang telah diubah oleh proses kimia
dan lingkungan yang meliputi pelapukan. Tanah berbeda dari batuan induknya karna
interaksi antara, hidrosfer, atmosfer, litosfer dan biosfer ini adalah campuran dari
konstituen mineral dan organik yang dalam keadaan padat, gas, dan cair.
Fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh mahluk hidup. Proses
pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi
bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa
tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan
tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas
ke bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali lubang
pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia
dan biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan horizon tanah yang
terbentuk dari meneral anorganik akar. Susunan horozan tanah tersebut biasa disebut
Profil Tanah.
Dengan kata lain, Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh
tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah
sampai lapisan bahan induk dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain
dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentukan, juga terbentuk
karena pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air.
Terdapatnya horizon-horizon pada tanah yang memiliki perkembangan
genetis menyugestikan bahwa beberapa proses tertentu, umum terdapat dalam
perkembangan Profil Tanah. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan pengamatan
profil tanah dalam langkah awal penelitian dan pengamatan terhadap tanah.
Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan sifat-
sifat fisik tanah di laboratorium. Pengambilan contoh tanah untuk penetapan sifat-
sifat fisik tanah dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah pada satu titk
pengamatan, misalnya pada lokasi persawahan atau penetapan sifat fisik tanah yang
menggambarkan suatu hamparan berdasarkan poligon atau jenis tanah tertentu dalam
suatu peta tanah. Contoh tanah di bedakan atas beberapa macam, diantara contoh
tanah yang diambil dengan pengambilan sempel (core) atau ring disebut dengan
contoh tanah utuh, yang biasanya digunakan untuk menetapkan sifat tanah disebut
contoh tanah utuh karena strukturnya asli seperti apa adanya di lapangan sedangkan
contoh tanah yang sebagian atau seluruh strukturnya telah rusak disebut contoh tanah
terganggu.

1.2. Tujuan dan Manfaat

1. Untuk mengetahui cara menentukan struktur tanah.


2. Untuk mengetahui perbedaan struktur tanah pada tiap lapisan/horison tanah.
3. Untuk membandingkan bentuk struktur tanah pada masing-masing
penggunaan lahan dan kelerengan yang berbeda.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori


Struktur tanah adalah susunan ikatan partikel-partikel tanah satu sama lain
membentuk agregat tanah, merupakan sifat tanah yang sangat ditentukan oleh partikel
penyusun tanah. Tanah dengan struktur baik (granular, remah) mempunyai tata udara
yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Struktur tanah
yang baik adalah yang bentuknya membulat sehingga tidak dapat saling
bersinggungan dengan rapat (Evarnaz, 2014).
Lapisan tanah suatu daerah tergantung dari kondisi geologi dan iklim. Hal
tersebut mengakibatkan kondisi struktur lapisan tanah di halaman belakang SCC ITS
beraneka ragam. Untuk mengetahui jenis lapisan batuan yang dilalui oleh air tanah,
maka dilakukan dengan mencari nilai resistivitas suatu batuan di bawah permukaan
tanah menggunakan metode geolistrik tahanan jenis (Wijaya, 2015).
Struktur tanah berkaitan dengan agregat tanah dan kemantapan agregat tanah.
Bahan organik berhubungan erat dengan kemantapan agregat tanah karena bahan
organik bertindak sebagai bahan perekat antara partikel mineral primer (Margolang,
2015).
Kerusakan tanah secara fisik dapat diakibatkan karena kerusakan struktur
tanah yang dapat menimbulkan pemadatan tanah. Kerusakan struktur tanah ini dapat
terjadi akibat pengolahan tanah yang tidak tepat atau penggunaan pupuk kimia secara
terus menerus. Kerusakan biologi ditandai oleh penyusutan populasi maupun
berkurangnya biodiversitas organisme tanah, dan terjadi biasanya bukan kerusakan
sendiri, melainkan akibat dari kerusakan lain (Muyassir, 2012).
Penurunan kestabilan agregat tanah berkaitan dengan penurunan bahan
organik tanah, aktivitas perakaran tanaman dan mikroorganisme tanah. Penurunan
ketiga agen pengikat agregat tanah tersebut selaian menyebabkan agregat tanah relatif
mudah pecah sehingga menjadi agregat atau partikel yang lebih kecil juga
menyebabkan terbentukya kerak dipermukaan tanah (soil crusting) yang mempunyai
sifat padat dan keras bila kering (Tolaka, 2013).
Struktur tanah dan stabilitas agregat menentukan beberapa ciri tanah
diantaranya hubungan tanah dengan air, aerasi, pengerakkan, infiltrasi, permeabilitas,
dan pencucian hara. Sifat-sifat tersebut sangat menentukan produktivitas tanah.
Berhasilnya cara pengololaan tanah, terutama pada lahan kering sangat tergantung
dari cara pengololaan struktur tanah (Utomo, 2016).
Tanah-tanah yang memiliki struktur yang mantap tidak mudah hancur oleh
pukulan-pukulan air hujan sehingga tahan terhadap erosi. Sebaliknya struktur tanah
yang tidak mantap sangat mudah hancur oleh pukulan air hujan menjadi butiran-
butiran halus sehingga menutupi pori-pori tanah dan menyebabkan infiltrasi
terhambat. Struktur merupakan sifat fisik tanah yang dipengaruhi oleh tekstur, bahan
organik, dan zat kimia seperti karbonat didalam tanah (Neswati,2020).
BAB III METODE PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu

Praktikum dilaksanakan pada hari minggu tanggal 12 Desember 2021,pukul


09:00 sampai selesai,bertempat dilahan III kebun raya Universitas Halu Oleo.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu : Cangkul, Sekop, Patiba,
Meteran Roll, Meteran Kain, Jarum Pentul, Ring Sampel, Tali Raffia, Parang, Cutter,
dan Gunting.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu : Kertas Label, Kantung Kresek, dan
Lakban.

3.3. Prosedur Kerja


Prosedur kerja praktikum ini adalah sebgai berikut :
1). Menentukan lokasi praktikum.
2). Menyiapkan alat dan bahan praktikum.
3). Membersihkan permukaan objek yang menjadi titik pengamatan..
4). Menentukan dan mengukur luas penampang tanah.
5). Menggali objek pengamatan sampai ditemukan bahan induk.
6). Menentukan karakteristik mineral tanah.
7). Hasil pengamatan.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil dari praktikum struktur tanah dapat dilihat pada tabel 4.1, 4.2, 4.3
sebagai berikut:

Tabel 4.1 Profil I


Lapisan Horizon Struktur
Bentuk Ukuran Kemantapan
I A Kubus membulat Halus Lemah
II B Kubus bersudut Kasar Sedang
III C Kubus membulat Kasar Sedang

Tabel 4.2 Profil II


Lapisan Horizon Struktur
Bentuk Ukuran Kemantapan
I A Kubus bersudut Halus Lemah
II B Kubus membulat Kasar Lemah
III D Kubus bersudut Kasar Kuat

Tabel 4.3 Profil III


Lapisan Horizon Struktur
Bentuk Ukuran Kemantapan
I A Kubus bersudut Sedang Lemah
II AB Kubus membulat Sangat kasar Sedang
III B Kubus membulat Sangat kasar Kuat
4.2 Pembahasan

Tabel satu profil satu, pada lapisan I terdapat horizon A yaitu horizon tanah
mineral yang terbentuk pada permukaan. Dengan bentuk kubus membulat, ukuran
halus serta memiliki kemantapan lemah. Pada lapisan II terdapat horizon B yaitu
horizon yang tersusun dari proses penimbunan dari hasil pencucian di horizon A,
dengan bentuk kubus membulat, serta memiliki ukuran kasar serta memiliki
kemantapan sedang. Pada lapisan III terdapat horizon C yaitu horizon yang terdiri
dari bahan induk kurang subur dan kurang mengalami pelapukan, dengan bentuk
kubus membulat, ukuran kasar serta kemantapan sedang.
Tabel dua profil dua, pada lapisan I terdapat horizon A dengan bentuk kubus
bersudut, ukuran halus serta memiliki kemantapan lemah. Lapisan II terdapat horizon
B dengan bentuk kubus membulat, ukuran kasar serta kemantapan lemah. Pada
lapisan III terdapat horizon D yaitu memiliki lapisan batuan induk paling dasar yang
terbentuk dari batuan sangat padat serta pejal, memiliki bentuk kubus bersudut,
ukuran halus serta kemantapan yang kuat.
Tabel tiga profil tiga, pada lapisan I terdapat horizon A dengan bentuk kubus
bersudut, ukuran sedang serta memiliki kemantapan lemah. Lapisan II terdapat
horizon AB yaitu horizon tanah mineral yang terbentuk pada permukaan tergabung
selain itu terdapat juga horizon B yang tergabung yaitu horizon yang terbentuk dari
proses penimbunan dari hasil pencucian di horizon A, memiliki bentuk kubus
membulat, ukuran sangat kasar serta kemantapan sedang. Lapisan III terdapat horizon
B memiliki bentuk kubus membulat ukurang sangat kasar serta memiliki kemantapan
kuat.
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil-hasil praktikum dasar-dasar ilmu tanah bahwa alat-alat dan


bahan sangatlah penting dalam melakukan kesetimbanagan survey praktikum tersebut
karena jika kekurangan alat atau bahan makan akan menghambat proses pembuatan
profil tanah.

5.2 Saran

Secara keseluruhan praktikum sudah berjalan dengan baik namun agar lebih
baik lagi sebaiknya pada saat praktikum asisten dosen berkeliling memantau setiap
kelompok serta sebaliknya pada format laporan diberikan keterangan yang lebih jelas.
Namun berjalan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Evarnaz. N. B. et all. 2014. Sifat Fisik Tanah di Bawah Tegakan Eboni (Diospyros
Celebica Bakh) Pada Kawasan Cagar AlamPangi Binangga.
Kab. Paringgi moutong. ISSN. 2406-8374. 2 (2): 109-116.
Margolang. R. B. et all. 2014. Karkteristik Beberapa Sifat Fisik, Kimia, dan biologi
Tanah Pada Sistem pertanian organik. Jurnal. Agroteknologi
Universitas Sumatra Utara. 3 (2): 117-123.
Muyassir. et all 2012. Perubahan Sifat Fisik Inceptosol Akibat Perbedaan Jenis dan
Dosis Pupuk Organik. Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi. 12
(1). 15-16
Neswati. R. A. S. et all. 2020. Tanah Reklamasi Bekas Tambang Nikel
Karakteristik, Potensi, Kendala dan Pengololaannya. CV.
Social Potic Genis (SIGn). Makasar. 24-26
Tolaka.W. et all. 2013. Sifat Fisik Tanah Pada Hutan Primer, Agrofresti dan Kebun
Kakao di SUBDAS Were Saluopa Desa Leboni Kec. Pamona
Puselemba Kab. Poso. Jurnal. Warta Rimba. 1 (1). 12-14
Utomo. M. T . 2016. Ilmu Tanah Dasar-dasar dan Pengolahan. Kencana. Jakarta.
22-23
Wijaya. 2015. Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas Kongfigurasi Wenner untuk
Menentukan Struktur Tanah di Halaman Belakang SCC ITS.
Jurnal Fisika Indonesia. Surabaya. 1(1) 14-15

Anda mungkin juga menyukai