Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KLASIFIKASI TANAH DAN KESESUAIAN LAHAN

TANAH REGOSOL

SUARNI APRICIILA BENEDIGTA ZEBUA


1706541092

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


UNIVERSITAS UDAYANA
BALI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan YME atas rahmatNya, saya dapat menyelesaikan
laporan praktikum ini. Saya mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang sudah
mendukung saya dalam pembuatan laporan ini. Saya sadar bahwa laporan ini masih jauh dari
kata sempurna, tetapi saya berharap bahwa laporan ini dapat digunakan sebagai bahan referensi
dan dapat membantu teman-teman sekalian dalam mencari data. Saya sangat mengapresiasi
kritik dan saran dari teman-teman semua demi memperbaiki laporan ini menjadi lebih baik lagi.
Terimakasih

Jimbaran, 10 Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………….……2
Daftar isi………………………………………………………………………..3
BAB I Pendahuluan…………………………………………………………….4
1.1 Latar Belakang……………………………………………………….……..4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….…….4
1.3 Tujuan……………………………………………………………………....4
BAB II Pembahasan…………………………………………………………….5
A. Klasifikasi Tanah dan Kesesuaian Lahan.…………………………………..5
B. Profil Tanah………………..………………………………………………..6
C. Jenis-jenis tanah…………………………………………………………….7
D. Tanah Regosol………………………………………………………………11
BAB III Penutup…………………………….…………………………………13
Daftar Pustaka………………………………………………………………….15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi, yang tersusun dari
bahan-bahan mineral hasil pelapukan batuan dan bahan organik sebagai hasil pelapukan sisa
tumbuhan dan hewan, yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu
yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah
dan lainnya waktu pembentukan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai ''pedogenesis''.
Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau
disebut sebagai horizon tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses-
prosesfisika, kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.
Komponen tanah (mineral, organik, air dan udara) tersusun antara yang satu dengan yang lain
membentuk tubuh tanah. Tubuh tanah dibedakan atas horizon-horizon yang kurang lebih sejajar
dengan permukaan tanah sebagai hasil proses pedogenesis. Bermacam-macam jenis tanah yang
terbentuk merupakan refleksi kondisi lingkungan yang berbeda.
Dalam kenyataannya, sebagian besar dari tanah yang ada di permukaan bumi ini dipergunakan
sebagai usaha pertanian, maka dapat dikatakan bahwa tanah adalah alat produksi yang
menghasilkan berbagai produk pertanian sehingga tanah merupakan komponen hidup dari
lingkungan yang penting, yang dapat dimanipulasi untuk mempengaruhi tanaman dengan
memperhatikan sifat fisik,kimia dan biologinya. Sebagai manusia biasa mungkin kita hanya
dapat mempelajari sedikit tentang sifat-sifat tanah, struktur tanah, tekstur tanah maupun
pengetahuan tentang unsur-unsur yang terkandung dalam tanah. Tanah merupakan kendaraan
pokok bagi kegiatan pertanian manusia.

1.2 Rumusan Masalah


- Apa yang dimaksut dengan klasifikasi tanah dan kesesuaian lahan?
- Apa saja jenis-jenis tanah (terutama regosol) ?
1.3 Tujuan
Agar dapat mengetahui klasifikasi tanah dan kesesuaian lahan serta mengetahui secara
mendalam mengenai tanah regosol.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Klasifikasi Tanah dan Kesesuaian Lahan
 Klasifikasi tanah adalah suatu cara pengelompokan tanah berdasarkan sifat dan ciri tanah yang
sama atau hampir sama, kemudian diberi nama agar mudah dikenal, diingat, dipahami dan
dibedakan dengan tanah-tanah lainnya. Kesesuaian lahan adalah proses dalam menduga potensi
lahan untuk penggunaan tertentu baik untuk pertanian maupun non pertanian.
Setiap Jenis Tanah memiliki sifat dan ciri tertentu dan berbeda dengan jenis tanah lainnya. Setiap
jenis tanah memiliki sifat, ciri, potensi kesesuaian tanaman dan kendala tertentu untuk pertanian
sehingga memerlukan teknologi pengelolaan tanah yang spesifik untuk dapat berproduksi
optimal. Berdasarkan bahan pembentukannya, tanah dibedakan atas tanah organik dan tanah
mineral. (Dr. D. Subardja, M.Sc., peneliti di Kelti Genesis dan Klasifikasi Tanah, pada siaran di
Radio Pertanian Ciawi (RPC) tanggal 15 April 2009).
Di Indonesia, sejak tahun 1975 dikenal dengan tiga (3) sistem klasifikasi tanah yang banyak
digunakan oleh Lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi, Dinas Teknis dan Teknisi di lapangan,
yaitu : (1) Sistem Klasifikasi Tanah Nasional (Dudal & Soepraptohardjo, 1957; Soepraptohardjo,
1961), (2) Sistem Klasifikasi Tanah Internasional, dikenal sebagai Taksonomi Tanah (Soil
Taxonomy, USDA, 1975; 2003), dan (3) Sistem FAO/UNESCO (1974). Namun dalam
perkembangan penggunaannya, Sistem Taksonomi Tanah sejak tahun 1988 lebih banyak
digunakan, terutama oleh para peneliti dari Lembaga Penelitian Tanah (sekarang Balai Besai
Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian) dan Perguruan Tinggi sesuai dengan hasil keputusan
Kongres Nasional Himpunan Ilmu Tanah Indonesia. Sementara itu, Sistem Klasifikasi Tanah
Nasional sudah hampir ditinggalkan penggunaannya. Walupun demikian, sistem tersebut masih
eksis dan masih banyak digunakan terutama oleh para pengambil kebijakan dan praktisi lapangan
di daerah. Keberadaan Sistem Klasifikasi Tanah Nasional merupakan ciri budaya bangsa dan
menjadi tolok ukur tingkat perkembangan dan penguasaan teknologi tanah di suatu negara.
Sistem nasional ini perlu dimiliki oleh setiap bangsa dan negara serta harus terus menerus
dikembangkan sesuai dengan perkembangan IPTEK tanah (Dr D Subardja, M.Sc., peneliti di
Kelti Genesis dan Klasifikasi Tanah, pada siaran di RPC tanggal 15 April 2009).
B. Profil Tanah
Profil tanah adalah penampang melintang (Vertikal) tanah yang terdiri dari lapisan tanah (solum)
dan lapisan bahan induk. Solum tanah adalah bagian dari profil tanah yang terbentuk akibat
proses pembentukan tanah. Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang
dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran tertentu dan kedalaman yang tertentu pula
sesuai dengan keadaan-keadaan tanah dan keperluan penelitian (Pasaribu, 2007).
Profil tanah merupakan irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke bebatuan induk
tanah, yang biasanya terdiri dari horizon-horison O-A-E-B-C-R. Empat lapisan teratas yang
masih dipengaruhi cuaca disebut solum tanah, horison O-A disebut lapisan tanah atas dan
horison E-B disebut lapisan tanah bawah (KemasAli Hanafiah, 2005). Pada dasarnya, semua
jenis tanah bersifat lolos air (permeable) dimana airbebas mengalir melalui ruang-ruang kosong
(pori-pori) yang ada diantara butiran-butiran tanah. Setiap jenis dan tipe tanah memiliki ciri khas
yang dipandang dari sifat fisik, kimia maupun biologinya. Dalam hal ini menyangkut tanah yang
memiliki horizon sebagai akibat berlangsungnya evolusi genetik dalam tanah. Tanah terdiri dari
lapisan horisontal yang berbeda, yang disebut horison (Anonim 1, 2010). Dalam proses
pembentukan tanah akan membentuk horizon-horizon tanah, di antaranya horizon O yaitu
merupakan organik yang terbentuk di atas lapisan tanah mineral. Di daerah rawa-rawa
horizon O merupakan horizon utama pada tanah gambut (Histosol). Oi bentuk asli sisa-sisa
tanaman masih terlihat. Oe bentuk asli sisa tanaman tidak terlihat jelas. Oa bentuk asli sisa
tanaman tidak terlihat lagi. Horizon A di permukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan
organik dan bahan mineral berwarna lebih gelap dari pada horizon di bawahnya. Horizon E
terjadi pencucian maksimum terhadap liat, Fe, Al, dan bahan organik. Horizon B
tempat terakumulasinya bahan-bahan yang tercuci dari harison diatasnya. Horizon C yaitu suatu
bahan induk sedikit terlapuk, sehingga lunak dapat ditembus akar tanaman. Horizon R suatu
batuan keras yang belum lapuk, tidak dapat di tembus akar tanaman (Hardjowigeno, 2003).
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tanah, dibuat dengan cara membuat lubang
ukuran panjang dan lebar serta kedalaman tertentu sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan
penelitian . Profil tanah merupakan irisan vartekil tanah dari lapisan paling atas hingga kebatuan
bahan induk tanah, tanah yang biasanya terdiri dari horizon-horizon A-O-E-B-C-R.Empat
lapisan teratas yang masih dipengaruhi tanah da horison E-B disebut lapisan tanah bawah.
a. Horizon O adalah horizon yang terdiri dari bahan serasa atau sisa-sisa tanaman dan bahan
organik tanah hasil dekomposisi serasa.
b. Horizon A adalah horizon mineral berbahan organik tanah tinggi sehingga
berwarna agak gelap.
c. Horizon E adalah horizon mineral tercuci sehingga kadar , liat silikat, Fe. Al rendah tetapi
kadar pasir dan debu kuarsa serta mineral resistsen lainnya tinggi dan berwarna terang.
d. Horizon B adalah horizon illuviasi yaitu horizon akumulasi bahan eluvial dari horizon di
atasnya.
e. Horizon C adalah lapisan yang bahan penyusunnya masih sama dengan bahan induk atau
belum terjadi perubahan secara kimiawi.
f. Horizon R adalah bahan batuan induk tanah (Kemas Ali Hanafiah, 2005).
Batas suatu horizon dengan horizon lainnya dalam suatu profil tanah dapat terlihat jelas atau
baur. Dalam pengamatan tanah di lapang ketajaman peralihan horison-horison ini dibedakan ke
dalam beberapa tingkatan yaitu nyata, jelas, berangsur dan baur.
- Nyata : lebar peralihan kurang dari 2,5 cm
- Jelas : lebar peralihan 2,5 – 6,5 cm
- Berangsur : lebar peralihan 6,5 – 12,5 cm
- Baur : lebar peralihan lebih dari 12,5 cm

C. Jenis-jenis tanah
Indonesia adalah negara kepulauan dengan daratan yang luas dengan jenis tanah yang
berbeda-beda. Berikut ini adalah macam-macam / jenis-jenis tanah yang ada di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia :
1.         Tanah Organosol
Tanah ini terjadi akibat pelapukan bahan-bahan organik. Tanah ini biasanya bersifat subur.
Organosol terbagi menjadi 2 yaitu :
- Tanah Gambut merupakan tanah hasil pembusukan yag tidak sempurna dari di daerah
yang kadang-kadang tergenang oleh air (rawa). Tanah ini kurang baik untuk pertanian
karena sifatnya yang terlalu basah (tergenang air). Jenis tanah ini banyak terdapat di
daerah kalimantan Barat, Pantai timur sumatera, dan pantai selatan Barat Papua.
- Tanah Humus merupakan tanah hasil pembusukan bahan-bahan organik yang
mempunyai sifat sangat subur. Tanah ini berwarna kecoklatan dan cocok di tanami
tanaman padi, kelapa, dan nanas. Tanah jenis ini banyak terdapat di daerah Sumatera,
Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
2.        Tanah Vulkanik
Tanah ini terjadi akibat pelapukan abu vulkanik dari gunung berapi. Tanah jenis ini dibagi
menjadi 2, yaitu :
- Regosol merupakan tanah dengan ciri ciri : berbutir kasar, berwarna kelabu sampai
kuning dan sedikit berbahan organik. Jenis tanah ini sangat cocok untuk menanam
tanaman palawija seperti ketela, jagung dll. Tanah ini banyak terdapat di daerah
Sumatera, Jawa, dan Papua.
- Latosol merupakan tanah dengan ciri-ciri mempunyai warna merah hingga kuning.
Kandungan bahan organiknya sedang. Jenis tanah ini cocok untuk menanam tanaman
palawija, padi ketela dll. Tanah latosol banyak di jumpai di daerah Sumatera, Jawa, Bali,
dan Papua.
3.        Tanah Aluvium (aluvial)
Tanah aluvium merupakan tanah yang diendapkan dari hasil erosi di dataran rendah. Jenis
tanah ini mempunyai ciri-ciri berwarna kelabu dan subur Tanaman yang cocok ditanam di
tanah jenis ini adalah palawija, tebu,kelapa, tembakau dll. Tanah jenis ini banyak ditemukan
didaerah Sumatera bagian timur, Jawa bagian utara dan kalimantan bagian selatan dan barat.
4.        Tanah Podzol
Tanah ini terbentuk akibat curah hujan yang tinggi dan suhunya yang rendah. Tanah ini
mempunyai ciri-ciri yaitu miskin akan unsur hara, tidak subur dan berwarna merah sampai
kuning. Tanah jenis ini cocok untuk tanaman kelapa dan jambu mente. Tanah jenis ini
banyak terdapat di daerah dataran tinggi jawa barat, sumatera, maluku, kalimantan dan
puapua.
5.        Tanah Laterit
Tanah Laterit merupakan tanah hasil cucian, kurang subur karena kehilangan unsur hara dan
tandus. Awalnya tanah ini subur, namun karena unsur haranya dilarutkan oleh air maka
menjadi tidak subur. Warna tanah ini kekuningan sampai merah dan cocok untuk tanaman
kelapa dan jambu mente. Tanah jenis ini banyak terdapat di daerah Jawa Tengah. Lampung,
Jawa Barat.
6.       Tanah Litosol
Tanah litosol adalah hasil pelapukan batuan beku dan batuan sedimen yang baru terbentuk
sehingga mempunyai butiran yang besar. Ciri-ciri tanah jenis ini adalah miskin akan unsur
hara dan mineralnya masih terikat pada butiran yang besar-besar. Tanah litosol kurang subur
sehingga tanaman yang cocok dengan tanah ini adalah tanaman-tanaman yang besar di hutan.
Jenis tanah ini banyak terdapat di Sumatera, jawa , maluku, dan nusa tenggara.
7.        Tanah Kapur
Tanah kapur merupakan jenis tanah akbiat dari pelapukan batuan kapur. Jenis tanah ini
dibagi menjadi 2, yaitu :
- Renzina merupakan tanah hasli pelapukan batuan kapur di daerah dengan curah
hujan tinggi. Tanah ini mempunyai ciri-ciri berwarna hitam dan miskin akan
unsur hara. Tanah renzina banyak terdapa di daerah kapur gunung kidul
(yogyakarta).
- Mediteran merupakan tanah dari hasil pelapukan batuan kapur keras dan bauan
sedimen. Warna tanah ini kemerahan hingga coklat. Jenis tanah ini Cocok untuk
tanaman palawija.
8.       Tanah pasir
Tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari batuan beku dan batuan
sedimen dengan butiran sangat kasar dan berkerikil. Jenis tanah ini banyak di jumpai dimana-
mana.
Pada awalnya jenis tanah dikalsifikasikan berdasarkan prinsip zonalitas, yaitu :
- Tanah zonal, yakni tanah dengan faktor pembentuk tanah berupa iklim dan
vegetasi.
- Tanah intrazonal, yakni tanah dengan faktor pmbentuk tanah berupa faktor lokal
terutama bahan induk dan relief.
- Tanah azonal, yakni tanah yang belum mennjukkan perkembangan profil dan
dianggap sebagai awal proses pembentukan tanah.

Kemudian dalam perkembangannya jenis tanah diklasifikasikan berdasarkan sifat tanah


(taksonomi tanah). Sistem ini pertama kali dikembangkan oleh USDA (United State
Departement of Agriculture) pada tahun 1960 yang dikenal dengantujuh pendekatan dan
sejak tahun 1975 dikenal dengan nama taksonomi tanah. Sistem ini bersifat alami
berdasarkan karakteristik tanah yang teramati dan terukur yang dipengaruhi oleh proses
genesis. Berdasarkan ada tidaknya horizon penciri dan sifat penciri lainnya maka dalam
taksonomi tanah dibedakan atas enam kategori yakni ordo, subordo, greatgroup, subgroup,
family dan seri. Pada edisi Taksonomi tanah tahun 1998 terdapat 12 ordo jenis tanah. Kedua
belas ordo tersebut adalah Alfisols, Andisols, Aridisols, Entisols, Gelisols, Histosols,
Inceptisols, Mollisols, Oxisols, Spodosols, Ultisols dam Vertisols.
 Alfisols. Tanah yang mempunyai epipedon okrik dan horzon argilik dengan
kejenuhan basa sedang sampai tinggi. Pada umumnya tanah tidak kering. Jenis tanah
yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah half-bog, podsolik merah kuning
dan planosols.
 Andisols. Merupakan jenis tanah yang ketebalannya mencapai 60%, mempunyai sifat
andik. Tanah yang ekuivalen dengan tanah ini adalah tanah andosol.
 Aridisol.  Tanah yang berada pada regim kelengasan arida atau tanah yang rgim
kelengasan tanahnya kering. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah
tanah coklat (kemerahan) dan tanah arida (merah).
 Entisols. Tanah yang belum menunjukkan perkembangan horizon dan terjadi pada
bahan aluvian yang muda. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah
aluvial, regosol dn tanah glei humus rendah.
 Gelisols. Merupakan jenis tanah yang memiliki bahan organik tanah. Jenis ini tidak
dijumpai di Indonesia
 Histosols. Tanah yang mengandung bahan organik dari permukaan tanah ke bawah,
paling tipis 40 cm dari permukaan. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini
adalah tanah bog dan tanah gambut.
 Inceptisols. Merupakan jenis tanah di wilayah humida yang mempunyai horizon
teralterasi, tetapi tidak menunjukkan adanya iluviasi, eluviasi dan pelapukan yang
eksterm. Jenis tanah ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brown forest, glei
humik dan glei humik rendah.
 Mollisols. Tanah yang mempunyai warna kelam dengan horizon molik di wilyah
stepa. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brunizem, tanah
rendzina.
 Oxisols. Tanah yang memiliki horizon oksik pada kedalaman kurang dari 2 meter dari
permukaan tanah. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah jenis tanah
laterik.
 Spodosols. Tanah yang memiliki horizon spodik dan memiliki horizon eluviasi. Jenis
tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah podsolik.
 Ultisols. Tanah yang memiliki horizon argilik dengan kejenuhan basa rendah (< 35%)
yang menurun sesuai dengan kedalaman tanah. Tanah yang sudah berkembang lanjut
dibentangan lahan yang tua. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah
tanah laterik coklat-kemerahan dan tanah podsolik merah- kuning.
 Vertisols. Tanah lempung yang dapat mengembang dan mengerut. Dalam keadaan
kering dijumpai retkan yang lebar dan dalam. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis
tanah ini adalah tanah grumosol.

Di Indonesia jenis tanah yang umumnya dijumpai adalah jenis tanah Mollisols, Vertisols,
Andisols, Alfisols, Inceptisols, Ultisols, Oksisols dan Spodosols. Jenis tanah yang paling banyak
ditemui adalah jenis tanah Ultisols yang mencapai 16.74% dari luas lahan yang ada di Indonesia
(Sutanto, 2005).
D. Tanah Regosol

Menurut USDA, regosol merupakan tanah yang termasuk ordo entisol. Secara umum, tanah
entisol adalah tanah yang belum mengalami perkembangan yang sempurna, dan hanya memiliki
horizon A yang marginal. Contoh yang tergolong entisol adalah tanah yang berada di sekitar
aliran sungai, kumpulan debu vulkanik, dan pasir. Umur yang masih muda menjadikan entisol
masih miskin sampah organik sehingga keadaannya kurang menguntungkan bagi sebagian
tumbuhan dengan kadar pasir kurang dari 60% pada kedalaman antara 25-100 cm dari
permukaan tanah. Sifat tanah yang demikian membuat tanah tidak dapat menampung air dan
mineral yang dibutuhkan tanaman dengan baik. Dengan kandungan bahan organik yang sedikit
dan kurang subur, regosol lebih banyak dimanfaatkan untuk tanaman palawija, tembakau, dan
buah-buahan yang juga tidak terlalu banyak membutuhkan air. Tanah Regosol merupakan jenis
tanah yang berupa butiran kasar yang berasal dari material erupsi gunung berapi. Dengan
demikian tanah regosol merupakan salah satu hasil dari peristiwa vulkanisme. Persebaran tanah
regosol di Indonesia tentu dapat kita temukan di daerah-daerah yang letaknya tidak jauh dari
gunung berapi yang masih aktif antara lain Bengkulu, Pantai Sumatera Barat, Jawa, Bali, serta
NTB.
Secara spesifik, ciri fisik Tanah Regosol berupa :
 Mempunyai butiran-butiran kasar
 Cenderung gembur
 Bahan organik rendah
 Belum menampakkan adanya lapisan horizontal
 Mempunyai variasi warna, yakni merah, coklat kemerahan, coklat, serta coklat
kekuningan terkandung pada materian yang dikandungnya
 Peka terhadap erosi
 pH umumnya netral
Berdasarkan bahan induknya tanah regosol dibagi menjadi:
1. Regosol Abu Vulkanik

 Ciri-ciri tanah regosol abu vulkanik adalah :


 Terdapat di sekitar bangunan api dengan visiografi vulkanik fan
 Semua bahan vulkanik hasil eropsi gunung berapi berupa debu, pasir, kerikil, batu, bom dan
lapili.
 Bahan kasar di tengah lahan halus di tepi
 Kaya hara tanaman kecuali N tapi belum terlapuk sehingga perlu pupuk organik, pupuk kandang,
dan pupuk hijau.
 Umumnya tekstur makin halus makin produktif
2. Regosol Bukit Pasir
Ciri-ciri tanah regosol bukit pasir adalah :

 Terdapat di sepanjang pantai (Cilacap, Parangtritis, Kerawang).


 (Sand dunes) bukit pasir terbentuk dari pasir di pantai oleh gaya angin yang bersifat deflasi dan
akumulasi.
 Pasir kasar terletak dekat garis pantai makin halus makin jauh.
 Umumnya tekstur kasar mudah diolah, gaya menahan air rendah, dan permeabilitas baik.
 Makin tua tekstur makin halus dan permeabilitas kurang baik kaya unsur hara.
Padanan nama tanah menurut beberapa system klasifikasi :
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Atas pendeskripsian pembahasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa klasifkasi tanah
adalah alat untuk mempermudah mengingat sifat berbagai macam golongan jenis tanah. Tujuan
umum klasifikasi tanah adalah untuk mempersiapkan rencana dan rancang bangun (design)
perkembangan pertanian dan menyediakan suatu susunan yang teratur (sistematik) bagi
pengetahuan mengenai tanah. Di Indonesia, terdapat bermacam-macam jenis tanah, yaitu:
Organosol, Aluvial, Regosol, Litosol, Latosol, Grumusol, Podsolik Merah-Kuning, Podsol,
Andosol, Mediteran Merah-Kuning, Aluvial Hidromorf Kelabu (Gleisol), dan Tanah Sawah.
DAFTAR PUSTAKA

Syamsul Siradz dan Bambang K Kertonegoro. Bahan Kuliah Dasar-dasar Ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada. 
http://ips-abi.blogspot.com/2012/10/persebaran-jenis-tanah-dan.html
http://wandylee.wordpress.com/2012/05/16/jenis-tanah-di-indonesia/
http://arisudev.wordpress.com/2011/07/13/berbagai-jenis-tanah-di-indonesia/
Hanifah, K.A. 2009. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Rajawali Pers, Jakarta. 

Anda mungkin juga menyukai