Anda di halaman 1dari 18

Laporan Praktikum

Dasar-Dasar Ilmu Tanah

PROFIL TANAH

Nama : AFRADILLAH

NIM : G011181386

Kelas : DASAR-DASAR ILMU TANAH F

Kelompok : 52

Asisten : OKKY IRAWAN

ASRIDA

DEPARTEMEN ILMU TANAH


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari campuran mineral dan
bahan organik. Sumber mineral dapat berupa batuan yang telah lapuk. Sementara
bahan organik berasal dari organisme seperti tumbuhan atau hewan yang telah mati
dan terurai.

Tanah sangat bermanfaat bagi kehidupan di muka bumi ini, terutama untuk
keberlangsungan hidup tumbuhan. Tanah tidak terbentuk dan ada begitu saja di atas
bumi. Melainkan harus melalui beberapa proses panjang dan memakan waktu lama
sampai ratusan hingga ribuan tahun untuk membentuk beberapa senti meter tanah.

Dalam proses pembentukan tanah, ada banyak komponen yang terbentuk


sehingga tidak semua tanah memiliki fungsi yang sama, bergantung pada
kandungan dan unsur yang dimiliki oleh tanah itu sendiri. Ada beberapa tanah yang
memang cocok untuk budidaya dan bercocoktanam dan ada pula yang cocok
dijadikan sebagai lahan pembangunan. Adanya variasi-variasi tersebut menjadikan
tanah juga harus diklasifikasikan. Hal terpenting dalam pengklasifikasian tanah
salah satunya adalah pengamatan profil tanah.

Pengenalan tanah dapat dilakukan dengan cara pengamatan secara lansung


terhadap profil tanah yang telah disediakan di lapangan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka pengamatan profil tanah tersebut perlu
dilakukan untuk mengetahui profil tanah dengan sifat-sifat dan strkturnya, serta
bagian-bagian dari tanah yang diamati.

1.2 Tujuan

Tujuan praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat menjelaskan bagaimana


profil tanah dibuat dan diamati, kenampakan dari profil tanah secara utuh, dan
menjelaskan bagaimana pembentukan tanah dari bahan induknya dan pencirian
horizon-horizon tanah, serta bagaimana mencatat hasil pengamatan suatu profil
tanah.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Tanah

Profil tanah merupakan irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke
bebatuan induk tanah, yang biasanya terdiri dari horizon-horizon O-A-E-B-C-R.
Empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi cuaca disebut Solum Tanah,
horizon O-A disebut lapisan tanah atas horizon E-B disebut lapisan tanah bawah
(Hanafiah, 2005)

Profil tanah adalah suatu dinding/penampang vertikal dari tanah yang


memperlihatkan susunan horison tanah. Seperti halnya tanah, profil tanah berbeda
dari suatu tempat dengan tempat yang lainnya. Profil tanah yang berkembang
pada daerah yang panas dan kering mempunyai susunan horison yang berbeda
dengan profil tanah pada daerah tropis dan lembab (Fiantis, 2017)

Disisi lain, profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah,
dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu
dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan
penelitianya. Pada suatu profil tanah yang lengkap, kita dapat melihat beberapa
lapisan yang membentuk tanah. Lapisan-lapisan tersebut pada beberapa macam
tanah dikenal sebagai horizon tanah. (Sutedjo, 2005).

2.2 Sifat Fisik dan Kimia Tanah

2.2.1 Sifat Fisik Tanah

Menurut Fiantis (2017) sifat-sifat fisik tanah meliputi hal-hal berikut:

a. Warna tanah

Warna tanah merupakan sifat atau ciri tanah yang paling mudah dibedakan di
lapangan. Dengan melihat warna tanah tertentu, maka dapat dijadikan indikator
keberadaan sifat tanah yang lainnya. Warna tanah disebabkan oleh adanya bahan
organik dan atau status oksidasi senyawa besi dalam tanah. Jika warna tanah hitam
atau gelap, menandakan bahwa kadar bahan organik tanah cukup tinggi,
sedangkan jika tanah berwarna merah, maka memberikan indikasi adanya besi
oksida dan tanah mengalami proses oksidasi sebaliknya jika tanah berwarna
abu-abu kebiruan berarti terjadi peristiwa reduksi di dalam tanah.

Untuk mengamati warna tanah digunakan buku panduan yang dinamakan


“Munsell Soil Color Chart”. Komponen warna tanah tersusun oleh tiga variabel
yaitu hue, value, dan chroma. Pengamatan warna tanah dapat dilakukan dalam
keadaan basah, lembab dan kering. Sewaktu membuat deskripsi profil tanah,
warna merupakan sifat yang pertama kali diamati setelah selesai menentukan
susunan dan tebal horison tanah. Warna tanah yang diamati dapat berupa warna
matriks tanah yang dominan dan bercak-bercak (karatan).

b. Struktur tanah

Struktur tanah adalah gumpalan-gumpalan kecil alami dari tanah yang


terbentuk akibat melekatnya butir-butir tanah. Tanah dapat mempunyai struktur
jika terbentuk ped (satu unit struktur tanah alami) dan dapat juga tidak
mempunyai struktur. Tanah mempunyai struktur yang terdiri dari butir tunggal
ataupun berbentuk massif (pejal) dan terbentuk jika butir-butir tanah sangat
melekat satu sama lain.
Pengamatan struktur tanah di lapangan terdiri dari pengamatan bentuk dan
susunan agregat tanah, tipe struktur (lempeng, tiang, gumpal, remah, granuler, butir
tunggal, pejal), besarnya agregat, kelas struktur (sangat halus, halus, sedang, kasar,
sangat kasar), kuat lemahnya bentuk agregat derajat struktur (tidak beragregat,
lemah, sedang, kuat).

c. Tekstur tanah

Tekstur tanah menunjukkan perbandingan proporsi butir-butir pasir, debu, dan


liat di dalam tanah. Tekstur tanah menentukan tata air, tata udara, kemudahan
pengolahan dan struktur tanah. Tekstur tanah merupakan salah satu sifat fisika
tanah yang dapat diamati di lapangan. Keakuratan pengamatan tekstur dilapangan
sangat tergantung kepada pengalaman dan kepekaan perasaan yang dipunyai.
Pengamatan tekstur dilakukan dengan cara memijat tanah dengan jari-jari. Di
lapangan, tekstur dapat digolongkan akan 5 kelompok yaitu kasar, agak kasar,
sedang, agak halus, dan halus.

d. Konsistensi tanah

Konsistensi tanah adalah kemampuan tanah untuk mempertahankan bentuk


atau keadaan tanah ketika mendapatkan suatu tekanan. Konsistensi tanah juga
merupakan salah satu sifat fisika tanah akibat terjadinya daya tarik menarik
(kohesi) antara butir-butir tanah dan/atau tarik menarik (adhesi) butir tanah
dengan benda lain, serta ketahanan tanah terhadap gaya dari luar atau terhadap
perubahan bentuk. Pengamatan konsistensi dapat dilakukan pada tanah dalam
keadaan basah, lembab dan kering.

e. Porositas tanah

Porositas merupakan suatu indeks yang menyatakan bagian tanah yang


ditempati rongga atau pori. Pori-pori tanah artinya bagian tanah yang tidak terisi
oleh bahan padat tanah, ataupun ruang antara bahan padatan tanah (mineral dan
bahan organik). Tanah pada umumnya memiliki porositas antara 30 –
60% .Biasanya pori-pori tanah diisi oleh udara atau dalam keadaan basah maka
airlah yang mengisi pori-pori tanah. Pori-pori tanah dapat dibedakan atas pori
tanah kasar (makro) dan halus (mikro). Porositas tanah tergantung kepada
kandungan bahan organik, tekstur dan struktur tanah.

f. Temperatur tanah

Temperatur (suhu) adalah suatu sifat tanah yang sangat penting, secara
langsung memengaruhi pertumbuhan tanaman, dan juga terhadap kelembaban,
aerasi, struktur, aktivitas mikrobial, enzimatik, dekomposisi serasah/sisa tanaman
dan ketersediaan hara-hara tanaman.

2.2.2 Sifat Kimia Tanah

Menurut Cahyono (2014) Reaksi kimia dalam tanah merupakan hal yang
sangat penting jika dikaitkan dengan penyediaan unsut hara bagi tanaman.
Tanaman menyerap hara dari dalam tanah dan mengembalikannya dalam bentuk
organik ke permukaan tanah, kemudian sebagian akan tersedia kembali bagi
tanaman setelah terjadi proses minrealisasi. Selain dari itu, hasil proses pelapukan
mineral dan bahan organic ada juga yang dibebaskan ke atmosfer dalam bentuk
gas, tercuci, tererosi yang suatu saat dapat beredar kembali ke dalam tanah.

a. Koloid Tanah

Ketersediaan unsur-unsur kimia di dalam tanah tidak bisa dilepaskan dari


peran koloid tanah. Koloid tanah adalah bahan padatan tanah yang berupa
butiran-butiran sangat halus, umumnya berdiameter kurang dari 1 µm. Koloid
tanah ini merupakan bagian tanah yang aktif karena pada permukaannya terdapat
muatan listrik yang mampu mengikat ion, sehingga koloid tanah memegang
peranan penting dalam reaksi kimia tanah. koloid tanah dapat berbentuk koloid
anorganik dan koloid organik.

b. Pertukaran Ion

Muatan elektrostatis pada permukaan koloid tanah memungkinkan koloid


memiliki kemampuan menjerap ion. Prosesnya disebut pertukaran ion, yakni
proses penjerapan ion dari larutan tanah oleh koloid dengan cara mempertukarkan
dengan ion yang dijerap di permukaan koloid. Pertukaran kation merupakan
reaksi yang penting dalam tanah terutama dalam kaitannya dengan penyediaan
hara bagi tanaman

c. Reaksi Tanah

Reaksi tanah dapat digunakan sebagai salah satu indikator tanah sehat secara
kimia. Hal ini disebabkan karena reaksi tanah mempengaruhi secara langsung
maupun tidak langsung terhadap kehidupan tanaman. Suasana asam dan basa
merupakan kondisi di dalam tanah sebagai akibat adanya reaksi tanah. Di dalam
tanah terjadi reaksi pengasaman dan alkalinisasi yang terus menerus terjadi.
Pengasaman adalah terjadinya suasana asam dalam tanah, sedangkan alkalinisasi
atau salinisasi merupakan reaksi terbentuknya suasana basa dalam tanah.
Pengasaman dan alkalinisasi adalah reaksi alami yang terjadi pada proses
pembentukan tanah.

2.3 Faktor-Faktor Pembentukan Tanah

Tanah terbentuk dari pelapukan batuan induk, yakni bisa berbentuk batuan
beku, batuan sedimen maupun batuan malihan. Sehingga tanah yang terbentuk
berbeda-beda jenis, bergantung dari bahan induknya. Namun demikian dalam
perjalanan proses terbentuknya tanah dari batuan induk terdapat faktor-faktor
yang menentukan pembentukan tanah. (Fiantis, 2017)

Jenny (dalam Cahyono, 2014) menggabungkan faktor-faktor pembentuk


tanah menjadi suatu persamaan, yakni:
T = f (B, I, O, T, W)
Keterangan:
T = Tanah

B = Bahan induk

I = Iklim

O = Organisme
T = Topografi

W = Waktu

Menurut Mustafa (2012) faktor-faktor pembentukan tanah adalah sebagai


berikut:

1. Bahan Induk

Bahan induk dapat berasal dari mineral dari batuan dan bahan organik. Bahan
induk tanah adalah bahan dari batuan yang mempunyai pengaruh besar terhadap
kesuburan dan kandungan mineral tanah. Sifat dari batuan induk akan
menentukan sifat tanah yang terbentuk. Kekerasan dari jenis batuan
mempengaruhi kecepatan pelapukannya. Bahan induk dapat berasal dari batua
malihan/metamorf, batuan beku, batuan sedimen dan piroklastik. Disamping
batuan induk, ada juga bahan induk organik, yaitu bahan induk yang terdiri dari
pelapukan sisa tanaman, hewan dan sisa lainnya yang melapuk pada kondisi
anaerob karena kondisi geomorfologi yang terbentuk secara alamiah.

2. Iklim

Faktor iklim merupakan factor pembentuk tanah yang paling aktif dan
dominan. Komponen faktor iklim yang sangat berpengaruh adalah faktor hujan
dan suhu/temperatur. Iklim mempengaruhi pembentukan tanah secara langsung
dan secara tidak langsung. Secara langsung iklim mempengaruhi pelapukan
batuan, baik pelapukan fisik mapun kimia. Fluktuasi suhu tinggi dan rendah yang
silih berganti dan berlangsung secara terus-menerus menyebabkan pecahnya
batuan menjadi bagian yang lebih kecil. Air hujan disamping memiliki pengaruh
secara fisik terhadap pecahnya batuan, juga merupakan faktor terpenting
terjadinya pelapukan kimia dari bahan induk tanah. Air hujan mempengaruhi
penguraian mineral maupun bahan organik sehingga menyebabkan terjadinya
pencucian bahan-bahan terlarut ke bagian tanah yang lebih dalam sehingga
mengakibatkan terbentuknya horison-horison dalam profil tanah.

3. Organisme
Organisme atau makhluk hidup seperti tumbuhan, hewan, manusia, bahkan
mikroorganisme sangat penting dalam proses pembentukan tanah.
Tumbuh-tumbuhan mengambil peran melalui produksi bahan organik, siklus hara
dan pergerakan air melalui siklus air. Hewan yang hidup di dalam tanah
memainkan peran penting dalam mineralisasi bahan organik dan pembentukan
humus. Sedangkan hewan yang tidak hidup dalam tanah turut andil melalui
kotoran serta bangkainya yang terpendam dalam tanah. Manusia berperan dalam
pembentukan tanah melalui berbagai aktivitas, seperti pemanfaatan lahan untuk
kegiatan pertanian yang membajak dan membalikkan tanah, melakukan
pemupukan, menyumbang bahan organik dan aktivitas pertanian lainnya yang
mempengaruhi terbentuknya tanah. Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya
lapisan permukaan yang terbentuk akibat aktivitas manusia yang dikenal sebagai
epipedon antropik dan plaggen.

4. Topografi

Topografi memiliki pengaruh secara tidak langsung, yakni melalui kelancaran


lalu lintas air dalam tanah tersebut. Komponen topografi yang dominan adalah
sudut kemiringan dan panjang lereng. Pada lahan yang miring memiliki lalu lintas
air dalam tanah yang berbeda dengan lalu lintas pada lahan datar atau cekungan.
Pada lahan dengan kemiringan tinggi maka laju runoff lebih cepat dibandingkan
air infiltrasi, akibatnya erosi tanah lebih besar. Pada tanah dengan bentuk wilayah
cekungan, air cenderung akan tertahan dalam bentuk genangan dan menyebabkan
proses perombakan bahan organik tanah berjalan lambat.

5. Waktu

Butuh proses panjang dan memakan waktu lama sampai ratusan hingga ribuan
tahun untuk membentuk sebuah tanah. Berkaitan dengan waktu pembentukan
tanah, maka dikenal tanah muda, tanah dewasa dan tanah tua. Seiring dengan
berjalannya waktu, pembentukan lapisan tanah akan menunjukkan umur tanah
tersebut Para ahli tanah setuju bahwa umur tanah tidaklah sama. Hal tersebut
menunjukkan bahwa factor-faktor pembentuk tanah bekerja terus sepanjang
waktu.

2.4 Batas-Batas Horison

Tiap tanah dicirikan oleh susunan tertentu horizon. Secara umum dapat
disebutkan bahwa setiap profil tanah terdiri atas dua atau lebih horizon
utama.Tiap horizon dapat dibedakan berdasarkan warna, tekstur, struktur dan sifat
morfologis lainnya (Utomo, 2016)

Horison adalah suatu lapisan tanah yang terletak hampir paralel (sejajar)
dengan permukaan tanah, mempunyai ketebalan minimal dan dibedakan
berdasarkan warna, tekstur, struktur, konsistensi dan sifat-sifat lainnya yang dapat
diamati di lapangan. Berdasarkan letaknya, horison penciri tanah dibagi dua yaitu
horison permukaan tanah bagian atas dan horison bawah permukaan tanah.
Sedangkan berdasarkan bahan penyusunnya, horison tanah dibedakan atas horison
organik tanah (O) dan horison mineral tanah (yang terdiri dari horison A, B, C dan
R) (Fiantis, 2017)
BAB III. METODOLOGI

3.1 Kondisi Umum Wilayah

Letak astronomis lokasi pengamatan profil tanah berada antara 119o 28' 54”
BT dan 05o 07' 37” LS. Letak batas administratifnya yaitu sebelah utara
berbatasan dengan permukiman warga kampung Kera-kera, sebelah selatan
berbatasan dengan kampus Politeknik, sebelah timur berbatasan dengan Fakultas
Peternakan Unhas, dan sebelah barat berbatasan dengan kampung rimba Fakultas
Kehutanan.

3.2 Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanin Universitas


Hasanuddin Makassar. Penggalian profil dilaksanakn pada hari Sabtu , 08
September 2018 pukul 14.00 WITA sampai selesai. Pengamatan profil tanah dan
pengambilan sampel tanah dilaksanakan pada hari Minggu, 09 September 2018,
pukul 15.00 WITA sampai selesai.

3.3 Alat dan Bahan

Alat yang diperlukan adalah cangkul, linggis, skop, pisau lapangan, dan
meteran. Bahan yang diperlukan meliputi profil tanah di lapangan dan
gambar-gambar profil tanah dari foto-foto dan literatur

3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Penggalian Profil

1. Membuat lubang penampang harus besar, supaya orang dapat dengan


mudah duduk atau berdiri didalamnya, agar memudahkan dalam
pengamatannya.
2. Menggali tanah dengan ukuran penampang 2 m x 1 m dan pengamatan
dipilih pada sisi lubang yang mendapat penerangan dari sinar matahari
yang cukup, agar memudahkan pengamatan.
3. Membersihkan tanah bekas galian diatas sisi penampang pengamatan.
4. Menentukan penampang pewakil, yakni tanah yang belum mendapat
gangguan, misalnya timbunan serta jauh dari pemukiman.
5. Melakukan pengamatan profil tanah pada sinar matahari yang cukup.

3.4.2 Pengambilan Sampel Tanah Utuh

1. Meratakan dan bersihkan lapisan yang akan diambil, kemudian letakkan


ring sampel tegak lurus.
2. Menekan ring sampel sampai ¾ bagiannya masuk ke dalam tanah.
3. Meletakkan ring sampel lain tepat diatas ring sampel pertama, kemudian
tekan lagi sampai bagian bawah dari ring sampel kedua masuk ke dalam
tanah.
4. Menggali ring sampel beserta tanah di dalamnya dengan skop atau
linggis.
5. Memisahkan ring kedua dari ring sampel pertama dengan hati-hati,
kemudian gali tanah di sekitar ring sampel dan keluarkan ring sampel.
Potonglah kelebihan tanah yang ada pada permukaan dan bawah ring
smpel sampai permukaan tanah rata dengan permukaan ring sampel.
6. Menutup ring sampel dengan plastik yang sudah diberi label, lalu simpan
dalam tempat yang telah disediakan.

3.4.3 Pengambilan Sampel Tanah Terganggu

1. Mengambil tanah dengan pisau sesuai dengan lapisan yang akan diambil,
mulailah dengan lapisan yang paling bawah.
2. Memasukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi label.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Fragmen Kasar
Kedalaman Konsistensi Batas Bentuk Pori
Lapisan Horison Konkresi Kerikil/
(cm) (Kering) Horison Struktur
Fe Mn Batu Makro Mikro

1 0-30 A Lepas - - - Jelas Berbutir ++ +

2 31-70 A Lepas - - - Jelas Berbutir + ++

Amat
3 71-110 B Ada - - Jelas Berbutir + ++
sangat keras

Keterangan :

1. Pori

+++ = Banyak

++ = Sedang

+ = Sedikit
2. Konsistensi Berdasarkan kondisi kelembaban tanah di lapangan (Kering, Lembab,
Basah)
3. Fragmen Kasar (Jika ada)

4.2. Pembahasan

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap lapisan memiliki


kedalaman yang berbeda-beda. Pada lapisan I memiliki kedalaman lapisan 0-30
cm, lapisan II memiliki kedalaman lapisan 31-70 cm, sedangkan pada lapisan III
memiliki kedalaman lapisan 71-110 cm. Pengukuran kedalaman lapisan ini
menggunakan meteran bar yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

Lapisan I dan II menunjukkan horison A, karena pada saat pengamatan


kurangnya vegetasi yang tumbuh di atas permukaan profil dan warna tanah coklat
kemerahan yang menunjukkan indikator mineral dari bahan induk. Hal ini sesuai
pendapat Fiantis (2017), bahwa horison A terbentuk akibat akumulasi bahan
organik halus yang telah melapuk dan bercampur dengan bahan mineral tanah.
Sedangkan di lapisan III ditemukan bahan induk yang berupa endapan berwarna
gelap. Kondisi ini menunjukkan horison B, hal ini sesuai yang dikatakan Cahyono
(2014) bahwa lapisan tanah yang menunjukkan adanya penimbunan lempung
disebut horison pengendapan atau (eluviasi) atau diberi nama Horison B.

Pada pengamatan terhadap konsistensi tanah dilakukan dengan mengambil


sampel tanah lembab, basah, dan kering. Pada keadaan tanah kering, lapisan I dan
II memiliki konsistensi yang bersifat lepas, ketika melakukan pengamatan dengan
mengambil seikit tanah di tangan lalu diremas dan hasilnya menunjukkan keadaan
tanah tidak melekat satu sama lain dan mudah berpisah/hancur. Hal ini sesuai
pendapat Nursa’ban (2006), bahwa pada tanah kering dilakukan dengan mencoba
memecahkan atau meremukan gumpalan tanah kering (lunak atau keras) namun
tak ada kohesi, menunjukkan sifat lepas pada tanah tersebut. Sedangkan pada
lapisan III, konsistensi tanah bersifat amat sangat keras, hal ini karena lapisan
tersebut merupakan bagian bahan induk yang ketika diremas atau berusaha untuk
dipecahkan gumpalan tanah akan sulit dihancurkan.
Pada lapisan I dan II tidak ditemukan konkresi Fe maupun Mg karena tidak
ada karatan pada lapisan tanah tersebut. Namun, pada lapisan III ditemukan
konkresi berupa Fe yang ditandai dengan adanya karatan hitam. Hal ini sesuai
menurut Nursa’ban (2006), bahwa oksidbesi memberi warna antara kuning dan
merah kepada tanah, sehingga tanah berwarna coklat berarti banyak mengandung
oksidbesi yang tercampur bahan organik.

Selain itu, pada lapisan I - III tidak terdapat kerikil/batu saat melakukan
pengamatan. Batas horison ketiga lapisan tanah terlihat jelas dan mudah
dibedakan. Semua lapisan tanah yang diamati memiliki bentuk struktur tanah yang
berbutir. Hal ini dibuktikan ketika mengambil sampel lalu dipijat dan agak ditapis
dengan tangan, tanah tidak melekat satu sama lain. Hal ini sesuai dengan yang
ditulis Fiantis (2017). Selain itu, pada lapisan I makropori lebih dominan dari
mikropori, hal ini terjadi karena di lapisan pertama adalah lapisan yang dijumpai
banyak perakaran. Berbeda dengan lapisan II dan III, pada lapisan ini lebih
dominan mikropori daripada makropori. Perbedaan ukuran dan jumlah pori ini
disebabkan oleh perakaran vegetasi yang ada di sekitar profil tanah, semakin baik
suatu tanah menyerap air maka semakin besar pori tanah tersebut dan begitupula
sebaliknya.

BAB V. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada pengamatan profil tanah ini adalah :

1. The soil profile is a wall / vertical cross section of the soil that shows the
arrangement of the soil horizon.

2. Each soil layer has a different structure, color and texture depending on the
parent material.

3. The soil is formed from the weathering of the parent material.


4. Observation of soil profile as deep as 110 cm is only seen in two types of
horizon, namely horizons A and B.

5. The horizon limit in soil profile 06 from layers I-III is clearly visible and has
a grained structure.

4.2 Saran

Adapun saran yang saya berikan yaitu dalam pengamatan profil tanah harus
benar-benar teliti dan tidak dilakukan terlalu sore agar hasil yang diperoleh dapat
maksimal. Jangan lupa mengamati keadaan sekitar yang turut mempengaruhi
keadaan profil tanah.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, Ongko. 2014. Ilmu Tanah. Buku Ajar. Surakarta : Universitas Tunas
Pembangunan.

Fiantis, Dian. 2017. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Buku Ajar. Sumatera barat :
Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LPTIK)
Universitas Andalas

Hanafiah, A.L. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Cetakan Pertama. Jakarta: PT


Raja Grafindo Persanda.

Mustafa, Muslimin dkk. 2012. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Buku Ajar. Makassar :
Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.

Nursa’ban, Muhammad. 2006. Panduan Praktikum Geografi Tanah. Buku


Penuntun. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta

Sutedjo. 2005. Pengantar Ilmu Tanah. Edisi Baru. Jakarta : Rineka Cipta

Utomo, Dwiyono Hari. 2016. Morfologi Profil Tanah Vertisol Di Kecamatan


Kraton, Kabupaten Pasuruan. Jurnal. Pendidikan geografi. 2: 47-57
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai