PROFIL TANAH
Nama : AFRADILLAH
NIM : G011181386
Kelompok : 52
ASRIDA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I. PENDAHULUAN
Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari campuran mineral dan
bahan organik. Sumber mineral dapat berupa batuan yang telah lapuk. Sementara
bahan organik berasal dari organisme seperti tumbuhan atau hewan yang telah mati
dan terurai.
Tanah sangat bermanfaat bagi kehidupan di muka bumi ini, terutama untuk
keberlangsungan hidup tumbuhan. Tanah tidak terbentuk dan ada begitu saja di atas
bumi. Melainkan harus melalui beberapa proses panjang dan memakan waktu lama
sampai ratusan hingga ribuan tahun untuk membentuk beberapa senti meter tanah.
1.2 Tujuan
Profil tanah merupakan irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke
bebatuan induk tanah, yang biasanya terdiri dari horizon-horizon O-A-E-B-C-R.
Empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi cuaca disebut Solum Tanah,
horizon O-A disebut lapisan tanah atas horizon E-B disebut lapisan tanah bawah
(Hanafiah, 2005)
Disisi lain, profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah,
dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu
dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan
penelitianya. Pada suatu profil tanah yang lengkap, kita dapat melihat beberapa
lapisan yang membentuk tanah. Lapisan-lapisan tersebut pada beberapa macam
tanah dikenal sebagai horizon tanah. (Sutedjo, 2005).
a. Warna tanah
Warna tanah merupakan sifat atau ciri tanah yang paling mudah dibedakan di
lapangan. Dengan melihat warna tanah tertentu, maka dapat dijadikan indikator
keberadaan sifat tanah yang lainnya. Warna tanah disebabkan oleh adanya bahan
organik dan atau status oksidasi senyawa besi dalam tanah. Jika warna tanah hitam
atau gelap, menandakan bahwa kadar bahan organik tanah cukup tinggi,
sedangkan jika tanah berwarna merah, maka memberikan indikasi adanya besi
oksida dan tanah mengalami proses oksidasi sebaliknya jika tanah berwarna
abu-abu kebiruan berarti terjadi peristiwa reduksi di dalam tanah.
b. Struktur tanah
c. Tekstur tanah
d. Konsistensi tanah
e. Porositas tanah
f. Temperatur tanah
Temperatur (suhu) adalah suatu sifat tanah yang sangat penting, secara
langsung memengaruhi pertumbuhan tanaman, dan juga terhadap kelembaban,
aerasi, struktur, aktivitas mikrobial, enzimatik, dekomposisi serasah/sisa tanaman
dan ketersediaan hara-hara tanaman.
Menurut Cahyono (2014) Reaksi kimia dalam tanah merupakan hal yang
sangat penting jika dikaitkan dengan penyediaan unsut hara bagi tanaman.
Tanaman menyerap hara dari dalam tanah dan mengembalikannya dalam bentuk
organik ke permukaan tanah, kemudian sebagian akan tersedia kembali bagi
tanaman setelah terjadi proses minrealisasi. Selain dari itu, hasil proses pelapukan
mineral dan bahan organic ada juga yang dibebaskan ke atmosfer dalam bentuk
gas, tercuci, tererosi yang suatu saat dapat beredar kembali ke dalam tanah.
a. Koloid Tanah
b. Pertukaran Ion
c. Reaksi Tanah
Reaksi tanah dapat digunakan sebagai salah satu indikator tanah sehat secara
kimia. Hal ini disebabkan karena reaksi tanah mempengaruhi secara langsung
maupun tidak langsung terhadap kehidupan tanaman. Suasana asam dan basa
merupakan kondisi di dalam tanah sebagai akibat adanya reaksi tanah. Di dalam
tanah terjadi reaksi pengasaman dan alkalinisasi yang terus menerus terjadi.
Pengasaman adalah terjadinya suasana asam dalam tanah, sedangkan alkalinisasi
atau salinisasi merupakan reaksi terbentuknya suasana basa dalam tanah.
Pengasaman dan alkalinisasi adalah reaksi alami yang terjadi pada proses
pembentukan tanah.
Tanah terbentuk dari pelapukan batuan induk, yakni bisa berbentuk batuan
beku, batuan sedimen maupun batuan malihan. Sehingga tanah yang terbentuk
berbeda-beda jenis, bergantung dari bahan induknya. Namun demikian dalam
perjalanan proses terbentuknya tanah dari batuan induk terdapat faktor-faktor
yang menentukan pembentukan tanah. (Fiantis, 2017)
B = Bahan induk
I = Iklim
O = Organisme
T = Topografi
W = Waktu
1. Bahan Induk
Bahan induk dapat berasal dari mineral dari batuan dan bahan organik. Bahan
induk tanah adalah bahan dari batuan yang mempunyai pengaruh besar terhadap
kesuburan dan kandungan mineral tanah. Sifat dari batuan induk akan
menentukan sifat tanah yang terbentuk. Kekerasan dari jenis batuan
mempengaruhi kecepatan pelapukannya. Bahan induk dapat berasal dari batua
malihan/metamorf, batuan beku, batuan sedimen dan piroklastik. Disamping
batuan induk, ada juga bahan induk organik, yaitu bahan induk yang terdiri dari
pelapukan sisa tanaman, hewan dan sisa lainnya yang melapuk pada kondisi
anaerob karena kondisi geomorfologi yang terbentuk secara alamiah.
2. Iklim
Faktor iklim merupakan factor pembentuk tanah yang paling aktif dan
dominan. Komponen faktor iklim yang sangat berpengaruh adalah faktor hujan
dan suhu/temperatur. Iklim mempengaruhi pembentukan tanah secara langsung
dan secara tidak langsung. Secara langsung iklim mempengaruhi pelapukan
batuan, baik pelapukan fisik mapun kimia. Fluktuasi suhu tinggi dan rendah yang
silih berganti dan berlangsung secara terus-menerus menyebabkan pecahnya
batuan menjadi bagian yang lebih kecil. Air hujan disamping memiliki pengaruh
secara fisik terhadap pecahnya batuan, juga merupakan faktor terpenting
terjadinya pelapukan kimia dari bahan induk tanah. Air hujan mempengaruhi
penguraian mineral maupun bahan organik sehingga menyebabkan terjadinya
pencucian bahan-bahan terlarut ke bagian tanah yang lebih dalam sehingga
mengakibatkan terbentuknya horison-horison dalam profil tanah.
3. Organisme
Organisme atau makhluk hidup seperti tumbuhan, hewan, manusia, bahkan
mikroorganisme sangat penting dalam proses pembentukan tanah.
Tumbuh-tumbuhan mengambil peran melalui produksi bahan organik, siklus hara
dan pergerakan air melalui siklus air. Hewan yang hidup di dalam tanah
memainkan peran penting dalam mineralisasi bahan organik dan pembentukan
humus. Sedangkan hewan yang tidak hidup dalam tanah turut andil melalui
kotoran serta bangkainya yang terpendam dalam tanah. Manusia berperan dalam
pembentukan tanah melalui berbagai aktivitas, seperti pemanfaatan lahan untuk
kegiatan pertanian yang membajak dan membalikkan tanah, melakukan
pemupukan, menyumbang bahan organik dan aktivitas pertanian lainnya yang
mempengaruhi terbentuknya tanah. Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya
lapisan permukaan yang terbentuk akibat aktivitas manusia yang dikenal sebagai
epipedon antropik dan plaggen.
4. Topografi
5. Waktu
Butuh proses panjang dan memakan waktu lama sampai ratusan hingga ribuan
tahun untuk membentuk sebuah tanah. Berkaitan dengan waktu pembentukan
tanah, maka dikenal tanah muda, tanah dewasa dan tanah tua. Seiring dengan
berjalannya waktu, pembentukan lapisan tanah akan menunjukkan umur tanah
tersebut Para ahli tanah setuju bahwa umur tanah tidaklah sama. Hal tersebut
menunjukkan bahwa factor-faktor pembentuk tanah bekerja terus sepanjang
waktu.
Tiap tanah dicirikan oleh susunan tertentu horizon. Secara umum dapat
disebutkan bahwa setiap profil tanah terdiri atas dua atau lebih horizon
utama.Tiap horizon dapat dibedakan berdasarkan warna, tekstur, struktur dan sifat
morfologis lainnya (Utomo, 2016)
Horison adalah suatu lapisan tanah yang terletak hampir paralel (sejajar)
dengan permukaan tanah, mempunyai ketebalan minimal dan dibedakan
berdasarkan warna, tekstur, struktur, konsistensi dan sifat-sifat lainnya yang dapat
diamati di lapangan. Berdasarkan letaknya, horison penciri tanah dibagi dua yaitu
horison permukaan tanah bagian atas dan horison bawah permukaan tanah.
Sedangkan berdasarkan bahan penyusunnya, horison tanah dibedakan atas horison
organik tanah (O) dan horison mineral tanah (yang terdiri dari horison A, B, C dan
R) (Fiantis, 2017)
BAB III. METODOLOGI
Letak astronomis lokasi pengamatan profil tanah berada antara 119o 28' 54”
BT dan 05o 07' 37” LS. Letak batas administratifnya yaitu sebelah utara
berbatasan dengan permukiman warga kampung Kera-kera, sebelah selatan
berbatasan dengan kampus Politeknik, sebelah timur berbatasan dengan Fakultas
Peternakan Unhas, dan sebelah barat berbatasan dengan kampung rimba Fakultas
Kehutanan.
Alat yang diperlukan adalah cangkul, linggis, skop, pisau lapangan, dan
meteran. Bahan yang diperlukan meliputi profil tanah di lapangan dan
gambar-gambar profil tanah dari foto-foto dan literatur
1. Mengambil tanah dengan pisau sesuai dengan lapisan yang akan diambil,
mulailah dengan lapisan yang paling bawah.
2. Memasukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi label.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Fragmen Kasar
Kedalaman Konsistensi Batas Bentuk Pori
Lapisan Horison Konkresi Kerikil/
(cm) (Kering) Horison Struktur
Fe Mn Batu Makro Mikro
Amat
3 71-110 B Ada - - Jelas Berbutir + ++
sangat keras
Keterangan :
1. Pori
+++ = Banyak
++ = Sedang
+ = Sedikit
2. Konsistensi Berdasarkan kondisi kelembaban tanah di lapangan (Kering, Lembab,
Basah)
3. Fragmen Kasar (Jika ada)
4.2. Pembahasan
Selain itu, pada lapisan I - III tidak terdapat kerikil/batu saat melakukan
pengamatan. Batas horison ketiga lapisan tanah terlihat jelas dan mudah
dibedakan. Semua lapisan tanah yang diamati memiliki bentuk struktur tanah yang
berbutir. Hal ini dibuktikan ketika mengambil sampel lalu dipijat dan agak ditapis
dengan tangan, tanah tidak melekat satu sama lain. Hal ini sesuai dengan yang
ditulis Fiantis (2017). Selain itu, pada lapisan I makropori lebih dominan dari
mikropori, hal ini terjadi karena di lapisan pertama adalah lapisan yang dijumpai
banyak perakaran. Berbeda dengan lapisan II dan III, pada lapisan ini lebih
dominan mikropori daripada makropori. Perbedaan ukuran dan jumlah pori ini
disebabkan oleh perakaran vegetasi yang ada di sekitar profil tanah, semakin baik
suatu tanah menyerap air maka semakin besar pori tanah tersebut dan begitupula
sebaliknya.
BAB V. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. The soil profile is a wall / vertical cross section of the soil that shows the
arrangement of the soil horizon.
2. Each soil layer has a different structure, color and texture depending on the
parent material.
5. The horizon limit in soil profile 06 from layers I-III is clearly visible and has
a grained structure.
4.2 Saran
Adapun saran yang saya berikan yaitu dalam pengamatan profil tanah harus
benar-benar teliti dan tidak dilakukan terlalu sore agar hasil yang diperoleh dapat
maksimal. Jangan lupa mengamati keadaan sekitar yang turut mempengaruhi
keadaan profil tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Ongko. 2014. Ilmu Tanah. Buku Ajar. Surakarta : Universitas Tunas
Pembangunan.
Fiantis, Dian. 2017. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Buku Ajar. Sumatera barat :
Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LPTIK)
Universitas Andalas
Mustafa, Muslimin dkk. 2012. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Buku Ajar. Makassar :
Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin.
Sutedjo. 2005. Pengantar Ilmu Tanah. Edisi Baru. Jakarta : Rineka Cipta