Anda di halaman 1dari 16

6 cm

Judul Modul
Praktikum

BIDANG MIRING
(Laporan Praktikum Fisika Dasar II)

Oleh

Nama : M. Baharudin

NIM : 111160613

Kelompok : 3 3 cm
4 cm
TPB : 20 A

[Logo itera ditempel/bisa diprint ; dimensi logo tinggi 2,5 cm,


lebar 2,1 cm]

LABORATORIUM FISIKA DASAR


INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2023
3 cm

3 cm

Nama Asisten : Mahmud (NIM.11115068)


Hari/Tanggal : Jumat/ 04 Februari 2023
Waktu : 08.00-10.00 WIB
Judul Modul : Bidang Miring

Kondisi Laboratorium Fisika Dasar


Kondisi Awal Praktikum Akhir Praktikum

Temperatur ( 28 ± 0.5 )oC ( 29 ± 0.5 )oC

Kelembapan ( 80 ± 0.5 )% ( 81 ± 0.5 )%

Tekanan ( 695.45 ± 0.025 ) mmHg ( 696.15 ± 0.025 ) mmHg

A. Tujuan Percobaan

1. Mengetahui pengaruh sudut terhadap kecepatan.


2. Mengetahui massa atom gaya berta dengan pertambahan panjang bidang miring.
3. Menentukan percepatan benda yang bergerak pada bidang miring.
4 cm 3 cm

B. Alat dan Bahan


1. Penyangga, berfungsi untuk menyangga papan luncur (mistar).
2. Mistar berfungsi sebagai rel lintasan yang akan dilewati oleh kereta luncur.
3. Stopwatch, berfungsi untuk menghitung waktu yang dicapai kereta luncur ketika
meluncur di papan luncur (mistar).
4. Kereta luncur, berfungsi kereta yang akan meluncur di papan luncur (mistar).
5. Busur derajat, berfungsi mengukur sudut papan luncur(mistar).
6. Bantalan, berfungsi sebagai penahan papan luncur (mistar) dan tempat
pemberhentian terakhir kereta luncur.

C. Prosedur Percobaan (ganti dengan kalimat aktif, contoh siapkan menjadi menyiapkan)
1. Menyiapkan peralatan yang akan digunakan.
2. Mengset-up peralatan seperti bidang miring.

3. Kemudian mengukur sudut kemiringannya dari 10o sampai 60o.


4. Kemudian meluncurkan kereta dan catat waktu ketika kereta meluncur.

3 cm

3 cm
[Di Data Hasil praktikum,

D. Data Hasil Percobaan meliputi hasil

kelompok lengkapi
Tabel 1. Data pengamatan bidang miring dengan sudut 10˚ dengan tabel dan

gambar sesuai dengan petunjuk dalam praktikum.


No. Sudut t (s) t2 (s)

1. 10 1

2. 10 1

3. 10 1

4. 10 1,2

5. 10 1

6. 10 1

7. 10 1

8. 10 1

9. 10 1
3 cm
10. 10 1,2

θ=10˚ ∑t = 1,04 ∑t2= 1,088


Di dalam hasil

berisi tentang deskripsi data hasil pengamatan,


bukan melakukan

pembahasan.]
4 cm

3 cm

3 cm

θ = 10˚
s = 0,5 m
t=1s
V= = = 0,5 m/s

t= = = 1,04 s

∆t =

∆t =

∆t = = = 0,026 s

Tabel 2. Data pengamatan bidang miring dengan sudut 20˚


4 cm No. Sudut t(s) t2 (s)

1. 20 0,8 0,64

2. 20 0,6 0,36

3. 20 0,8 0,64

4. 20 0,8 0,64

5. 20 0,8 0,64

6. 20 1 1

7. 20 0,8 0,64

8. 20 0,6 0,36

9. 20 0,8 0,64

10. 20 0,8 0,64

x 20˚ ∑t = 7,8 ∑t2 = 6,2

3 cm

θ = 20˚

3 cm

3 cm
s = 0,5 m t
= 0,8 s

V= = = 0,625 m/s
t
= = = 0,62 s

∆t =

Δt =

Δt =

Δt = = 0,0361 s

Tabel 3. Data pengamatan bidang miring dengan sudut 30˚


4 cm
3 cm

No. Sudut t (s) t2 (s)

1. 30 0,6 0,36

2. 30 0,6 0,36

3. 30 0,6 0,36

4. 30 0,6 0,36

5. 30 0,8 0,64

6. 30 0,6 0,36

7. 30 0,6 0,36

8. 30 0,6 0,36

9. 30 0,6 0,36

10. 30 0,6 0,36

x 30˚ ∑t =6,2 ∑t2 =3,88


3 cm
θ
3 cm

= 30˚ s
= 0,5 m t
= 0,6 s

V= = = 0,83 m/s
t
= = = 0,62 s

∆t =

∆t =
∆t =

∆t =
∆t = 0,02 s

4 cm 3 cm
Tabel 4. Data pengamatan bidang miring dengan sudut 40˚
No. Sudut t (s) t2 (s)

1. 40 0,4 0,16

2. 40 0,4 0,16

3. 40 0,6 0,36

4. 40 0,4 0,16

5. 40 0,4 0,16

6. 40 0,4 0,16

7. 40 0,4 0,16

8. 40 0,4 0,16
θ
9. 40 0,6 0,36

10. 40 0,4 0,16

x 40˚ ∑t = 4,4 ∑t2 =2

3 cm

3 cm

= 40˚ s = 0,5 m t = 0,4 s

V= = = 1,25 m/s
t
= = = 0,44 s

∆t =

∆t =
∆t =

∆t =

∆t = 0,026 s

4 cm
Tabel 5. Data pengamatan bidang miring dengan sudut 50˚ 3 cm
No. Sudut t (s) t2 (s)

1. 50 0,2 0,04

2. 50 0,2 0,04

3. 50 0,4 0,16

4. 50 0,2 0,04

5. 50 0,2 0,04
θ
6. 50 0,2 0,04

7. 50 0,2 0,04

8. 50 0,2 0,04

9. 50 0,2 0,04

10. 50 0,2 0,04

x 50˚ ∑t = 2,2 ∑t2 = 0,52

3 cm

3 cm

= 50˚ s
= 0,5 m t
= 0,2 s

V= = = 2,5 m/s
t
= = = 0,22 s

∆t =

∆t =
∆t =

∆t =
∆t = 0,02s

4 cm 3 cm
Tabel 6. Data pengamatan bidang miring dengan sudut 60˚

No. Sudut t (s) t2 (s)

1. 60 0,2 0,04

2. 60 0,2 0,04
θ
3. 60 0,2 0,04

4. 60 0,2 0,04

5. 60 0,2 0,04

6. 60 0,2 0,04

7. 60 0,2 0,04

8. 60 0,1 0,01

9. 60 0,2 0,04

10. 60 0,2 0,04

x 60˚ ∑t = 1,9 ∑t2 = 0,37

3 cm

3 cm

= 60˚ s
= 0,5 m t
= 0,2 s

V= = = 2,5 m/s
t
= = = 0,19 s

∆t =

∆t =
∆t =

∆t =
∆t = 0,01s
θ

E. Analisis

4 cm

[Bahas secara spesifik


Sebuah pesawat bidang miring pada dasarnya memiliki kecenderungan
kemudian diperluas
sesuai dengan topik untuk menurunkan gaya dan menaikan benda ke tempat yang lebih tinggi dan
dari praktikum.
menambah jarak pada gaya yang diberikan pada suatu posisi tujuan. Bidang
Analisis harus
disertai dengan miring biasanya digunakan pada alat-alat kehidupan sehari-hari seperti sekrup dan
referensi yang
baji. Pada sebuah sekrup, pada dasarnya adalah sebuah bidang miring yang
menunjang.]
dibungkus di sekitar tabung. Gaya lurus pada bidang horizontal diubah menjadi
gaya vertikal. Ketika sekrup kayu diputar, ulir sekrup mendorong kayu. Sebuah
gaya reaksi dari kayu mendorong kembali ulir sekrup dengan cara ini sekrup
bergerak turun meskipun kekuatan memutar sekrup ada pada bidang horizontal.
Pada pesawat sederhana bidang miring ini, bila permukaan sebuah
meluncur di atas permukaan benda lain, masing-masing benda akan saling
melakukan gaya gesekan, sejajar dengan permukaan-permukaan itu. Gaya gesekan
terhadap tiap benda berlawanan arahnya dengan arah geraknya, relatif terhadap
benda “lawan” nya.

3cm

3 cm
3 cm

Berdasarkan hasil praktikum pada bidang miring yang menghubungkan


antar sudut dengan kecepatan laju gerak benda terletak pada sudut yang
ditentukan. Semakin besar suatu sudut yang diberikan, kecepatan benda akan
semakin cepat, dan waktu yang ditempuh akan semakin kecil. Karena pada sudut
yang besar maka bidang miring akan semakin tinggi.
Dari tabel hasil praktikum di atas pada sudut 10º terjadi perbedaan
kecepatan yang seharusnya memiliki kecepatan yang sama. Hal ini dapat terjadi
karena adanya kesalahan saat melakukan pratikum. Apakah hal itu terjadi karena
terlambat menekan stopwatch, terlambat meluncurkan kereta luncur, atau tidak
tepat mengukur sudut atau bahkan karena ketiga hal tersebut.
Pada sudut 20º percepatan yang terjadi semakin cepat karena sudut yang
diberikan semakin besar dari pada sudut sebelumnya dan waktuyang dihasilkan
pun mengalami perbedaan yang sangat siknifikan karena adanya kesalahan yang
3cm
sama pada saat melakukan pratikum pada sudut 10º.
Pada sudut 30º percepatan terjadi semakin cepat, waktu yang dihasilkan
pun semakin cepat. Perbedaan waktu tidak mengalami banyak perbedaan.
4 cm
Pada sudut 40º percepatan semakin cepat, waktu yang ditempuh semakin cepat, dan
rata-rata waktu yang dihasilkan sangat berbeda dengan praktikum sebelumnya
pada sudut 30º.
Pada sudut 50º percepatan yang terjadi semakin cepat, tetapi waktu yang
dihasilkan berbeda karena keterlambatan dalam menekan stopwatch.
Pada sudut 60º percepatan semakin cepat, tetapi waktu yang dihasilkan
berbeda karena adanya kesalahan dalam menekan stopwatch.
3 cm
F. Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum mengenai bidang miring dapat disimpulkan bahwa:

1. Semakin kecil sudut yang digunakan pada bidang miring, maka semakin lambat pula
kereta luncur itu mencapai titik akhirnya dari bidang miring tersebut.
2. Sebaliknya semakin besar sudut pada kemiringan yang digunakan, maka semakin cepat
kereta luncur akan mencapai tumbukan titik akhirnya bidang miring tersebut.
3. Besarkecil sudut dapat mempengaruhi kecepatan luncuran dan juga mempengaruhi
tinggi pada bidang miring tersebut.
Lampiran terdiri dari:

1. Kertas lembar jawaban tugas pendahuluan


LAMPIRAN dan tugas awal/pretest

2. Data asli yang telah di setujui (di tanda


tangani) oleh asisten

Anda mungkin juga menyukai