Anda di halaman 1dari 2

Tak Sama Bukan Berarti Berbeda

Perkenalkan namaku vivi, aku adalah seorang remaja yang beranjak dewasa. Aku tak sama
dengan remaja kebanyakan di luaran sana yang memiliki banyak teman dan memiliki paras yang
sempurna. Aku tak sama namun bukan berarti aku berbeda dengan yang lainnya. Aku juga
memiliki keinginan yang sama seperti remaja pada umumnya. Diriku memang memiliki fisik
yang tak sama namun aku masih memiliki jiwa dan perasaan yang tak jauh beda. Banyak orang
memandangku dengan sebelah mata dan tak pernah memandangku dari sisi yang lainnya.
Mereka hanya menghiraukan kekuranganku tapi tak pernah berusaha melihat dan memahami apa
kelebihanku. Oleh karena pandangan orang itulah aku menjadi tak percaya diri dan merasa tak
minder untuk dapat bergaul dengan orang lain.
Suatu ketika diriku merasakan jatuh cinta kepada seseorang yang mempu membuatku merasa
dihargai dan merasa lebih berharga, aku kira dia juga merasakan apa yang aku rasakan. Namun
nyatanya dia memanglah sosok yang baik kepada semua orang dan aku Kembali sadar bahwa
aku ini siapa. Mengingat kejadian itu aku merasa sangat sedih dan kecewa bukan kepada dia
namun kepada diriku sendiri. Mengapa? Karena aku merasa aku sudah terlalu tinggi dalam
percaya diriku dan lupa akan semua akan kekuranganku.
Setelah kejadian tersebut aku semakin tak yakin terhadap diriku sendiri. Aku tak berani lagi
untuk dekat dengan seseorang karena takut kejadia serupa terulang Kembali. Semua mulai
berjalan dengan normal Kembali dan aku sudah mulai bisa menata Kembali tujuan hidup namun
rasa insecureku belum juga berkurang.
Setiap kali ku berjumpa dengan orang yang memiliki kekurangan namun mereka mampu
mengubah kekurangan itu menjadi kekuatan mereka menciptakan kelebihan di dalam diri mereka
di saat itulah diriku semakin termotivasi untuk dapat menjadikan kekuranganku sebagai sumber
kekuatanku. Namun ternyata tak semudah yang aku banyangkan, semua perjuangan ku gagal dan
membuat aku kecewa lagi dan menurunkan semangatku. Sempatku hampir tak ingin lagi
berharap terhadap siapapun dan menghentikan semua perjalanan ini. Namun aku mengingat
Kembali semua nasihat dari orang tuaku yang ikut menjadi saksi perjalanan hidupku yang tak
sempurna ini.
Jika bukan karena orang tuaku aku mungkin sudah tergeletak tak berdaya dan tak ingin lagi
meneruskan kisah hidup yang menurutku tak jelas arahnya mau kemana. Di sisi lain ibu dan
bapakku lah satu-satunya alasan aku bangkit lagi dan berusaha memberanikan diri untuk pulih
Kembali. Mereka tak pernah memandangku anak yang memiliki kekurangan namun mereka
selalu menganggapku anak yang istimewa. Padahal kenyataannya aku bukanlah sosok yang
istimewa. Tapi hal itulah yang meyakinkanku untuk terus bangkit dalam kegagalan langkahku.
Suatu ketika saat aku lulus SD dan ingin melanjutkan SMP banyak sekali kendala yang aku
hadapi, mulai dari keadaan ekonomi yang tak mendukung di tambah jarak rumah ke sekolahpun
sangat jauh. Saat itu akupun memilih untuk sekolah di sekolahan terdekat dari rumahku untuk
menghemat biaya. Namun orang tuaku sangat hebat beliau tetap mengusahakanku agar dapat
bersekolah di sekolah terbaik, meskipun mereka tau bahwa biaya untuk melanjutkan ke sekolah
SMP tersebut tidaklah murah dan mudah. Sampai pada akhirnya Aku berhasil sekolah di
sekolahan yang cukup baik yang jaraknya memang cukup jauh dari rumahku. Selama 3 tahun
lamanya orang tuaku berjuang untuk dapat membiayai sekolahku tersebut. Memngingat
perjuangan orang tuaku tersebut aku tak ingin perjuangn itu sia-sia saja. Akupun berusaha keras
untuk dapat membanggakan mereka dengan prestasi yang aku torehkan sebagai juara kelas
bertahan dari kelas 7 sampai 9.
Setelah waktu berlalu tiba saatnya masuk pendaftaran SMA nah, mengingat perekonomian
keluarga yang tak memadai jadi aku mencari SMA yang menawarkan beasiswa. Kebetulan SMA
di salah satu daerahku ada yang menawarkan itu, aku pun mendaftar dan mengikuti tahap-
tahapannya sampai akhirnya aku di terima di SMA tersebut dengan beasiswa. Namun aku sadar
bahwa beasiswa tersebut hanya mencakup biaya Pendidikan tidak dengan biaya hidup dan
transportasi, jadi aku sadar dan berusaha untuk berhemat dengan tidak sering jajan di kantin.
Itulah mengapa mungkinaku tidaklah sama dengan anak remaja kebanyakn orang dan salah satu
penyebab aku tak memiliki banyak teman dekat. Di dalam lingkungan sekolah itu aku belajar
banyak sekali hal mulai dari sikap disiplin, menhargai dan yang paling penting belajar mencintai
diri sendiri. Sejak saat itu aku sadar mungkin aku memang tak sama dengan kebanyakan orang
namun bukan berarti aku berbeda dan tak mampu mengimbangi mereka. Di saat itulah aku mulai
belajar bersikap tegas terhadap diri ku sendiri dan berusaha bersikap lebih percaya diri agar
diriku lebih di hargai lagi.
Setelah 3 tahun berlalu berakhirlah masa SMA itu dimana masa SMA itu memiliki kesan
tersendiri di hatiku. Masa dimana aku sudah mulai bisa menerima kekuranganku dan menggali
potensi dalam diriku. Memang mencintai diri sendiri itu sangatlah penting dan itu juga termasuk
bentuk menghargai diri sandiri. Namun tak berhenti di situ, aku masih memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi tentang dunia Pendidikan. Akhirnya aku memutuskan untuk mendaftar di perguruan
tinggi dengan jalur prestasi tanpa tes. Awalnya aku tak yakin akan dapat lolos, namun ternyata
doa dari orang tuaku begitu kuat sehingga mampu mengantarkanku samapi ke jenjang dunia
perkuliahan.
Sampai di sini aku paham, jika kita sudah mampu mengenali diri kita dan mampu mencintai diri
kita sendiri maka itu akan menjadikan langakh awal kita menjadi lebih baik dan tidak takut
untuk mengutarakan kebenaran apapun. Satu hal yang perlu di ingat bahwa setiap orang pasti
memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing namun belum tentu setiap orang mampu
mencintai dirinya sendiri. Beruntunglah orang-orang sudah mampu mencintai dirinya sendiri.

Nama : Rida Fitriani


Asal : Desa Marga Batin, Kec. Waway Karya, Kab. Lampung Timur, Lampung

Anda mungkin juga menyukai