Anda di halaman 1dari 61

STRUKTUR BAWAH

PONDASI

A.1 Melaksanakan pekerjaan pengukuran dan pematokan


A.1.1 Melakukan pengukuran jaringan poligon
a. Jenis dan fungsi alat yang digunakan adalah;
1) Pesawat Theodolit dengan kelengkapannya
2) Pesawat waterpass atau pesawat penyipat datar (PPD) dengan
kelengkapannya
3) Pita ukur panjang 30, 50, atau 100 meter
4) Roll meter panjang 3 meter atau 5 meter

b. Pelaksanaan cara melakukan pengukuran jaringan poligon sesuai


dengan prosedur
1) Buat sket lapangan yang jelas dan sebanding dengan skala
2) Tentukan titik ikat pengukuran Po yang diketahui koordinat dan
ketinggiannya (jika tidak ada dapat ditentukan sendiri)
3) Pasang patok kerangka P1 dan gambar dalam skets lapangan
4) Pasang pesawat pada titik Po kemudian pasang kompas theodolit
pada pesawat
5) Arahkan teropong ke utara magnit, kemudian kunci gerak
mendatarnya
6) Stel bacaan sudut mendatarnya pada posisi 0 0 0, kemudian kunci
piringan bacaan sudut mendatarnya.
7) Buka pengunci gerak mendatar teropong dan arahkan teropong ke
titik P1, kemudian baca dan catat sudut datarnya sebagai azimut awal
di Po lalu ukur jaraknya Po ke P1
8) Pasang patok kerangka P2 dan gambar dalam sket lapangan
9) Pasang pesawat pada titik P1, lalu arahkan teropong pada titik Po
kemudian baca dan catat sudut datarnya sebagai bacaan ke belakang
10) Putar teropong searah jarum jam ke titik P2 kemudian baca dan
catat sudut datarnya sebagai bacaan ke muka lalu ukur jaraknya P1 ke
P2
11) Pasang titik-titik detail a,b, c, yang diperlukan dan gambar dalam
sket lapangan kemudian dengan cara yang sama baca dan catat sudut
datarnya lalu ukur jaraknya
12) Ukur sudut datar dan jaraknya pada titik-titik kerangka poligon dan
detail lainnya dengan cara yang sama seperti tersebut diatas
a. Prosedure melakukan pengukuran jaringan polygon
1) Buat sket lapangan dengan cermat dan teliti
2) Tentukan titik (koordinat) awal pengukuran dengan cermat
dan telti
3) Penentuan titik-titik berikutnya dilakukan dengan cermat dan
teliti
4) Membaca hasil pengukuran melalui theodolit dilakukan
dengan cermat dan teliti

4.2.2 Pengukuran beda tinggi


Benchmark (BM) adalah titik acuan yang akan digunakan untuk mengukur
ketinggian konstruksi. Titik acuan benchmark adalah titik yang harus
dilindungi keberadaan sehingga biasanya dibuatkan tempat yang permanen
dan terlindung.
Langkah-langkah untuk menetapkan titik benchmark adalah sebagai berikut :
1) Titik BM
Elevasi titik referensi yang dipastikasn untuk semua patokan poligon
yang dipasang didekat dan diluar wilayah konstruksi permukaan
sungai atau danau yang permukaan airnya tenang dapat dipakai
sebagai titik kontrol pelengkap
Pengukuran titik referensi atau titik kontrol menetapkan kedudukan titik
tetap atau patok permanen yang dibuat dari beton atau besi yang
beracuan vertikan dan horisontal
2) Menentukan titik benchmark dengan alat GPS
Apa itu Global Positioning System (GPS)
Alat ini merupakan sistem navigasi satelit yang dikembangkan oleh
Departemen Pertahanan Amerika dimana memungkinkan kita mengetahui
posisi geografis kita seperti : Lintang Bujur Ketinggian
Segemen GPS ada beberapa :
Segmen Angkasa : terdiri dari 24 satelit yang beroperasi dalam 6 orbit
periode 12 jam Satelit tersebut mengirimkan, posisi dan waktu, kepada
pengguna, seluruh dunia.
Segmen Kontrol : terdapat pusat pengendali utama yang terdapat di
Colorodo Springs, dan 5 stasiun pemantau lainnya dan 3 antena yang
tersebar di bumi ini.
Segmen Pengguna : Pada sisi pengguna dibutuhkan penerima GPS
(selanjutnya kita sebut perangkat GPS) yang memungkinkan kita
dimanapun berada di muka bumi ini (tanah, laut, dan udara) dapat
menerima sinyal dari satelit GPS dan kemudian menghitung posisi,
kecepatan dan waktu

Cara kerja
Perangkat GPS menerima sinyal yang ditransmisikan oleh satelit GPS.
Dalam menentukan posisi, kita membutuhkan paling sedikit 3 satelit
untuk penentuan posisi 2 dimensi (lintang dan bujur) dan
4 satelit untuk penentuan posisi 3 dimensi (lintang, bujur, dan
ketinggian).
Semakin banyak satelit yang diperoleh maka akurasi posisi kita akan
semakin tinggi.

Tipe GPS :
GPS Mapping : Yang Umum dipakai orang
GPS Navigasi : Biasa dipasang di mobil-mobil, untuk navigasi
laut, ditambah sonar untuk kedalaman
GPS Geodetic: Digunakan untuk penentuan titik benchmark,
Ketelitian hingga milimeter
a. Pelaksanaan cara melakukan pengukuran beda tinggi sesuai dengan metode
kerja
Pengukuran elevasi di lokasi pekerjaan.
Pemasangan profil dan titik dasar serta ketinggian ataupun elevasi, diukur
atau diambil dari BM setempat atau atas dsar petunjuk direksi, sedangkan
pemasangan patok atuapun CP dilakukan pada tempat yang aman, agar
terhindar dari gangguan lain, ini dimaksudkan untuk memudahkan apabila
terjadi kesalahan dalam pelaksanaan, data ukur dan hasil ukur ini akan
dituangkan pada gambar melintang dan memanjang, serta gambar lainnya
agar terlihat jelas volume pekerjaan sebenarnya. Pelaksanaan pekerjaan
pengukuran ini dilaksanakan oleh seorang juru ukur dibantu oleh tenaga
kerja.
b. Prosedur melakukan pengukuran beda tinggi sesuai dengan metode kerja
Pemasangan profil dan titik dasar serta ketinggian ataupun elevasi, diukur
atau diambil dari BM setempat dengan cermat dan teliti
Pemasangan patok ataupun CP dilakukan dengan teliti pada tempat yang
aman
Data ukur dan hasil ukur ini akan dituangkan dengan cermat dan teliti
pada gambar melintang dan memanjang, serta gambar lainnya agar
terlihat jelas volume pekerjaan sebenarnya.
4.2.3 Pematokan
a. Alat dan bahan yang digunakan: paku, papan, patok
b. Pelaksanaan cara melakukan pematokan sesuai dengan hasil pengukuran
dan metode kerja
1) Memasang Patok sesuai hasil pengukuran.
a) Penacapan patok ke tanah, Pengukuran ketegakan patok, Penomoran
dan catatan ketinggian patok
b. Pada patok A diikatkan ujung tali dan yang ujung tali lainnya
diikatkan pada patok P.32 panjang tali harus 1,41 meter
c. Beri tanda pada tali dari patok A sepanjang 1 m
d. Tarik tali yang sudah diberi tanda 1 m dari patok A, apabila tali
ditarik ke arah B dan semua tali lurus tegang, maka sudutnya di A
90 dan di B 45o dan arah sumbu akan berbelok 135 sehingga
dapat dipakai ben dengan sudut belokan 45o
1) Penarikan sudut dengan papan sudut
Sudut arah ditetapkan dengan papan yang sudah dibuat sedemikian
rupa, dan sudah merupakan sudut-sudut yang dikehendaki. Dibuat
dari papan ukuran 2 cm x 10 cm atau 3 cm x 8 cm dirakit
merupakan segitiga yang salah satunya bersudut 90o dan yang
lainnya mempunyai sudut 45o, 22o30 dan 11o15 sesuai dengan
standar pabrikan untuk sudut bend yang diproduksi
3) Pada salah satu sudut buatlah sudut sikutnya dengan cara :
Ambil patok dan buat patok tersebut membentuk segi tiga lihat
gambar di atas;
Tarik benang dan ukur jarak patok tersebut dengan jarak 100 cm;
Kemudian lanjutkan untuk menarik dari sudut yang sama ke sisi
patok yang lain, tarik benang dengan jarak 100 cm;
Sehingga jarak antara patok titik 100 cm dan patok titik yang lain
100 cm jika ditarik benang akan memiliki jarak 141 cm;
Maka sudut bangunan yang dibentuk benar-benar siku
(4) Buat sudut siku pada sudut yang lain dengan cara yang
sama;
(5) Pasang tinggi titik patok tersebut dengan sebuah papan dan
diberi tanda angka ketinggian titik patok tersebut.

2) Memeriksa kembali semua patok yang telah terpasang dan elevasinya.


Pemeriksaan pekerjaan terhadap patok-patok yang harus dilakukan oleh
seorang pelaksana lapangan meliputi pekerjaan :
a) Pemeriksaan posisi dan kondisi patok dengan ketinggian dan kemiringan
tetap, (yang dilakukan oleh juru ukur),
b) Pemeriksaan patok secara rutin.
c) Patok yang mengalami pergeseran harus dikembalikan ke kedudukan
semula, dengan melakukan pengukuran ulang.
c. Prosedur melakukan pematokan sesuai dengan hasil pengukuran dan
metode kerja
1) Menyiapkan material patok dengan cermat
2) Menyiapkan cat dan kuwat dengan cermat dan teliti
3) Memasang patok dengan cermat dan teliti
4) Memeriksa stabilitas patok dengan cermat

4.3 Melaksanakan pekerjaan tanah


4.3.1 Pekerjaan pasangan bouwplank
a. Syarat-syarat pasangan bouwplank
Agar tidak terganggu pada waktu pekerjaan galian dan konstruksi, titik
titik pasangan bouwplank (uitset) dibuat agak jauh dari titik aslinya
(sebenarnya) sehingga tidak terganggu oleh mesin-mesin atau pekerja
dan lainnya. Ditetapkan titik-titik tetap yang tidak berubah sebagai acuan.
Selama pekerjaan berlangsung, uitset dapat diulang berkali-kali, hal ini
dapat dilakukan dengan mengukur dari titk-titik tetap

b. Alat dan bahan yang digunakan untuk memasang bouwplank


1) BAHAN
a) Kayu : sebagai bahan utama yang digunakan untuk bouwplank.
b) Tali : sebagai batas yang di kerjakan/sipat datar.
2) ALAT
a) Gerobak : alat yang digunakan untuk mengangkut bahan-bahan.
b) Palu : alatmemukul paku dan kayu
c) Paku : alat pengikat kayu.
d) Sabit : alat menajamkan bagian bawah kayu.
e) Meteran : alat yang digunakan mengukur.
f) Siku : alat yang digunakan untuk menyiku bagian pojok.
g) Unting-unting : alat untuk meluruskan ( vertikal ).
h) Gergaji: alat untuk memotong kayu.
i) Sekro : sebagai alat untuk mengambil pasir.
j) Cetok : sebagai alat untuk meratakan pasir.
k) Timba : sebagai alat untuk memudahkan pengambilan pasir.

c. Tahapan langkah pemasangan bouwplank


1) Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.
2) Siapkan kayu untuk pembatas.
3) Ukur bagian yang akan dikerjakan.
4) Tancapkan kayu pertama dengan menggunakan palu.
5) Pasang kayu penahan kayu utama dengan menggunakan paku.
6) Ukur ketinggian batas bouwplank menggunakan meteran.
7) Pasang kayu pada bagian pojok-pojok bidang yang akan dikerjakaan
dengan menggunakan unting-unting supaya tegak.
8) Pasang tali pada batas bouwplank tadi sampai kayu berikutnya.
9) Sambungkan tali-tali tadi sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan.
10) Periksa kembali ketinggian tali-tali tadi agar pas dengan batas.
d. Cara mengerjakan pemasangan bouwplank sesuai dengan gambar
kerja dan metode kerja
1) Bouwplank dibuat dari papan kayu mendatar ukuran 10 cm X 2 cm (
panjang sesuai gambar kerja ). Ditopang dengan tiang-tiang tegak (
ukuran 5 cm X 5 cm atau sesuai gambar kerja )
2) Bouwplank dipasang 2 sampai 3 meter di luar batas konstruksi jika
penggalian dilakukanmesin, dan 1 sampai 1,5 meter dari lokasi di
luar batas konstruksi jika penggalian oleh tenaga kerja ( disesuaikan
dengan metode kerja). Hal ini dimaksudkan agar bouwplank tidak
rusak/terganggu.
3) Uitset yang penting diberi tanda pada papan horizontal dengan paku
atau irisan gergaji
4) Bagian atas dari papan menunjukkan elevasi, elevasi terkontrol ini
ditulis pada papan horizontal tersebut
5) Tanda dengan warna sering digunakan untuk menunjukkan jenis dan
ukuran konstruksi pada bouwplank
6) Apabila patok uitset telah terpasang dan diperiksa, maka ditarik
benang melalui patok-patok berikutnya untuk menunjukkan garis
konstruksi
e. Prosedur melaksanakan pemasangan bouwplank sesuai dengan
gambar kerja dan metode kerja
1) Ukur bagian yang akan dikerjakan dengan teliti.
2) Tancapkan kayu pertama dengan menggunakan palu dengan teliti.
3) Pasang kayu penahan kayu utama dengan menggunakan paku dengan
teliti.
4) Ukur ketinggian batas bouwplank menggunakan meteran dengan
cermat dan teliti.
5) Pasang kayu pada bagian pojok-pojok bidang yang akan dikerjakaan
dengan menggunakan unting-unting supaya tegak dengan teliti.
6) Pasang tali pada batas bouwplank tadi sampai kayu berikutnya
dengan cermat dan teliti.
7) Sambungkan tali-tali tadi sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan
dengan teliti.
8) Periksa kembali ketinggian tali-tali tadi dengan teliti agar pas dengan
batas , perbaikan atas kesalahan pengukuran mengakibatkan
pembengkakan biaya yang tidak sedikit dan membutuhkan waktu yang
lama untuk memperbakinya

4.3.2Pekerjaan galian tanah


Pekerjaan persiapan dalam pekerjaan galian tanah adalah mempelajari
situasi lapangan dan melengkapi persyaratan yang sudah ditentukan dalam
bestek ;
a. Pertama pemasangan plang proyek
b. Memulai pengukuran pada lokasi pekerjaan, yaitu berupa situasi,
potongan memanjang, potongan melintang, yang dituangkan dalam
gambar, termasuk gambar konstruksi, yang disesuaikan dengan
lapangan, dan disertai dengan foto dokumentasi 0%, juga gambar-
gambar kerja (shop Drawing ).
c. Pada bagian - bagian konstruksi yang kurang jelas harus diperjelas
dengan membuat gambar detailnya, serta menghitung kebutuhan
material / bahan yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan
tersebut.
d. Bersamaan dengan ini mobilisasi dilaksanakan, dan tak kalah
pentingnya adalah membuat MC 0 ( Mutual Chek Nol ) sehingga
penempatan dana dapat dikontrol dengan baik dan terukur.
e. Terakhir apabila pekerjaan ini sudah selesai secara keseluruhan kita
lakukan demobilisasi dan yang lebih penting lagi harus dibuat
gambar aktualnya dan foto dokumentasi 100% yang diikuti dengan
final quantity. Pembuatan foto dokumentasi
f. Ukuran dan satuan
1) Peil (0,00) ditetapkan pada waktu peninjauan dilapangan.
2) Semua ukuran dalam gambar dan bestek dinyatakan dalam M
(Meter), CM (Centi Meter), MM (MiliMeter). Ukuran diatas
dinyatakan dengan tanda + (Plus) dan bawah dinyatakan
dengan tanda (Min).
3) Jika dalam gambar dan bestek terdapat perbedaan
ukuran tidak jelas atau kurang, dapat ditanyakan kepada
pengawas.
4) Dalam pelaksanaan pekerjaan semua ukuran harus dibuat
seteliti mungkin.

a. Persyaratan pelaksanaan pekerjaan galian ;


1) Penggalian harus dilakukan untuk mencapai garis elevasi permukaan
dan kedalaman-kedalaman yang diperlukan untuk pondasi, lantai dan
lain-lain yang di persyaratkan atau diperlihatkan maupun diindikasikan
pada gambar-gambar dengan cara sedemikianrupa sehingga
pekerjaan ini dapat selesai dengan baik sesuai dengan spesifikasi ini.
2) Penggalian tanah mencakup pemindahan tanah serta batu-batuan lain
yang di jumpai dalam pekerjaan.
3) Penggalian untuk pondasi harus mempunyai lebar yang cukup untuk
pembangunan maupun memindahkan rangka/bekesting yang
diperlukan, dan juga untuk mengadakan pembersihan.
4) Kalau terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk dasar pondasi
sehingga dicapai kedalaman yang melebihi apa yang tertera dalam
gambar, maka kelebihan dari pada galian harus di urug kembali dengan pasir.
Biaya akibat pekerjaan tersebut ditanggung oleh
Kontraktor.
5) Lapisan atau hasil galian daerah pembangunan yang dipakai kembali,
ditimbun ditempat yang ditunjuk dan atas persetujuan Pengawas untuk
digunakan dalam pekerjaan lanscaping.
6) Kalau dijumpai akar-akar/bahan yang bisa melapuk pada keadaan
yang diperlihatkan dalam gambar-gambar maka-akar.bahan tersebut
harus diangkat dan di urug kembali dengan pasir selanjutnya
dilembabkan dan dipadatkan.
7) Galian pondasi dipadatkan hingga mencapai 90% dari kepadatan
tanah asal. Pengetesan tanah galian dilakukan Pengawas dengan
menggunakan alat yang memadah

b. Tahapan langkah mengerjakan galian tanah


1) Membaca gambar kerja;
2) Menyiapkan peralatan kerja;
3) Membuat tanda batas tanah yang akan digali ;
4) Menyiapkan tenaga kerja;
5) Menyiapkan lokasi penampungan tanah galian ;
6) Melaksanakan penggalian tanah, sesuai dengan gambar kerja;
7) Memindahkan tanah galian ke tempat yang telah disiapkan
c. Pelaksanaan mengerjakan pekerjaan galian tanah sesuai dengan
gambar kerja dan metode kerja
1) Melaksanakan pekerjaan galian tanah sesuai gambar kerja
a) Membaca gambar kerja;
Untuk menyiapkan lokasi kerja pekerjaan pondasi, gambar kerja untuk
pekerjaan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang potongan
memanjang , potongan melintang tanah yang akan digali sesuai hasil
pengukuran, bentuk , ukuran pondasi, bentuk dan ukuran total
konstruksi, luas area pekerjaan
b) Menyiapkan peralatan kerja;
Alat peralatan kerja yang perlu disiapkan untuk pekerjaan pondasi
adalah :
Alat peralatan mekanik, yaitu meliputi beckhoe, dozser, dumptruck,
wheelroller.
Sedang untuk alatperalatan manual, yaitu meliputi, cangkul, scope,
gerobak, linggis, stemper, atau roller.
c) Membuat tanda batas tanah yang akan digali ;
(1) Patok-patok tersebut akan digunakan sebagai acuan kerja bagi
pelaksanaan pekerjaan tanah, baik untuk galian maupun timbunan.
Patok-patok tersebut dibuat oleh juru ukur, dan setiap patok-patok
diberi nomor Sta. Untuk pelaksanaan pekerjaan yang
menggunakan tenaga manusia, maka ptaok-patok ketinggian
tersebut cukup untuk memulai pelaksanaan, karena pekerjaan
galian dan pengurugan dapat menjaga ketinggian patok.
(2) Untuk pekerjaan yang menggunakan alat berat maka patok-patok
akan turut tergusur bersama-sama dengan tanah yang digali, dan
hal ini yang sering menimbulkan permasalahan di lapangan antara
tenaga pengukuran dan operator mekanik alat berat, dan setiap
patok yang hilang harus diganti dengan patok baru, dengan
melakukan pengukuran ulang. Guna menghindari perselisihan,
biasanya juru ukur membuat patok-patok cadangan yang diletakan
diluar jauh diluar batas konstruksi (cukup jauh dari batas
penggusuran), patok-patok ini yang disebut dengan patok
pengawasan (reference stake).
d) Menyiapkan tenaga kerja;
Tenaga kerja yang harus disiapkan oleh pelaksana lapangan
pekerjaan pondasi disesuaikan dengan kebutuhan sebagaimana
diuraikan dalam jadwal mobilisasi. Tenaga kerja yang harus disiapkan
meliputi :
(1) Pelaksana lapangan;
(2) Mandor;
(3) Tukang ;
(4) Pekerja terlatih
(5) Pekerja tidak terlatih.

e) Menyiapkan lokasi penampungan tanah galian ;


(1). Lokasi galian tanah perlu disiapkan karena hasil galian
tanah akan menimbulkan tanah yang menumpuk dan
membutuhkan tempat sementara sebelum dimanfaatkan
untuk timbunan.
(2). Penyiapan lokasi ini diperlukan guna menghimpun tanah
hasil penggalian, diusahakan penumpukan tanah galian
tidak boleh terkonsentrasi dekat galian untuk mengurangi
resiko runtuhan tanah masuk kembali ke dalam galian
pondasi
(3) Penyiapan lokasi penampungan tanah galian juga harus
memperhatikan jalan akses dari dan ke lokasi penimbunan.
(4) Penyiapan lokasi penampungan diupayakan berdekatan
dengan lokasi tanah dasar yang akan dipadatkan
(5) Penyiapan lokasi penampungan tanah galian tidak
mengganggu sirkulasi arus pekerjaan yang lain.
f) Melaksanakan penggalian tanah, sesuai dengan gambar kerja;
Jenis galian yang dilakukan berbentuk galian lubang pondasi
(1) Bila ukuran galian lebih dari 1 m, pelaksana
harus menyediakan tangga sementara, disediakan buat
pekerja sebagai akses turun naik ke dalam penggalian.
(2) Type galian disesuaikan dengan kondisi tanah aktual. Untuk
kondisi tanah dimana koefisien runtuhan tanah kecil dapat
dilakukan sisi galian tegak, jika koefisien runtuhan
tanah besar maka sisi galian miring
Untuk jenis tanah berlumpur, kemungkinan terjadinya
longsoran/runtuhan tanah cukup besar. Karena itu buat galian sisi
miring dan lebar galian dibuat lebih besar dari ukuran dimensi tapak.
Lakukan penambahan cerucuk sebagai turap. Tujuannya supaya
tekanan lumpur akan berkurang ke bekisting.
Untuk galian pondasi kedalaman lebih dari 1 m dimana jenis tanah
adalah tanah runtuhan, pengawas memerintahkan pelaksana segera
melakukan pemasangan struktur penahan tanah (turap).
Untuk galian tanah yang terdapat sumber mata air dibawahnya, harus
menyiapkan mesin pompa air untuk mengeluarkan air tersebut. Begitu
juga apabila galian menampung air hujan maka sebelum meneruskan
pekerjaan selanjutnya maka air harus dibuang terlebih dahulu.
Selama proses pengalian, harus diperhatikan keselamatan pekerja
yang ada di dalam galian. Pelaksana harus memastikan tersedia orang
yang membuang tumpukan tanah di pinggir galian supaya tanah tidak
bertumpuk. Hal ini untuk menghindari longsoran dimana tanah galian
masuk kembali ke dalam.
Jika proses penggalian sudah selesai, pengawas harus melakukan
pengecekan kembali ukuran dan elevasi kedalaman galian apakah
sudah sesuai dengan gambar rencana.
Setelah proses pengecekan selesai dan sudah memenuhi syarat,
selanjutnya pekerjaan siap dilanjutkan dengan pembuatan lantai kerja.
2) Memindahkan tanah galian ke tempat yang telah disiapkan.
Pengangkutan tanah hasil dari penggalian ke lokasi tempat penampungan
hasil tanah galian, atau pemindahan tanah dari lokasi penampungan ke
tempat pengurugan, dilakukan dengan menggunakan alat yang sederhana
seperti gerobak sorong hingga ke alat berat seperti wheeldozer dan
dumptruck.

d. Prosedur melaksanakan pekerjaan galian tanah sesuai dengan gambar


kerja dan metode kerja
1) Membaca gambar kerja, dengan cermat dan teliti
2) Melaksanakan penggalian tanah, dengan cermat dan teliti sesuai dengan
gambar kerja;
3) Memindahkan tanah galian ke tempat yang telah disiapkan dengan
Cermat
4.3.3 Pekerjaan penimbunan
a. Persyaratan pekerjaan timbunan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

Faktor untuk menjadikannya


Keadaan
Jenis tanah Keadaan Keadaan Keadaan
sekarang
alam lepas padat
Alam 1,00 1,11 0,95
Pasir Lepas 0,90 1,00 0,86
Padat 1,05 1,17 1,00
Alam 1,00 1,25 0,90
Tanah biasa Lepas 0,80 1,00 0,72
Padat 1,11 1,39 1,00
Alam 1,00 1,43 0,90
Tanah liat Lepas 0,70 1,00 0,63
Padat 1,11 1,59 1,00

b. Tahapan langkah mengerjakan penimbunan


1) Timbunan tanah perbaikan yang akan didirikan pondasi di atasnya harus
dilakukan secara lapis per lapis (layer per layer), dan timbunan digunakan
bahan/ material timbunan yang telah memenuhi syarat spesifikasi teknis.
Lapisan yang ditentukan untuk setiap kali dilakukan timbunan sebesar 20
cm tanah padat, dan jika timbunan padat tersebut dihasilkan dari < 60 %
timbunan, maka setiap menimbun untuk tanah pada 20 cm dibutuhkan
tanah timbunan setinggi 50 cm.
2) Pengujian terhadap kepadatan tanah timbunan dilakukan oleh juru
laboratorium tanah dengan menggunakan alat sandcone
c. Cara mengerjakan penimbunan sesuai dengan gambar kerja spesifikasi
teknis dan metode kerja
1) Material urugan mulai disebarkan dengan bantuan alat bulldozer.
2) Setelah disebarkan dan diratakan maka diikuti dengan pemadatan lapis
demi lapis dengan menggunakan Vibrator Roller
3) Memeriksa hasil pekerjaan timbunan tanah
4) Menghitung volume total tanah timbunan yang digunakan (terlaksana)
5) Mendokumentasikan seluruh kegiatan pekerjaan timbunan tanah
Yang harus didokumentasikan pada pekerjaan timbunana adalah :
a) Momen persiapan lokasi yang akan ditimbun;
(1) Ambil gambar/foto patok-patok persiapan pekerjaan timbunan
(2) Ambil gambar/foto pekerjaan pengukuran timbunan
(3) Lampirkan surat perintah kerja timbunan
(4) Lampirkan program kerja pekerjaan timbunan
(5) Lampirkan blanko bukti pemeriksaan pekerjaan timbunan
b) Momen penghamparan layer per layer;
(1) Ambil gambar/foto material timbunan
(2) Ambil gambar/ foto alat pengangkut material timbunan
3) Ambil gambar/ foto pemuatan material ke dumptruck
(4) Ambil gambar/ foto pembuangan material timbunan lapis per lapis
(5) Buat catatan jumlah ritasi dan volume material
(6) Ambil gambar/ foto penggusuran/ hamparan
(7) Ambil gambar/ foto hasil penghamparan setiap lapis
c) Momen perataan dan pemadatan.
(1) Ambil gambar/ foto peralatan pemadatan
(2) Ambil gambar/ foto proses pemadatan dengan lintasan
(3) Buat catatan jumlah lintasan pemadatan
(4) Ambil gambar/ foto pengukuran ketebalan hasil pemadatan lapis
per lapis
c. Pelaksanaan mengerjakan penimbunan sesuai dengan gambar kerja
spesifikasi teknis dan metode kerja
Perlu diingat sebelum pekerjaan galian maupun timbunan harus didahului
dengan pekerjaan clearing dan grubbing, maksudnya adalah agar lokasi yang
akan dilakerjakan tidak mengandung bahan organik dan benda-benda yang
mengganggu proses pemadatan. Timbunan dilaksanakan lapis demi lapis
dengan ketebalan tertentu dan dilakukan proses pemadatan.
1) Proses penimbunan dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
a) Timbunan biasa
Pada timbunan biasa ini material atau tanah yang biasa digunakan
berasal dari hasil yang telah memenuhisyarat.
b) Timbunan pilihan
Pada pekerjaan timbunan ini tanah yang digunakan berasal dari luar
yang biasa disebut borrowpitt. Tanah ini digunakan apabila nilai CBR
tanah dari timbunan kurang dari 6%.
2) Pelaksanaan mengerjakan timbunan
a) Mengangkut material dari quary menuju lokasi dengan menggunakan
Dump Truck.
b) Menumpahkan material pada lokasi tempat dimana akan
dilaksanakan pekerjaan penimbunan.
3) Penghamparan dan pemadatan
a) Penyiapan tempat kerja
Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan
yang tidak diperlukan harus dibuang.
b) Bilamana tinggi timbunan satu meter atau kurang, dasar pondasi
timbunan harus dipadatkan (termasuk penggemburan dan
pengeringan atau pembasahan bila diperlukan) sampai 15 cm bagian
permukaan atas dasar pondasi memenuhi kepadatan yang
disyaratkan untuk timbunan yang ditempatkan diatasnya.
c) Bilamana timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau
ditempatkan di atas timbunan lama atau yang baru dikerjakan, maka
lereng lama harus dipotong bertangga dengan lebar yang cukup
sehingga memungkinkan peralatan pemadat dapat beroperasi di
daerah lereng lama sesuai seperti timbunan yang dihampar horizontal
lapis demi lapis.
4) Penghamparan timbunan
a) Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan
disebar dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan
memenuhi toleransi tebal lapisan yang disyaratkan. Bilamana
timbunan dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut
sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya.
b) Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber
bahan ke permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan
disebarkan. Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya
tidak diperkenankan, terutama selama musim hujan.
c) Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus
dilaksanakan dengan sistematis dan secepat mungkin segera setelah
pemasangan pipa atau struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan kembali,
diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 8 jam setelah
pemberian adukan pada sambungan pipa atau pengecoran struktur
beton gravity, pemasangan pasangan batu gravity atau pasangan
batu dengan mortar gravity. Sebelum penimbunan kembali di sekitar
struktur penahan tanah dari beton, pasangan batu atau pasangan
batu dengan mortar, juga diperlukan waktu perawatan tidak kurang
dari 14 hari.

5) Pemadatan timbunan
a) Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap
lapis harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan
disetujui sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan.
b) Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana
kadar air bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air
optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum. Kadar air optimum
harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering
maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan
SNI 03-1742-1989.
c) Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti
yang disyaratkan, diuji kepadatannya sebelum lapisan berikutnya
dihampar.
d) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju
ke arah sumbu dalam sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan
menerima jumlah usaha pemadatan yang sama..
e) Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan
pemadat mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal
dengan tebal gembur tidak lebih dari 15 cm dan dipadatkan dengan
penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper) manual dengan berat
minimum 10 kg.
f) Pemadatan di bawah maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian
khusus untuk mencegah timbulnya rongga-rongga dan untuk
menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya.
g) Timbunan pilihan di atas tanah rawa mulai dipadatkan pada batas
permukaan air dimana timbunan terendam, dengan peralatan yang
disetujui.
6) Ketentuan kepadatan untuk timbunan tanah
a) Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah
dasar harus dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering
maksimum yang ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk
tanah yang mengandung lebih dari 10 % bahan yang tertahan
pada ayakan , kepadatan kering maksimum yang diperoleh
harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize)
tersebut.
b) Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi
tanah dasar harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari
kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai dengan SNI
03-1742-1989.
c) Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan
yang dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil
setiap pengujian menunjukkan kepadatan kurang dari yang
disyaratkan maka Kontraktor harus memperbaiki.
d) Untuk timbunan, paling sedikit 1 rangkaian pengujian bahan yang
lengkap harus dilakukan untuk setiap 1.000 m3 bahan timbunan
yang dihampar.
e) Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat
lebih dari 20 cm atau dalam lapisan dengan tebal padat kurang
dari 10 cm.
d. Prosedur melaksanakan pekerjaan penimbunan sesuai dengan gambar
kerja spesifikasi teknis dan metode kerja
1) Metode kerja timbunan sesuai prosedur dilakukan dengan cermat
2) Memeriksa hasil pekerjaan timbunan tanah dengan cermat dan teliti
3) Menghitung volume total tanah timbunan dan kebutuhan alat yang
digunakan (terlaksana) dengan cermat dan teliti
4) Mendokumentasikan seluruh kegiatan pekerjaan timbunan tanah
dengan cermat
4.4 Melaksanakan pekerjaan pondasi batu kali
Lingkup pekerjaan meliputi ;
a. Pekerjaan persiapan permukaan dasar tanah pondasi
b. Pekerjaan pasangan profil pondasi batu kali
c. Pekerjaan pasangan pondasi batu kali
4.4.1 Pekerjaan persiapan permukaan dasar tanah pondasi
a. Peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan persiapan tanah pondasi
1) Pacul
2) Sekop
3) Gerobak
4) Meteran, benang
5) Papan

b. Pelaksanaan mengerjakan pekerjaan persiapan tanah pondasi


sesuai dengan gambar kerja spesifikasi teknis, dan metode kerja
Tahap-tahap pekerjaan persiapan/galian tanah pondasi
1) Penggalian tanah untuk pondasi setempat dilakukan secara hati-hati
serta harus mengetahui ukuran panjang, lebar dan kedalaman
pondasi.
2) Tebing dinding galian tanah pondasi dibuat dengan perbandingan 5:1
untuk jenis tanah yang kurang baik dan untuk jenis tanah yang stabil dapat
dibuat dengan perbandingan 1:10 atau dapat juga dibuat tegak
lurus permukaan tanah tempat meletakkan pondasi.
3) Dalamnya suatu galian tanah ditentukan oleh kedalamnya tanah
padat/tanah keras dengan daya dukung yang cukup kuat, min 0.5
kg/cm2 , bila tanah dasar masih jelek, dengan daya dukung yang
kurang dari 0.5 kg/cm2, maka galian tanah harus diteruskan, sampai
mencapai kedalaman tanah yang cukup kuat, dengan daya dukung
lebih dari 0.5 kg/cm2 atau kedalaman galian sesuai dengan gambar
kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
4) Pondasi tidak boleh dipasang sebagian di tanah keras sebagian tanah
lembek
5) Lebar dasar galian tanah pondasi hendaknya dibuat lebih lebar dari
ukuran pondasi agar tukang lebih leluasa bekerjanya
6) Semua galian tanah harus ditempatkan diluar dan agak jauh dari
pekerjaan penggalian agar tidak mengganggu pekerjaan.

c. Prosedur mengerjakan pekerjaan persiapan tanah pondasi sesuai


dengan gambar kerja spesifikasi teknis, dan metode kerja
1) Gali tanah untuk pondasi dengan cermat dan teliti, sampai mencapai
tanah yang cukup keras atau mempunyai daya dukung minimum 0,5
kg/cm2 sesuai dengan gambar kerja spesifikasi teknis, dan metode
kerja
2) Buat perbandingan dinding tanah galian atau tegak lurus dengan
cermat dan teliti sesuai dengan gambar kerja spesifikasi teknis, dan
metode kerja
3) Buat tanah galian lebih lebar dari ukuran pondasi dengan cermat dan
teliti sesuai dengan gambar kerja spesifikasi teknis, dan metode kerja
4.4.2 Pekerjaan pasangan profil pondasi batu kali
a. Persyaratan pekerjaan pemasangan profil pondasi
1) Telah terpasang bouwplank
2) Kerangka profil tidak boleh bergeser baik arah vertical maupun
horizontal
3) Terpasang tegak lurus
4) As profil harus berhimpit dengan as pondasi batu kali
b. Alat dan bahan untuk pekerjaan pemasangan profil pondasi
1) Kayu kaso atau bambu
2) Paku
3) Meteran
4) Benang
c. Pelaksanaan memasang profil pondasi sesuai dengan gambar kerja,
spesifikasi teknis, dan metode kerja
1) Pasang patok batu untuk memasang profil (2 patok untuk tiap profil).
Profil dipasang pada setiap ujung lajur pondasi.
2) Pasang bilah batu datar pada kedua patok,setinggi profil.
3) Pasang profil benar-benar tegak lurus dan bidang atas profil datar.
Usahakan titik tengah profil tepat pada tengah-tengah galian yang
direncanakan dan bidang atas profil sesuai peil pondasi.
4) Ikat profil tersebut pada bilah datar yang dipasang antara 2 patok dan
juga dipaku agar lebih kuat.
5) Pasang patok sokong, miring pada tebing galian pondasi dan ikatkan
dengan profil, sehingga menjadi kuat dan kokoh.
6) Cek ketegakan / posisi profil dan ukuran-ukurannya, perbaiki jika ada
yang tidak tepat,demikian juga peilnya
d. Prosedur memasang profil pondasi sesuai dengan gambar kerja,
spesifikasi teknis, dan metode kerja
1) Pasang patok batu untuk memasang profil. Profil dipasang dengan cermat
dan teliti pada setiap ujung lajur pondasi.
2) Pasang profil dengan cermat dan teliti
3) Ikat profil dengan cermat dan teliti
4) Pasang patok sokong demgan cermat dan teliti

4.4.3 Pekerjaan pasangan pondasi batu kali


a. Alat dan bahan yang digunakan dalam pekerjaan pondasi batu kali
1) BAHAN
a) Pasir : sebagai bahan utama dalam pembuatan campuran.
b) Semen : sebagai bahan perekat pada pembuatan campuran.
Air : sebagai bahan pengikat hindrolis semen dan pasir.
c) Batu kali : sebagai bahan dasar untuk pemasangan batu kali
Untuk pondasi dipakai batu kali yang berkualitas baik,
keras, tidak polos dan permukaannya tajam. Batu kali
yang dipakai harus dipecah-pecah sehingga
diameternya antar 30 cm dan minimum 10 cm .

2) ALAT
a) Gerobak : digunakan sebagai alat pengangkut bahan-bahan.
b) Sekrop: digunakan sebagai alat pengambil semen dan pasir.
c) Ayakan : digunakan sebagai alat untuk mengayak pasir.
d) Cetok : digunakan sebagai alat untuk membantu mengayak pasir.
e) Pengaduk molen : digunakan sebagai alat untuk mengaduk campur
semen dan pasir.
f) Bowplank : digunakan sebagai alat untuk menentukan muka
tanah.
g) Benang : sebagai alat untuk pelurus kadataran sederhana.
h) Timba/ember : sebagai tempat adonan.
i) Batu kali

b. Pelaksanaan memasang batu kali sesuai dengan gambar


kerja,spesifikasi teknis, dan metode kerja
1) Ukur tanah yang akan di pasang pondasi, kemudian pasanglah
bowplank untuk menggetahui ketinggian muka tanah setelah itu
pasang benang agar pondasi bisa tegak dan lurus.
2) Gali tanah yang akan di buat pondasi dengan kedalaman sesuai
gambar kerja
3) Bersihkan galian pondasi yang telah dibuat dan control kedalaman dan
lebar galian serta kelurusannya
4) Hamparkan pasir sebagai lapisan dasar pondasi dan dipadatkan
dengan menggunakana alat stamper sehingga mempunyai permukaan
yang rata dengan tebal 20 cm apabila pasirnya kering pada saat
pemadatan, lakukan penyiraman dengan air secukupnya untuk
mendapatkan kelembaban yang optimum
5) Setelah padat siramlah dengan air hingga jenuh
6) Pasang profil pondasi secara kuat pada ujung-ujung pondasi
7) Landasan tanah tersebut diberi anstamping ( pasangan pondasi batu
kosong ) dengan ketinggian minimum 20cm, dengan posisi batu tegak
sesuai gambar kerja.
8) Taburkan pasir serta siram air sampai celah-celah batu datar dapat
terisi penuh
9) Rentangkan benang sisi luar rencana pondasi antara profil dengan
profil setinggi 30 cm
10) Susun batu kali tersebut diatas anstamping , batu kali/gunung harus
disusun sedemikian rupa sehingga dudukannya kokoh serta terikat
baik satu sama lainnya dengan adukan. Ukuran kedalaman, dan lebar
pondasi batu kali/gunung dibuat sesuai gambar rencana . Untuk keperluan
kemudahan pemasangan pipa saluran air bersih, air hujan
kabel-kabel dan lain-lain yang menembus pondasi dapat dipasang
bahan lunak yang mudah dibuka. Dimensi pondasi batu kali/gunung
disesuaikan dengan gambar rencana. Tidak diperkenangkan
melakukan pelubangan pada sloef dan pondasi.
11) Pasir dan semen di campur dengan menggunakan perbandingan 1pc :
5psr kemudian campur dengan air secukupnya sebagai pengikat
dengan menggunakan alat pengaduk molen
12) Setelah semuanya tercampur dengan baik tuangkan campuran
tersebut ke dalam batu kali yang tersusun tadi sambil di padatkan
dengan menggunakan tongkat besi agar campuran tersebut memadati
lobang-lobang yang berada di podasi batu kali tersebut.
13) Setelah itu tunggu pasangan batu kali tersebut hingga mengeras dan
siap untuk di beri beban di atasnya.
14) Setelah pondasi batu kali selesai dibuat balok sloof, disamping
menghubungkan di antara kolom, juga berfungsi untuk meratakan
beban yang diterima dari reaksi tekanan lawan pada pondasi dari
dasar tanah dan juga sebagai pendukung beban tembok di atasnya.
Biasanya balok sloof terletak di bawah lantai
3) Prosedur memasang pondasi batu kali sesuai dengan gambar
kerja,spesifikasi teknis, dan metode kerja
a) Gali tanah yang akan di buat pondasi dengan cermat sesuai
kedalaman sesuai gambar kerja
b) Membuat anstamping ( pasangan pondasi batu kosong ) dengan
cermat dalam posisi batu tegak sesuai gambar kerja.
c) Susun batu kali tersebut diatas anstamping dengan teliti dan cermat
d) Pasir dan semen di campur dengan cermat dengan menggunakan
perbandingan 1pc : 5psr kemudian campur dengan air secukupnya.
Setelah semuanya tercampur dengan baik tuangkanngan cermat dan
teliti decampuran tersebut ke dalam batu kali yang tersusun sebagai
pengikat
e) Setelah pondasi batu kali selesai dibuat balok sloof, dengan cermat
dan teliti

4.5 Melaksanakan pekerjaan pondasi pelat jalur


Lingkup pekerjaan meliputi ;
a. Pembuatan lantai kerja
b. Pembuatan dan perakitan tulangan pondasi pelat jalur dan stek kolom
c. Pembuatan dan perakitan cetakan/acuan beton pondasi
d. Pekerjaan pengecoran beton pondasi pelat jalur
Pondasi pelat beton lajur atau jalur digunakan bila luas penampang yang
menggunakan
pondasi pelat setempat terlalu besar. Karena itu luas penampang tersebut
dibagi dengan
cara memanjangkan lajur agar tidak terlalu melebar
Pondasi ini lebih kuat jika dibanding dua jenis pondasi dangkal lainnya. Ini
disebabkan
seluruhnya terbuat dari beton bertulang. Harganya lebih murah dibandingkan
dengan
pondasi batu kali untuk bangunan rumah bertingkat.
Ukuran lebar pondasi pelat lajur sama dengan lebar bawah pondasi batu kali,
yaitu 70 -
120 cm. Ini disebabkan fungsi pondasi pelat lajur adalah menggantikan pondasi
batu
belah bila batu belah sulit didapat, atau memang sudah ada rencana
pengembangan
rumah ke atas.
1) Kelebihan Pondasi Plat Beton Lajur
a) Pondasi ini lebih murah bila dihitung dari sisi biaya.
b) Galian tanah lebih sedikit karena hanya berada di titik yang terdapa kolom
strukturnya.
c) Penggunaannya pada bangunan bertingkat lebih handal dibanding pondasi
batu
belah, baik sebagai penopang beban vertikal maupun gaya horizontal seperti
gempa, angin, ledakan dan lain-lain

2) Kekurangan Pondasi Plat Beton Lajur


a) Harus dipersiapkan bekisting atau cetakan terlebih dulu (Persiapan lebih
lama).
b) Diperlukan waktu pengerjaan lebih lama (harus menunggu beton kering/
sesuai
umur beton).
c) Tidak semua tukang bisa mengerjakannya.
d) Diperlukan pemahaman terhadap ilmu struktur.
e) Pekerjaan rangka besi dibuat dari awal dan harus selesai setelah dilakukan
galian tanah.
4.5.1 Pembuatan lantai kerja
Sebelum adukan beton lantai kerja dicorkan, lapisan urugan pasir setebal
10 cm di bawahnya, harus disiram air lebih dahulu sampai kenyang hingga
pemadatan pasir menjadi sempurna
a. Alat dan bahan yang digunakan untuk mengerjakan lantai kerja
2) Alat
1) Tabung mollen (mixer)
2) Membuat kotak takaran untuk perbandingan material yaitu dari
kayu dan juga dapat mempergunakan ember sebagai ukuran
perbandingan
3) Wadah/tempat (kotak spesi) hasil pengecoran yang dibuat dari
kayu atau seng/pelat
2) Bahan
a) Air
b) Portland camen
c) Kerikil/Batu Pecah
d) Pasir
b. Fungsi lantai kerja pada pekerjaan pondasi pelat jalur
1) Sebagai bekisting pondasi pelat jalur
2) Sebagai penahan air tanah masuk ke dalam pengecoran beton
3) Sebagai penahan air pengecoran beton masuk ke tanah
c. Pelaksanaan mengerjakan lantai kerja sesuai dengan gambar kerja,
spesifikasi teknis, dan metode kerja
1) Dasar tanah lantai kerja harus padat, cukup lebar dan diletakkan
pada lapisan tanah keras;
2) Tidak boleh dipasang sebagian pada tanah keras dan sebagian lagi
pada tanah lemek;
3) Dipasang menerus di bawah pondasi, setebal +/- 5 cm
4) Lantai kerja dibuat dari bahan (link concrete) beton tidak bertulang/
beton tumbuk/rabat beton dibuat dengan adukan 1 PC : 3 Psr : 5 Krl
atau beton yang mempunyai mutu beton < mutu beton pondasi
pelat
5) Seluruh panjang lantai kerja harus tetap diletakkan pada kedalaman
yang sama
d. Prosedur mengerjakan lantai kerja sesuai dengan gambar kerja,
spesifikasi teknis, dan metode kerja
1) Dasar tanah lantai kerja harus padat dan pada lapisan tanah keras
2) Dipasang menerus di bawah pondasi dengan cermat
3) Seluruh panjang lantai kerja harus tetap diletakkan dengan cernmat
pada kedalaman yang sama
4.5.2 Pembuatan dan perakitan tulangan pondasi pelat jalur dan stek kolom
a. Jenis dan persyaratan tulangan pelat pondasi pelat jalur dan stek
kolom
1) Jenis tulangan pelat pondasi ada dua jenis yaitu Besi dengan bentuk
yang polos dan Besi Ulir, pada besi polos bentuk penampangnya tidak
bersirip dengan permukaan yang licin serta bundar sementara Besi ulir
memiliki bentuk bersirip memanjang dengan pola tertentu sesuai
dengan pilihan pada proses pembuatannya

2) Persyaratan
a) Besi beton yang dipakai bermutu U-24. (SI.1). ukuran-ukurannya
diameter besi beton yang terpasang harus sesuai dengan gambar
kerja dan syarat-syarat (RKS), Penggatian diameter tulangan
tidak diperkenankan.
b) Besi beton bekas dan yang sudah berkarat tidak diperkenankan
dipakai dalam konstruksi. Besi beton harus bebas dari sisik, karat
dan lain-lain lapisan yang dapat mengurangi daya lekatnya pada
beton
c) Ikatan besi beton harus rapih dan kuat, bahan untuk pengikat
adalah kawat beton dengan diameter minimum 1mm.
d) Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta,
maka disamping adanya sertifikat dari pabrik, juga diminta harus
ada sertifikat dari laboratorium.

b. Pelaksanaan mengerjakan tulangan pondasi pelat jalur dan stek


kolom sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode
kerja
1)Perakitan tulangan
a) Mengukur panjang untuk masing-masing tipe tulangan yang
dapat diketahui dari ukuran pondasi jalur.
b) Mendesign bentuk atau dimensi dari tulangan pondasi jalur,
dengan memperhitungkan bentuk-bentuk tipe tulangan yang
ada pada pondasi jalur tersebut.
c) Merakit satu per satu bentuk dari tipe tulangan pondasi dengan
kawat pengikat agar kokoh dan tulangan tidak terlepas
d) Perakitan tulangan dilakukan di luar tempat pengecoran agar
setelah dirakit dapat langsung dipasang dan proses pembuatan
pondasi dapat berjalan lebih cepat
e) Untuk penggambaran perakitan penulangan dapat dilihat pada
lampiran

2) Pemasangan Tulangan
a) Hasil rakitan tulangan dimasukan kedalam tanah galian dan
diletakkan tegak turus permukaan tanah dengan bantuan
waterpass.
b) Rakitan tulangan ditempatkan tidak langsung bersentuhan
dengan dasar tanah, jarak antara tulangan dengan dasar tanah
40 mm, yaitu dengan menggunakan pengganjal yang di buat
dari batu kali disetiap ujung sisi/tepi tulangan bawah agar ada
jarak antara tulangan dan permukaan dasar tanah untuk
melindungi/melapisi tulangan dengan beton (selimut beton) dan
tulangan tidak menjadi karat.
c) Di titik-titik keberadan kolom dipasang stek kolom sesuai
dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
d) Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka
dapat langsung melakukan pengecoran.

c. Prosedur mengerjakan tulangan pondasi pelat jalur dan stek kolom


sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
1) Perakitan tulangan pondasi dengan cermat dan teliti sesuai dengan
gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
2) Pemasanangan rakitan tulangan pondasi dengan cermat dan teliti
sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
3) Pemasangan stek kolom dengan cermat dan teliti sesuai dengan
gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja

4.5.3 Pembuatan dan perakitan cetakan/acuan beton pondasi


a. Fungsi dan persyaratan cetakan/acuan beton pondasi
1) Fungsi
Suatu konstruksi bantu yang bersifat sementara yang digunakan
untuk mencetak beton yang akan di cor, di dalamnya atau diatasnya.
2) Persyaratan
a) Memenuhi suatu syarat konstruksi
b) Murah dan kuat
c) Tidak meresap air
d) Mudah dibongkar
e) Tidak bocor
f) Bersih dari kotoran yang dapat mengganggu proses pembetonan

b. Alat dan bahan untuk mengerjakan cetakan/acuan


1) Alat
a) Palu
b) Obeng
c) Paku, baut dan klem besi
d) Cat meni, paselin, dan stempet agar cetakan/acuan tidak melekat
3) Bahan
a) Kayu ( papan, triplex, multiplex )
b) Besi
c) Fiber glass ( terutama untuk bentuk-bentuk khusus )

c. Pelaksanaan mengerjakan cetakan/acuan pondasi pelat jalur sesuai


dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
1) Cetakan/acuan pondasi pelat agar beton yang dihasilkan tidak
melengkung maka waktu membuatnya, jarak sumbu tumpuan harus
memenuhi persyaratan tertentu, sesuai dengan gambar kerja,
spesifikasi teknis, dan metode kerja
2) Papan cetakan disusun secara rapih berdasarkan bentuk beton yang
akan di cor.
3) Papan cetakan dibentuk dengan baik dan ditunjang dengan tiang agar
tegak lurus tidak miring dengan bantuan alat waterpass.
4) Papan cetakan tidak boleh bocor
5) Papan-papan disambung dengan klem / penguat / penjepit
6) Paku diantara papan dipasang secara berselang - seling dan tidak
segaris agar tidak terjadi retak.

d. Prosedur mengerjakan cetakan/acuan pondasi pelat jalur sesuai


dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja:
1) Dibuat jarak sumbu tumpuan cetakan/acuan memenuhi persyaratan
tertentu dengan cermat dan teliti sesuai dengan gambar kerja,
spesifikasi teknis, dan metode kerja
2) Papan cetakan disusun dan dibentuk dengan cermat dan teliti sesuai
dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
3) Papan-papan disambung dengan klem/penguat/penjepit dengan
cermat dan teliti sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan
metode kerja
4.5.4 Pekerjaan pengecoran beton pondasi pelat jalur
a. Alat dan bahan untuk pengecoran beton pondasi pelat jalur
1) Alat
a) Tabung mollen (mixer)
b) Membuat kotak takaran untuk perbandingan material yaitu dari
kayu dan juga dapat mempergunakan ember sebagai ukuran
perbandingan
c) Wadah/tempat (kotak spesi) hasil pengecoran yang dibuat dari
kayu atau seng/pelat
2) Bahan
a) Air
b) Portland camen
c) Kerikil/Batu Pecah
d) Besi Beton
1) Pasir
b. Persyaratan dan pembuatan adukan beton untuk pondasi pelat jalur
a. Persyaratan
a) Kualitas/mutu beton tergantung dari kualitas bahan-bahan pembuat
beton dan perbandingannya
b) Semua pekerjaan konstruksi beton pada bangunan dikerjakan
dengan mutu beton K -225. Semua pekerjaan konstruksi beton
harus memenuhi syarat-syarat dalam SNI 03-2834-2000
c) Adukan beton harus benar-benar rata dan matang dengan
menggunakan Ready Mix .
d) Untuk beton konstruksi bermutu K-175 dapat dilakukan dengan
cara manual.
e) Pengecoran beton dapat dilakukan setelah cara pemasangan
pembesian disetujui oleh Direksi Pelaksanaan secara tertulis dan
tersedian cukup bahan, perlatan serta tenaga
b. Pembuatan adukan beton untuk pondasi pelat jalur
a) Cara manual ( Pembuatan adukan beton di tempat )
(1) Membuat kotak takaran untuk perbandingan material yaitu dari
kayu dan juga dapat mempergunakan ember sebagai ukuran
perbandingan
(2) Membuat wadah/tempat (kotak spesi) hasil pengecoran yang
dibuat dari kayu atau seng/pelat dengan ukuran tinggi x lebar x
panjang adalah 22 cm x 100 cm x 160 cm dapat juga dibuat
dari pelat baja dengan ukuran tebal 3 mm x 60 cm x 100 cm.
(3) Mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan untuk
pengecoran seperti: semen, pasir, split, serta air dan juga
peralatan yang akan digunakan untuk pengecoran.
(4) Membuat adukan/pasta dengan bantuan mollen (mixer)
dengan perbandingan volume 1:2:3 yaitu 1 volume semen
berbanding 2 volume pasir berbanding 3 volune split serta air
secukupnya.
(5) Bahan-bahan adukan dimasukan kedalam tabung dengan
urutan: pertama masukan pasir, kedua semen portand, ke tiga
split dan biarkan tercampur kering dahulu dan baru kemudian
ditambahkan air secukupnya
(6) Setelah adukan benar-benar tercampur sempurna kurang
lebih selama 4-10 menit, maka material tersebut berubah
dalam bentuk pasta, setelah menjadi pasta tabung mollen
(mixer) dibalikan dan tuangkan kedalam kotak spesi
b) Cara pembuatan adukan beton dapat dilakukan di pabrik (
Readymix )
(1) Beton merupakan persenyawaan yang terdiri dari agregat, air,
semen dan zat tambahan jika diperlukan syarat khusus maka
kendali proporsi material beton harus direncanakan.
(2) Menurut aturan yang berlaku di Indonesia SNI 03-2834-2000
dan secara teoritis perencanaan campuran beton bukanlah
hal yang mudah, diperlukan laboratorium untuk
menganalisa material yang akan digunakan dan juga
diperlukan laboraturium untuk menguji hasil perencanaan
campuran beton
(3) Sebelum adukan beton dibuat, terlebih dahulu membuat
benda uji, dengan komposisi material beton yang
direncanakan, Komposisi yang berbeda-beda di antara bahan
baku beton mempengaruhi sifat beton yang dihasilkan pada
akhirnya. Pembagian ini biasanya diukur dalam satuan berat.
Pengukuran berdasarkan volume juga sebenarnya bisa, dan
lebih banyak dilakukan pada konstruksi skala kecil, misalnya
rumah tinggal.
(4) Proses pembuatan beton ready mix pada dry mix batching
plant adalah sebagai berikut:

Penyediaan material yang diperlukan untuk membuat beton


ready mix diantaranya agregat kasar, agregat halus,
semen, fly ash (additive) bila diperlukan, air, dan bahan
admixture.
Pengambilan dan pengangkutan material untuk agregat
kasar dan agregat halus dengan menggunakan wheel
loader. Material yang berupa pasir dan kerikil yang berada
pada tempat penumpukan material diambil dengan bucket
dan diangkut dengan menggunakan wheel loader,
kemudian dimasukan ke bin.
Penimbangan material pada Batching Plant dibagi menjadi
3 (tiga) macam, yaitu:
timbangan untuk agregat, timbangan untuk semen dan
fly ash bila diperlukan, dan timbangan untuk air. Jumlah
masing-masing material yang ditimbang sesuai dengan
jumlah kebutuhan sesuai kapasitas concrete mixer
truck. Dan ditambahkan bahan admixture sesuai
takaran.
Mengalirkan material pada mobil ready mix, setelah
semua material sudah ditimbang sesuai dengan
kebutuhan, selanjutnya kerikil, pasir, semen, fly ash dan
bahan admixture dimasukan satu-persatu ke dalam
concrete mixer truck. Kemudian air ditambahkan ke
dalam concrete mixer truck sesuai dengan jumlah yang
dibutuhkan.
Pencampuran semua material, setelah kerikil, pasir,
semen, bahan admixture, dan air masuk ke dalam drum
concrete mixer truck, tahap selanjutnya adalah
pencampuran (mixing) yang dilakukan di dalam drum
concrete mixer truck. Faktor yang menentukan untuk
mendapatkan adukan beton yang baik adalah prosedur
pengisian, ukuran batch, cara penambahan air,
kecepatan mixer dan jumlah putaran
c. Pelaksanaan cara melakukan pengecoran beton pondasi pelat jalur
sesuai spesifikasi teknis, dan metode kerja
Pelaksanaan pengecoran dimulai setelah dilakukan hasil uji kekentalan (
slump test ) dan pengambilan benda uji silinder untuk pengujian kuat tekan
beton
1) Semua material yang digunakan seperti : semen, air, aggregat kasar,
agregat halus dan besi beton dapat ditest di laboratorium untuk
memeriksa kualitasnya.
2) Slump test : pengujian slump biasa dilakukan untuk mengetahui
workability adukan beton yang ada, Slump adukan beton untuk
pondasi pelat jalur tidak boleh terlalu rendah 12 cm 2 cm
a) Untuk melakukan pengujian slump test ini digunakan beberapa
peralatan sebagai berikut ;
(1) Cetakan yang berbentuk kerucut dengan diameter atas bagian
dalam 10 cm, diameter bagian dalam bawah 20 cm dan tinggi
30 cm
(2) Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm dan panjang 60 cm
dengan ujung bulat terbuat dari bahan baja tahan karat
(3) Pelat besi dengan permukaan rata dan kedap air untuk alas
cetakan kerucut
(4) Sendok semen dan meteran kecil
b) Cara pekerjaan Slump test sebagai berikut ;
(1) Ambil kerucut, besi penumbuk, pelat besi, lori, meteran kecil,
dan sendok aduk dekat dengan truck mixer
(2) Ambil adukan beton dari mesin pengaduk ( beton molen)
dalam lori ( gerobak besi ) secukupnya
(3) Aduk beton dalam lori itu terus agar tidak mengendap
(4) Masukkan adukan beton pada kerucut kira-kira 1/3 bagian lalu
tumbuk pelan-pelan 25 kali, sebelumnya olesi minyak
didalamnya
(5) Masukkan lagi beton untuk lapisan yang kedua kira-kira 2/3
bagian, sebelum memasukkan jangan lupa tetap diaduk
dengan sendok dan tumbuk 25 kali
6) Setelah itu masukkan lagi beton sampai penuh dan ratakan
permukaannya, buang sedikit kelebihannya agar benar-benar
rata lubang kerucut
(7) Diamkan selama 30 detik, setelah itu kerucut baja diangkat
pelan-pelan
(8) Letakkan kerucut di sebelah beton tadi dalam keadaan terbalik
dan taruhlah besi penumbuk itu di muka kerucut atas hingga
lewat sedikit dari beton
(9) Beton akan merosot, turun permukaannya dan ukurlah jarak
merosot itu dengan meteran, penurunan beton dari kerucut
itulah yang disebut slump
3) Pengujian kubus : test kubus dengan compressive strength test
biasanya dilakukan pada umur beton 7 hari, 14 hari dan 28 hari.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui mutu beton yang dihasilkan.
4) Untuk mendapatkan uji kekuatan tekan beton
Uji kuat tekan beton dilakukan untuk mengetahui kekuatan tekan
beton karakteristik yang digunakan apakah telah sesuai dengan
persyaratan. Setiap satu truck mixer dibuatkan 3 buah benda uji.
Satu truck mixer bisa mengangkut 5-7 m3 beton, beton ready mix
yang akan diambil sampelnya sebagai benda uji
a) Pertama-tama siapkan cetakan silinder baja yang berdiameter
15 cm dan tinggi 30 cm. Ambil adukan beton dari truck mixer yang telah sampai
di lokasi proyek dan tempatkan dalam
ember
b) Masukkan 1/3 bagian lapisan pertama adukan beton ke dalam
cetakan silinder dan ditusuk 25 kali dengan menggunakan
tongkat pemadat. Hal ini dilakukan sebanyak tiga lapis hingga
cetakan penuh dan massif.
c) Ratakan permukaannya dan beri tanda pada beton yang akan
diuji. Beton ini dibuat sebanyak 3 buah yaitu untuk 7 hari, 14
hari dan 28 hari
d) Setelah beton mengeras sekurang-kurangnya 24 jam, lepaskan
beton dari cetakannya, kemudian kita rawat dengan cara
meredamnya dalam air selama 7 hari
e) Setelah itu, benda uji diangin anginkan di tempat yang teduh
hingga sesuai dengan umur pengujian. Benda uji pertama
dibawa menuju pengujian laboratorium setelah berumur 7 hari
untuk dilakukan pengujian dengan menggunakan compression
testing machine
f) Benda uji kedua dibawa menuju pengujian laboratorium setelah
berumur 14 dan benda uji selanjutnya dibawa setelah berumur
28 hari untuk dilakukan pengujian dengan menggunakan
compression testing machine
g) Pengujian dengan menggunakan compression testing machine
dilakukan hingga benda uji tersebut pecah dan mesin dimatikan
, dan hasilnya kemudian dibaca pada manometer
5) pengecoran beton pondasi pelat jalur
a) Setelah adukan beton sudah berubah dalam bentuk pasta,
tuangkan pasta kedalam kotak spesi dan tuangkan sedikit demi
sedikit kedalam galian pondasi yang sudah diletakan tulangan dan
setelah pasta masuk kedalam galian pondasi pasta tersebut yang
diratakan dengan sendok spesi/cetok atau menggunakan vibrator
sesuai bentuk pondasi agar tidak ada ruangan yang kosong dan
kerikil/split yang berukuran kecil sampai yang besar dapat masuk
kecelah-celah tulangan.
b) Di atas pondasi pelat menerus harus dipasang balok sloof sebagai
perangkai kaki kolom
a. Prosedur melakukan pengecoran beton pondasi pelat jalur
sesuai spesifikasi teknis, dan metode kerja
1) Setelah bahan material sudah tercampur dalam keadaan kering
kemudian tambahkan air secukupnya dengan cermat dan teliti sampai merata,
maka material tersebut berubah dalam bentuk
pasta
2) Tuangkan pasta tersebut kedalam galian pondasi dengan cermat
dan teliti, dengan cara bertahap sedikit demi sedikit dengan
bantuan sendok spesi/cetok agar semua material bahan
pengecoran dapat masuk ketempat pengecoran yang sudah
diletakkan tulangan dan tidak ada celah yang kosong dan lebih
padat.
3) Setelah itu dibuat balok sloof dengan cermat dan teliti
.6.1 Menentukan titik lobang pondasi
a. Maksud dan tujuan menetapkan titik lobang pondasi bored pile
1) Maksud ditetapkannya titik lobang pondasi untuk mengetahui
koordinat posisi pondasi yang akan dibor
2) Tujuannya untuk menentukan letak pondasi pada posisi yang benar

b. Pelaksanaan menetapkan titik lobang pondasi sesuai dengan


gambar kerja dan metode kerja
1) Menetapkan titik tetap di dekat lokasi pemancangan, dibuat dari
patok pipa atau patok beton
2) Milakukan pengukuran untuk menentukan koordinat titik-titik tiang
pancang
3) Untuk menentukan letak pondasi bored pile pada posisi yang
benar, titik pancang ditempatkan diantara dua titik acuan, fungsinya
sebagai pengontrol ada tidaknya pergeseran titik-titik pondasi,
pergeseran maksimal dari tiang pancang terhadap titik acuan 10
cm
4) Titik pandasi digunakan patok-patok dengan kayu kemudian di
atasnya diikat dengan tali rafia
5) Patok-patok tersebut dibenamkan ke dalam tanah yang sudah
diberi tanda dan yang terlihat hanya tali rafianya saja

c. Prosedur menetapkan titik lobang pondasi sesuai dengan gambar


kerja dan metode kerja
1) Ditetapkan titik tetap di dekat lokasi pemancangan dengan cermat
dan teliti, dibuat dari patok pipa atau patok beton
2) Dilakukan pengukuran dengan cermat dun teliti untuk menentukan
koordinat titik-titik tiang pancang
3) Untuk menentukan letak tiang pancang pada posisi yang benar, titik
pancang ditempatkan diantara dua titik acuan
4.6.2 Pembuatan lobang pondasi
a. Peralatan untuk mengerjakan lobang pondasi bored pile:
1) Excavator
2) Crane
3) Penggerak Bor ( soilmec mekanik )
4) Pipa Bor / Rod
5) Mata bor ( auger )
6) Katrol / Diesel Winch
b. Pelaksanaan mengerjakan lobang pondasi sesuai dengan gambar
kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
1) Dibuat pelat baja sebagai perletakan alat-alat berat,
dimaksudkan agar alat- alat berat tidak ambles jika kekuatan
tanahnya diragukan.
2) Pengeboran awal lobang bored pile dengan auger sesuai dengan
gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
3) Setelah mencapai suatu kedalaman tertentu untuk menghindari
tanah di tepi lubang berguguran perlu di pasang casing
4) Setelah casing terpasang, maka pengeboran dapat dilanjutkan.
5) Setelah mencapai kedalaman tanah keras, pengeboran dihentikan
sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
6) Check jenis tanah hasil pengeboran apakah sudah sama dengan jenis
tanah yang diperkirakan dalam menentukan kedalaman tiang bor
tersebut
7) Buang tanah dan pembersihan bucket
c. Prosedur mengerjakan lobang pondasi sesuai dengan gambar
kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
1) Pengeboran awal lobang bored pile sesuai dengan gambar kerja,
spesifikasi teknis, dan metode kerjadilakukan dengan cermat
2) Pemasangan casing sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis,
dan metode kerjadengan teliti dan cermat
3) Buang tanah dan pembersihan bucket dengan cermat
4.6.3 Pembuatan dan perakitan tulangan pondasi
a. Penjelasan fungsi dan persyaratan tulangan pondasi bored pile
1) Fungsi tulangan pondasi bored pile
Menahan gaya tarik yang terjadi pada pondasi bored pile
2) Persyaratan tulangan pondasi bored pile
a) Tulangan bebas karat
b) Bentuk , ukuran dan mutu tulangan harus yang tercantum dalam
gambar kerja dan Syarat-syarat (RKS) pekerjaan ini
c) Diameter tulangan pondasi 5 - 6 cm < diameter lobang bored
pile
b. Pelaksanaan mengerjakan tulangan pondasi sesuai dengan
gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
1) Ditentukan tempat untuk merakit tulangan, tidak terlalu jauh dari
posisi pengerjaan bor atau masih terjangkau oleh alat- alat berat,
namun jangan sampai mengganggu manuver alat- alat berat itu
sendiri.
2) Membuat Portal dari kayu sebagai perletakan untuk membagi
tulangan mempunyai jarak yang sama dan mengikat sementara
tulangan baja
3) Memberi tulangan sengkang dalam bentuk lingkaran
Roller adalah alat untuk menggulung tulangan spiral jarak / sengkang
spiral. Biasanya yang digunakan untuk spiral adalah tulangan polos
karena baja tulangan ini memiliki sifat elastis. Diameter roller dibuat
lebih kecil dari diameter bored pile sehingga didapat selimut / penutup
beton yang tebalnya sekitar 5, 7.5 cm. Untuk pemotongan dan
pembengkok baja tulangan biasa digunakan mesin potong atau gunting
tulangan konvensional. Untuk mengikat baja tulangan
digunakan kawat beton dengan memakai alat gegep atau tang
5) Pemasangan kerangka Baja Tulangan
a) Kerangka baja tulangan yang telah dirakit diangkat dengan
bantuan diesel winch dalam posisi tegak lurus terhadap lubang
bor dan diturunkan dengan hati-hati agar tidak terjadi banyak
singgungan dengan lubang bor.
b) Baja tulangan yang telah dimasukan dalam lubang bor ditahan
dengan potongan tulangan melintang lubang bor. Apabila
kebutuhan baja tulangan lebih dari 12 meter bisa dilakukan
penyambungan dengan diikat kawat beton dengan panjang
overlap 30 - 40 D atau dengan cara las.
c) Setelah rangka baja tulangan terpasang, pipa tremi disambung
dan dimasukkan kedalam lubang dengan panjang sesuai
kedalaman lubang bor.
d) Apabila pada waktu pemasangan baja tulangan terjadi
singgungan dan terjadi keruntuhan di dalam lubang bor, maka
diperlukan pembersihan ulang dengan memasang head
kombinasi diameter 6 ke diameter 2. Dengan memompakan air
kedalam stang bor dan pipa tremi, maka runtuhan-runtuhan dan
tanah yang menempel pada besi tulangan dapat dibersihkan
kembali.
c. Prosedur membuat dan merakit tulangan pondasi sesuai dengan
gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
1) Membuat Portal dari kayu dengan cermat dan teliti yang fungsinya
untuk membagi tulangan utama mempunyai jarak yang sama dan
mengikat sementara tulangan baja
2) Memberi tulangan sengkang dalam bentuk lingkaran dengan cermat
3) Tulangan diikat dengan sengkang dengan baja pengikat dengan
teliti dan cermat

4.6.4 Pengecoran beton pondasi


a. Alat dan bahan untuk pengecoran beton pondasi bored pile
1) Alat untuk pengecoran beton pondasi bored pile
a) Corong Cor
Corong cor digunakan sebagai penampung adukan beton yang
akan dimasukkan ke dalam pipa tremi. Corong cor ini terbuat dari
plat besi tebal 3 mm dan ber diameter 60 cm. Penyambungan
corong cor dengan pipa tremy memakai sistem drat.
b) Pipa Tremy
Pipa tremi sebagai penghantar adukan beton terbuat dari pipa
galvanis berdiameter 6 dengan ketebalan medium SII, panjang
setiap pipa 2 meter yang disambung dengan sistem drat
c) Alat Bantu
Alat bantu yang sering diperlukan dalam pekerjaan pengeboran
antara lain :
Kunci pipa dan kunci rantai
Kunci pas dan kunci inggris
Cangkul, linggis, ember
Travo las, gerinda potong
Gegep dll.

2) Bahan untuk pengecoran beton pondasi bored pile


a) Beton :
Cement Portland type 1.
Aggregate kasar dari batu pecah / crushed stone ukuran 1 - 2
cm dan 2 - 3 cm.
Aggregate halus / pasir ukuran 0,1 - 4 mm dan bergradasi
baik.
Pencampurannya diaduk memakai mixer dengan
perbandingan volume 1 : 2 : 3 atau disesuaikan dengan hasil
trial mix dari laboratorium.
Catatan : Apabila memungkinkan disarankan memakai beton
readymix .
b) Baja Tulangan :
Untuk tulangan pokok biasanya digunakan besi ulir BJTD 30 -
40
Untuk spiral / sengkang biasanya digunakan besi polos BJTD
24 atau tergantung kebutuhan struktur bangunan diatasnya.
c) Air :
Air yang digunakan adalah air bersih sesuai ketentuan Peraturan
Beton Indonesia .
b. Persyaratan dan pembuatan adukan beton untuk pondasi bored
pile
1) Persyaratan adukan beton
a) Kualitas/mutu beton tergantung dari kualitas bahan-bahan
pembuat beton dan perbandingannya
b) Pekerjaan bored pile dikerjakan dengan mutu beton K 350.
Semua pekerjaan konstruksi beton harus memenuhi syarat SNI
03-2834-2000
c) Adukan beton harus benar-benar rata dan matang dengan
menggunakan Ready Mix .
d) Pengecoran beton dapat dilakukan setelah cara pemasangan
pembesian disetujui oleh Direksi Pelaksanaan secara tertulis dan
tersedian cukup bahan, perlatan serta tenaga
2) Pembuatan adukan beton untuk pondasi bored pile
Cara pembuatan adukan beton dapat dilakukan di pabrik (Readymix)
(1) Beton merupakan persenyawaan yang terdiri dari agregat,
air, semen dan zat tambahan jika diperlukan syarat khusus
maka kendali proporsi material beton harus direncanakan.
(2) Menurut aturan yang berlaku di Indonesia SNI 03-2834-
2000 dan secara teoritis perencanaan campuran beton
bukanlah hal yang mudah, diperlukan laboratorium untuk
menganalisa material yang akan digunakan dan juga
diperlukan laboraturium untuk menguji hasil perencanaan
campuran beton
(3) Sebelum adukan beton dibuat, terlebih dahulu membuat
benda uji, dengan komposisi material beton yang
direncanakan, Komposisi yang berbeda-beda di antara bahan
baku beton mempengaruhi sifat beton yang dihasilkan pada
akhirnya. Pembagian ini biasanya diukur dalam satuan berat.
Pengukuran berdasarkan volume juga sebenarnya bisa, dan
lebih banyak dilakukan pada konstruksi skala kecil, misalnya
rumah tinggal.
(4) Proses pembuatan beton ready mix pada dry mix batching
plant adalah sebagai berikut:
Penyediaan material yang diperlukan untuk membuat
beton ready mix diantaranya agregat kasar, agregat halus,
semen, fly ash (additive), air, dan bahan admixture.
Pengambilan dan pengangkutan material untuk agregat
kasar dan agregat halus dengan menggunakan wheel
loader. Material yang berupa pasir dan kerikil yang berada
pada tempat penumpukan material diambil dengan bucket
dan diangkut dengan menggunakan wheel loader,
kemudian dimasukan ke bin.
Penimbangan material pada Batching Plant dibagi menjadi
3 (tiga) macam, yaitu:
timbangan untuk agregat, timbangan untuk semen dan
fly ash (bila diperlukan additive) , dan timbangan untuk
air. Jumlah masing-masing material yang ditimbang
sesuai dengan jumlah kebutuhan sesuai kapasitas
concrete mixer truck. Dan ditambahkan bahan
admixture sesuai takaran.
Mengalirkan material pada mobil ready mix, setelah
semua material sudah ditimbang sesuai dengan
kebutuhan, selanjutnya kerikil, pasir, semen, fly ash
dan bahan admixture dimasukan satu-persatu ke
dalam concrete mixer truck. Kemudian air
ditambahkan ke dalam concrete mixer truck sesuai
dengan jumlah yang dibutuhkan.
Pencampuran semua material, setelah kerikil, pasir,
semen, bahan admixture, dan air masuk ke dalam
drum concrete mixer truck, tahap selanjutnya adalah
pencampuran (mixing) yang dilakukan di dalam drum
concrete mixer truck. Faktor yang menentukan untuk
mendapatkan adukan betony an baik adalah prosedur
pengisian, ukuran batch, cara penambahan air,
kecepatan mixer dan jumlah putaran

c. Pelaksanaan mengerjakan pengecoran beton pondasi bored pile


sesuai spesifikasi teknis, dan metode kerja
Pelaksanaan pengecoran dimulai setelah dilakukan hasil uji kekentalan (slump
test) dan pengambilan benda uji silinder untuk pengujian kuat tekan beton.
Semua material yang digunakan seperti : semen, air, aggregat kasar,
agregat halus dan besi beton dapat ditest di laboratorium untuk
memeriksa kualitasnya.
Slump test : pengujian slump biasa dilakukan untuk mengetahui
workability adukan beton yang ada, Slump adukan beton untuk bored
pile tidak boleh terlalu rendah (minimal 16 cm). Untuk melakukan pengujian
slump test ini digunakan beberapa peralatan sebagai berikut:
Cetakan yang berbentuk kerucut dengan diameter atas bagian dalam 10 cm,
diameter bagian dalam bawah 20 cm dan tinggi 30 cm
Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm dan panjang 60 cm dengan ujung
bulat terbuat dari bahan baja tahan karat
Pelat besi dengan permukaan rata dan kedap air untuk alas cetakan kerucut
Sendok semen dan meteran kecil
c) Cara pekerjaan Slump test sebagai berikut ;
Ambil kerucut, besi penumbuk, pelat besi, lori, meteran kecil, dan sendok aduk
dekat dengan truck mixer
Ambil adukan beton dari mesin pengaduk (beton molen) dalam lori (gerobak
besi) secukupnya
Aduk beton dalam lori itu terus agar tidak mengendap
Masukkan adukan beton pada kerucut kira-kira 1/3 bagian lalu tumbuk pelan-
pelan 25 kali, sebelumnya olesi minyak didalamnya
Masukkan lagi beton untuk lapisan yang kedua kira-kira 2/3 bagian, sebelum
memasukkan jangan lupa tetap diaduk dengan sendok dan tumbuk 25 kali
Setelah itu masukkan lagi beton sampai penuh dan ratakan permukaannya,
buang sedikit kelebihannya agar benar-benar rata lubang kerucut
Diamkan selama 30 detik, setelah itu kerucut baja diangkat pelan-pelan
Letakkan kerucut di sebelah beton tadi dalam keadaan terbalik dan taruhlah
besi penumbuk itu di muka kerucut atas hingga lewat sedikit dari beton
Beton akan merosot, turun permukaannya dan ukurlah jarak merosot itu
dengan meteran, penurunan beton dari kerucut itulah yang disebut slump
Uji kuat tekan beton dilakukan untuk mengetahui kekuatan tekan beton
karakteristik yang digunakan apakah telah sesuai dengan persyaratan. Setiap
satu truck mixer dibuatkan 3 buah benda uji. Satu truck mixer bisa mengangkut
5-7 m3 beton, beton ready mix yang akan diambil sampelnya sebagai benda uji
Pertama-tama siapkan cetakan silinder baja yang berdiameter 15 cm dan tinggi
30 cm. Ambil adukan beton dari truck mixer yang telah sampai di lokasi proyek
dan tempatkan dalam ember
Masukkan 1/3 bagian lapisan pertama adukan beton ke dalam cetakan silinder
dan ditusuk 25 kali dengan menggunakan tongkat pemadat. Hal ini dilakukan
sebanyak tiga lapis hingga cetakan penuh dan massif.
Ratakan permukaannya dan beri tanda pada beton yang akan diuji. Beton ini
dibuat sebanyak 3 buah yaitu untuk 7 hari, 14 hari dan 28 hari
Setelah beton mengeras sekurang-kurangnya 24 jam, lepaskan beton dari
cetakannya, kemudian kita rawat dengan cara meredamnya dalam air selama
7 hari
Setelah itu, benda uji diangin anginkan di tempat yang teduh hingga sesuai
dengan umur pengujian. Benda uji pertama dibawa menuju pengujian
laboratorium setelah berumur 7 hari untuk dilakukan pengujian dengan
menggunakan compression testing machine
Benda uji kedua dibawa menuju pengujian laboratorium setelah berumur 14
dan benda uji selanjutnya dibawa setelah berumur 28 hari untuk dilakukan
pengujian dengan menggunakan compression testing machine
Pengujian dengan menggunakan compression testing machine dilakukan
hingga benda uji tersebut pecah dan mesin dimatikan , dan hasilnya kemudian
dibaca pada manometer.
) Pelaksanaan mengerjakan pengecoran beton pondasi bored
pile sesuai spesifikasi teknis, dan metode kerja
a) Dipasang pipa tremi dan masukkan bola ke dalam tremi
b) Untuk memisahkan adukan beton dari lumpur bor pada
pengecoran awal, digunakan kantong plastik yang telah diisi
adukan beton dan diikat dengan kawat beton yang digantung di
bagian dalam lubang tremi.
c) Setelah tenaga cor siap, beton ditampung di dalam corong cor
dan ditahan oleh bola-bola beton pada kantong plastik. Setelah
cukup penuh, bola kantong plastik dilepas sehingga terdorong
beton yang ada di dalam lubang tremi. Selanjutnya penuangan
beton dilakukan dengan cepat sehingga cukup untuk mendorong
air lumpur bor yang ada di dalam lubang tremi. Slump adukan
beton untuk bored pile tidak boleh terlalu rendah (minimal 16 cm)
sehingga mudah mengalir dan mendorong lumpur yang ada di
dalam lubang bor.
d) Pengecoran selanjutnya dilakukan secara kontinyu dan tidak
terputus lebih dari 10 menit. Dengan sistem tremi ini pengecoran
dimulai dari dasar lubang dengan mendorong air / lumpur dari
bawah keluar lubang.
e) Setelah pipa tremi penuh dan ujung pipa tremie tertanam beton
biasanya beton tidak dapat mengalir karena ada tekanan dari
bawah. Untuk memperlancar adukan beton didalam pipa tremi,
dilakukan hentakan hentakan pada pipa tremi. Pipa tremi harus
selalu terbenam dalam adukan beton, kondisi tersebut
fungsinya sebagai penyumbat atau penahan agar tidak terjadi
segresi atau kecampuran dengan lumpur, dan pengisian di
dalam corong harus dijaga terus menerus agar corong tidak
kosong
f) Pipa tremi dilepas setiap 2 meter dan dilakukan setelah pipa
tremi naik ke permukaan lubang lebih dari 2 meter.
g) Pengecoran dihentikan setelah adukan beton yang naik ke
permukaan telah bersih dari lumpur. Bila pengecoran dihentikan
di bawah permukaan tanah (karena perhitungan adanya galian
tanah), maka tinggi pengecoran minimal harus 0,5 meter di atas
level rencana bagian atas bored pile (sampai beton pada
rencana bagian atas tidak tercampur Lumpur lagi).
h) Pencabutan casing
i) Pembersihan dan pemasangan kembali . Setelah pekerjaan
pengecoran selesai, semua peralatan dibersihkan dari sisa
beton dan lumpur dan disiapkan kembali untuk dipakai pada titik
bor berikutnya.
d. Prosedur melaksanakan pengecoran beton pondasi bored pile
sesuai spesifikasi teknis, dan metode kerja
1) Pasang pipa tremi dan masukkan bola ke dalam tremi dengan
cermat dan teliti
2) Dilakukan pengecoran dengan cermat dan teliti
3) Dilakukan pencabutan casing dengan cermat
4) Loading Test dan pile driving analysis

4.7 Melaksanakan pekerjaan pondasi tiang pancang


Lingkup pekerjaan meliputi ;
a) Persiapan tiang pancang pre cast
b) Menentukan titik lobang pondasi.
c) Pemasangan tiang pancang beton pre cast
4.6.1 Persiapan tiang pancang pre cast
a. Penjelasan tentang bentuk dan ukuran tiang pancang beton pre
cast
Berbagai ukuran tiang pancang yang ada pada intinya dapat dibagi
dua, yaitu : MINIPILE dan MAXIPILE.
1) Minipile (Ukuran Kecil)
Tiang pancang berukuran kecil ini digunakan untuk bangunan-bangunan
bertingkat rendah dan tanah relative baik. Ukuran dan kekuatan yang
ditawarkan adalah:
a) Berbentuk penampang segitiga dengan ukuran 28cm dan 32cm.
b)Berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 20x20 dan 25x25.

Tiang pancang berbentuk penampang segitiga berukuran 28 cm


mampu menopang beban 25 30 ton
Tiang pancang berbentuk penampang segitiga berukuran 32 cm
mampu menopang beban 35 40 ton.
Tiang pancang berbentuk bujur sangkar berukuran 20cmx20cm
mampu menopang tekanan 30 35 ton
Tiang pancang berbentuk bujur sangkar berukuran 25cm x 25cm
mampu menopang tekanan 40 50 ton.
b. Maxipile (Ukuran Besar)
Tiang pancang ini berbentuk bulat (spun pile) atau kotak (square pile).
Tiang pancang ini digunkan untuk menopang beban yang besar pada
bangunan bertingkat tinggi. Bahkan untuk ukuran 50cmx50cm dapat
menopang beban sampai 50-75 ton.
b. Pelaksanaan cara menyediakan tiang pancang beton pre cast
sesuai dengan gambar kerja, dan metode kerja
1) Buat lokasi area stock yard penumpukan tiang pancang sesuai
dengan gambar kerja, dan metode kerja
2) Dipastikan setiap tiang pancang dilengkapi dengan sepatu yang
datar atau mempunyai sumbu yang sama (co-axial)
3) Menetapkan jumlah dan diameter tiang pancang yang harus
dipesan sesuai gambar kerja
4) Periksa tiang pancang ( gunakan form inspeksi & tes), meliputi :
tanggal pengecoran tiang pancang, panjang tiang pancang, serta
cacat ( retak, pecah , kropos Buat)
5) Menetapkan nomor urut pemancangan untuk tiap-tiap titik, agar
tiang yang sudah selesai dipancang tidak mengganggu proses
pemancangan tiang berikutnya, sesuai dengan gambar kerja, dan
metode kerja

c. Prosedur cara menyiapkan tiang pancang beton pre cast sesuai


dengan spesifikasi teknis, dan metode kerja
1) Buat lokasi area stock yard penumpukan tiang pancang dengan
cermat dan teliti
2) Menetapkan jumlah dan diameter tiang pancang dengan cermat
3) Periksa tiang pancang dengan cermat dan teliti
4) Menetapkan nomor urut pemancangan untuk tiap-tiap titik dengan
cermat dan teliti
4.7.2 Menentukan titik lobang pondasi.
a. Maksud dan tujuan menetapkan titik lobang pondasi
Maksud ditetapkannya titik lobang pondasi untuk mengetahui koordinat
posisi tiang yang akan dipancang
Tujuannya untuk menentukan letak tiang pancang pada posisi yang
benar
b. Pelaksanaan menetapkan titik lobang pondasi sesuai dengan
gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
6) Menetapkan titik tetap di dekat lokasi pemancangan, dibuat dari
patok pipa atau patok beton
7) Milakukan pengukuran untuk menentukan koordinat titik-titik tiang
pancang
8) Untuk menentukan letak tiang pancang pada posisi yang benar, titik
pancang ditempatkan diantara dua titik acuan, fungsinya sebagai
pengontrol ada tidaknya pergeseran titik-titik tiang pancang,
pergeseran maksimal dari tiang pancang terhadap titik acuan 10
cm
9) Titik pancang digunakan patok-patok dengan kayu kemudian di
atasnya diikat dengan tali rafia
10) Patok-patok tersebut dibenamkan ke dalam tanah yang sudah
diberi tanda dan yang terlihat hanya tali rafianya saja
c. Prosedur menentukan titik lobang pondasi sesuai dengan gambar
kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
1) Ditetapkan titik tetap dengan cermat dan teliti di dekat lokasi
pemancangan, dibuat dari patok pipa atau patok beton
2) Dilakukan pengukuran dengan cermat dan teliti untuk menentukan
koordinat titik-titik tiang pancang
3) Untuk menentukan letak tiang pancang pada posisi yang benar, titik
pancang ditempatkan dengan cermat dan teliti diantara dua titik
acuan

4.7.3 Pemasangan tiang pancang beton pre cast


a. Keuntungan pondasi tiang pancang beton pre cast ;
1) Karena tiang dibuat di pabrik dan pemeriksaan kwalitas sangat
ketat, maka bentuk dan mutu dapat terjamin
2) Pelaksanaan pemancangan relative cepat. Walaupun lapisan
antara cukup keras, lapisan tersebut masih dapat ditembus
sehingga pemancangan bisa mencapai lapisan tanah yang
paling keras
3) Persediaannya cukup banyak di pabrik sehingga mudah
diperoleh, kecuali jika diperlukan tiang dengan ukuran khusus.
4) Daya dukungnya dapat diperkirakan berdasar rumus tiang
pancang sehingga pekerjaan konstruksinya mudah diawasi, dan
daya dukung tidak hanya pada ujung tiang, tetapi juga lekatan
pada sekeliling tiang. Pada penggunaan tiang kelompok atau grup
(dua atau lebih tiang), mempunyai daya dukung sangat kuat
5) Cara pemukulan sangat cocok untuk mempertahankan daya
dukung beban vertical.
6) Untuk pekerjaan pemancangan yang kecil, biayanya tetap rendah
, dan relative murah bila dibanding pondasi sumuran.
b. Prosedur pemasangan tiang pancang beton pre cast pada titik
yang sudah ditentukan
1) Menentukan titik-titik as bangunan sebagai titik-titik pancang
2) Menyiapkan peralatan dan bahan untuk pekerjaan tiang
pancang, antara lain Pile (tiang pancang), Alat Pancang (dapat
berupa diesel hammer atau Hydrolic Hammer), Service Crane.
3) Menetapkan nomor urut pemancangan untuk tiap-tiap titik, agar
tiang yang sudah selesai dipancang tidak mengganggu proses
pemancangan tiang berikutnya.
4) Setelah Pile Terpasang dan posisi alat sudah berada pada titik
pemancangan, maka pemancangan siap dilakukan
5) Untuk tiang pancang yang cukup rapat dan menyebabkan large
soil displacement, untuk menghindari heaving dari tiang yang
sudah dipancang, urutan pemancangan harus dari tengan ke
arah luar. Tiang pancang yang menyebabkan large soil
displacement adalah yang berbentuk masif atau pipa dengan
ujung tertutup (close ended).
6) Setiap tiang pancang harus dibuat laporan proses
pemancangannya meliputi: panjang tiang yang masuk kedalam
tanah, jumlah pukulan dan penurunannya.
7) Cara Mengangkat Tiang Beton
Untuk tiang baja atau kayu tidak ada persoalan dalam
pengangkatan, tetapi untuk tiang beton, walaupun telah mencapai
kuat desak 28 hari, perlu diperhatikan untuk mencegah agar beton
tidak retak atau patah saat pengangkatan.

c. Pelaksanaan memasang tiang pancang beton pre cast pada titik


yang sudah ditentukan sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi
teknis, dan metode kerja
1) Tandai posisi As bangunan dan buat potok pinjaman berjarak 1
meter dari rencana tiang
2) Periksa kondisi tiang pancang ( gunakan form inspeksi & tes )
meliputi : panjang tiang pancang, no. tiang pancang serta cacat
tiang pancang ( retak, pecah, kropos)
3) Buat tanda setiap 50 cm sepanjang tiang dan memberi angka setiap
satu meter lari
4) Tempatkan tiang pancang pada posisi patok yang telah tersedia dan
check posisi tiang pancang terhadap patok pinjaman dengan
meteran
5) Lakukan check vertikal tiang pancang dengan bantuan
theodolit/unting-unting pada posisi dua arah yang saling tegak lurus
6) Pemancangan siap dimulai ; dan dicatat waktu dimulainya
pemancangan dan nomor titik pemancangan
7) Bila kedalaman tanah keras lebih dari panjang tiang pancang, maka
tiang pancang harus disambung
8) Bersihkan pelat baja penyambung
9) Check vertikal tiang penyambung dengan theodolit / unting-unting
pada posisi dua arah yang saling tegak lurus
10) Periksa pertemuan kedua tiang dan dilanjutkan pengelasan
11) Lanjutkan pemancangan
12) Selama pemancangan menghitung jumlah pukulan hammer
13) Pada saat pemukulan, hammer terpental, dilakukan test kalendering
sebelum pemancangan dihentikan
14) Tahapan pelaksanaan test kalendering;
a) Kertas millimeter blok ditempelkan pada tiang pancang yang
sedang dalam proses pemancangan
b) Sebuah pinsil yang menempel pada kertas millimeter blok
c) Sebelum tiang dipukul kembali, pinsil digeser ke samping kanan
d) Pada saat dilakukan pemukulan tiang, maka pensil yang
menempel pada kertas millimeter blok akan membentuk grafik
naik turun
e) Test kalendering dilakukan pada saat tiang mendekati tanah
keras, setelah pemukulan dilakukan 10 kali
f) Sekarang test kalendering sudah dilakukan dengan komputerais
15) Pemancangan dihentikan / selesai bila :
a. 10 pukulan terakhir, penurunan < 5 cm atau
b. Daya dukung tercatat > 80% daya dukung rencana
16) Catat waktu pemancangan
17) Catat pelaksanaan pada Pile Record Sheet yang ditetapkan
18) Menyimpan semua data pemancangan dengan baik
19) Setelah pile cap terpasang, kemudian memasang balok Tie Beam

selain berfungsi menghubungkan antara pur/pile cap juga sebagai pengaku


satu kesatuan konstruksi struktur bawah (substruktur). Membuat bekisting pile
cap/ pur dan tie beam
a) Siapkan gambar kerja untuk posisi galian pile cap
b) Lakukan survey dan marking galian pile cap & tie beam sesuai
gambar kerja.
c) Untuk tie beam dilakukan galian secara manual, sedangkan
untuk galian pile cap yang cukup besar dapat digunakan
excavator.
d) Dasar galian pile cap dan tie beam diratakan, lalu diberi lapisan
pasir urug + 5 cm.
e) Buat lantai kerja pile cap dan tie beam dengan adukan semen
dan pasir sesuai spesifikasi (mortar).
f) Untuk pile cap yang cukup besar (lebar>2m) dibuat sump pit
sementara (+ 40X40 cm) untuk dewatering air yang terjebak di
pile cap (bila diperlukan).
g) Lakukan pengecekan ulang dimensi bekisting pile cap/tie beam
sebelum pekerjaan pembesian dimulai
h) Untuk bekisting pile cap & tie beam, dapat menggunakan
material batako atau multiplex.

d. Pelaksanaan pemotongan kepala tiang pancang beton pre cast pada titik
yang sudah ditentukan sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan
metode kerja
1) Tentukan elevasi pemotongan tiang pancang dari elevasi bottom
pile cap
2) Dengan menggunakan concrete cutter /gerinda memotong
sepanjang keliling dari tiang pancang dengan batas kedalaman
pemotongan sampai strand/tulangan tiang pancang ( tidak sampai
mengenai strnd tiang pancang)
3) Bobok bagian atas bagian yang sudah dipotong dengan
menggunakan pahat hingga strand/ tulangan tiang pancang
kelihatan
4) Memotong strand/ tulangan tiang pancang dengan blender potong,
dalam pemotongan harus memperhitungkan arah jatuhnya tiang
pancang
5) Setelah strand/tulangan terpotong, dorong bagian atas tiang kearah
jatuhnya tiang yang telah direncanakan
6) Jika tiang pancang yang akan dipotong masih tinggi, maka
sebelumnya tiang pancang harus dipegangi dengan tali atau seling
untuk menahan sehingga dapat mengarahkan jatuhnya tiang
pancang dengan aman
e. Prosedur memasang tiang pancang beton pre cast pada titik yang sudah
ditentukan sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
1) Menentukan tititk-titik dengan cermat dan teliti dimana tiang pancang
akan diletakkan, dan harus sesuai dengan gambar kerja
2) Peralatan dan bahan disiapkan dengan cermat dan teliti untuk
pekerjaan tiang pancang, antara lain Pile (tiang pancang), Alat
Pancang (dapat berupa diesel hammer atau Hydrolic Hammer),
Service Crane.
3) Alat pemancangan disiapkan dengan cermat dan teliti di area titik
pancang
4) Mempersiapkan service crane dengan cermat dan teliti untuk proses
pengangkatan tiang pancang dari tempat tiang pancang untuk
dipasangkan kealat pemancangan.
5) Pekerjaan pemancangan tiang pancang dilakukan pada titik yang
sudah ditentukan sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan
metode kerja
6) Menyiapkan kertas grafik untuk kalendering dengan cermat dan teliti
sebelum pemancangan distop
7) Melakukan pekerjaan pemotongan kepala tiang dengan cermat dan
teliti

STRUKTUR BAJA

4.4.1 Fabrikasi komponen struktur baja

a. Komponen sambungan struktur baja;

1) Baja profil

2) Baja pelat atau baja pilah

b. Melaksanakan fabrikasi komponen struktur baja


1) Penandaan atau pengukuran ( marking ) material baja

2) Pemotongan material baja

3) Pembuatan lubang

4) Perakitan ( fit-up )

5) Pengelasan

6) Pengecatan

c. Pelaksanaan fabrikasi komponen struktur baja

1) Tahapan-tahapan fabrikasi tersebut juga apabila fabrikasi dilakukan di lapangan.


Fabrikasi di workshop mempunyai banyak kelebihan dikarenakan fasilitas di workshop
umumnya lebih lengkap bila dibandingkan dilaksanakan dilapangan

2) Penandaan atau marking material baja merupakan tahap awal fabrikasi struktur
baja, pengukuran dan penandaan dilaksanakan sesuai dengan shopdrawingyang
sudah disetujui oleh pihak yang berwenang. Penandaan bukan hanya untuk menandai
ukuran potongan baja, tetapi meliputi juga pemberian kode dari potongan untuk
menghindari kesalahan dalam indentifikasi untuk perakitan ataupun untuk ereksi
nantinya

3) Proses pemotongan merupakan tahap berikutnya, Banyak cara dalam proses


pemotongan diantaranya dengan menggunakan api (flame cutting) yaitu pemotongan
dengan menggunakan oxygen yang dicampur dengan gas metan (LPG). Pemotongan
dengan metode ini paling banyak digunakan mengingat cepatnya proses pemotongan
dan dapat dilakukan untuk berbagai ukuran, ketebalan dan bentuk potongan,
sehingga lebih fleksibel dalam pelaksanaannya

4) Pembuatan lubang untuk baut merupakan tahap berkelanjutan. Lubang untuk baut
pada struktur baja umumnya dilakukan dengan menggunakan mesin punching,
membuat lubang dengan metode ini sangat terbatas ketebalannya, AISC sendiri
mensyaratkan tebal material yang dilubangi adalah diameter lubang ditambah 1/8 inc.
Metode lain ialah menggunakan mesin bor, proses pembuatan lubang dengan metode
ini akan lebih lama dibandingkan dengan mesin punching, Untuk menjaga keakuratan
jarak antar lubang banyak workshop yang sudah menggunakan mesin CNC (Computer
numerically controlled )

5) Material yang sudah dipotong dan dilubangi tersebut kemudian dilakukan perakitan
dengan cara dilas cantum (tack weld) atau dikenal dengan proses fit-up atau
assembly. Proses perakitan harus dilaksanakan lebih hati-hati harus sesuai dengan
shopdrawing baik itu dimensi, orientasi ataupun jenis potongan itu sendiri,
dikarenakan apabila terjadi kesalahan pada tahap ini dan material telah selesai dilas
maka proses perbaikannya akan lebih sulit lagi
6) Proses pengelasan merupakan tahapan berikutnya, setelah perakitan. Proses
pengelasan terdiri dari berbagai proses, umumnya proses pengelasan untuk struktur
baja dengan proses SMAW (Shielded Metal Arch Welding), tetapi banyak juga yang
menggunakan proses GMAW (Gas Weld Arch Welding), FCAW (Flux Cored Arch
Welding ) ataupun SAW ( Sub merged Arch Welding). Proses pengelasan SMAW yang
paling banyak digunakan merupakan proses pengelasan manual dengan
menggunakan elektroda, busur elektroda terbentuk di antara ujung-ujung elektroda
logam berlapis dan komponen baja yang akan dilas

7) Proses terakhir dari fabrikasi adalah pengecatan, hal yang perlu diperhatikan dalam
proses pengecatan ialah material cat yang dipakai dalam proses pengecatan itu
sendiri. Tujuan dari pengecatan adalah untuk melindungi baja dari bahaya kropos
disamping juga estetika

d. Prosedur melaksanakan fabrikasi komponen struktur baja

1) Memahaman gambar kerja dengan cermat dan teliti

2) Melaksanaan pekerjaan pengukuran dan penandaan dengan cermat dan teliti pada
material baja

3) Melaksanakan pekerjaan pemotongan dengan teliti

4) Melaksanakan pembuatan lubang dengan cermat dan teliti untuk kebutuhan


perakitan

5) Melaksanakan perakitan dengan cermat dan teliti sesuai nomor urut yang telah
ditentukan

6) Melaksanaan pekerjaan pengelasan dengan cermat dan teliti

4.4.2 Perakitan komponen struktur baja

(1) Pemotongan komponen struktur baja

Pemotongan hanya boleh dilaksanakan dengan brander atau gergaji besi.


Pemotongan dengan mesin las sekali-kali tidak diperkenankan. Semua bekas
pemotongan komponen baja harus rapih dan rata.

(2) Klasifikasi sambungan komponen struktur baja

1) Sistem sambungan dan bentuk rangka baja terdiri dari :

a) Tipe penyambungan antara kolom dan beam

b) Tipe pengikat (bracket), las di tempat, dengan plat gusset

c) Tipe sambungan antar kolom


d) Tipe splice, pengelasan & dasar kolom

2) Metode penyambungan:

a) Sambungan paku keling dan baut

b) Sambungan baut tegangan tinggi dan

c) Sambungan las.

a) Sambungan dengan Paku keling dan baut mur

(1) Garis tengah lubang dari pelat yang akan dikeling selalu dibuat

1mm lebih lebar dari pada diameter paku

(2) Batang paku mempunyai kepala pada ujung yang satu, dan pada

ujung yang lain lurus

(3) Setelah batang paku dibakar hingga berwarna merah membara,

kemudian paku dimasukkan ke dalam lobang pelat yang akan

dikeling

(4) Pada kepala paku ditahan dengan penahan yang berbentuk

seperti kepala pakunya, dan ujung yang lain dipukul dengan alat

pistol yang digerakkan oleh kompresor

(5) Terakhir bagian yang dipukul dibentuk kepala dengan ujung pistol

hingga batang paku mempunyai kepala kembar, hingga

sambungan yang dikeling terikat rapat

(6) Sedapat mungkin dihindari pengelingan di tempat pekerjaan yang

telah didirikan di lapangan ( karena pelaksanaannya sulit), kondisi

tersebut penyelesaiannya dari bagian-bagiannya menggunakan

baut mur

b) Sambungan dengan las

(1) Kawat las yang biasa dipakai ada 3 jenis :

Diameter 2,6 mm untuk Pelat baja tipis, diameter 3,2 mm, dan 4,0

mm untuk plat baja yang lebih tebal

Selain itu type Kawat RD 460 dan RD 260, yang biasa dipakai
adalah type RD 460.

(2) Energi /daya yang digunakan untuk pengelasan yang sempurna :

Untuk kawat diameter 2,6 mm -----> 3.000 Watt - 8.000 Watt

Untuk kawat diamater 3,2 dan 4,0 mm ----------> 5.000 Watt -

12000 Watt

(3) Dihindarkan adanya pengelasan pokok setelah kap baja

terpasang terhadap bahaya keruntuhan. Yang sangat penting

hasil dari cara melas adalah keserbasamaan (keseragaman) dan

rupa las, serta kematangan pengelasan.

(4) Setelah pengelasan biasanya akan timbul kerak-kerak las ini

harus dibersihkan dengan cara diketok-ketok dengan palu (hammer)

(3) Pembentukan komponen struktur baja

1) Menghilangkan lapisan karat pada pelat atau profil

2) Merubah bentuk dalam keadaan dingin atau dalam keadaan panas,

seperti mendatarkan pelat-pelat, melempangkan, melengkungkan,

dan menekuk batang-batang dengan menekannya diantara rol-rol

atau memukulnya keras-keras

3) Menggunting atau memotong menurut ukuran

4) Mengetam dan mempres

5) Membentuk profil

6) Menggerek atau meluaskan lubang-lubang untuk paku-paku atau baut-baut dengan


sebuah mesin bor

7) Mengeling paku-paku keeling

8) Mengelas otogin dan mengelas listrik

4.4.3 Pemasangan komponen struktur baja

1) Tahapan langkah pemasangan komponen struktur baja


a) Periksa peralatan bantu ereksi (tower crane/ mobile crane/ tripod, katrol/ chain
block/ takel, dan kunci momen yang sudah dikalibrasi) dan gambar kerja yang telah
disetujui.

b) Pengangkutan material ke tempat ereksi tidak boleh menyebabkan material cacat.

c) Material (baja profil, baut, mur, angkur dan kawat las) dan jumlahnya yang akan
dirakit harus diperiksa.

d) Periksa sambungan las baja profil.

e) Periksa angkur kolom pada struktur beton harus sudah terpasang dengan tepat

f) Ereksi dimulai dari pemasangan kolom-kolom yang mana angkur kolomnya sudah
terpasang dengan tepat

g) Kolom-kolom yang telah terpasang diikat segera dengan tie beam/ gelagar/ ring
balok.

h) Rafter yang telah dipasangkan harus segera diikat dengan gording/ purlin
secukupnya, semua baut harus segera dipasangkan.

i) Pemasangan struktur baja tambahan lain dilakukan setelah pemasangan kolom dan
rafter selesai.

j) Pelaksanaan lot rangka baja dilakukan sebelum pekerjaan grouting. Bila terdapat
ketidakcocokan lot dan posisi as, sebainya perakitan ditunda sampai posisi as dan lot
sesuai, supaya tidak terjadi puntiran material baja yang telah terpasang.

k) Pengencangan angkur dan baut dilakukan setelah pengelotan.

2) Pekerjaan pemasangan rangka atap baja ringan .

Pemasangan kuda-kuda baja ringan di atas struktur pendukungnya (kolom atau


ringbalk) harus dilaksanakan secara benar dan cermat, agar rangka atap baja ringan
terpasang sesuai dengan persyaratannya. Persyaratan teknis rangka atap baja ringan
di antaranya adalah:

a) Kuda-kuda terpasang kuat dan stabil, dilengkapi dengan angkur (dynabolt)

b) pada kedua tumpuannya.

c) Semua kuda-kuda tegak-lurus terhadap ring balk.

d) Ketinggian apex untuk pemasangan nok di atas setiap kuda-kuda rata.

b. Pelaksanaan pemasangan komponen struktur baja sesuai dengan

gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja


1) Erection kuda-kuda konstruksi baja ( span/rafter)

a) Tiang Kolom menggunakan WF 300.150.6,5.9.

b) Span / Rafter memakai bahan Baja WF ukuran 250.125.6.9

dilengkapi monitor pada bagian atas memakai bahan Baja

WF 100.50.5.7, dibantu alat berat Crane.

2) Erection kuda-kuda rangka atap baja ringan

1) Erection kuda-kuda konstruksi baja ( span/rafter)

(1) Ereksi kolom baja adalah elemen pertama dan paling penting dari proses ereksi.
Kolom pelat dasar yang terhubung ke dasar menggunakan baut jangkar ditempatkan
di beton sesuai gambar ereksi. Lokasi baut jangkar untuk kolom tunggal harus sesuai
dengan pola lubang baut di base plate.

Anda mungkin juga menyukai