PONDASI
Cara kerja
Perangkat GPS menerima sinyal yang ditransmisikan oleh satelit GPS.
Dalam menentukan posisi, kita membutuhkan paling sedikit 3 satelit
untuk penentuan posisi 2 dimensi (lintang dan bujur) dan
4 satelit untuk penentuan posisi 3 dimensi (lintang, bujur, dan
ketinggian).
Semakin banyak satelit yang diperoleh maka akurasi posisi kita akan
semakin tinggi.
Tipe GPS :
GPS Mapping : Yang Umum dipakai orang
GPS Navigasi : Biasa dipasang di mobil-mobil, untuk navigasi
laut, ditambah sonar untuk kedalaman
GPS Geodetic: Digunakan untuk penentuan titik benchmark,
Ketelitian hingga milimeter
a. Pelaksanaan cara melakukan pengukuran beda tinggi sesuai dengan metode
kerja
Pengukuran elevasi di lokasi pekerjaan.
Pemasangan profil dan titik dasar serta ketinggian ataupun elevasi, diukur
atau diambil dari BM setempat atau atas dsar petunjuk direksi, sedangkan
pemasangan patok atuapun CP dilakukan pada tempat yang aman, agar
terhindar dari gangguan lain, ini dimaksudkan untuk memudahkan apabila
terjadi kesalahan dalam pelaksanaan, data ukur dan hasil ukur ini akan
dituangkan pada gambar melintang dan memanjang, serta gambar lainnya
agar terlihat jelas volume pekerjaan sebenarnya. Pelaksanaan pekerjaan
pengukuran ini dilaksanakan oleh seorang juru ukur dibantu oleh tenaga
kerja.
b. Prosedur melakukan pengukuran beda tinggi sesuai dengan metode kerja
Pemasangan profil dan titik dasar serta ketinggian ataupun elevasi, diukur
atau diambil dari BM setempat dengan cermat dan teliti
Pemasangan patok ataupun CP dilakukan dengan teliti pada tempat yang
aman
Data ukur dan hasil ukur ini akan dituangkan dengan cermat dan teliti
pada gambar melintang dan memanjang, serta gambar lainnya agar
terlihat jelas volume pekerjaan sebenarnya.
4.2.3 Pematokan
a. Alat dan bahan yang digunakan: paku, papan, patok
b. Pelaksanaan cara melakukan pematokan sesuai dengan hasil pengukuran
dan metode kerja
1) Memasang Patok sesuai hasil pengukuran.
a) Penacapan patok ke tanah, Pengukuran ketegakan patok, Penomoran
dan catatan ketinggian patok
b. Pada patok A diikatkan ujung tali dan yang ujung tali lainnya
diikatkan pada patok P.32 panjang tali harus 1,41 meter
c. Beri tanda pada tali dari patok A sepanjang 1 m
d. Tarik tali yang sudah diberi tanda 1 m dari patok A, apabila tali
ditarik ke arah B dan semua tali lurus tegang, maka sudutnya di A
90 dan di B 45o dan arah sumbu akan berbelok 135 sehingga
dapat dipakai ben dengan sudut belokan 45o
1) Penarikan sudut dengan papan sudut
Sudut arah ditetapkan dengan papan yang sudah dibuat sedemikian
rupa, dan sudah merupakan sudut-sudut yang dikehendaki. Dibuat
dari papan ukuran 2 cm x 10 cm atau 3 cm x 8 cm dirakit
merupakan segitiga yang salah satunya bersudut 90o dan yang
lainnya mempunyai sudut 45o, 22o30 dan 11o15 sesuai dengan
standar pabrikan untuk sudut bend yang diproduksi
3) Pada salah satu sudut buatlah sudut sikutnya dengan cara :
Ambil patok dan buat patok tersebut membentuk segi tiga lihat
gambar di atas;
Tarik benang dan ukur jarak patok tersebut dengan jarak 100 cm;
Kemudian lanjutkan untuk menarik dari sudut yang sama ke sisi
patok yang lain, tarik benang dengan jarak 100 cm;
Sehingga jarak antara patok titik 100 cm dan patok titik yang lain
100 cm jika ditarik benang akan memiliki jarak 141 cm;
Maka sudut bangunan yang dibentuk benar-benar siku
(4) Buat sudut siku pada sudut yang lain dengan cara yang
sama;
(5) Pasang tinggi titik patok tersebut dengan sebuah papan dan
diberi tanda angka ketinggian titik patok tersebut.
5) Pemadatan timbunan
a) Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap
lapis harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan
disetujui sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan.
b) Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana
kadar air bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air
optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum. Kadar air optimum
harus didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering
maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan
SNI 03-1742-1989.
c) Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti
yang disyaratkan, diuji kepadatannya sebelum lapisan berikutnya
dihampar.
d) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju
ke arah sumbu dalam sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan
menerima jumlah usaha pemadatan yang sama..
e) Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan
pemadat mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal
dengan tebal gembur tidak lebih dari 15 cm dan dipadatkan dengan
penumbuk loncat mekanis atau timbris (tamper) manual dengan berat
minimum 10 kg.
f) Pemadatan di bawah maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian
khusus untuk mencegah timbulnya rongga-rongga dan untuk
menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya.
g) Timbunan pilihan di atas tanah rawa mulai dipadatkan pada batas
permukaan air dimana timbunan terendam, dengan peralatan yang
disetujui.
6) Ketentuan kepadatan untuk timbunan tanah
a) Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah
dasar harus dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering
maksimum yang ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk
tanah yang mengandung lebih dari 10 % bahan yang tertahan
pada ayakan , kepadatan kering maksimum yang diperoleh
harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize)
tersebut.
b) Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi
tanah dasar harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari
kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai dengan SNI
03-1742-1989.
c) Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan
yang dipadatkan sesuai dengan SNI 03-2828-1992 dan bila hasil
setiap pengujian menunjukkan kepadatan kurang dari yang
disyaratkan maka Kontraktor harus memperbaiki.
d) Untuk timbunan, paling sedikit 1 rangkaian pengujian bahan yang
lengkap harus dilakukan untuk setiap 1.000 m3 bahan timbunan
yang dihampar.
e) Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat
lebih dari 20 cm atau dalam lapisan dengan tebal padat kurang
dari 10 cm.
d. Prosedur melaksanakan pekerjaan penimbunan sesuai dengan gambar
kerja spesifikasi teknis dan metode kerja
1) Metode kerja timbunan sesuai prosedur dilakukan dengan cermat
2) Memeriksa hasil pekerjaan timbunan tanah dengan cermat dan teliti
3) Menghitung volume total tanah timbunan dan kebutuhan alat yang
digunakan (terlaksana) dengan cermat dan teliti
4) Mendokumentasikan seluruh kegiatan pekerjaan timbunan tanah
dengan cermat
4.4 Melaksanakan pekerjaan pondasi batu kali
Lingkup pekerjaan meliputi ;
a. Pekerjaan persiapan permukaan dasar tanah pondasi
b. Pekerjaan pasangan profil pondasi batu kali
c. Pekerjaan pasangan pondasi batu kali
4.4.1 Pekerjaan persiapan permukaan dasar tanah pondasi
a. Peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan persiapan tanah pondasi
1) Pacul
2) Sekop
3) Gerobak
4) Meteran, benang
5) Papan
2) ALAT
a) Gerobak : digunakan sebagai alat pengangkut bahan-bahan.
b) Sekrop: digunakan sebagai alat pengambil semen dan pasir.
c) Ayakan : digunakan sebagai alat untuk mengayak pasir.
d) Cetok : digunakan sebagai alat untuk membantu mengayak pasir.
e) Pengaduk molen : digunakan sebagai alat untuk mengaduk campur
semen dan pasir.
f) Bowplank : digunakan sebagai alat untuk menentukan muka
tanah.
g) Benang : sebagai alat untuk pelurus kadataran sederhana.
h) Timba/ember : sebagai tempat adonan.
i) Batu kali
2) Persyaratan
a) Besi beton yang dipakai bermutu U-24. (SI.1). ukuran-ukurannya
diameter besi beton yang terpasang harus sesuai dengan gambar
kerja dan syarat-syarat (RKS), Penggatian diameter tulangan
tidak diperkenankan.
b) Besi beton bekas dan yang sudah berkarat tidak diperkenankan
dipakai dalam konstruksi. Besi beton harus bebas dari sisik, karat
dan lain-lain lapisan yang dapat mengurangi daya lekatnya pada
beton
c) Ikatan besi beton harus rapih dan kuat, bahan untuk pengikat
adalah kawat beton dengan diameter minimum 1mm.
d) Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta,
maka disamping adanya sertifikat dari pabrik, juga diminta harus
ada sertifikat dari laboratorium.
2) Pemasangan Tulangan
a) Hasil rakitan tulangan dimasukan kedalam tanah galian dan
diletakkan tegak turus permukaan tanah dengan bantuan
waterpass.
b) Rakitan tulangan ditempatkan tidak langsung bersentuhan
dengan dasar tanah, jarak antara tulangan dengan dasar tanah
40 mm, yaitu dengan menggunakan pengganjal yang di buat
dari batu kali disetiap ujung sisi/tepi tulangan bawah agar ada
jarak antara tulangan dan permukaan dasar tanah untuk
melindungi/melapisi tulangan dengan beton (selimut beton) dan
tulangan tidak menjadi karat.
c) Di titik-titik keberadan kolom dipasang stek kolom sesuai
dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
d) Setelah dipastikan rakitan tulangan benar-benar stabil, maka
dapat langsung melakukan pengecoran.
d. Pelaksanaan pemotongan kepala tiang pancang beton pre cast pada titik
yang sudah ditentukan sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan
metode kerja
1) Tentukan elevasi pemotongan tiang pancang dari elevasi bottom
pile cap
2) Dengan menggunakan concrete cutter /gerinda memotong
sepanjang keliling dari tiang pancang dengan batas kedalaman
pemotongan sampai strand/tulangan tiang pancang ( tidak sampai
mengenai strnd tiang pancang)
3) Bobok bagian atas bagian yang sudah dipotong dengan
menggunakan pahat hingga strand/ tulangan tiang pancang
kelihatan
4) Memotong strand/ tulangan tiang pancang dengan blender potong,
dalam pemotongan harus memperhitungkan arah jatuhnya tiang
pancang
5) Setelah strand/tulangan terpotong, dorong bagian atas tiang kearah
jatuhnya tiang yang telah direncanakan
6) Jika tiang pancang yang akan dipotong masih tinggi, maka
sebelumnya tiang pancang harus dipegangi dengan tali atau seling
untuk menahan sehingga dapat mengarahkan jatuhnya tiang
pancang dengan aman
e. Prosedur memasang tiang pancang beton pre cast pada titik yang sudah
ditentukan sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan metode kerja
1) Menentukan tititk-titik dengan cermat dan teliti dimana tiang pancang
akan diletakkan, dan harus sesuai dengan gambar kerja
2) Peralatan dan bahan disiapkan dengan cermat dan teliti untuk
pekerjaan tiang pancang, antara lain Pile (tiang pancang), Alat
Pancang (dapat berupa diesel hammer atau Hydrolic Hammer),
Service Crane.
3) Alat pemancangan disiapkan dengan cermat dan teliti di area titik
pancang
4) Mempersiapkan service crane dengan cermat dan teliti untuk proses
pengangkatan tiang pancang dari tempat tiang pancang untuk
dipasangkan kealat pemancangan.
5) Pekerjaan pemancangan tiang pancang dilakukan pada titik yang
sudah ditentukan sesuai dengan gambar kerja, spesifikasi teknis, dan
metode kerja
6) Menyiapkan kertas grafik untuk kalendering dengan cermat dan teliti
sebelum pemancangan distop
7) Melakukan pekerjaan pemotongan kepala tiang dengan cermat dan
teliti
STRUKTUR BAJA
1) Baja profil
3) Pembuatan lubang
4) Perakitan ( fit-up )
5) Pengelasan
6) Pengecatan
2) Penandaan atau marking material baja merupakan tahap awal fabrikasi struktur
baja, pengukuran dan penandaan dilaksanakan sesuai dengan shopdrawingyang
sudah disetujui oleh pihak yang berwenang. Penandaan bukan hanya untuk menandai
ukuran potongan baja, tetapi meliputi juga pemberian kode dari potongan untuk
menghindari kesalahan dalam indentifikasi untuk perakitan ataupun untuk ereksi
nantinya
4) Pembuatan lubang untuk baut merupakan tahap berkelanjutan. Lubang untuk baut
pada struktur baja umumnya dilakukan dengan menggunakan mesin punching,
membuat lubang dengan metode ini sangat terbatas ketebalannya, AISC sendiri
mensyaratkan tebal material yang dilubangi adalah diameter lubang ditambah 1/8 inc.
Metode lain ialah menggunakan mesin bor, proses pembuatan lubang dengan metode
ini akan lebih lama dibandingkan dengan mesin punching, Untuk menjaga keakuratan
jarak antar lubang banyak workshop yang sudah menggunakan mesin CNC (Computer
numerically controlled )
5) Material yang sudah dipotong dan dilubangi tersebut kemudian dilakukan perakitan
dengan cara dilas cantum (tack weld) atau dikenal dengan proses fit-up atau
assembly. Proses perakitan harus dilaksanakan lebih hati-hati harus sesuai dengan
shopdrawing baik itu dimensi, orientasi ataupun jenis potongan itu sendiri,
dikarenakan apabila terjadi kesalahan pada tahap ini dan material telah selesai dilas
maka proses perbaikannya akan lebih sulit lagi
6) Proses pengelasan merupakan tahapan berikutnya, setelah perakitan. Proses
pengelasan terdiri dari berbagai proses, umumnya proses pengelasan untuk struktur
baja dengan proses SMAW (Shielded Metal Arch Welding), tetapi banyak juga yang
menggunakan proses GMAW (Gas Weld Arch Welding), FCAW (Flux Cored Arch
Welding ) ataupun SAW ( Sub merged Arch Welding). Proses pengelasan SMAW yang
paling banyak digunakan merupakan proses pengelasan manual dengan
menggunakan elektroda, busur elektroda terbentuk di antara ujung-ujung elektroda
logam berlapis dan komponen baja yang akan dilas
7) Proses terakhir dari fabrikasi adalah pengecatan, hal yang perlu diperhatikan dalam
proses pengecatan ialah material cat yang dipakai dalam proses pengecatan itu
sendiri. Tujuan dari pengecatan adalah untuk melindungi baja dari bahaya kropos
disamping juga estetika
2) Melaksanaan pekerjaan pengukuran dan penandaan dengan cermat dan teliti pada
material baja
5) Melaksanakan perakitan dengan cermat dan teliti sesuai nomor urut yang telah
ditentukan
2) Metode penyambungan:
c) Sambungan las.
(1) Garis tengah lubang dari pelat yang akan dikeling selalu dibuat
(2) Batang paku mempunyai kepala pada ujung yang satu, dan pada
dikeling
seperti kepala pakunya, dan ujung yang lain dipukul dengan alat
(5) Terakhir bagian yang dipukul dibentuk kepala dengan ujung pistol
baut mur
Diameter 2,6 mm untuk Pelat baja tipis, diameter 3,2 mm, dan 4,0
Selain itu type Kawat RD 460 dan RD 260, yang biasa dipakai
adalah type RD 460.
12000 Watt
5) Membentuk profil
c) Material (baja profil, baut, mur, angkur dan kawat las) dan jumlahnya yang akan
dirakit harus diperiksa.
e) Periksa angkur kolom pada struktur beton harus sudah terpasang dengan tepat
f) Ereksi dimulai dari pemasangan kolom-kolom yang mana angkur kolomnya sudah
terpasang dengan tepat
g) Kolom-kolom yang telah terpasang diikat segera dengan tie beam/ gelagar/ ring
balok.
h) Rafter yang telah dipasangkan harus segera diikat dengan gording/ purlin
secukupnya, semua baut harus segera dipasangkan.
i) Pemasangan struktur baja tambahan lain dilakukan setelah pemasangan kolom dan
rafter selesai.
j) Pelaksanaan lot rangka baja dilakukan sebelum pekerjaan grouting. Bila terdapat
ketidakcocokan lot dan posisi as, sebainya perakitan ditunda sampai posisi as dan lot
sesuai, supaya tidak terjadi puntiran material baja yang telah terpasang.
(1) Ereksi kolom baja adalah elemen pertama dan paling penting dari proses ereksi.
Kolom pelat dasar yang terhubung ke dasar menggunakan baut jangkar ditempatkan
di beton sesuai gambar ereksi. Lokasi baut jangkar untuk kolom tunggal harus sesuai
dengan pola lubang baut di base plate.