Anda di halaman 1dari 21

PAKU KELING DAN PEREKAT

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Elemen Mesin

Disusun oleh:

Versi Briliantri (219321023)

Wismoyo Adji (219321024)


KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Karena dengan rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Paku Keling dan
Perekat”.
Penulisan makalah ini bertujuan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Elemen
Mesin. Disamping itu, makalah ini diharapkan dapat menjadikan sarana pembelajaran serta dapat
menambah wawasan dan pengetahuan.
Penulis juga menyadari atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan, baik dari segi
penulisan maupun dari cara penyajiannya. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini di masa yang akan dating.
Penulis berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
dan pembaca paa umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, 15 Februari 2020

Penulis
DAFTA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian dari Paku Keling dan Perekat?
2. Apa jenis dari Paku Keling dan Perekat?
3. Bagaimana cara perawatan Paku Keling dan Perekat?
4. Apa kelebihan dan kekurangan dari Paku Keling dan Perekat?
5. Bagaimana cara penggunaan Paku Keling dan Perekat?

1.3. TUJUAN DAN MANFAAT


1. Mengetahui pengertian dari Paku Keling dan Perekat.
2. Mengetahui jenis dari Paku Keling dan Perekat.
3. Mengetahui cara perawatan Paku Keling dan Perekat.
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan Paku Keling dan Perekat.
5. Mengetahui cara penggunaan Paku Keling dan Perekat.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Sambungan Keling
Dalam konstruksi bangunan, jembatan , ataupun pembuatan alat transportasi dan
perlengkapannya terdapat berbagai macam sambungan. Dari sekian banyak metode sambungan
yang digunakan salah satunya adalah sambungan keeling.
Sambungan keeling termasuk sambungan tetap yaitu sambungan yang sulit untuk dilepas
tanpa merusak benda yang disambung atau alat penyambungnya. Metode pengelingan banyak
diaplikasikan pada konstruksi jembatan, lambung kapal, dan perlengkapan alat transportasi
lainnya.
Dalam sambungan keeling komponen utama yang digunakan sebagai alat peyambung
adalah paku keeling. Paku keeling mempunyai bentuk dari berbagai jenis bahan dan kegunaan
sambungan keeling tersebut.
Penyambungan dengan paku keeling digunakan untuk menyambung pelat secara
permanen. Sambungan ini biasanya diaplikasikan pada struktur baja, tangki, boiler, pesawat
terbang, dan alat-alat rumah tangga. Bahan-bahan paku keeling yang biasanya digunakan adalah
baja, kuningan, aluminium, dan tembaga. Untuk sambungan yang membutuhkan kekuatan dan
kerapatan, digunakan paku keing dari baja.

2.1.1. Jenis-jenis Sambungan Keling


1) Berdasarkan sambungan pelatnya
a. Sambungan berimpit (lap joint)
Yaitu sambungan yang menempatkan pelat yang akan
disambung saling berimpitan.
b. Sambungan bilah (butt joint)
Yaitu sambungan yang menempatkan kedua ujung pelat yang akan
disambung saling berdekatan, lalu kedua pelat tersebut ditutup dengan
bilah (strap), kemudian masing-masing pelat disambungkan menggunakan
paku keeling, sambungan bilah terdiri dari sambungan bilah tunggal
(single strap riveted butt joint) dan sambungan bilah ganda (double strap
riveted butt joint).
Dari ketiga ikatan diatas, ikatan yang terbaik yang paling kuat dalam
menerima beban Tarik adalah ikatan bilah ganda

2) Berdasarkan jumlah baris paku yang digunakan


a. Sambungan Baris Tunggal (Single riveted joint)
Yaitu sambungan yang menggunakan satu baris paku keeling pada
system sambungan. Sedangkan pada sambungan bilah, sambungan baris
tunggal adalah sambungan yang menggunakan satu baris paku pada
masing-masing sisi.
b. Sambungan Baris Ganda (Double Riveted Joint)
Yaitu sambungan yang menggunakan dua baris paku keeling pada
gan. Sedangkan pada sambungan bilah, sambungan baris ganda adalah
sambungan yang menggunakan dua baris paku pada masing-masing sisi.
Sambungan ini terdiri dari sambungan rantai dan sambungan zigzag.
2.2. Paku Keling
Fungsi paku pada sambungan keeling adalah untuk membuat hubungan yang kuat dan
rapat. Kekuatan diperlukan untuk menjaga agar sambungan tidak rusak. Sedangkan kerapatan
diperlukan, selain untuk kekuatan juga menjaga agar tidak terjadi kebocoran, seperti pada boiler
atau lambung kapal. Bahan paku keeling untuk tujuan umum dibuat dari baja atau bahan yang
ringan yaitu dari timah, dengan alasan efektifitas dan efisiensi.
Jika dua pelat akan disambung dengan paku keeling, maka pelat tersebut dilubangi pada
sambungan, untuk struktur dan bejana tekan, diameter lubang pelat dibuat 1-1,5 mm lebih besar
dari diameter nominal paku.
Paku yang telah dipanaskan dimasukkan kedalam lubang kedua pelat, kemudian
ujungnya dibentuk menyerupai kepala paku. Pembentukan kepala paku ini dapat dilakukan
dengan menggunakan palu atau cetakan. Pada saat dipukul, diameter batang palu akan membesar
dan mengisi lubang pelat secara penuh, sehingga menghasilkan sambungan yang rapat dan kuat.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Paku Keling

3.1.1. Pengertian

Paku keling adalah sejenis pasak atau paku yang digunakan untuk megikat suatu
sambungan yang sifatnya permanen. Pada prinsipnya bahan paku keling terbuat dari logam
yang ulet, alumunium, tembaga, atau perunggu . Karena lebih, mudah membentuk kepala
keling juga mudah untuk melepas ikatan keling dengan cara merusak paku keling tersebut.
Jika ditinjau dari segi ekonomi penggunaan paku keling lebih ekonomis, sederhana, dan
lebih ringan konstruksinya.

3.1.2. Macam – macam Paku Keling

1). Paku keling massif / pejal

Paku keling ini penampangnya masif / pejal dengan bentuk yang hampir
sama dan yang membedakannya hanya pada bentuk kepala.

Contoh pemakaian ikatan paku keeling:


2). Paku Keling Berlubang

Paku keling yang memiliki lubang tembus (hollow) ataupun tidak tembus
pada bagian ujungnya. Lubang berfungsi untuk membentuk kepala penguncian.

Contoh pemakaian ikatan paku keling


3). Paku Keling Beralur

Paku keling ini memiliki alur-alur memanjang pada sisi batang.


Digunakan untuk pengikatan pada lubang buntu.

Contoh pemakaian ikatan paku keling


3.1.3. Bahan Paku Keling
Bahan untuk paku keling harus bersifat ulet agar mudah dibentuk, juga
mempermudah pembongkaran atau bila akan dibongkar.
Sifat lain yang dibutuhkan adalah tidak mudah berkarat, apalagi pada saat
pembentukan panas.

Bahan paku keling yang sering digunakan antara lain:


a. U St 36-2

Banyak konstruksi umum dengan tegangan tarik ~ 360 N/mm2, diproses tanpa
dikil dengan kualitas 2 (untuk kebutuhan yang lebih tinggi, dengan kandungan P
max 0,05%).

b. UQ St 36-2

Sama seperti diatas, hanya mempunyai sifat khusus yaitu cocok untuk “cold
forming”.

c. Cu Zn 37

Alumunium (hampir murni) dengan kandungan 99,5%.


d. Monel

Baja dengan kandungan 70% Nikel dan 30% tembaga.

e. Al Mg 3,5

Paduan alumunium – magnesium dengan kandungan magnesium 3,5%

3.1.4. Macam – macam Sambungan

1). Sambungan pada bagian tekukan

Bagian tekukan adalah bagian kritis, jarak paku keling agak jauh dari tekukan
selain itu mempermudah pengelingan.

2). Sambungan pada permukaan miring

Permukaan bagian yang miring harus diratakan atau dibut sejajaragar ikatan dapat
merata.

3). Sambungan Berimpit


Jarak paku keling dengan tepi pelat tidak terlalu pendek. Sebaiknya jarak tersebut
sekitar 2 x diameter paku keling agar pelat tidak mudah sobek.

4). Sambungan pada dua plat dengan tebal berbeda

Kepala pembentukan harus diletakkan pada permukaan pelat yang lebih tebal
untuk menghindarkan kerusakan.

5). Sambungan Pada Bagian yang Lunak

Antara Kepala Keling dan permukaan bagian yang lunak diberi ring flat, agar tidak rusak
akibat pembentukan kepala.

6). Sambungan Baris Majemuk


Jarak sumbu pengelingan jangan terlalu dekat, sebaiknya 3 kali diameter paku
keling.

7). Sambungan dengan Kepala Tenggelam

Untuk memudahkan pengelingan, lubang untuk kepala dibuat cukup besar agar
alat pembentuk dapat mencapai permukaan pelat.

8). Sambungan pada pelat yang cukup besar

Harus diperhatikan perbandingan ketebalan total pelat dengan diameter paku keling.
3.1.5. Klasifikasi Paku Keling
Berdasarkan Proses Pembentukan, klasifikasi Paku Keling dibedakan menjadi
Cold Forming dan Hot Forming.

1). Cold Forming (Pengelingan Dingin)

Pengelingan pada pengelingan Dingin lubang harus di diameter <9 mm


chamfer terlebih dulu untuk menghindari terjadinya konsentrasi tegangan.
Selain itu lubang dan paku keling harus memiliki suaian yang tepat agar
tidak
terjadi pergeseran elemen yang diikat saat pengelingan. Karena bagian kepala
keling yang menempel permukaan elemen relatif kecil, maka dengan sendirinya
gaya F langsung diterima oleh penampang potong paku keling.

2). Hot Forming (Pengelingan Panas)

• Untuk pengelingan diameter >10 mm


• Bila konstruksi menuntut Kekuatan dan kerapatan ikatan
Pada pengelingan diameter besar sebenarnya dapat dilakukan melalui
proses dingin, namun tentunya memerlukan gaya pembentukan yang besar. Bila
dilakukan pengelingan panas, paku keling dipanaskan hingga temperatur
Austenitik 9000-10000 C, maka pembentukan menjadi ringan.
Pada saat pendinginan, batang dan kepala keling menyusut sehingga
antara lubang dan batang terjadi kelonggaran, namun bagian permukaan kepala
menekan elemen. Gaya tekan ini akan menahan gaya F.
3.1.6. Hal yang Perlu diperhatikan dalam Pengelingan

Untuk memperoleh hasil yang baik dalam proses pengelingan harus memperhatikan hal –
hal berikut :
- Gaya penekanan harus sesuai
- Gunakan alat yang tepat
- Lubang pengelingan harus tegak lurus dengan permukaan, sesumbu dan sesuai dengan
diameter paku keling
- Posisi pembentuk harus sesumbu dengan lubang dan paku keling.
3.1.7. Kelebihan dan Kekurangan Paku Keling
a. Kelebihan
1. Tidak ada perubahan struktur dari logam yang disambung. Oleh karena itu,
banyak dipakai pada pembebanan-pembebanan dinamis.
2. Sambungan akan menjadi kuat dan rapat. Kekuatan diperlukan agar
sambungan tidak rusak, sedangkan kerapatan diperlukan agar tidak terjad
kebocoran.
b. Kelemahan
1. Ada pekerjaan awal berupa pengeboran lubang paku keeling yang
kemungkinan terjadi karat di sekeliling lubang serta kemungkinan terjadi
karat karena paku keeling harus dipanaskan dahulu sampai suhu tertentu
sebelum dipasang.
2. Paku keeling merupakan sambungan tetap, bila sambungan ini akan dibuka
harus merusak paku kelingnya dan tidak bias dipasang lagi, kecuali
mengganti paku kelingnya dengan yang baru.
3.2. Perekat (Adhesive)

3.2.1. Pengertian

Perekat adalah penyambungan bahan yang sama atau bahan yang berbeda baik
logam maupun bukan logam, dengan memanfaatkan kontak permukaan ditambah bahan
perekat sebagai media penyambungan. Seperti halnya pengelingan dan pengelasan,
sambungan dengan perekat merupakan sambungan permanen.

Contoh perekat yang digunakan untuk sambungan bukan logam, seperti:

- Kertas

- Karbon

- Kulit

- Kayu

- Karet

- Dll.

3.2.2. Pemakaian

Dalam konstruksi umum:

- Konstruksi-konstruksi ringan

- Perpipaan

- Mekanik

- Konstruksi kayu

Dalam industri transportasi

- Untuk rangka dan body pesawat


- Body mobil

- Kanvas rem atau kopling

Dalam industri elektronik:

- Pelat-pelat transformator

- Lempengan pelat pada elektromotor

Pemaiakan dalam industri lain:

- Peralatan foto

- Mainan

- Mebel

- Sepatu, tas, dll

- Vinyl lantai

- Pengepakan

- Wallpaper

3.2.3. Proses perekatan

Tahap-tahap yang umum adalah sebagai berikut:

1). Pembersihan

Bidang kontak harus bebas dari segala macam kotoran, debu, karat, lemak,dll.
Khusus lemak dapat dihilangkan dengan larutan seperti aceton, trichlor, thinner, dll.

2). Pengerjaan permukaan

Hal ini dilakukan untuk meningkatkan mutu dan kekuatan rekat. Bidang kontak
digerinda, disikat, disemprot pasir atau dapat dilakukan secara kimia.

3). Pelapisan atau pemberian bahan perekat


Bahan perekat dilapiskan dengan tipis dan merata pada permukaan bahan yang
akan direkatkan. Kemudian kedua permukaan ditempelkan dan tidak diperbolehkan
bergeser sedikitpun.

4). Penekanan

Untuk tahap ini tegantung dari jenis bahan perekatnya. Ada yang langsung
ditempel setelah pelapisan, dan ada yang harus menunggu beberapa saat sebelum
ditempelkan. Penekanan dapat dilakukan dengan cara: dicekam atau diklem dengan
ragum atau dengan alat pencekam lainnya.

5). Waktu Pendinginan

Pada perekatan panas, waktu pendinginan dan perekatan saling berkaitan. Untuk
mendapatkan pengikatan yang kuat diperlukan waktu yang cukup.

3.2.4. Kelebihan dan Kekurangan


a. Kelebihan
1. Dapat menyambung bahan sejenis atau bahan yang berbeda seperti: logam
dengan plastik, kulit, karet
2. Beban yang diterima bahan perekat merata
3. Tidak mengalami konsentrasi tegangan
4. Isolator terhadap panas dan listrik
5. Pengerjaan pada suhu rendah
6. Tidak merusak permukaan
7. Tidak terjadi korosi listrik
8. Dapat menyesuaikan diri teradap pemuaian (elastis)
9. Mudah dan murah terutama pada proses perekatan dingin
10. Tidak menambah berat atau volume, terutama untuk konstruksi pesawat terbang
11. Kedap gas dan cairan.
b. Kekurangan
1. Kemampuan menahan beban kejut, bengkok dan kupas rendah
2. Kemampuan menahan panas terbatas
3. Kurang tahan terhadap beban berganti
4. Memerlukan penanganan awal terhadap permukaan benda yang akan direkatkan
5. Waktu pendinginan dan pengerasan hingga benar-benar relatif lama, terutama
pada proses perekatan panas
6. Harus memperhitungkan kontak permukaan yang cukup
7. Sukar dalam pengujian non-destruktif.

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

4.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

1. Gunawan, T. Dan Margaret, S. (1991). Teori Soal dan Penyelesaian Konstrksi Baja I
Jilid I. Jakarta:Delta Teknik Grup.
2. Pasaribu, Patar M. (1996). Konstruksi Baja. Medan : Percetakan Bin Harun. Peraturan
Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) 1983, Bandung Yayasan Penyelidikan
Masalah Bangunan.
3. Struktur Baja I / 3 sks / modul 3 / Drs. Nathanael Sinanggang S.T., M.Pd.
4. Pusat Pengembangan Bahan Ajar – UMB Ir. Dadang S. Permana
5. Buku Ajar Diktat Elemen Mesin 1 oleh Drs. Lagiyono, M.Pd., M.T.

Anda mungkin juga menyukai