Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Elemen Mesin
Disusun oleh:
Penulis
DAFTA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
3.1.1. Pengertian
Paku keling adalah sejenis pasak atau paku yang digunakan untuk megikat suatu
sambungan yang sifatnya permanen. Pada prinsipnya bahan paku keling terbuat dari logam
yang ulet, alumunium, tembaga, atau perunggu . Karena lebih, mudah membentuk kepala
keling juga mudah untuk melepas ikatan keling dengan cara merusak paku keling tersebut.
Jika ditinjau dari segi ekonomi penggunaan paku keling lebih ekonomis, sederhana, dan
lebih ringan konstruksinya.
Paku keling ini penampangnya masif / pejal dengan bentuk yang hampir
sama dan yang membedakannya hanya pada bentuk kepala.
Paku keling yang memiliki lubang tembus (hollow) ataupun tidak tembus
pada bagian ujungnya. Lubang berfungsi untuk membentuk kepala penguncian.
Banyak konstruksi umum dengan tegangan tarik ~ 360 N/mm2, diproses tanpa
dikil dengan kualitas 2 (untuk kebutuhan yang lebih tinggi, dengan kandungan P
max 0,05%).
b. UQ St 36-2
Sama seperti diatas, hanya mempunyai sifat khusus yaitu cocok untuk “cold
forming”.
c. Cu Zn 37
e. Al Mg 3,5
Bagian tekukan adalah bagian kritis, jarak paku keling agak jauh dari tekukan
selain itu mempermudah pengelingan.
Permukaan bagian yang miring harus diratakan atau dibut sejajaragar ikatan dapat
merata.
Kepala pembentukan harus diletakkan pada permukaan pelat yang lebih tebal
untuk menghindarkan kerusakan.
Antara Kepala Keling dan permukaan bagian yang lunak diberi ring flat, agar tidak rusak
akibat pembentukan kepala.
Untuk memudahkan pengelingan, lubang untuk kepala dibuat cukup besar agar
alat pembentuk dapat mencapai permukaan pelat.
Harus diperhatikan perbandingan ketebalan total pelat dengan diameter paku keling.
3.1.5. Klasifikasi Paku Keling
Berdasarkan Proses Pembentukan, klasifikasi Paku Keling dibedakan menjadi
Cold Forming dan Hot Forming.
Untuk memperoleh hasil yang baik dalam proses pengelingan harus memperhatikan hal –
hal berikut :
- Gaya penekanan harus sesuai
- Gunakan alat yang tepat
- Lubang pengelingan harus tegak lurus dengan permukaan, sesumbu dan sesuai dengan
diameter paku keling
- Posisi pembentuk harus sesumbu dengan lubang dan paku keling.
3.1.7. Kelebihan dan Kekurangan Paku Keling
a. Kelebihan
1. Tidak ada perubahan struktur dari logam yang disambung. Oleh karena itu,
banyak dipakai pada pembebanan-pembebanan dinamis.
2. Sambungan akan menjadi kuat dan rapat. Kekuatan diperlukan agar
sambungan tidak rusak, sedangkan kerapatan diperlukan agar tidak terjad
kebocoran.
b. Kelemahan
1. Ada pekerjaan awal berupa pengeboran lubang paku keeling yang
kemungkinan terjadi karat di sekeliling lubang serta kemungkinan terjadi
karat karena paku keeling harus dipanaskan dahulu sampai suhu tertentu
sebelum dipasang.
2. Paku keeling merupakan sambungan tetap, bila sambungan ini akan dibuka
harus merusak paku kelingnya dan tidak bias dipasang lagi, kecuali
mengganti paku kelingnya dengan yang baru.
3.2. Perekat (Adhesive)
3.2.1. Pengertian
Perekat adalah penyambungan bahan yang sama atau bahan yang berbeda baik
logam maupun bukan logam, dengan memanfaatkan kontak permukaan ditambah bahan
perekat sebagai media penyambungan. Seperti halnya pengelingan dan pengelasan,
sambungan dengan perekat merupakan sambungan permanen.
- Kertas
- Karbon
- Kulit
- Kayu
- Karet
- Dll.
3.2.2. Pemakaian
- Konstruksi-konstruksi ringan
- Perpipaan
- Mekanik
- Konstruksi kayu
- Pelat-pelat transformator
- Peralatan foto
- Mainan
- Mebel
- Vinyl lantai
- Pengepakan
- Wallpaper
1). Pembersihan
Bidang kontak harus bebas dari segala macam kotoran, debu, karat, lemak,dll.
Khusus lemak dapat dihilangkan dengan larutan seperti aceton, trichlor, thinner, dll.
Hal ini dilakukan untuk meningkatkan mutu dan kekuatan rekat. Bidang kontak
digerinda, disikat, disemprot pasir atau dapat dilakukan secara kimia.
4). Penekanan
Untuk tahap ini tegantung dari jenis bahan perekatnya. Ada yang langsung
ditempel setelah pelapisan, dan ada yang harus menunggu beberapa saat sebelum
ditempelkan. Penekanan dapat dilakukan dengan cara: dicekam atau diklem dengan
ragum atau dengan alat pencekam lainnya.
Pada perekatan panas, waktu pendinginan dan perekatan saling berkaitan. Untuk
mendapatkan pengikatan yang kuat diperlukan waktu yang cukup.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
1. Gunawan, T. Dan Margaret, S. (1991). Teori Soal dan Penyelesaian Konstrksi Baja I
Jilid I. Jakarta:Delta Teknik Grup.
2. Pasaribu, Patar M. (1996). Konstruksi Baja. Medan : Percetakan Bin Harun. Peraturan
Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) 1983, Bandung Yayasan Penyelidikan
Masalah Bangunan.
3. Struktur Baja I / 3 sks / modul 3 / Drs. Nathanael Sinanggang S.T., M.Pd.
4. Pusat Pengembangan Bahan Ajar – UMB Ir. Dadang S. Permana
5. Buku Ajar Diktat Elemen Mesin 1 oleh Drs. Lagiyono, M.Pd., M.T.