1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
nikmat,rahmat dan anugerah yang selalu diberikan kepada penyusun sehingga dapat
menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya penyusun tidak menyelesaikannya
seorang diri. Penyusun mendapat bantuan dari banyak pihak yang telah memberikan
bantuan baik dari segi moril maupun materil. Oleh karena itu, penyusun banyak
mengucapkan terimakasih kepada pihak -pihak tersebut.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan pengetahuan serta karena
kesempurnaan hanyala milik Tuhan. Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa mendatang.
Penyusun berharap dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................4
i. Latar Belakang..................................................................................................................4
ii. Rumusan Masalah............................................................................................................5
iii. Tujuan.............................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................6
A. Kesimpulan.............................................................................................................17
B. Saran........................................................................................................................18
3
BAB I PENDAHULUAN
i. Latar Belakang
Sambungan adalah menghubungkan satu benda dengan lainnya. Ada dua jenis
sambungan yaitu sambungan tetap (permanent joint) dan sambungan tidak tetap (semi
permanent joint). Akan tetapi, hal yang akan kami lakukan untuk penelitian pada laporan
ini adalah sambungan tetap (permanent joint) yang menggunakan sambungan paku keling
(rivet joint) dengan teknologi pressing. Sambungan tetap adalah sambungan yang bersifat
tetap, sehingga tidak dapat dilepas kecuali dengan merusaknya. Salah satu contoh
sambungan tetap adalah sambungan dengan menggunakan paku keling (riveted joints).
Paku keling adalah batang silinder pendek dengan sebuah kepala di bagian atas, setiap
bentuk kepala keling ini mempunyai kegunaannya tersendiri, masing-masing mempunyai
kekhususan dalam penggunaannya. Silinder tengah sebagai badan dan bagian bawahnya
sebagai ekor. Ekor (tail) dipatenkan agar permanen menahan kedudukan paku keling pada
posisinya, sedangkan badan (body) dirancang untuk kuat mengikat sambungan dan
menahan beban kerja yang diterima benda. Sedangkan untuk proses pressing ini sendiri
adalah proses yang menggunakan alat yang disebut punch dan die, punch adalah menekan
dan die adalah landasan. Metode pressing dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti bentuk
mata punch.
4
ii. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang makalah di atas maka rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
• Apa yang dimaksud dengan sambungan Keling?
• Apa tujuan mengenai sambungan Keling?
• Apa saja manfaat mengetahui sambungan Keling ?
• Apa saja kelebihan dan kekurangan sambungan Keling?
iii. Tujuan
• Untuk memahami dan mengetahui pengertian sambungan Keling
• Untuk mengetahui tujuan sambungan Keling
• Untuk mengetahui manfaat sambungan Keling
• Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan sambungan Keling
5
BAB II PEMBAHASAN
Sambungan Keling merupakan jenis sambungan tetap. Sambungan keling itu sendiri
adalah sambungan yang digunakan untuk penyambungan plat dengan batang profil. Pada
sambungan keling ini digunakan paku keling untuk penyambungannya.
Paku keling dibuat dari pabrik dengan konstruksi kepala terpasang yang dilantak.
Pada dasarnya sambungan keling adalah sambungan yang berfungsi untuk
mengikatkan atau menyatukan bagian suatu benda dengan benda yang lain
menggunakan alat sambung berupa paku keling. Karakteristik utama dari sambungan
ini adalah permanen, tetap, dan sulit dibongkar. Hal ini dikarenakan bagian ujung
paku keling memiliki ukuran yang lebih besar daripada bagian batangnya. Itulah
kenapa sambungan ini banyak diaplikasikan pada bangunan-bangunan yang bergetar
atau bergerak. Sementara itu, paku keling yang menjadi alat sambung utama pada
sambungan ini merupakan paku yang terbuat dari logam. Bentuk paku ini terdiri atas
bagian kepala dan bagian batang. Paku ini biasanya dipakai untuk mengikat
penyambungan dari beberapa pelat besi melalui proses pengelingan.
Kelebihan yang dimiliki oleh sambungan keling yaitu tidak adanya perubahan
struktur dari logam-logam yang disambungkan. Oleh karena itu, sambungan ini relatif
6
lebih aman daripada jenis sambungan baja yang lain. Penerapan sambungan keling
biasanya diaplikasikan pada konstruksi bangunan yang digunakan untuk pembebanan
secara dinamis.
• Kerusakan sambungan paku keling yang disebabkan oleh bergesernya posisi beban
konstruksi.
• Garis sumbu lubang paku keling yang bersilangan dengan garis gaya mengalami robek.
• Bagian pinggir plat mengalami robek. Hal ini bisa terjadi apabila margin (m) kurang dari
1,5 diameter paku keling (d).
7
2. Berfungsi sebagai sambungan kekuatan kedap. Contoh dari sambungan
ini adalah konstruksi untuk ketel dan pipa tekanan tinggi.
3. Berfungsi sebagai sambungan kedap dan tidak memiliki tekanan.
Contoh dari sambungan ini adalah sambungan untuk tangki, cerobong
asap dan untuk pipa penurun.
4. Berfungsi sebagai sambungan paku pada pelat besi atau logam. Contoh
dari sambungan ini adalah untuk konstruksi kendaraan dan juga untuk
konstruksi pesawat terbang.
8
B. Analisa kekuatan Desain Sambungan Keling
Sambungan keling digunakan secara luas dalam struktur boiler, kapal, jembatan,
bangunan, tangki, kapal, pesawat uadara, dll. Dalam perancangan sambungan keling,
diameter keling yang dijadikan parameter design, walaupun setelah dipasang diameter
rivet akan ekpansi memenuhi ukuran lubang. Beberapa kelebihan sambungan keling
antara lain adalah :
• Tidak akan longgar karena adanya getaran atau beban kejut
• Ringan
Sedangkan kelemahan sambungan keling adalah tidak dapat dilepas, dan pencekaman
tidak sekencang sambungan baut.
Jarak minimum antar keling biasanya adalah sekitar tiga kali diameter (kecuali pada
strukutr boiler), sedangkan jarak maksimum adalah 16 kali tebal pelat. Jarak antar keling
yang terlalu jauh akan mengakibatkan terjadi plate buckling. Untuk menjamin
keselamatan, prosedur perancangan konstruksi yang menggunakan sambungan paku
keling haruslah mengikuti persayaratan yang ditetapkan oleh Code yang telah disusun
oleh AISC dan ASME.
Paku keling dapat dibuat dari bahan yang bersifat ulet seperti baja karbon,
aluminium, dan brass. Untuk mengurangi efek lingkungan, paku keling sering di
coating, plating , atau di cat. Konfigurasi paku keling yang banyak digunakan ada dua
jenis yaitu (1) jenis tubular dan (2) jenis blind seperti ditunjukkan pada gambar 9.10.
Sedangkan gambar 9.11 menunjukkan metoda pemasangan beberapa jenis paku
keling.
9
Gambar 9.11 Tipe dasar paku keling jenis tubular (a) semi tubular, (b) self
piercing,
Tegangan yang terjadi pada paku keling yang mendapat beban tarik dapat dihitung
dengan persamaan sederhana dimana P adalah gaya tarik yang dialami paku keling dan Ac
adalah luas paku keling sebelum dipasang. Perlu diingat bahwa paku keling biasanya
dipang dalam grup, sehingga diperlukan analisis beban yang diterima tiap paku keling
terlebih dulu.
Mode kegagalan yang mungkin terjadi pada konstruksi keling akibat beban geser
dapat diklasifikasikan menjadi enam jenis yaitu (1) mode bending pada pelat, (2) mode
geser pada keling, (3) mode tarik pada pelat, dan (4) bearing pada rivet atau pelat, (5)
shear tear-out pada pelat, dan (6) tensile tear-out pada pelat. Keenam jenis mode
kegagalan ini ditunjukkan pada gambar 9.11.
Gambar 9.13 Beban geser dan mode kegagalan pada sambungan keling.
Dalam praktek, mode kegagalan pertama sampai ke-empat yang paling sering terjadi.
Sedangkan dua mode kegagalan terakhir dapat dihindari dengan memberikan jarak
minimum sebesar 1,5 x diameter paku keling ke ujung pelat.
2. Mode geser pada paku keling : untuk menghindari kegagalan ini, maka
persamaan berikut harus dipenuhi:Dengan dc = crest diameter, [m] Ssy =
kekuatan luluh geser bahan paku keling, [Pa].Dalam analisis, diameter
yang digunakan adalah diameter paku keling sebelum terpasang. Kegagala
geser pada sambungan paku keling adalah merupakan pertimbangan utama
dalam perancangan konstruksi sambungan paku keeling.
11
C. Sampel desain sambungan Keling
Penelitian ini difokuskan pada sambungan tunggal pada material komposit hibrida
dengan penguat serat jute dan serat gelas pada matrik polypropylene (PP) menggunakan
paku keling. Laminasi serat dirancang berdasarkan susunan urut serat (stacking
sequences). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi pengaruh laminasi
susun urut terhadap pembebanan tarik. Uji tarik dilakukan untuk memperoleh kekuatan
tarik dan modulus elastisitas sambungan. Sedangkan kegagalan pembebanan tarik
diujikan dengan menggunakan SEM untuk mengetahui fenomena patahan yang terjadi
setelah pembebanan tarik.
Pada penelitian ini dua jenis serat yaitu serat gelas dan serat goni telah digunakan
sebagai penguat. Kedua serat memiliki perbedaan struktur yaitu serat goni berbentuk
anyaman datar dan serat gelas adalah anyaman chop seperti diilustrasikan pada gambar 1a
dan gambar 1b. Kemudian, matrik thermoplastic yaitu Polypropylene (PP) digunakan
seperti ditunjukkan pada gambar 1c. Tabel 1 mengilustrasikan karakteristik serat goni dan
serat gelas dan PP.
o Proses manufaktur
Benda uji dicetak pada cetakan panas (hot press) pada temperatur 200 (oC) selama
60 (menit) dan ditekan pada beban 30000 (N) ditunjukkan pada gambar 3. Serat penguat
disusun secara urut (laminate sequence) pada cetakan dengan konfigurasi diilustrasikan
12
seperti tabel 2. Perbandingan antar serat goni dan serat gelas didasarkan pada prosentase
fraksi berat yaitu 60 (wt.%) serat goni dan 40 (wt.%) serat gelas. Kemudian benda kerja
dipotong mengunakan diamond cutter dan dilubangi menggunakan bor berdiameter 4
(mm). Penampang potongan untuk
laminasi susun urut antara serat goni dan gelas diilustrasikan seperti gambar 4.
13
plat (mm). Geometri dari sambungan paku keling pada komposit hbrida seperti
dilustrasikan pada tabel 2.
Tegangan Tarik merupakan sifat mekanis yang dimiliki oleh setiap material,
terlebih untuk sambungan, yang mana sifat ini akan menunjukkan kemampuan terhadap
beban dengan arah longitudinal. Hubungan tegangan tarik dan modulus of elastisity dari
masing-masing sambungan komposit hibrida ditunjukkan seperti oleh gambar 8.
Beberapa pengamatan dari peneliti sebelumnya menunjukkan bahwa effek coupling dari
laminasi mempengaruhi defleksi dan tegangan karena adanya pengaruh sudut dari serat
(Santosh dkk., 2015), Selain itu dijelaskan bahwa peningkatan overlap pada sambungan
dapat meningkatkan tegangan tarik (tensile stress), Hariharan dkk. (2017), Senguttuvan
dan Lillymercy (2015). Pada pengujian yang dilakukan dan mengamati grafik pada
Gambar 8 dapat dijelaskan bahwa komposit [G 5] memiliki tegangan tarik yang paling
tinggi yaitu sebesar 10,5 MPa. Sebaliknya untuk komposit [g5] memiliki tegangan tarik
sebesar 7,485 (MPa). Dari nilai tegangan yang diperoleh antara [G5] dan [g5] adalah
sebesar 28,947%. Kemudian modulus of elastisitas dari komposit [G5] dan [g5] adalah
3,315 MPa dan 3,083 MPa, masing-masing dengan selisih 7%.
Tegangan tarik dan modulus of elasticity dari komposit dengan variasi laminasi
serat gelas dan serat goni dapat diamati bahwa laminasi dengan posisi serat gelas pada
inti komposit (H1) memberikan nilai tegangan tarik yang paling tingi diantara variasi
yang diuji, sebesar 10,179 MPa. Dengan modulus elastisitas sebesar 3,867 (MPa).
Kemudian, rata – rata nilai tegangan tarik dari komposit hibrida H 2, H3 dan H4 adalah
relatif sama yaitu 7,88 MPa, 7,792 MPa, dan 7,84 MPa dan berkisar di antara tegangan
tarik komposit [G5] dan [g5]. Selanjutnya untuk modulus elastisitas dari H2, H3 dan H4
adalah rata-rata 2,53 MPa. Pada kajian ini juga didapatkan bahwa faktor diameter
lubang paku keling juga sangat berpengaruh karena menimbulkan adanya konsentrasi
15
tegangan pada daerah keling. Dimana, apabila pembuatan yang kurang baik
menurunkan tegangan tarik dari material. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari
pengujian tarik untuk sambungan tunggal paku keling pada material komposit hibrida
(laminasi susun urut) serat goni dan gelas sangat berpengaruh pada kekuatan tarik dan
meningkatkan keuletan (ductility) material.
Patahan karena tarik dari paku keling terjadi menyeluruh dengan bentuk
permukaan patahan tidak rata disebabkan oleh bahan aluminium memiliki sifat ductile
ditampilkan seperti pada gambar 9a dan 9e.
Sambungan dengan paku keling ini umumnya bersifat permanent dan sulit untuk
melepaskannya karena pada bagian ujung pangkalnya lebih besar daripada batang paku
kelingnya.
Saran
Dari hasil makalah yang dilakukan masih terdapat beberapa kesalahan yang masih
mungkin untuk diminalisir. Untuk itu penulis menyarankan untuk saling melengkapi
dan mengantisipasi apabila terjadi kesalahan teknis pada salah satu pembacaan .Selain
itu akan lebih baik apabila digunakan variasi benda uji yang lebih banyak sehingga
analisis dari hasil pengujian dapat dikaji dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
SUBAGIA, IDG Ary; YUWONO, A. H.; ADHI, IGAKC. Kekuatan Tarik Sambungan
Paku keling tunggal pada Komposit Polypropylene Hibrida Laminasi Serat
Goni/Gelas. Dinamika Teknik Mesin, 2019, 9.2: 110-117.
PRAMONO, Catur, et al. Buku Ajar Elemen Mesin (Jilid 1). Penerbit Pustaka Rumah
C1nta.
17