Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SAMBUNGAN KELING

M.K DESAIN KOMPONEN MESIN

DOSEN PENGAMPU : BUDI HARTO S,PD

DISUSUN OLEH : BUDI HARTO S,Pd, M.T

NAMA : DONIARJO SIMANUNGKALIT


NIM : 5201121008
KELAS :B

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS


TEKNIK
UNIVERSITAS NEGRI MEDAN OKTEBER
2021

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
nikmat,rahmat dan anugerah yang selalu diberikan kepada penyusun sehingga dapat
menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya penyusun tidak menyelesaikannya
seorang diri. Penyusun mendapat bantuan dari banyak pihak yang telah memberikan
bantuan baik dari segi moril maupun materil. Oleh karena itu, penyusun banyak
mengucapkan terimakasih kepada pihak -pihak tersebut.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan pengetahuan serta karena
kesempurnaan hanyala milik Tuhan. Penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa mendatang.
Penyusun berharap dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 19 Oktober 2021

Penyusun

DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2

DAFTAR ISI........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................4

i. Latar Belakang..................................................................................................................4
ii. Rumusan Masalah............................................................................................................5
iii. Tujuan.............................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................6

A. Desain Sambungan Keling........................................................................................6


B. Analisa Kekuatan desain sambungan Keling............................................................9
C. Sampel desain sambungan Keling...........................................................................13
BAB III PENUTUP...........................................................................................................17

A. Kesimpulan.............................................................................................................17
B. Saran........................................................................................................................18

3
BAB I PENDAHULUAN
i. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan jaman maka perkembangan teknologi sangat


diperlukan untuk mengikuti keinginan pasar salah satunya adalah industri manufaktur.
Industri manufaktur merupakan salah satu industri yang memproduksi produk mentah
menjadi produk setengah jadi maupun produk jadi. Panci termasuk dalam industri
manufaktur yang mengolah dari bahan plat alumunium yang kemudian diproses
menjadi panci melalui proses sheet metal forming. Metode yang dapat digunakan
dalam pembuatan panci ini dapat menggunakan metode manual, stamping dan metal
spinning. Panci kemudian dilakukan proses pelubangan, untuk sambungan keling pada
gagang panci.

Sambungan adalah menghubungkan satu benda dengan lainnya. Ada dua jenis
sambungan yaitu sambungan tetap (permanent joint) dan sambungan tidak tetap (semi
permanent joint). Akan tetapi, hal yang akan kami lakukan untuk penelitian pada laporan
ini adalah sambungan tetap (permanent joint) yang menggunakan sambungan paku keling
(rivet joint) dengan teknologi pressing. Sambungan tetap adalah sambungan yang bersifat
tetap, sehingga tidak dapat dilepas kecuali dengan merusaknya. Salah satu contoh
sambungan tetap adalah sambungan dengan menggunakan paku keling (riveted joints).
Paku keling adalah batang silinder pendek dengan sebuah kepala di bagian atas, setiap
bentuk kepala keling ini mempunyai kegunaannya tersendiri, masing-masing mempunyai
kekhususan dalam penggunaannya. Silinder tengah sebagai badan dan bagian bawahnya
sebagai ekor. Ekor (tail) dipatenkan agar permanen menahan kedudukan paku keling pada
posisinya, sedangkan badan (body) dirancang untuk kuat mengikat sambungan dan
menahan beban kerja yang diterima benda. Sedangkan untuk proses pressing ini sendiri
adalah proses yang menggunakan alat yang disebut punch dan die, punch adalah menekan
dan die adalah landasan. Metode pressing dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti bentuk
mata punch.

4
ii. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang makalah di atas maka rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
• Apa yang dimaksud dengan sambungan Keling?
• Apa tujuan mengenai sambungan Keling?
• Apa saja manfaat mengetahui sambungan Keling ?
• Apa saja kelebihan dan kekurangan sambungan Keling?

iii. Tujuan
• Untuk memahami dan mengetahui pengertian sambungan Keling
• Untuk mengetahui tujuan sambungan Keling
• Untuk mengetahui manfaat sambungan Keling
• Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan sambungan Keling

5
BAB II PEMBAHASAN

A. Desain Sambungan Keling

Sambungan Keling merupakan jenis sambungan tetap. Sambungan keling itu sendiri
adalah sambungan yang digunakan untuk penyambungan plat dengan batang profil. Pada
sambungan keling ini digunakan paku keling untuk penyambungannya.
Paku keling dibuat dari pabrik dengan konstruksi kepala terpasang yang dilantak.
Pada dasarnya sambungan keling adalah sambungan yang berfungsi untuk
mengikatkan atau menyatukan bagian suatu benda dengan benda yang lain
menggunakan alat sambung berupa paku keling. Karakteristik utama dari sambungan
ini adalah permanen, tetap, dan sulit dibongkar. Hal ini dikarenakan bagian ujung
paku keling memiliki ukuran yang lebih besar daripada bagian batangnya. Itulah
kenapa sambungan ini banyak diaplikasikan pada bangunan-bangunan yang bergetar
atau bergerak. Sementara itu, paku keling yang menjadi alat sambung utama pada
sambungan ini merupakan paku yang terbuat dari logam. Bentuk paku ini terdiri atas
bagian kepala dan bagian batang. Paku ini biasanya dipakai untuk mengikat
penyambungan dari beberapa pelat besi melalui proses pengelingan.

Salah satu metode penyambungan yang sederhana. sambungan keling umumnya


diterapkan pada jembatan, bangunan, ketel, tangki, kapal Dan pesawat terbang.
Penggunaan metode penyambungan dengan paku keling ini juga sangat baik
digunakan untuk penyambungan pelat-pelat alumnium.

Keuntungan sambungan keling antara lain :

Kelebihan yang dimiliki oleh sambungan keling yaitu tidak adanya perubahan
struktur dari logam-logam yang disambungkan. Oleh karena itu, sambungan ini relatif

6
lebih aman daripada jenis sambungan baja yang lain. Penerapan sambungan keling
biasanya diaplikasikan pada konstruksi bangunan yang digunakan untuk pembebanan
secara dinamis.

kerugian sambungan keling yaitu :

Kelemahan dari sambungan keling ialah adanya kemungkinan timbulnya karat di


sekeliling lubang paku keling selama proses pengeboran tengah berlangsung. Solusi
untuk menyiasati potensi buruk tersebut ialah mengerjakan proses pembuatan
konstruksi bangunan secara efektif dan efisien. Selain dilakukan secara manual,
pemasangan paku keling bisa dilaksanakan memakai mesin khusus atau bahan
peledak.
Ada beberapa kerusakan yang bisa menimpa sambungan keling, di antaranya:

• Kerusakan sambungan paku keling yang disebabkan oleh bergesernya posisi beban
konstruksi.

• Garis sumbu lubang paku keling yang bersilangan dengan garis gaya mengalami robek.

• Bagian pinggir plat mengalami robek. Hal ini bisa terjadi apabila margin (m) kurang dari
1,5 diameter paku keling (d).

Fungsi dari sambungan dengan menggunakan paku keling antara lain :

1. Berfungsi sebagai sambungan kekuatan pada konstruksi logam ringan


dan baja. Contoh sambungan ini adalah untuk konstruksi bertingkat,
konstruksi pesawat angkat dan konstruksi dari jembatan.

7
2. Berfungsi sebagai sambungan kekuatan kedap. Contoh dari sambungan
ini adalah konstruksi untuk ketel dan pipa tekanan tinggi.
3. Berfungsi sebagai sambungan kedap dan tidak memiliki tekanan.
Contoh dari sambungan ini adalah sambungan untuk tangki, cerobong
asap dan untuk pipa penurun.
4. Berfungsi sebagai sambungan paku pada pelat besi atau logam. Contoh
dari sambungan ini adalah untuk konstruksi kendaraan dan juga untuk
konstruksi pesawat terbang.

Untuk penerapan sambungan dengan menggunakan sambungann paku keling, antara


lain:

1. Sambungan kuat, contohnya untuk sambungan keling pada kerangka bangunan,


jembatan atau blok mesin
2. Sambungan kuat dan rapat, contohnya untuk sambungan keling ketel uap, dinding
kapal atau tangki-tangki.
3. Sambungan rapat, contohnya untuk sambungan tangki-tangki zat cair dan bejana
dengan tekanan rendah.
TIPE SAMBUNGAN PAKU KELING

o Lap joint (Sambungan Berimpit) : sambungan yang menempatkan pelat


yang akan disambung saling berimpitan dan kedua pelat tersebut disambung
dengan paku keling .
Pemasangan tipe lap joint biasanya digunakan pada plat yang overlaps satu
dengan yang lainnya.
o Butt joint (Sambungan Bilah): sambungan yang menempatkan kedua ujung
pelat yang akan disambung saling berdekatan, lalu kedua pelat tersebut ditutup
dengan bilah (strap), kemudian masing-masing pelat disambungkan dengan
bilah menggunakan paku keling Digunakan untuk menyambung dua plat
utama, dengan menjepit menggunakan 2 plat lain, sebagai penahan (cover),
dimana plat penahan ikut dikeling dengan plat utama. Tipe ini meliputi single
strap butt joint dan double strap butt joint

8
B. Analisa kekuatan Desain Sambungan Keling

Sambungan keling digunakan secara luas dalam struktur boiler, kapal, jembatan,
bangunan, tangki, kapal, pesawat uadara, dll. Dalam perancangan sambungan keling,
diameter keling yang dijadikan parameter design, walaupun setelah dipasang diameter
rivet akan ekpansi memenuhi ukuran lubang. Beberapa kelebihan sambungan keling
antara lain adalah :
• Tidak akan longgar karena adanya getaran atau beban kejut

• Relatif murah dan pemasangan yang cepat

• Ringan

• Dapat diasembling dari sisi “blind”

• Lebih tahan korosi dibandingkan sambungan baut

• Kekuatan fatigue lebih baik dari sambungan las

Sedangkan kelemahan sambungan keling adalah tidak dapat dilepas, dan pencekaman
tidak sekencang sambungan baut.
Jarak minimum antar keling biasanya adalah sekitar tiga kali diameter (kecuali pada
strukutr boiler), sedangkan jarak maksimum adalah 16 kali tebal pelat. Jarak antar keling
yang terlalu jauh akan mengakibatkan terjadi plate buckling. Untuk menjamin
keselamatan, prosedur perancangan konstruksi yang menggunakan sambungan paku
keling haruslah mengikuti persayaratan yang ditetapkan oleh Code yang telah disusun
oleh AISC dan ASME.

Paku keling dapat dibuat dari bahan yang bersifat ulet seperti baja karbon,
aluminium, dan brass. Untuk mengurangi efek lingkungan, paku keling sering di
coating, plating , atau di cat. Konfigurasi paku keling yang banyak digunakan ada dua
jenis yaitu (1) jenis tubular dan (2) jenis blind seperti ditunjukkan pada gambar 9.10.
Sedangkan gambar 9.11 menunjukkan metoda pemasangan beberapa jenis paku
keling.

9
Gambar 9.11 Tipe dasar paku keling jenis tubular (a) semi tubular, (b) self
piercing,
Tegangan yang terjadi pada paku keling yang mendapat beban tarik dapat dihitung
dengan persamaan sederhana dimana P adalah gaya tarik yang dialami paku keling dan Ac
adalah luas paku keling sebelum dipasang. Perlu diingat bahwa paku keling biasanya
dipang dalam grup, sehingga diperlukan analisis beban yang diterima tiap paku keling
terlebih dulu.

Mode kegagalan yang mungkin terjadi pada konstruksi keling akibat beban geser
dapat diklasifikasikan menjadi enam jenis yaitu (1) mode bending pada pelat, (2) mode
geser pada keling, (3) mode tarik pada pelat, dan (4) bearing pada rivet atau pelat, (5)
shear tear-out pada pelat, dan (6) tensile tear-out pada pelat. Keenam jenis mode
kegagalan ini ditunjukkan pada gambar 9.11.

Gambar 9.13 Beban geser dan mode kegagalan pada sambungan keling.
Dalam praktek, mode kegagalan pertama sampai ke-empat yang paling sering terjadi.
Sedangkan dua mode kegagalan terakhir dapat dihindari dengan memberikan jarak
minimum sebesar 1,5 x diameter paku keling ke ujung pelat.

1. Mode bending pada komponen : untuk menghindari kegagalan ini maka


persamaan berikut harus dipenuhi:
10
Dengan Lg = panjang grip, [m
Zm = scetion modulus pelat yang paling lemah, I/c [m 3] (Sy)j = kekuatan
yield komponen terlemah, (pa)

2. Mode geser pada paku keling : untuk menghindari kegagalan ini, maka
persamaan berikut harus dipenuhi:Dengan dc = crest diameter, [m] Ssy =
kekuatan luluh geser bahan paku keling, [Pa].Dalam analisis, diameter
yang digunakan adalah diameter paku keling sebelum terpasang. Kegagala
geser pada sambungan paku keling adalah merupakan pertimbangan utama
dalam perancangan konstruksi sambungan paku keeling.

3. Mode tensile pada komponen pelat : untuk menghindari kegagalan ini,


maka persamaan berikut harus dipenuhi :Dengan b = lebar komponen
pelat, [m] Nr = jumlah paku keling sepanjang lebar komponen tm = tebal
komponen pelat yang paling kecil, [m].
4. Mode compressive bearing failure : untuk menghindari kegagalan ini,
maka persamaan berikut harus dipenuhi :Formula untuk menentukan
kegagalan sambungan keling di atas adalah untuk masing- masing paku
keling atau masing-masing komponen. Pada kenyataan, biasanya
sambungan paku keling terdiri dari beberapa buah sehingga kegagalan
akibat beban geser torsional perlu dimasukkan dalam perancangan.
Sehingga tegangan geser maksimuk pada paku keling selanjutnya dapat
dihitung dengan penjumlahan vektor tegangan geser langsung ( d) dan

tegangan geser torsional ( t ) Untuk paku keling yang mendapat


kombinasi beban normal dan beban geser, maka dapat digunakan teori
energi distorsi atau teori tegangan geser maksimum untuk menentukan
kekuatan sambungan.

11
C. Sampel desain sambungan Keling

Penelitian ini difokuskan pada sambungan tunggal pada material komposit hibrida
dengan penguat serat jute dan serat gelas pada matrik polypropylene (PP) menggunakan
paku keling. Laminasi serat dirancang berdasarkan susunan urut serat (stacking
sequences). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi pengaruh laminasi
susun urut terhadap pembebanan tarik. Uji tarik dilakukan untuk memperoleh kekuatan
tarik dan modulus elastisitas sambungan. Sedangkan kegagalan pembebanan tarik
diujikan dengan menggunakan SEM untuk mengetahui fenomena patahan yang terjadi
setelah pembebanan tarik.
Pada penelitian ini dua jenis serat yaitu serat gelas dan serat goni telah digunakan
sebagai penguat. Kedua serat memiliki perbedaan struktur yaitu serat goni berbentuk
anyaman datar dan serat gelas adalah anyaman chop seperti diilustrasikan pada gambar 1a
dan gambar 1b. Kemudian, matrik thermoplastic yaitu Polypropylene (PP) digunakan
seperti ditunjukkan pada gambar 1c. Tabel 1 mengilustrasikan karakteristik serat goni dan
serat gelas dan PP.

Gambar 1 a. Anyaman serat goni, b. anyaman serat gelas, c. polypropylene

Gambar 2. Geometri paku keling

o Proses manufaktur
Benda uji dicetak pada cetakan panas (hot press) pada temperatur 200 (oC) selama
60 (menit) dan ditekan pada beban 30000 (N) ditunjukkan pada gambar 3. Serat penguat
disusun secara urut (laminate sequence) pada cetakan dengan konfigurasi diilustrasikan
12
seperti tabel 2. Perbandingan antar serat goni dan serat gelas didasarkan pada prosentase
fraksi berat yaitu 60 (wt.%) serat goni dan 40 (wt.%) serat gelas. Kemudian benda kerja
dipotong mengunakan diamond cutter dan dilubangi menggunakan bor berdiameter 4
(mm). Penampang potongan untuk

laminasi susun urut antara serat goni dan gelas diilustrasikan seperti gambar 4.

Gambar 3. Pencetakan sampel menggunakan Hot-press

Gambar 4. Penampang laminasi serat komposit hibrda hasil pemotongan

Gambar 5. Geometri sambungan paku keeling


Gambar 5 mengilustrasikan sambungan tunggal (single lap joint) komposit hibrida
dengan paku keling tunggal. Pada gambar dijelaskan, “D” (mm) adalah diameter lubang
paku keling, “M” adalah margin yaitu jarak antara pusat paku keling terhadap bagian sisi
dari plat arah diagonal maupun lateral (mm). “t” adalah tebal plat (mm) dan “b” lebar

13
plat (mm). Geometri dari sambungan paku keling pada komposit hbrida seperti
dilustrasikan pada tabel 2.

o Pengujian Tarik (Tensile)

Pengujian tarik dilaksanakan menurut standar ASTM D-638 menggunakan mesin


uji tarik EPSILON pada cross-head speed konstan 1 (mm/min) dengan beban 5000 (N)
seperti ditunjukkan pada gambar 6a. Pengujian setiap variasi dilakukan sebanyak 5 kali
dengan sampel ditunjukkan seperti pada gambar 6b.

Gambar 6 a. Uji tarik, b. sampel uji tarik dengan sambungan keling

HASIL DAN PEMBAHASAN Tegangan tarik sambungan tunggal paku keling


komposit hibrida

Gambar 7. Hubungan pembebanan dan perpanjangan uji tarik komposit hibrida


sambungan tungal dengan paku keling

Gambar 7 menunjukkan karakteristik sambungan paku keling tunggal pada


material komposit hibrida (H1, H2, H3 dan H4) dan komposit dengan penguat serat gelas
dan jute ([G5] dan [g5]). Trend kenaikan slop elastis saat penguajian tarik terjadi pada
setiap variasi komposisi dari sample. Sementara, karena perbandingan lebar dan
diameter (W/d) yang besar berdampak pada kegagalan mekanis pada sambungan.
Selanjutnya, karakteristik plastis yang terjadi pada pengujian tarik dari sambungan
adalah disebabkan karena sifat ductile dari bahan paku keling. Sehingga perpanjangan
yang terjadi adalah relative panjang yaitu rata – rata sebasar 2 hingga 3 (mm/mm).
14
Gambar 8. Hubungan tegangan tarik, modulus elastisitas dengan sample komposit hibrida

Tegangan Tarik merupakan sifat mekanis yang dimiliki oleh setiap material,
terlebih untuk sambungan, yang mana sifat ini akan menunjukkan kemampuan terhadap
beban dengan arah longitudinal. Hubungan tegangan tarik dan modulus of elastisity dari
masing-masing sambungan komposit hibrida ditunjukkan seperti oleh gambar 8.
Beberapa pengamatan dari peneliti sebelumnya menunjukkan bahwa effek coupling dari
laminasi mempengaruhi defleksi dan tegangan karena adanya pengaruh sudut dari serat
(Santosh dkk., 2015), Selain itu dijelaskan bahwa peningkatan overlap pada sambungan
dapat meningkatkan tegangan tarik (tensile stress), Hariharan dkk. (2017), Senguttuvan
dan Lillymercy (2015). Pada pengujian yang dilakukan dan mengamati grafik pada
Gambar 8 dapat dijelaskan bahwa komposit [G 5] memiliki tegangan tarik yang paling
tinggi yaitu sebesar 10,5 MPa. Sebaliknya untuk komposit [g5] memiliki tegangan tarik
sebesar 7,485 (MPa). Dari nilai tegangan yang diperoleh antara [G5] dan [g5] adalah
sebesar 28,947%. Kemudian modulus of elastisitas dari komposit [G5] dan [g5] adalah
3,315 MPa dan 3,083 MPa, masing-masing dengan selisih 7%.
Tegangan tarik dan modulus of elasticity dari komposit dengan variasi laminasi
serat gelas dan serat goni dapat diamati bahwa laminasi dengan posisi serat gelas pada
inti komposit (H1) memberikan nilai tegangan tarik yang paling tingi diantara variasi
yang diuji, sebesar 10,179 MPa. Dengan modulus elastisitas sebesar 3,867 (MPa).
Kemudian, rata – rata nilai tegangan tarik dari komposit hibrida H 2, H3 dan H4 adalah
relatif sama yaitu 7,88 MPa, 7,792 MPa, dan 7,84 MPa dan berkisar di antara tegangan
tarik komposit [G5] dan [g5]. Selanjutnya untuk modulus elastisitas dari H2, H3 dan H4
adalah rata-rata 2,53 MPa. Pada kajian ini juga didapatkan bahwa faktor diameter
lubang paku keling juga sangat berpengaruh karena menimbulkan adanya konsentrasi
15
tegangan pada daerah keling. Dimana, apabila pembuatan yang kurang baik
menurunkan tegangan tarik dari material. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari
pengujian tarik untuk sambungan tunggal paku keling pada material komposit hibrida
(laminasi susun urut) serat goni dan gelas sangat berpengaruh pada kekuatan tarik dan
meningkatkan keuletan (ductility) material.

Karakteristik patahan sambungan paku keling tunggal komposit hibrida


Gambar 9 menunjukkan bentuk patahan dari paku keling pada sambungan
komposit hibrida setelah dibebani tarik. Pengaruh beban tarik pada daerah lubang terjadi
patahan karena deformasi paku keling, yangmana menyebabkan pelonggaran ikatan.
Diamati pada gambar 9 a, b, c, d e kerusakan sambungan paku keling terjadi disebabkan
karena beban geser (Shearing of the rivets). Bentuk kerusakan ditunjukkan oleh
munculnya cacat delaminasi dan retakan (crak) pada daerah lubang. Kemudian untuk
komposit hibrida variasi H2, H4 (lihat gambar 9b dan d), robek pada garis sumbu lubang
paku keling dan bersilangan dengan garis gaya (Tearing of the plate a cross a row of
rivets). Begitu pula G5 robek pada bagian pinggir dari plat yang disebabkan oleh margin
(m) kurang dari 1.5 d (Tearing of the plate at ende) (lihat gambar 9f). Hasil ini dicapai
juga dalam penelitian yang dilakukan oleh (Sire dkk., 2015).

Patahan karena tarik dari paku keling terjadi menyeluruh dengan bentuk
permukaan patahan tidak rata disebabkan oleh bahan aluminium memiliki sifat ductile
ditampilkan seperti pada gambar 9a dan 9e.

BAB III PENUTUP


Kesimpulan

Sambungan keling itu sendiri adalah sambungan yang digunakan untuk


penyambungan plat dengan batang profil. Pada dasarnya sambungan keling adalah
sambungan yang berfungsi untuk mengikatkan atau menyatukan bagian suatu benda
16
dengan benda yang lain menggunakan alat sambung berupa paku keling. Sementara itu,
paku keling yang menjadi alat sambung utama pada sambungan ini merupakan paku
yang terbuat dari logam.

Sambungan dengan paku keling ini umumnya bersifat permanent dan sulit untuk
melepaskannya karena pada bagian ujung pangkalnya lebih besar daripada batang paku
kelingnya.

Saran

Dari hasil makalah yang dilakukan masih terdapat beberapa kesalahan yang masih
mungkin untuk diminalisir. Untuk itu penulis menyarankan untuk saling melengkapi
dan mengantisipasi apabila terjadi kesalahan teknis pada salah satu pembacaan .Selain
itu akan lebih baik apabila digunakan variasi benda uji yang lebih banyak sehingga
analisis dari hasil pengujian dapat dikaji dengan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
SUBAGIA, IDG Ary; YUWONO, A. H.; ADHI, IGAKC. Kekuatan Tarik Sambungan
Paku keling tunggal pada Komposit Polypropylene Hibrida Laminasi Serat
Goni/Gelas. Dinamika Teknik Mesin, 2019, 9.2: 110-117.

PRAMONO, Catur, et al. Buku Ajar Elemen Mesin (Jilid 1). Penerbit Pustaka Rumah
C1nta.

NURDIN, Hendri; AMBIYAR, Ambiyar; WASKITO, Waskito. Perencanaan Elemen


Mesin: Elemen Sambungan dan Penumpu. 2020.

17

Anda mungkin juga menyukai