Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH DESAIN KOMPONEN MESIN

SAMBUNGAN KELING

DOSEN PENGAMPU : Dr.Yuniarto Mudjisusatyo,M.Pd

Budi Harto,S.Pd.,MT

Nama : Julius Rivaldo Sitorus

NIM : 5202321002

Kelas : PTM A

MatKul : Desain Komponen Mesin

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,atas berkat
kasih dan rahmat-Nya , sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Desain Komponen Mesin ini dengan tepat waktu.

Saya mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah Desain


komponen Mesin atas bimbingan dan pengajarannya sehingga saya dapat mengerjakan
makalah ini dengan baik.

Terlepas dari itu saya menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan
dalam makalah ini, untuk itu saya mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan dan
kesempurnaan makalah.

Akhir kata saya harap makalah ini dapat memberi manfaat dan inspirasi bagi pembaca.

Medan ,13 Oktober 2021


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai salah satu elemen mesin, fastener atau pengunci adalah suatu alat yang berupa
batang atau tabung dengan alur heliks pada permukaannya berfungsi untuk mengikat atau
menguncikan suatu benda pada permukaan benda lain. Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, fastener sendiri adalah untuk mengikat dua komponen menjadi satu berarti
mereka digabungkan, dan sambungan tersebut dipaten atau dikunci bersamaan. Yang dapat
memungkinkan dalam hal ini adalah sebuah alat pengikat (fastener). Dalam makalah ini,
penulis membahas tentang salah satu jenis fastener, yaitu paku keling. Paku keling / riveted
joint adalah salah satu metode penyambungan yang sederhana. Penggunaan metode
penyambungan dengan paku keling ini sangat baik digunakan untuk penyambungan pelat-
pelat alumnium. Pengembangan Penggunaan rivet dewasa ini umumnya digunakan untuk
pelat-pelat yang sukar dilas dan dipatri dengan ukuran yang relatif kecil.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam hal ini adalah :
1.2.1 Apa saja penggunaan paku keling ?
1.2.2 Apa saja jenis pembembanan pada paku keling ?
1.2.3 Apa saja jenis kerusakan pada paku keling ?
1.2.4 Bagaimana kekurangan dan kelebihan paku keling ?
1.2.5 Bagaimana perhitungan yang terkait dengan paku keling ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1.3.1 Mahasiswa memahami tentang sambungan paku keling.
1.3.2 Mahasiswa dapat melakukan perhitungan yang terkait dengan sambungan
paku keling.
BAB II ISI

2.1 Paku Keling Secara Umum


Paku keling merupakan jenis paku dari logam, terdiri dari kepala dan batang,
dipakai untuk mengikat penyambungan dari pelat besi dengan cara dikeling. Paku
keling (rivet) digunakan untuk sambungan tetap antara 2 plat atau lebih. Paku keling
dalam ukuran yang kecil dapat digunakan untuk menyambung dua komponen yang
tidak membutuhkan kekuatan yang besar, misalnya peralatan rumah tangga, furnitur,
alat-alat elektronika, dll. Sambungan dengan paku keling sangat kuat dan tidak dapat
dilepas kembali dan jika dilepas maka akan terjadi kerusakn pada sambungan tersebut.
Karena sifatnya yang permanen, maka sambungan paku keling harus dibuat sekuat
mungkin untuk menghindari kerusakan atau patah.
Paku keling mempunyai 3 bagian utama, bagian utama tersebut antara lain:
a. Kepala landas
Pada saat pembentukan paku keling, kepala landas digunakan untuk
landasan saat bagian ekor sedang di bentuk.
b. Badan
Badan paku keling dimasukan kedalam lubang plat dan sebagai tumpuan
untuk menahan tegangan geser.
c. Ekor ( Tail )
Bagian ini digunakan sebagai pengunci ketika sudah mengalami
pembentukan kepala di bagian ekor.

Bagian Utama Paku Keling


Proses Pembentukan Rivet ( Paku Keling )

Sambungan kelingan dibedakan menjadi:


1. Sambungan kuat
Yaitu sambungan yang hanya memerlukan kekuatan saja seperti
sambungan keling kerangka bangunan, jembatan, blok mesin dan lain-
lain.
2. Sambungan kuat dan rapat
Yaitu sambungan yang memerlukan kekuatan dan kerapatan seperti pada
sambungan keling pada ketel uap, tangki-tangki muatan tekanan tinggi
serta dinding kapal.
3. Sambungan rapat
Yaitu sambungan yang hanya memerlukan kerapatan bagianbagian mesin
saja, seperti pada sambungan keling tangki-tangki zat cair serta bejana
bertekanan rendah. Bahan baku keling umumnya dibuat dari baja karbon
rendah, tembaga, alumunium.

Berikut ini contoh paku keling yang sering digunakan berdiameter antara 12
mm sampai 48 mm.
Tipe paku keling untuk ketel.

Bahan paku keling yang biasa digunakan antara lain adalah baja, brass, aluminium, tembaga.
Semua bahan itu tergantung dari jenis sambungan/ beban yang diterima oleh sambungan.

a. Penggunaan umum bidang mesin : ductile (low carbon), steel, wrought iron.
b. Penggunaan khusus : weight, corrosion, atau material constraints apply : copper
(+alloys) aluminium (+alloys), monel, dll.
Efesiensi sambungan paku keling
Lap Joint Effisiensi But joint (D strap) Effisiensi
Single 45 – 60 Single 55 – 60
Double 63 – 70 Double 70 – 83
Triple 72 - 80 Triple 80 – 90
Quadruple 85 – 94

Cara pemasangan paku keling, Lubang untuk pemasangan paku keling dibor,
lubang paku keling harus bersih dari bram sehabis pengeboran, pengunaan mata bor
harus sesuai dengan paku keling yang akan digunakan.
Perbandingan antara diameter body keling dengan lubang berjarak 0.5 mm,
toleransi jarak lubang bor dengan paku keling harus lebih kurang 1 mm, jarak
perbandingan 1 mm diperlukan untuk mempermudah memasukan paku keling kedalam
lubang pada saat paku keling dalam keadaan panas.
Ada dua cara penggunaan paku keling dengan keadaan panas dan dalam
keadaan dingin, dalam keadaan dingin paku keling yang sering digunakan adalah
tembaga, alumunium dan paku keling baja berdiameter 8mm atau yang berukuran kecil
saja yang sering digunakan dalam keadaan dingin, cara pemasangan, kepala paku
dikeling dipukul dengan tangan atau mengunakan mesin (pnueumatik atau hidraulik).

2.2 Paku Keling Berdasarkan Penyambungan Pelat


2.2.1 Sambungan berhimpit (Lap Joint)
Penyambungannya dilakukan dengan cara saling menghimpit kedua ujung
pelat, pada jarak tertentu dari setiap ujung, sesuai jumlah baris kedudukan paku
keling yang dibutuhkan.
2.2.2 Sambungan menumpu (Butt Joint)
Ujung yang akan disambung dari kedua pelat, saling didempetkan pada
kedudukan segaris lurus satu sama lainnya. Baru kemudian dipasangkan pelat
pengikatnya, menutupi kedua ujung pelat tersebut, pada lebar tertentu sesuai
jumlah baris kedudukan paku keling yang dibutuhkan. Baik pada satu sisi saja
(single strap) maupun pada kedua sisi (double strap), tergantung kekuatan yang
diperlukan.

2.3 Sambungan Paku Keling Berdasarkan Jumlah Baris 1.


Sambungan paku keling baris tunggal.
a. Sebaris paku keling dalam sambungan berimpit. (single riveted lap joint).
b. Sebaris paku keling dalam sambungan menumpu. (single riveted butt joint).
2. Sambungan paku keling baris ganda.
a. Beberapa baris paku keling dalam sambungan berimpit. (double riveted lap
joint)
- Baris rantai sambungan berimpit (chain riveting lap joint)
- Baris zig-zag sambungan berimpit (zig-zag riveting lap joint) Gambar :
3. Beberapa baris paku keling dalam sambungan menumpu. (double riveted butt
joint)
- Baris rantai sambungan menumpu (chain riveting butt joint)
- Baris zig-zag sambungan menumpu (zig-zag riveting butt joint)

2.4 Bentuk – bentuk Kepala Keling


Bentuk kepala dan jenis paku keling serta ukuran ukurannya yang dibuat
dapat dilihat pada standar paku keling DIN 101 (keluaran negeri Belanda). Namun
beberapa jenis pada standar tersebut sudah tidak diproduksi lagi.
Bentuk-bentuk yang masih banyak diperdagangkan yaitu: 1.
Kepala Bulat

Ukuran normal:
Jenis A Jenis B
d = 2 ± 37 mm d = 2 ± 37
mm
ϕα = 1,6 ± 1,7 d ϕα = 1,7 ± 1,8 d
h = 0,6 ± 0,7 d h = 0,7 ± 0,8 d
I = 3d ± 10 d I = 3d ± 10 d
2. Kepala tirus

Ukuran normal :
d = 26-31 mm h = 0,6 d-0,7 d
ϕα = 1,6 d-1,8 d I = 3 d-10 d
3. Kepala persing (dibenam)
Ukuran normal;
d = 23 mm - 31 mm ϕα = 1,5
d-2dh = 0,4 - 0,5 d I = 3 d -
10

4. Kepala silinder datar

Ukuran normal: d= 23 mm – 31
mm ϕα = 1,5 d – 2 d
h= 0,4 – 0,5 d I = 3 d –
10 d

5. Ujung tangkai paku diisi dengan bahan peledak


Keterangan:
1. Sebelum dikeling
2. Sesudah dikeling
Banyak digunakan pada industri pesawat udara, pada bagian-bagian yang sulit dikeling
biasa. Diameter d biasanya lebih besar dari 8 mm.

6. Silinder tipis

Banyak dibuat dari alumunium dan tembaga. Untuk pengelingan bahan-bahan


bukan logam,isolator dan lain-lain.
Ukuran normal:
d = 4 mm – 20 mm t = 0,25
– 12 mm

2.5 Jenis Pembebanan pada Paku Keling


a) Pembebanan Tangensial
Pada jenis pembebanan tangensial ini, gaya yang bekerja terletak pada garis kerja
resultannya, sehingga pembebanannya terdistribusi secara merata kesetiap paku
keling yang digunakan.
b) Pembebanan Eksentrik
Pembebanan ini terjadi apabila sambungan paku keling menerima beban yang
tidak melewati pusat sistem sambungan. Ketika garis aksi dari beban tidak
melewati titik pusat dari sistem keling danseluruh keling tidak menerima beban
yang sama, maka sambungan ini dinamakan sambungan keling beban eksentris.
Beban eksentris menghasilkan geser sekunder diakibatkan oleh
kecenderungan gaya untukmemutar sambungan terhadap pusat gravitasi yang
menimbulkan geser.Misalkan
P = Beban eksentris sambungan, dan
E = Eksentrisitas beban yaitu jarak antara garis aksi beban dan pusat
sistem keling

2.6 Kegagalan pada Paku Keling


2.6.1 Sobeknya bagian tepi ujung pelat (tearing of the plate at an edge) Kegagalan
ini terjadi akibat terlalu dekatnya perletakan lubang paku keling terhadap tepi
ujung pelat. Hal ini dapat diantisipasi dengan membuat ukuran tepi / margin
(m) minimal sebesar :
m ≥ 1,5 x d

dengan : d = diameter lobang paku


keling.

Gambar :
2.6.2 Sobeknya pelat disepanjang kedudukan paku keling.
(tearing of the plate accros arrow of rivets)
Terjadi akibat kalahnya kekuatan penampang pelat yang tersisa setelah
dilobangi di sepanjang lebar, oleh gaya tarik yang bekerja di sepanjang bidang
pelat. Dapat diantisipasi dengan mengetahui besarnya gaya tarik yg mampu
ditahan pelat yang tersisa (Fta ). Persamaannya :
Fta = σta x Ata
dengan : σta = tegangan tarik pembebanan, yang diambil dari besar tegangan
tarik kekuatan bahan pelat dengan mempertimbangkan faktor keamanan (Sf).
Ata = luas penampang dari lebar pelat yang tersisa setelah dilobangi.
- untuk p (pits) yang diketahui : Ata = (p – d) x t
- untuk b (lebar pelat) yang diketahui : A ta = (b – n .d) x t p
(pits) = jarak antara titik pusat dua lobang paku keling yang saling berdekatan.
Merupakan lebar penampang pelat terkecil yang menahan tarikan.
n = jumlah paku keling. Gambar :

2.6.3 Paku keling tergunting (shearing of the rivets)


Terjadi akibat kalahnya kekuatan bahan penampang paku keling saat menahan
beban geser, di bidang geser persinggungan antara pelatpelat, akibat bekerjanya
gaya tarik pada masing-masing plat. Dapat dicegah dengan mengetahui kekuatan
penampang lingkar badan paku keling dalam menahan gaya geser (Fs ).
Perbedaan pada cara penyambungan pelat, menyebabkan jumlah penampang
badan paku keling yang menahan geseran juga berbeda, yakni :
- Pada sambungan berhimpit, hanya ada satu bidang geser (A s), yakni antara pelat
yang saling disambung.
Persamaannya : Fs = τ x As x n
dengan : As = (π / 4) x dpk 2 sehingga : Fs = τ x (π / 4)
x dpk 2 x n - Pada sambungan menumpu dengan satu pelat
penyambung, hanya ada satu bidang geser (As), yakni antara
pelat penyambung dengan pelat yang disambung.
Persamaannya : Fs = τ x As x n
dengan : As = (π / 4) x dpk 2
sehingga : Fs = τ x (π / 4) x dpk 2 x n
Gambar : ( seperti diatas)

- Pada sambungan menumpu dengan dua pelat penyambung atasbawah. Disini ada
dua bidang geser (As), yakni antara pelat penyambung atas-bawah dengan pelat
yang disambung di bagian tengah.
Tekanan yang diberikan paku keling diantara pelat yang bergeser ternyata ikut
berperan memberikan tahanan. Sehingga luas bidang geser paku keling yang
efektif sebagai tahanan menjadi sebesar 1,875 bagian dari yang seharusnya ada
di dua penampang. Sehingga persamaan yang tadinya : Fs = τ x 2 x As x n
menjadi : Fs = τ x 1,875 x As x n dengan : As =
(π / 4) x dpk 2 maka : Fs = τ x 1,875 x (π / 4) x dpk 2 x n
dengan : τ = tegangan geser pembebanan, yang diambil dari besar tegangan
geser kekuatan bahan dengan mempertimbangkan faktor keamanan
(Sf). dpk = diameter paku keling (badannya). n = jumlah paku keeling
Gambar : ( seperti diatas)

2.6.4 Luluhnya paku keling (crushing of the rivets)


Peristiwa luluhnya paku keling terjadi akibat konsentrasi gaya tekan pelat di
bagian belakang paku keling terhadap luas penampang badan paku keling (ALu)
yang tegak lurus terhadap arah bekerjanya gaya (lihat gambar). Peluluhan bahan
paku keling baru akan terjadi setelah gaya tekan bekerja terus menerus pada
jangka waktu tertentu.

Diantisipasi dengan mencari kekuatan paku keling dalam menahan gaya luluh
(FLu).
FLu = σLu x ALu x n dengan :
ALu = d x t dengan : t = tebal
pelat
σLu = tegangan luluh pembebanan, yang diambil dari besarnya tegangan geser
kekuatan bahan dengan mempertimbangkan faktor keamanan (Sf).
Gambar : ( seperti diatas)
Secara alamiah, kegagalan kerja sambungan dipastikan akan bermula dari
bagiannya yang terlemah. Oleh karena itulah nilai kekuatan sambungan pada
umumnya dinyatakan oleh efisiensi sambungan, yakni :
kekuatansambunganterkecil/terlemah

kekuatan plat utuh yang disambung


η =
Kekuatan pelat utuh yang disambung, besarnya dihitung dari kekuatan / tegangan
izin bahan pelat dengan mempertimbangkan faktor keamanan (Sf) terhadap luas
penampang pelat utuh yang belum dilobangi :
F = σta x Ata
- untuk p (pits) yang diketahui : Ata = p x t
- untuk b (lebar pelat) yang diketahui : Ata = b x t
Selain itu, macam – macam kegagalan sambungan keling yaitu :
- Perubahan bentuk (crushing) pada plat atau keling
- d = Diameter lubang keling,
- t = Ketebalan plat,
- σC= Tegangan crushing yang diijinkan untuk material, - n = Jumlah keling
per panjang pitch akibat crushing.
- Ac = d.t
= n.d.t (total luas crushing)
- Pc = n.d.t.σC
- Pc > P = kegagalan/kerusakan.

Aplikasi Pemakaian paku keling digunakan untuk :


- Sambungan kuat dan rapat, pada konstruksi boiler (boiler, tangki dan pipa-
pipa tekanan tinggi).
- Sambungan kuat, pada konstruksi baja (bangunan, jembatan dan crane ).
- Sambungan rapat, pada tabung dan tangki ( tabung pendek, cerobong, pipa-
pipa tekanan).
- Sambungan pengikat, untuk penutup chasis, body pesawat terbang.

2.7 Keuntungan dan Kelebihan Paku Keling


2.7.1 Keuntungan Penggunaan Paku Keling
1. Biaya pembuatan yang lebih murah jika dibandingkan dengan sambungan
yang lain.
2. Pemeriksaan dalam perawatan yang mudah.
3. Bisa menyambungkan jenis logam yang berbeda, bahkan dengan jenis yang
bukan termasuk logam.
2.7.2 Kerugian Penggunaan Paku Keling
1. Membutuhkan pekerja yang berpengalaman dalam pembuatan sambungan.
2. Kebocoran dapat menjadi masalah dalam sambungan paku keling, tetapi
masih bisa di tangani dengan teknik tertentu.
3. Karena sambunan paku keling bersifat permanent maka untuk melepas
sambungan harus dengan cara merusak paku keling tersebut.

2.8 Terminologi Sambungan Paku Keling


2.8.1 Pitch
Merupakan jarak dari pusat satu keling ke pusat keling lainnya yang sejajar,
dinotasikan dengan p.
2.8.2 Diagonal Pitch
Merupakan jarak antara pusat keling pada baris berikutnya dari sambungan
keling zig-zag.
2.8.3 Back Pitch
Merupakan jarak tegak lurus diantara garis pusat dari baris berikutnya,
dinotasikan dengan ps.
2.8.4 Margin
Merupakan jarak antara pusat dari lubang keling dengan tepi dari pelat, notasi
m.
2.9 Perhitungan dalam Paku Keling
2.9.1 Perhitungan Kekuatan o Area Sobekan Per Panjang Pitch
At = (p – d) x t o Ketahanan plat terhadap robekan (
tearing ) Ft = ( p – d ) . t . σt o Shearing resistance of the
rivet Fs = π/4 d 2 . τ o Crushing resistance of the rivet Fc
= d . t . CVC o Beban maksimum yang boleh diterima
plat
Fmax = p . t . σt Contoh Soal 1.
Hitung efisiensi sambungan paku keling jenis single riveted lap joint pada plat
dengan tebal 6 mm dengan diameter lubang / diameter paku keling 2 cm dan picth 5 cm
dengan asumsi :
- σt = 1200 kg/cm2 (bahan plat)
- τ = 900 kg/cm2 (bahan paku keling)
- σC = 1800 kg/cm2 (bahan paku keling)
Jawab : t = 6 mm = 0,6 cm d = 2 cm
σt = 1200 kg/cm2 = 12 000 N/cm2 (bahan plat) τ = 900 kg/cm2
= 9 000 N/cm2 (bahan paku keling) σC = 1800 kg/cm2 = 18 000
N/cm2 (bahan paku keling) Ketahanan plat terhadap robekan (
tearing ) :
Ft = ( p – d ) . t . σt
= ( 5 – 2 ) . 0,6 . 12 000 = 21 600 N
Shearing resistance of the rivet
Fs = π/4 d 2 . τ

= π /4 . ( 2 )2 . 9000 = 28 270 N

Crushing resistance of the rivet


Fc = d . t . CVC
= 2 . ( 0,6 ) . 18 000 = 21 600 N
Efisiensi dihitung dari ketahanan yang paling kecil, yaitu ketahanan terhadap tearing,
Ft atau Fc.
Ft = 21 600 N
Fs = 28 270 N
Fc = 21 600 N
Beban maksimum yang boleh diterima plat :
Fmax = p . t . σt
= 5 . ( 0,6 ) . 12 000 = 36 000 N

Efisiensi sambungan paku keling :


Bebanterkecil(Ft, Fs,Fc) Ft atau Fc η =
Fmax = p,t,σ t

= 60 %
2. Hitung efisiensi tipe double riveted double cover butt joint pada plat setebal 20 mm,
dengan menggunakan paku keling berdiameter 25 mm dan pitch 100 mm.
σt = 120 MPa (bahan plat) τ = 100 MPa
(bahan paku keling) σC = 150 MPa (bahan
paku keling)
Ketahanan plat terhadap robekan ( tearing ) :
Ft = ( p – d ) . t . σt
= ( 100 – 25 ) (20) (120) = 180.000 N
Shearing resistance of the rivet
Fs = n x 2 xπ /4 d 2 (τ )
= 2 x 2 xπ /4 . ( 2 )2 (100 ) = 196.375 N

Crushing resistance of the rivet


Fc = n . d . t . σC
= 2 x 25 x 20 x 150 = 150 000 N
Efisiensi dihitung dari ketahanan yang paling kecil, yaitu ketahanan terhadap tearing,
Ft atau Fc.
Ft = 180 000 N
Fs = 196 375 N
Fc = 150 000 N
Beban maksimum yang boleh diterima plat :

Fmax = p . t . σt
= 100 x 20 x 120 = 240 000 N

Efisiensi sambungan paku keling :


Bebanterkecil(Ft, Fs,Fc)
η= Fmax

= 62.5 %

2.9.2 Pergeseran pada Keling


a. Area geser per keling / luas penampang

Ilustrasi Area Geser Lap Joint

Dari gambar di atas area geser adalah tempat dimana terjadinya


pergeseran yang berlawanan arahnya. Adapun rumus untuk area geser:

π
As = 4 xd

Keterangan: As : Area
geser
D : Diameter paku keling
Jumlah area geser per paku keling sama dengan jumlah paku keling
yang terdapat pada sambungan lap joint. Sedangkan untuk sambungan butt
joint bergantung dengan jumlah plat yang akan disambung.

Gambar Ilustrasi Area Geser Butt Joint


Dari Gambar 2 di atas maka rumus untuk area geser tersebut :
As = 2 xd

b. Beban Rusak dalam Geser

π2
Ps= A.σ = 4 d.σ

Dimana: A= luas penampang keling σ = gaya


tarik dari bahan baku

c. Beban Rusak dalam Tarik

Pt  At. t  ( p  d )t. t

Dimana : p = Lebar plat atau panjang penampang


pemisah t = tebal
(p-d) = lebat netto plat

d. Kerusakan Dukung
Dimana terjadi pergerakan relatif antara plat utama, yaitu dari perubahan
bentuk tetap atau pembesaran lubang paku keling yang disebabkan oleh
kelebihan tekanan dukung (paku keling bisa rusak). Pada prakteknya kerusakan
dukung (b) dianggap merata di sepanjang luas persegi lubang paku keling.
Kerusakan beban dukung : Pb  Ab. b  (t.d ) b

e. Diameter Paku Keling


Untuk jenis sambungan kampuh bilah tunggal di keling ganda seperti
terlihat pada gambar, maka kedua plat tersebut terpisah bila mampu
memutuskan dua baris penampang, jika jumlah paku (n) buah maka paku
terasabut akan putus tergeser, maka yang terjadi pada bahan adalah
tegangan geser.

f. Lebar Plat yang dibutuhkan dan Jarak Antar Paku Keling


Contoh Soal :

Dua buah plat disambung seperti terlihat pada gambar diatas dimana pada
kedua ujungnya bekerja gaya sebesar 10000 (N). Bila Tegangan yang di
izinkan untuk plat 137.9 N/mm tegangan geser izin untuk bahan paku
109.8 N/mm2 . Jumlah paku keling yang di gunakan berjumlah 6 buah
serta ketebalan plat 5 mm.

Ditanyakan :

1 Diameter paku keling.


2 Jarak antara paku .
3 Lebar plat yang dibutuhkan .
g. Ketahanan geser keling per panjang pitch
2.9.3 Efisiensi Sambungan Keling
a. Strength of the riveted joint
Kekuatan sambungan paku keling ditentukan dari menghitung kekuatan
berikut :
1) Ketahanan geser keling per panjang pitch : π
Ps = 4
xd 2
x fs x n
2) Ketahanan sobek per panjang pitch :
Pt = ft x At At = ( p - d ) x t 3) Ketahanan patah
keling per panjang pitch :
Pc = n x d x t x fc Keterangan :
fs = Tegangan geser paku keling yang diizinkan. ft =
Tegangan yang diizinkan oleh bahan plat. fc = Tegangan
patah paku kelin yang diizinkan. At = Area sobek per
panjang pitch
p = Pitch dari keling ( jarak antara pusat paku keling satu ke
pusat paku keling lainnya yang sejajar ) t = Ketebalan plat d =
Diameter paku keling
n = Jumlah paku keling
Strength of riveted joint adalah ketahanan minimal dari ke tiga ketahanan
di atas.

b. Strength of Plate

c. Efisiensi Sambungan
Bebanterkecil(Ft , Fs,Fc) Ft atau Fc
η= Fmax = p,t,σ t
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1 Paku keling sering digunakan untuk menyambung dua buah plat atau plat dengan
batang profil, Jenis sambungan dengan menggunakan paku keling, merupakan
sambungan tetap karena sambungan ini bila dibuka harus merusak paku kelingnya
dan tidak bisa dipasang lagi, kecuali mengganti paku kelingnya dengan yang baru.
2 Perhitungan Kekuatan
Area Sobekan Per Panjang Pitch
At = (p – d) x t
Ketahanan plat terhadap robekan ( tearing )
Ft = ( p – d ) . t . σt
Shearing resistance of the rivet
Fs = π/4 d 2 . τ

Crushing resistance of the rivet


Fc = d . t . CVC
Beban maksimum yang boleh diterima plat

Fmax = p . t . σt

3 Ketahanan geser keling per panjang pitch π


Ps = 4
xd 2
x fs x n
4 Ketahanan sobek per panjang pitch
Pt = ft x At At = ( p - d ) x t

5 Ketahanan patah per panjang pitchPc = n x d x t x fc


6 Efisiensi
Bebanterkecil(Ft, Fs,Fc) Ft atau Fc
η= Fmax = p,t,σ t

DAFTAR PUSTAKA

http://www.indiastudychannel.com/resources/146267-Rivet-types-rivetedjoints.aspx pada
tanggal 2 Oktober 2016 pukul 14.30 wib.
http://ecoursesonline.iasri.res.in/mod/page/view.php?id=2492
https://mechanicalinfo.wordpress.com/tag/riveted-joint-failures/ pada tanggal 2 Oktober
2016 pukul 14.30 wib.
https://laskarteknik.com/2010/06/13/perancangan-paku-keling-riveted-joints/ pada tanggal 2
Oktober 2016 pukul 14.30 wib.
Putra,Boy Isma,dkk. Elemen Mesin untuk Teknik Industri. Penerbit:Graha
Ilmu.Yogyakarta.2008.

G.Nienmann,dkk. Elemen Mesin Jilid 1.Penerbit:Erlangga.Jakarta.1999.

Anonim. Elemen Mesin 1.Diakses dari


httpanamesin.lecture.ub.ac.idfiles2015065Sambungan-Paku-Keling-I.pdf pada tanggal 2
Oktober 2016 pukul 14.30 wib.

Anda mungkin juga menyukai