MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Elemen Mesin
Yang diampu oleh Bu Riana Nurmalasari, S.Pd, M.Pd
Disusun oleh :
1. Sambungan ringan
Sambungan ringan yaitu sambungan yang berfungsi untuk menyambung dua bagian dari
suatu produk dengan sambungan yang tidak mempunyai beban yang besar misalnya
sambungan kelingan pada perabotan-rumah dan semacamnya.
2. Sambungan Kuat
Sambungan kuat yaitu sambungan pada pekerjaan Yang mendapatkan beban sehingga memerlukan
kekuatan tertentu, Jadi sambungan kuat yang memerlukan kekuatan .Contoh penerapannya adalah
pada kerangka bangunan, jembatan, chasis mobil dan lain sebagainya.
3. Sambungan Rapat
Sambungan rapat ini biasa dipakai untuk sambungan yang mempunyai kerapatan tinggi, tidak bocor
akan tetapi tekanannya rendah. Misalnya pada sambungan plat pada bak air terbuka atau tangki air
berukuran kecil
Sambungan berimpit
Sambungan berimpit dibentuk dengan merimpitkan kedua pinggir plat yang disambung,
kemudian dikeling. Sambungan berimpit biasanya untuk kekuatan kecil, sedang dan sambungan
yang hanya memerlukan kerapatan. Untuk menyambung dua buah pelat dapat dilakukan dengan
cara ditumpangkan. yaitu ujung pelat satu dengan ujung pelat lainnya berimpit satu sama lainnya
kemudian dibor, dipasang paku keling dan dibentuk kepala paku sehingga membentuk sambungan
kelingan, sambungan tersebut disebut dengan sambungan berimpit.
Gambar Sambungan dikeling tunggal, ganda, tiga
Pada sambungan berimpit dapat dilakukan dengan cara memasang satu baris paku keling
dan disebut dengan sambungan berimpit dikeling tunggal, dipasang dua baris paku keling yang
disebut dengan sambungan berimpit dikeling ganda dan tiga baris paku keling yang disebut dengan
sambungan berimpit yang dikeling tiga.
Sambungan bilah tunggal dibuat untuk sambungan yang tidak mendapat gaya tarik
terlalu besar. Seperti halnya kampuh berimpit, kampuh bilah tunggal ada yang dikeling
tunggal, dikeling 2 baris atau 3 baris. Jika ujung ujung pelat disambung dengan
menggunakan sebuah pelat lain yang berbentuk bilah maka sambungan kelingan tersebut
disebut dengan sambungan bilah. Ditinjau dari jumlah bilah yang digunakan untuk
menyambungnya. sambungan bilah terdiri atas: sambungan bilah tunggal dan sambungan
bilah ganda. Sambungan bilah tunggal yaitu sambungan kelingan yang menggunakan satu
buah bilah yang dipasang pada satu sisi atas pelat, sambungan bilah tunggal dapat
dilaksanakan dengan memasang satu baris paku keling, dua baris atau tiga baris paku
keling,
Sambungan Bilah Ganda
Sambungan Rowe
5. Cara mengeling
Gambar Cara Mengeling
Kedua pelat yang akan disambung dibor terlebih dahulu, kemudian dipasang paku
keling pada lubang bor, kemudian kepala paku dibentuk dengan cara dipalu, sehingga paku
keling tidak lepas dari pelatnya. Untuk membentuk kepala paku keling dapat dilakukan
dengan menggunakan palu secara langsung yaitu dipukul sampai mengembang dan
membentuk kepala paku keling atau dapat juga dengan menggunakan peralatan pembentuk
kepala paku keling secara khusus. Dalam hal ini paku kelingnya tidak dipukul langsung
melainkan alat pembentuknya saja yang dipukul dengan palu sehingga bentuk kepala paku
keling lebih baik dibandingkan dengan bentuk kepala paku keling hasil pukulan palu
secara langsung
Paku rivet / Paku keling adalah paku yang digunakan untuk proses pengelingan. Paku
ini sangat cocok untuk digunakan pada konstruksi yang berat atau ringan sesuai dengan
keadaan bangunan. Dengan desain yang kuat, paku ini bahkan mampu untuk konstruksi atap
rumah dan lainnya. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat paku keling ini antara
lain adalah baja, Brass, alumunium,dan tembaga tergantung jenis beban atau sambungan
yang akan diterima oleh sambungan. Perbedaan paku ini dengan paku lain adalah memiliki
bagian ujung batang yang cukup besar, sehingga bentuknya sekilas terlihat seperti pedang.
Berbeda dengan mur yang dapat dibongkar pasang, pemasangan paku ini bersifat permanen
dan tidak akan terlepas lagi,maka perlu kehati hatian saat akan memasangnya. Paku Keling
mempunyai berbagai macam jenis ukuran dan jenis sehingga keginaannya disesuaikan
dengan bahan atau material yang akan disambung. Cara pemasangannya pun menggunakan
proses pengelingan (riveter).
1. Kepala
Bagian terluar dari paku keling yang digunakan untuk mengunci bagian yang akan
dikeling
2. Body / Badan
Bagian yang masuk ke dalam benda yang akan dikeling
3. Ekor
Bagian yang akan dikeling atau diubah bentuknya sehingga dapat menyambung ke
benda kerja
Paku keling kepala utuh adalah jenis paku keling yang memiliki kepala cembung di
bagian atas dan rata di bagian pangkalnya. Paku ini lebih sering digunakan pada konstruksi
jembatan, ketel uap dan konstruksi lain yang berhubungan dengan kerapatan
Paku Keling Kepala setengah Cembung
Paku keling kepala setengah terbenam adalah jenis paku keling yang memiliki kepala
cembung bagian atasnya dan pangkal yang mengerucut terpancung di bagian
bawahnya.
Paku keling kepala terbenam/ Trapesium adalah paku keling yang memiliki kepala
berbentuk datar di atasnya dan membentuk kerucut terpancung di bagian bawahnya.
paku keling dengan bentuk trapesium ini lebih banyak digunakan pada bangunan kapal,
atau pada konstruksi yang membutuhkan minyak.
paku keling dengan kepala datar yang lebih sering digunakan pada bangunan yang
membutuhkan kerapatan serta permukaan yang rata.
Kekuatan sambungan erat kaitannya dengan kemampuan struktur benda yang di bentuk
sambungan saat melakukakn fungsinya.Karena pada sambungan akan terkonsentrasi seluruh
pembebanan yang akan diterima elemennya. Kerusakan/kegagalan sambungan akibat pembebanan
tersebut sama artinya dengan kegagalan kerja elemen-elemen yang disambung atau bahkan
keseluruh benda. Kegagalan sambungan dipastikan akan berawal pada titik lemah sambungan,
Dengan demikian teknik yang memadai untuk menganalisis kekuatan sambungan adalah dengan
menganalisis aspek kegagalannya saat bekerja.