BAJA LANJUT
BOLTED CONNECTION
( SAMBUNGAN BAUT)
Dosen Pembimbing :
Prof. Dr.Ir. H. Anis Saggaf, MSCE
Oleh :
KELOMPOK
(03111401046)
2. LAZUARDINI PANNI
(03111401055)
3. ERICHA RIZKY A
(03111401045)
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Setiap struktur baja merupakan gabungan dari beberapa komponen batang yang disatukan
dengan alat pengencang. Adapun beberapa jenis alat pengencang yang sering digunakan pada
sambungan baja adalah las, baut dan paku keling.
Tujuan Sambungan:
tebal, dan
sebagainya).
Di dalam sambungan baja, terdapat 3 (tiga) macam jenis sambungan, yaitu sambungan baut,
sambungan paku keling dan sambungan las.
Sambungan Baut
Jenis-jenis sambungan struktur baja yang digunakan adalah pengelasan serta sambungan
yang menggunakan alat penyambung berupa paku keling (rivet) dan baut. Baut berkekuatan
tinggi (high strength bolt) telah banyak menggantikan paku keling sebagai alat utama dalam
sambungan struktural yang tidak dilas.
Pada umumnya baut yang digunakan untuk menyambung profil baja ada 2 jenis, yaitu :
Baut yang diulir penuh, yaitu baut yang diulir penuh berarti mulai dari pangkal baut
Diameter baut yang diulir penuh disebut Diameter Kern (inti) yang ditulis
dengan notasi dk atau d1 pada Tabel Baja tentang baut, yaitu :
Abaut =
1
2
.d s
4
ds
=
d n 3.d k
4
Kalau baut yang diulir penuh digunakan sebagai alat penyambung, maka ulir
baut akan berada pada bidang geser. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar 2
berikut.
Baut adalah alat sambung dengan batang bulat dan berulir, salah satu ujungnya
dibentuk kepala baut ( umumnya bentuk kepala segi enam ) dan ujung lainnya dipasang
mur/pengunci. Dalam pemakaian di lapangan, baut dapat digunakan untuk membuat
konstruksi sambungan tetap, sambungan bergerak, maupun sambungan sementara yang dapat
dibongkar/dilepas kembali. Bentuk uliran batang baut untuk baja bangunan pada umumnya
ulir segi tiga (ulir tajam) sesuai fungsinya yaitu sebagai baut pengikat. Sedangkan bentuk ulir
segi empat (ulir tumpul) umumnya untuk baut-baut penggerak \ atau pemindah tenaga
misalnya dongkrak atau alat-alat permesinan yang lain.
Contoh sambungan baut:
Baut Pass
Yaitu baut dari baja mutu tinggi ( St-42 ) dipakai untuk konstruksi berat atau beban
bertukar seperti jembatan jalan raya, diameter lubang dan diameter batang baut relatif pass
yaitu kelonggaran 0,1 mm. Dua jenis utama baut kekuatan (mutu) tinggi ditunjukkan oleh
ASTM sebagai A325 dan A490. Baut ini memiliki kepala segienam yang tebal dan digunakan
dengan mur segienam yang setengah halus (semifinished) dan tebal seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 6.10(b). Bagian berulirnya lebih pendek dari pada baut non-struktural, dan
dapat dipotong atau digiling (rolled). Baut A325 terbuat dari baja karbon sedang yang diberi
perlakuan panas dengan kekuatan leleh sekitar 81 sampai 92 ksi (558 sampai 634 MPa) yang
tergantung pada diameter.
Baut A490 juga diberi perlakuan panas tetapi terbuat dari baja paduan (alloy) dengan
kekuatan leleh sekitar 115 sampai 130 ksi (793 sampai 896 MPa) yang tergantung pada
diameter. Baut A449 kadang-kadang digunakan bila diameter yang diperlukan berkisar dari II
sampai 3 inci, dan juga untuk baut angkur serta batang bulat berulir. Diameter baut kekuatan
tinggi berkisar antara dan 1 . inci (3 inci untuk A449). Diameter yang paling sering
digunakan pada konstruksi gedung adalah 3/4 inci dan 7/8 inci, sedang ukuran yang paling
umum dalam perencanaan jembatan adalah 7/8 inci dan 1 inci. Baut kekuatan tinggi
dikencangkan (tightened) untuk menimbulkan tegangan tarik yang ditetapkan pada baut
sehingga terjadi gaya jepit (klem/clamping force) pada sambungan.
Oleh karena itu, pemindahan beban kerja yang sesungguhnya pada sambungan terjadi
akibat adanya gesekan (friksi) pada potongan yang disambung. Sambungan dengan baut
kekuatan tinggi dapat direncanakan sebagai tipe geser (friction type), bila daya tahan gelincir
(slip) yang tinggi dikehendaki; atau sebagai tipe tumpu (bearing type), bila daya tahan
gelincir yang tinggi tidak dibutuhkan.
( d = 11,11 mm )
1/2
( d = 12,70 mm )
5/8
( d = 15,87 mm )
3/4
( d = 19,05 mm )
7/8
( d = 22,22 mm )
( d = 25,40 mm )
11/8
( d = 28,57 mm )
11/4
( d = 31,75 mm )
2)
3)
Dapat dipakai untuk menyambung dengan jumlah tebal baja > 4d (tidak seperti paku
keling dibatasi maksimum 4d ).
4)
Dengan menggunakan jenis Baut Pass maka dapat digunakan untuk konstruksi berat
seperti jembatan.
Banyaknya baut yang dipasang pada satu baris yang sejajar arah gaya, tidak boleh
lebih dari 5 buah.
2) Baut dengan 2 irisan (Tegangan geser tegak lurus dengan sumbu baut).
Pu
Mu
Pu
MEKANISME SAMBUNGAN
1. Tipe Tumpu
sambungan yang dibuat dengan menggunakan baut yang dikencangkan dengan
tangan, atau baut mutu tinggi yang dikencangkan untuk menimbulkan gaya tarik minimum
yang disyaratkan, yang kuat rencananya disalurkan oleh gaya geser pada baut dan tumpuan
pada bagian-bagian yang disambungkan
no friction
P
Gambar 17. Kerusakan pada baut dan plat akibat tumpu
Sumber: Struktural Analysis,2002
2. Tipe Friksi
sambungan yang dibuat dengan menggunakan baut mutu tinggi yang dikencangkan untuk
menimbulkan tarikan baut minimum yang disyaratkan sedemikian rupa sehingga gaya-gaya
geser rencana disalurkan melalui jepitan yang bekerja dalam bidang kontak dan gesekan yang
ditimbulkan antara bidang-bidang kontak.
Tipe friksi
Kerusakan Sambungan
a. Kerusakan pada baut akibat geser
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Adluri, Seshu. Steel Connection Design Issues, Memorial University.
Ariestadi, Dian. Teknik Struktur Bangunan Jilid 3 untuk SMK. Jakarta : Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Anonim (2002). SNI 03-1729-2002. Tata cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan
Gedung.
Engel, Heinrich (1981). Structure Systems. Van Nostrand Reinhold Company.
Gaylord Jr, Edwin H; Gaylord, Charles N.; dan Stallmeyer, James E. (1997) Structural E
ngineering Handbook, 4th. McGraw-Hill.
Hibbeler, Russell C (2002). Structural Analysis, fifth edition. Prentice Hall.
Salmon, Charles G., Johnson, John E. & Wira M (penterjemah) (1991). Struktur Baja, Disain
dan Perilaku, jilid 1 dan 2, Edisi kedua. Jakarta. Erlangga.
Soltis, L.A, and Wilkinson, T.L. (1987). Bolted Connection Design. General Tec. Rep. FPLGTR-54. Madison, WI. U.S. Department of Agriculture, Forest Service, Forest
Products Laboratory;1987. 21p.